Anda di halaman 1dari 64

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

SKRIPSI

ANALISIS RUGI-RUGI DAN ARUS NETRAL AKIBAT

KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN PADA TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI BTC32 PT.PLN (PERSERO) UP3 CIKOKOL

DISUSUN OLEH :
AQIL SHIDQII ROZAAN
NIM : 2016-11-159

PROGRAM STRATA SATU TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
JAKARTA, 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul

ANALISIS RUGU-RUGI DAN ARUS NETRAL AKIBAT


KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
BTC32 PT.PLN (PERSERO) UP3 CIKOKOL

Disusun Oleh :

AQIL SHIDQII ROZAAN


NIM : 2016 – 11 –159

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Program Studi Sarjana Teknik Elektro

INSTITUT TEKNOLOGI – PLN


Jakarta, 25 Juli 2020

Mengetahui Disetujui

(Tony Koerniawan,
(Sigit ST.,MT)
Sukmajati, ST.,M.T) (Isworo Pujotomo, Ir.,MT)
Kepala ProgramKedua
Pembimbing Studi Pembimbing Pertama

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama : Aqil Shidqii Rozaan

2
NIM : 2016 – 11 – 159
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Judul :Analisis Rugi-Rugi Dan Arus Netral Akibat
Ketidakseimbangan Beban Pada Transformator
Distribusi BTC32 PT.PLN (PERSERO) UP3 Cikokol

Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Skripsi pada


program Sarjana Strata 1, Program Studi Teknik Elektro Institut
Teknologi – PLN pada tanggal Agustus 2020.

Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

Ketua Tim Penguji

Sekretaris Tim Penguji

Dosen Penguji

Mengetahui :
Kepala Program Studi

( Tony Koerniawan , ST., MT )

3
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Aqil Shidqii Rozaan


NIM : 2016 – 11 – 159
Program Studi : S1 Teknik Elektro
Judul : Analisis Rugi-Rugi Dan Arus Netral Akibat
Ketidakseimbangan Beban Pada Transformator
Distribusi BTC32 PT.PLN (PERSERO) UP3 Cikokol

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak


terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana
baik di lingkungan IT – PLN maupun disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab
serta bersedia memikul resiko jika ternyata pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, 25 Juli 2020

Aqil Shidqii Rozaan

4
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada yang terhormat:

(Isworo Pujotomo, Ir.,MT) Selaku Pembimbing I


(Sigit Sukmajati, S.T.,M.T.) Selaku Pembimbing II

Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga


Proyek Akhir/Skripsi/Tesis ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :


1. ...................................
2. .....................................
3. .....................................
Yang telah mengijinkan melakukan penelitian dan pengumpulan data di
kantor PT.PLN (PERSERO) UP3 CIKOKOL
Jakarta, 25 Juli 2020

Aqil shdiqii rozaan

NIM : 2016-11-159

5
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Sekolah Tinggi Teknik - PLN, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aqil Shidqii Rozaan
NIM : 2016 – 11 – 159
Program Studi : Strata 1
Jurusan : Teknik Elektro
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Institut Teknologi - PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif
(Non- exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul :
ANALISIS RUGI-RUGI DAN ARUS NETRAL AKIBAT
KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
BTC32 PT.PLN (PERSERO) UP3 CIKOKOL
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non eksklusif ini Institut Teknologi - PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 25 Juli 2020
Yang Menyatakan

Aqil Shidqii Rozaan

6
ANALISIS RUGU-RUGI DAN ARUS NETRAL AKIBAT
KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN PADA
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BTC32 PT.PLN
(PERSERO) UP3 CIKOKOL

Aqil Shidqii Rozaan


Isworo Pujotomo, Ir.,MT

ABSTRAK

ketidakseimbangan merupakan salah satu masalah yang terjadi pada gardu


distribusi. Ketidakseimbangan beban terjadi karena penggunaan energi listrik
dengan beban yang berbeda-beda waktu pemakaian yang juga berbeda beda.
Ketidakseimbangan menyebabkan timbulnya arus netral pada penghantar
netral transformator. Arus netral yang timbul mengakibatkan meningkatnya rugi
rugi pada transformator distibusi. Dalam penelitian ini pada gardu distribusi
BTC32 ini didapatkan nilai ketidakseimbangan yang cukup besar yaitu pada
pengukuran beban siang hari nilai ketidakseimbangan yang di dapat sebesar
25% dan pada pengukuran beban malam hari nilai ketidakseimbang yang di
dapat sebesar 26,33%. Dalam penelitian ini juga menyertakan metode
penyambungan ulang sebgai upaya untuk meminimalisir nilai
ketidakseimbangan beban. Setelah dilakukan penyambungan ulang dapat
dianalisis bahwa nilai arus netral yang mengalir berkurang dari 180,515 ampere
menjadi 25,45 ampere

7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi yang menggunakan tenaga listrik
maka secara tidak langsung manusia menjadi bergantung terhadap
tenaga listrik. Penyediaan tenaga listrik yang stabil dan kontinyu
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam memenuhi
kebutuhan tenaga listrik. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik
tersebut, terjadi pembagian beban-beban yang pada awalnya merata
tetapi karena ketidak serempakan waktu penyalaan beban-beban
tersebut maka menimbulkan ketidakseimbangan beban yang berdampak
pada penyediaan tenaga listrik. Ketidakseimbangan beban antara tiap-
tiap fasa (fasa R, fasa S, dan fasa T) inilah yang menyebabkan
mengalirnya arus di netral trafo.
Ketidakseimbangan beban merupakan salah satu masalah yang
terjadi di PT PLN UP3 CIKOKOL. Tepatnya pada jalan darussalam batu
ceper yang mana kebutuhan listriknya di suplai dari Gardu Distribusi
BTC32. Sebagian besar dari beban yang di cakup dari Gardu Distribusi
BTC32 merupakan beban perumahan yang memiliki besar kebutuhan
beban yang berbeda beda dan waktu pemakaian yang juga berbeda
beda. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan beban
pada Gardu Distribusi BTC32.
Ketidakseimbangan beban yang terjadi haruslah di batasi pada
batas toleransi yang telah ditetapkan baik untuk sistem distribusi nya
sendiri yang berkisar 25% maupun pada transformator distribusi yang
berada pada level≥25%. Ketidakseimbangan beban yang terjadi akan
berdampak pada timbulnya aliran arus pada penghantar netral. Aliran
arus pada penghantar netral tersebut akan membuat rugi rugi daya pada
transformator distribusi menjadi meningkat. Menginkatnya rugi-rugi daya
akan memperburuk kualitas daya dan meningkatkan rugi rugi energi

8
sehingga akan menimbulkan kenaikan biaya listrik yang merugikan pihak
PLN.
Oleh sebab itu dibuatlah penelitian mengenai pengaruh
ketidakseimbangan beban pada transformator distribusi di PT PLN UP3
CIKOKOL. Pada penelitian ini berisi analisis terhadap bagaimana
pengaruh ketidakseimbangan beban tersebut terhadap rugi-rugi dan arus
netral pada transformator distribusi di PT PLN UP3 CIKOKOL. Adapun
kegiatan analisis ini membahas tentang seberapa besar nilai
ketidakseimbangan pada transformator tersebut, berapa rugi-rugi dan
arus netral yang ditimbulkan , serta dampak yang terjadi setelah
dilakukannya upaya penyambungan ulang

1.2 Permasalahan penelitian


1.2.1 Identifikasi masalah
Masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah bagaimana
dampak yang ditimbulkan oleh masalah ketidakseimbangan beban pada
transformator distribusi BTC32 terhadap rugi rugi yang ditimbulkan akibat
adanya arus penghantar netral di PT.PLN UP3 CIKOKOL
1.2.2 Ruang lingkup masalah
Dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh ketidaksetimbangan
beban pada transformator dirtribusi, dan perhitungan akibat
ketidakseimbangan beban pada transformator distribusi BTC32 di
PT.PLN UP3 CIKOKOL
1.2.3 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap rugi-rugi dan


arus netral pada transformator distribusi BTC32 ?
2. Berapa persentase rugi-rugi (Losses) yang timbul akibat
ketidakseimbangan beban transformator distribusi BTC32 ?
3. Bagaimana dampak yang dtimbulkan setelah dilakukannya upaya
penyambungan ulang beban pada transformator distribusi BTC32?

9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh ketidakseimbangan beban pada beban
transformator distribusi BTC32 PT.PLN UP3 CIKOKOL
2. Mengevaluasi seberapa besar rugi rugi (losses) energi yang terjadi
akibat ketidaseimbangan beban transformator distribusi BTC32 PT.PLN
UP3 CIKOKOL
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penulisan ini adalah :
1. Memberikan konstribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi, terutama pada jurusan teknik elektro.
2. Dapat mengetahui pengaruh ketidakseimbangan beban serta
mengetahui seberapa besar rugi-rugi yang terjadi akibat
ketidakseimbangan beban transformator distribusi BTC32 PT.PLN UP3
CIKOKOL
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada skiripsi ini dibahas menjadi lima bab.
Bab satu berisi tentang latar belakang, permasalahan penelitian dimana
terbagi tiga menjadi indentifikasi masalah, ruang lingkup masalah, dan
rumusan masalah, kemudian juga berisi tentang tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan laporan kerja magang. Bab dua
berisi tentang teori teori umum yang digunakan sebagai referensi dalam
penelitaian ini seperti teori mengenai transformator, ketidakseimbangan
beban serta rugi rugi. Bab tiga metode penelitian yang berisi
perencanaan kegiatan serta metode perhitungan yang akan digunakan
untuk mendapatkan hasil pada bab 4. Bab empat berisi tentang hasil dan
pembahasan penelitian. Bab lima membahas simpulan dari hasil yang
diperoleh dari penelitian.

10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Transformator adalah sesuatu aset yang sangat penting untuk
suatu industry ataupun perufsahaan listrik (PT.PLN). Keberadaaan
transformator di sistem distribusi tenaga listrik sangat berpengaruh
dalam hal penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit ke pusat
beban dimana bekerjanya suatu transformator harus dapat optimal
setiap waktu tanpa ada kerusakan ataupun kegagalan dalam sistem
distribusi tersebut. Pengoperasian serta penempatan transformator
distrbusi harus sesuai dengan kebutuhan beban agar bekerjanya suatu
transformator dapat bekerja secara maksimal dengan pembebanan
dengan rating yang tepat serta ketidakseimbangan beban yang dapat di
toleransi oleh transformator distribusi itu sendiri, faktor penting lain nya
adalah pemilihan untuk jenis transformator yang tepat bagi suatu
instalasi tertentu agar dapat bekerja optimal serta menghindari
gangguan yang dapat menggagu kontinuitas penyaluran energi pada
suatu transformator
Jurnal tenik elektro yang berjudul pengaruuh ketidakseimbangan
beban terhadap arus netral dan losses pada trafo distribusi oleh Julius
Sentosa Setiadji, Tabrani Machmudsyah, Yanuar Istanto membahas
tentang ketidakseimbangan beban terhadap suatu sistem distribusi
tenaga listrik selalu terjadi dan penyebab ketidakseimbangan tersebut
adalah pada beban-beban satu fasa pada pelanggan jaringan tetangga
rendah.
Hasil penelitian fakultas Teknik elektro yang berjudul Analisis
Ketidakseimbangan Beban Trafo 1 Gi Srondol Terhadap Rugi Rugi
Akibat Arus Netral dan Suhu Trafo oleh Dennis Satria Wahyudi
Jayabadi, Bambang Winardi, dan Mochammad Facta menyatakan
bahwa ketidakseimbangan beban terhadap suatu system distribusi dapat

11
terjadi karena beban beban satu fasa pada pelangan jaringan tegangan
rendah.

2.2 Landasan Teori


2.2.1. Sistem Distribusi tenaga Listrik
Sistem distribusi ini adalah proses penyaluran dari transmisi
hingga ke konsumen, distribusi terbagi menjadi distribusi primer dan
distribusi sekunder. Distribusi primer yaitu penyaluran listrik dari
transmisi yang telah diturunkan tegangannya oleh trafo step down
menjadi 20 kV yang diklasifikasikan sebagai tegangan menengah (TM),
dan disalurkan melalui penyulang-penyulang. Sama seperti transmisi,
saluran distribusi primer ada yang saluran udara (SUTM) dan kabel
bawah tanah (SKTM). Pada SUTM biasanya kita melihat di pinggir jalan
ada tiang dengan tiga kawat konduktor diatasnya. Sebelum masuk ke
Distribusi sekunder listrik akan diturunkan lagi tegangannya oleh trafo
step down menjadi tegangan pakai. Distribusi sekunder adalah saluran
dari trafo steo down distribusi hingga ke kWh pelanggan, tegangan pada
distribusi sekunder adalah tegangan pakai yaitu 380/220 Volt yang
diklasifikasikan sebagai tegangan rendah (TR).

Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi


dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menegah (JTM),


yaitu berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini
menghubungkan sisi sekunder trafo daya di gardu induk menuju ke
gardu distribusi. Besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV
atau 20 kV.
2. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan
Rendah (JTR), salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang
menghubungkan gardu distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke
konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan
380 Volt.

12
3. Jaringan distribusi merupakan salah satu komponen yang perlu
mendapatkan perhatian dan pemelihara yang continue. Oleh karena
itu, dibutuhkan perencanaan pengembangan optimum jaringan
distribusi. Perencanaan ini harus mengikuti peraturan-peraturan yang
berlaku pada penyelenggara sistem yaitu PLN. Jadi standarisasi
yang digunakan PT PLN (Persero) menjadi standar pokok yang
selalu diutamakan dalam perencanaan jaringan distribusi sehingga
menghasilkan perencanaan yang menguntungkan dari segi biaya
dan memadai dari segi teknis.

2.2.2. Transformator
Transformator merupakan suatu alat elektromagnetik yang
sederhana, andal, dan efisien untuk mengubah tegangan arus bolak-baik
dari satu tingkat ke tingkat lain. Transformator sendiri merupakan jantung
dari system distribusi dan transmisi yang mana transformator diharapkan
dapat bekerja secara terus menerus dengan maksimal. Agar
transformator dapat terus bekerja dan berfungsi dengan baik, maka
harus adanya perawatan dan pemeliharaan yang baik dan berkala
terhadap transformator dengan menggunakan system dan peralatan
yang tepat. Dilihat dari tegangannya transformator dapat dibedakan
menjadi, trafo 500/150 kV dan 150/70 kV biasa disebut trafo Interbus
Transformator (IBT) dan trafo 150/20 kV dan 70/20 kV disebut trafo
distribusi.
Pada umumnya, transformator terdiri atas sebuah inti yang
terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan,yaitu kumparan primer
dan kumparan sekunder. Rasio jumlah lilitan pada tiap kumparan pada
transformator akan mempengaruhi rasio perubahan tegangan dari
transformator. Kumparan pada sebuah transformator dibelit pada kaki inti
transformator, dimana biasanya kumparan tersebut terbuat dari kawat
tembaga dan inti transformator biasanya terbuat dari besi.
Transformator terdiri atas dua hingga lebih kumparan yang
membungkus inti besi feromagnetik. Dimana kumparan itu biasanya tidak
dihubungkan secara langsung satu sama lain.  Kumparan yang satu

13
dihubungkan dengan sumber listrik AC (kumparan primer) dan kumparan
yang lain mensuplai listrik ke beban (kumparan sekunder). Kumparan
primer merupakan kumparan yang menerima daya, kemudian kumparan
sekunder tersambung pada beban. kedua kumparan dibelit pada suatu
inti yang terdiri atas material magnetic berlaminasi.

Gambar 2.1. Transformator


Landasan fisik transformator merupakan induktansi mutual (timbal
balik) antara kedua rangkaian yang dihubungklan oleh suatu fluks
magnetik bersama yang melewati jalur dengan reluktansi rendah. Kedua
kumparan memiliki induktansi mutual yang tinggi. apabila kumparan
primer dihubungkan dengan tegangan, maka akan mengalir arus bolak-
balik pada kumparan tersebut. Jadi dikarenakan kumparan mempunyai
inti, arus menimbulkan fluks magnet yang juga berubah-ubah pada
intinya dikarenakan adanya magnet yang berubah-ubah pada kumparan
primer akan timbul GGL induksi.

14
Gambar 2.2. Kontruksi Kumparan Transformator

2.2.1. Jenis-Jenis Transformator


Di lihat dari fungsinya transformator dapat dibedakan menjadi 2
jenis yaitu transformator step up dan transformator step down
1. Transformator step up digunakan untuk menghubungan transformator
ke grid didalam tegangna listrik. Transformator Step Up merupakan
Transformator yang berfungsi untuk menaikkan level tegangan AC
dari level tegangan rendah menjadi level tegangan yang lebih tinggi.
Transformator step up bekerja untuk menaikan level tegangan
sekunder dengan cara memperbanyak lilitan pada kumparan
sekundernya sehingga akan membuat jumlah lilitan pada kumpara
primer menjadi lebih sedikit

15
Gambar 2.1. Transformator
Landasan fisik transformator adalah induktansi mutual (timbal
balik) antara kedua rangkaian yang dihubungklan oleh suatu fluks
magnetik bersama yang melewati jalur dengan reluktansi rendah. Kedua
kumparan memiliki induktansi mutual yang tinggi. apabila kumparan
primer dihubungkan dengan tegangan, maka akan mengalir arus bolak-
balik pada kumparan tersebut. Oleh karena kumparan mempunyai inti,
arus menimbulkan fluks magnet yang juga berubah-ubah pada intinya.
akibat adanya magnet yang berubah-ubah pada kumparan primer akan
timbul GGL induksi.

Gambar 2.2. Kontruksi Kumparan Transformator

16
2.2.3. Jenis-Jenis Transformator
Di lihat dari fungsinya transformator dapat dibedakan menjadi 2
jenis yaitu transformator step up dan transformator step down
1. Trafo Step Up ialah Trafo yang berfungsi untuk menaikkan level
tegangan AC atau taraf dari rendah ke taraf yang lebih tinggi.
Komponen tegangan sekunder dijadikan tegangan Output yang lebih
tinggi yakni dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak lilitan di
kumparan sekundernya sehingga jumlah lilitan kumparan primer lebih
sedikit. Trafo step up ini digunakan sebagai penghubung trafo
generator ke grid di dalam tegangan listrik.

Gambar 2.3.transformator step up

2. Transformator step down


Trafo Step Down ialah Trafo yang berfungsi menurunkan taraf
level tegangan AC dari taraf yang tinggi ke rendah. Pada Trafo jenis
ini, Rasio untuk jumlah lilitan pada kumparan primer lebih banyak
daripada jumlah lilitan pada kumparan yang sekunder.
Trafo step down digunakan untuk mengubah tegangan grid
yang tinggi menjadi yang lebih rendah di mana dapat digunakan untuk
peralatan rumah tangga. Contohnya, untuk menurunkan taraf
tegangan listrik dari PLN (220V) menjadi taraf tegangan yang dapat
disesuaikan dengan peralatan elektronik di rumah .

17
Gambar 2.4.transformator step down

2.2.4. Bagian Utama Transformator


a. Inti besi
Inti besi (electromagnetic circuit) digunakan sebagai media
jalannya flux yang timbul akibat induksi arus bolak balik pada
kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi
kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan–
lempengan besi tipis berisolasi yang disusun sedemikian rupa
untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang di
timbulkan olehEddy Current.
b. Kumparan Transformator
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat
berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap
antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan
lain-lain. Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan
dan arus.

c. Minyak Transformator
Di dalam sebuah transformator terdapat dua komponen
yang secara aktif “membangkitkan” energi panas,  yaitu besi (inti)
dan tembaga (kumparan). Bila energi panas  tidak disalurkan
melalui suatu sistem pendinginan akan mengakibatkan besi
maupun tembaga akan mencapai suhu yang tinggi, yang
akan  merusak nilai isolasinya. Untuk maksud pendinginan

18
itu,  kumparan dan inti dimasukkan ke dalam suatu jenis minyak,
yang dinamakan minyak transformator. Minyak itu mempunyai
fungsi ganda, yaitu pendinginan dan isolasi. Fungsi isolasi ini
mengakibatkan  berbagai ukuran dapat diperkecil. Perlu
dikemukakan bahwa  minyak transformator harus memiliki mutu
yang tinggi dan  senantiasa berada dalam keadaan bersih.
Disebabkan energi  panas yang dibangkitkan dari inti maupun
kumparan, suhu minyak akan naik. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan pada minyak transformator
d. Bushing
Bushing merupakan komponen penting dari transformator
yang berada di bagian luar transformator. Fungsinya sebagai
penghubung antara kumparan transformator dengan jaringan
di  luar transformator
e. Tangki Konservator
Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada transformator,
minyak isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah.
Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak
akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator
digunakan untuk menampung minyak pada saat transformator
mengalamui kenaikan suhu.

2.2.5. Prinsip Kerja Transformator


Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere
dan hukum Faraday, yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan
magnet dan sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik.
Jika pada salah satu kumparan pada trans- formator diberi arus bolak-
balik maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya pada
sisi primer terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya magnet
dari sisi primer yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi
sekunder juga timbul induksi akibatnya antara dua ujung terdapat beda
tegangan.

19
Transformator mengambil tegangan dari sebuah listrik dan
kemudian mengubahnya ke listrik dengan tegangan yang berbeda.
Pada dasarnya transformator bekerja dengan mengubah tegangan
dengan menggunakan 2 sifat listrik. Pertama listrik yang mengalir pada
sebuah kumparan akan menimbulkan medan magnet. Kedua
perubahan medan magnet (fluks magnet) akan menimbulkan ggl
induksi. Arus bolak balik yang masuk pada kumparan  primer akan
menyebabkan adanya fluks magnet bolak-balik yang intik magnetik.
Setelah itu, fluks magnet  bolak-balik akan melewati kumparan skunder
dan menimbulkan adanya ggl induksi. Besarnya ggl induksi akan
bergantung pada laju perubahan fluks dan jumlah lilitan pada kumparan
skunder

Gambar 2.5. Prinsip kerja transformator


Pada transformator dapat digunakan sebuah persamaan berikut
ini:
VP VS
= ………………………………………………………………...……
N P NS
(2.1)
Dimana :
VP = tegangan kumparan primer
VS = tegangan kumparan sekunder
NP = jumlah lilitan kumparan primer

20
NS = jumlah lilitan kumparan sekunder
Persamaan diatas menyatakan bahwa besarnya tegangan pada
sebuah kumparan berbanding lurus dengan banyaknya jumlah lilitan
pada sebuah kumparan tersebut. Dimana semakin banyak jumlah lilitan
maka tegangan pada sebuah kumparan tersebut juga akan semakin
besar

2.2.6. Transformator distribusi


Transformator distribusi merupakan suatu komponen yang
memegang peran sangat penting dalam system penyaluran tenaga listrik
dari gardu distribusi hingga sampai ke pelanggan. Transformator
distribusi mengubah tegangan menengah menjadi tegangan
rendah.Transformator distribusi yang umum digunakan adalah
transformator step-down 20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem
jaringan tegangan rendah adalah 380V. Karena terjadi drop tegangan,
maka pada rak tegangan rendah dibuat di atas 380V agar tegangan
pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V. Pada kumparan primer
akan mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke sumber
tegangan bolak-balik, sehingga pada inti tansformator yang terbuat dari
bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet
(fluks = Ф). Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik,
maka fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah
yang berubah-ubah. Jika arus yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka
fluks yang terjadi akan berbentuk sinusoidal pula. Karena fluks tersebut
mengalir melalui inti yang mana pada inti tersebut terdapat belitan primer
dan sekunder, maka pada belitan primer dan sekunder tersebut akan
timbul ggl (gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi primer
berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder. Sedangkan frekuensi
masing-masing tegangan sama dengan frekuensi sumbernya.

21
Gambar 2.6.Transformator distribusi

2.2.7. Gardu Distribusi


Gardu Distribusi adalah bagian dari sistem jaringan distribusi yang
merupakan penghubung antara sistem saluran distribusi primer dengan
sistem saluran distribusi sekunder yang terdiri dari transformator tenaga,
peralatan penghubung dan pemutus tenaga serta peralatan hubung bagi
tegangan rendah (PHBTR) yang terletak pada suatu bangunan atau
konstruksi tertentu.

Gambar 2.7. gardu distribusi

Perlengkapan utama gardu distribusi :

1. Pengaman tegangan lebih (ARRESTER)


2. Pengaman arus lebih (FUSE)
3. Transformator Step Down
4. Pemisah
5. Pemutus Tenaga
6. Rel pembagi
7. Sekering
8. Pertanahan Gardu Distribusi :
9. Pertanahan untuk pengaman tegangan lebih
10. Pertanahan netral
11. Pertanahan BKT (pada PHBTR)

22
2.2.8. Tipe -Tipe gardu distribusi
1. Gardu Distribusi Tipe Beton
Gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari beton
(campuran pasir, batu dan semen). Gardu beton termasuk `gardu
jenis pasangan dalam, karena pada umumnya semua peralatan
penghubung/ pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di
dalam bangunan beton. Dalam pembangunannya semua
peralatan tersebut di disain dan diinstalasi di lokasi sesuai dengan
ukuran bangunan gardu.
Gambar 2.8. Gardu Distribusi Tipe Beton

 Seluruh peralatan berada dalam bangunan  beton


 Luas gardu minimal 7 x 4 m2
 Kapasitas trafi maksimum 2 x 630 kVA
 Peralatannya :
 Satu ruang untuk pemutus beban arah masuk (incoming)
 Satu beban untuk pemutus beban arah keluar (outgoing)
 Satu ruang untuk pengukuran
 Satu ruang untuk transformator dan pengamannya
 Satu ruang untuk tegangan rendah
2. Gardu distribusi Tipe Clad / metal

Gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari


besi. Gardu besi termasuk gardu jenis pasangan dalam, karena

23
pada umumnya semua peralatan penghubung/pemutus, pemisah
dan trafo distribusi terletak di dalam bangunan besi. Semua
peralatan tersebut sudah di instalasi di dalam bangunan besi,
sehingga dalam pembangunannya pelaksana pekerjaan tinggal
menyiapkan pondasinya saja.

 Seluruh peralatannya terletak dalam ruangan tertutup dari


metal/logam
 Ukuran gardu 3 x 4 m
 Peralatannya  sama dengan gardu beton
 Selain untuk pemasangan tetap, gardu kios juga digunakan
untuk keperluan sementara/darurat (bersifat mobile/bergerak)
3. Gardu Distribusi Tipe Portal
Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi yang bangunan
pelindungnya/ penyangganya terbuat dari tiang. Dalam hal ini
trafo distribusi terletak di bagian atas tiang. Karena trafo distribusi
terletak pada bagian atas tiang, maka gardu tiang hanya dapat
melayani daya listrik terbatas, mengingat berat trafo yang relatif
tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan trafo berkapasitas
besar di bagian atas tiang (± 5 meter di atas tanah).

24
gambar 2.9. gardu distribusi tipe portal

Untuk gardu tiang dengan trafo satu fase kapasitas yang


ada maksimum 50 KVA, sedang gardu tiang dengan trafo tiga fase
kapasitas maksimum 160 KVA (200 kVA). Trafo tiga fase untuk
gardu tiang ada dua macam, yaitu trafo 1×3 fase dan trafo
3x1fasa. Gambar 3-39 memperlihatkan sebuah gardu distribusi
tiang tipe portal lengkap dengan perlengkapan proteksinya dan
panel distribusi tegangan rendah yang terletak di bagian bawah
tiang (tengah).

Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor)


yang memakai konstruksi tiang/menara kedudukan transformator
minimal 3 meter di atas platform. Umumnya memakai tiang beton
ukuran 2×500 daN.

 Seluruh peralatan disanggah oleh dua tiang atau lebih


 Luas tanah yang dibutuhkan ± 2 x 3 m2
 Kapasitas transformator maksimum 250, 315, 400 kVA
4. Gardu distribusi tipe Cantol

25
Gardu cantol adalah tipe gardu listrik dengan transformator
yang dicantolkan pada tiang listrik besarnya kekuatan tiang
minimal 500 daN. Seluruh peralatannya disanggah oleh satu
tiang. Kapasitas maksimum transformator 50 kVA

Gambar 2.10. gardu distribusi tipe cantol

Instalasi gardu dapat berupa :

 1 Cut out fused


 1 lighting arrester.
 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau
transformator completely self protected (CSP –
Transformator)
Gardu cantol 1 fasa dengan transformator CSP (completely
self protected) untuk pelayanan satu fase. Untuk pelayanan sistem
3 fase memakai 3 buah trafo 1 fase dengan titik netral di
gabungkan dari
tiap-tiap transformator menjadi satu.
instalasi dalam PHB terbagi atas 6 bagian utama:
 Instalasi switch gear tegangan menengah
 Instalasi switch gear tegangan rendah
 Instalasi transformator

26
 Instalasi kabel tenaga dan kabel kontrol
 Instalasi pembumian
 Bangunan fisik gardu.
5. Gardu mobil
Gardu distribusi yang bangunan pelindungnya berupa
sebuah mobil (diletakkan di atas mobil), sehingga bisa dipindah-
pindah sesuai dengan tempat yang membutuhkan. Oleh
karenanya gardu mobil ini pada umumnya untuk pemakaian
sementara(darurat), yaitu untuk mengatasi kebutuhan daya yang
sifatnya temporer
Gambar 2.11. gardu mobil

Secara umum ada dua jenis gardu mobil, yaitu pertama


gardu mobil jenis pasangan dalam (mobil boks) di mana semua
peralatan gardu berada di dalam bangunan besi yang mirip
dengan gardu besi. Kedua, gardu mobil jenis pasangan luar, yaitu
gardu yang berada di atas mobil trailer, sehingga bentuk pisiknya
lebih panjang dan semua peralatan penghubung/pemutus,
pemisah dan trafo distribusi tampak dari luar.

2.2.9. Ketidakseimbangan Beban


Ketidakseimbangan beban pada suatu sistem distribusi tenaga
listrik terjadi diakibatkan oleh ketidakseimbangan pada beban-beban
satu fase atau pada pelanggan jaringan tegangan rendah. Akibat dari
ketidakseimbangan beban tersebut adalah munculnya arus di netral
transformator. Arus yang mengalir di netral transformator ini

27
menyebabkan terjadinya kerugian yaitu kerugian akibat adanya arus
netral pada penghantar netral transformator dan kerugian akibat arus
netral yang mengalir ke tanah. ketidakseimbangan beban yang
berdampak pada penyediaan tenaga listrik, ketidakseimbangan beban
antara tiap-tiap fase (fase R, fase S, dan fase T), inilah yang
menyebabkan mengalirnya arus di netralnya transformator, arus netral
inilah yang menimbulkan rugi-rugi pada transformator sehingga
kemampuannya transformator dalam melayani beban kurang optimal
kinerja nya. Yang di maksud dengan beban seimbang adalah suatu
keadaan di mana :

1. Ketiga vektor arus atau tegangan sama besar


2. Ketiga vektor saling membentuk sudut 1200satu sama lain seperti
pada gambar

Gambar 2.12. Vektor Diagram Arus Dalam Keadaan Seimbang

Dari Gambar 2.3 menunjukkan vektor diagram dalam keadaan


seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya
(IRISIT) adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral
Sedangkan yang di maksud dengan keadaan tidak seimbang adalah
keadaan di mana salah satu atau kedua syarat keadaan tidak seimbang
tidak terpenuhi. Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu :

28
1. Ketiga vektor sama besar tapi tidak membentuk sudut 120 0satu sama
lain
2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120 0satu
sama lain
3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120 0 satu
sama lain.

Gambar 2.13. Vektor Diagram Arus Keadaan Tidak Seimbang

Dari Gambar 2 menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan


tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor
arusnya (IR IS IT) adalah tidak sama dengan nol sehingga muncul suatu
besaran itu arus netral (IT) yang besarnya bergantung pada seberapa
besar faktor ketidakseimbangannya

2.2.10. Rugi Daya Akibat Ketidakseimbangan Beban


Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap
fase pada sisi sekunder trafo (fase R, fase S, fase T) mengalirlah arus
dinetral trafo. Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini
menyebabkan kerugian pada penghantar netral trafo ini dapat
dirumuskan sebagai berikut

PN =IN2 x RN ……………………………………………………………………………………….. (2.2)

29
Di mana :

PN : kerugian penghantar pada netral transformator (watt)

IN : Arus yang mengalir pada netral transformator (A)

RN : Tahanan bumi netral transformator(Ω)

2.2.11. Pola Pembebenan Transformator


Sebuah transformator di katakan overload atau keadaan beban
lebih apabila beban transformator melebihi 80% dari kapasitas yang
berada pada (nameplate) transformator atau arus nominal (In) tersebut.
Beban transformator terkondisi secara umum harus di usahakan berada
pada level< 80% untuk semua merek transformator. Sehingga untuk
menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan rumus:

S
IFL =
√3 V
Di mana:

IFL : Arus beban penuh (A)

S : Daya transformator (kVA)

V : Tegangan sisi sekunder transformator (kV)

Sedangkan untuk mencari arus rata-rata pada transformator kita


dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Ir + Is+ It
rata-rata= ………………………………………..……………….
3
(2.3)

30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Analisis kebutuhan
Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan penelitian,
diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Studi Literatur
Tahapan ini dilakukan dengan cara mencari buku-buku dan
jurnal-jurnal yang berisikan teori atau pembahasan yang terkait
dengan penelitian yang dilakukan baik itu berupa teori-teori
pendukung, teori khusus serta metode yang digunakan untuk
mengolah data.

B. Pengumpulan Data
Pada tahapan ini dilaksanakan dengan melakukan
pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan untuk
memperoleh data yang diperlukan yang mensupport data literatur

C. Perhitungan
Tahapan ini dilakukan setelah kita mendapatkan semua
data yang diperlukan rumus- rumus yang digunakan dalam
perhitungan berasal dari buku-buku maupun jurnal-jurnal yang
terkait dengan pembahasan.

31
Mulai

Menentukan identifikasi masalah

Menentukan tujuan penelitian

 Data pengukuran beban gardu CDP51 dan


DKL
 Data spesifikasi transformator masing
masing gardu

hasil

a. Perhitungan data beban


b. Perhitungan rugi rugi
c. Evaluasi kondisi pembebanan trafo

kesimpulan

Selesai

32
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dan pengumpulan data untuk skripsi ini dilakukan di
PT.PLN (PERSERO) UP2D BANTEN. Penelitian ini dilakukan selama
bulan Februari 2020 hingga Mei 2020.

3.3 Teknis Analisis Data


Data yang diperoleh merupakan data yang berbentuk angka
sehingga unutk mengelolah metode kuantitatif yang menggunakan
rumus-rumus, antara lain:
a. Menghitung beban penuh pada transformator
Daya kerja pada transformator menandakan kapasitas pada
transformaor. Apabila rating tegangan pada sisi primer dan sekunder
sudah diketahui maka untuk menghitung arus beban penuh dapat
menggunakan persamaan:
s
I FL = ……………………………………...................................(3.1)
√3 x v
Dimana :
I FL = arus beban penuh (A)
S = daya transformator (kVA)
V = tegangan (kV)
b. Perhitungan Persentase Pembebanan Transformator
Untuk menghitung berapabesar persentase pembebanan dari
transformator distribusi dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
I R+ I S+ I T
I rata−rata= ……………………………………………………(3.2)
3
Dimana :
I R = arus pada fasa R
I S = arus pada fasa S
I T = arus pada fasa T
Setelah dilakukan perhitungan untuk mendapatkan arus rata rata
maka baru dapat dicari persentase pembebanan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

33
I rata−rata siang
% Pembebanan = x 100 % …………………..………
I FL
(3.3)

c. Perhitungan ketidakseimbangan beban transformator distribusi


Perhitungan ketidakseimbangan beban dilakukan dua kali dalam
waktu pengukuran beban yang berbeda, yaitu pengukuran beban
pada saat siang hari dan pada saat malam hari. Ketidakseimbangan
beban pada transformator distribusi dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
I per fasa
koefisien= ……………………………………………………(3.4)
I rata−rata
Dimana :
Koefisien = a,b,c
I per fasa = arus perfasa (A)
I rata−rata = arus rata rata (A)
Persentase ketidakseimbangan transformator dapat dihitung
menggunakan persamaan:
|a−1|+|b−1|+|c−1|
%ketidakseimbangan= x 100 %.............................
3
(3.5)
Pada keadaan seimbang,besarnya koefisien a,b,c adalah 1.
d. Menghitung Nilai Arus Netral
Arus netral merupakan arus yang diperoleh dari penjumlahan
ketiga fasa arus secara vektoris. Hal ini dapat dinyatakan dengan
rumus :
I N =I R + I S + I T
Dimana :
I N = arus netral
I R = arus fasa R
I S = arus fasa S
I T = arus fasa T

34
Untuk mendapatkan berapa besar arus netral penjumlahan arus-arus
fasa haruslah dilakukan secara vektoris. Dimana secaravektoris
berarti penjumlahan arus pada ketiga fasanya melibatkan besar nilai
arus dan besar sudutnya. Hal ini dinyatakan di dalam persamaan
sebagai berikut:
I R =I R ∠ cos−1 φ R……………………………………………………………(3.7)
I S=I S ∠ cos−1 φS …………………………………………………………….(3.8)
I T =I T ∠cos−1 φT …………………………………………………………….(3.9)
e. Menghitung rugi – rugi (losses) karena adanya arus netral pada
penghantar netral transformator
Untuk menghitung rugi-rugi karena adanya arus netral yang
mengalir pada penghantar netral transformator dapat menggunakan
persamaan berikut :
P N =I N 2 × R N ……………………………………………………….(3.10)
Dimana :
P N = rugi rugi penghantar netral trafo (watt)

I N = arus pada penghantar netral transformator (ampere)

R N = tahanan pada penghantar netral transformator (Ω)

3.4. Jadwal Penelitian


Berikut ini adalah tabel jadwal kegiatan penelitian. Jadwal
kegiatan penelitian ini mengacu pada rencana kegiatan dengan keluaran
yang diharapkan:

Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan
2 3 4 5 6 7
1 Proposal
penelitian
2 Skripsi

35
a. Studi
literatur
b. studi
lapangan
c.Pengambilan
data
d. pengolahan
data
e. penulisan
hasil
penelitian

36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada pembahasan pada bab IV ini akan membahas mengenai
perhitungan rugi rugi pada transformator dimana rugi rugi tersebut
diakibatkan oleh arus netral yang mengalir pada penghantar netral serta
Beban tidak seimbang merupakan sebuah keadaan yang dapat terjadi
pada transformator distribusi. Keadaan ini ditandai dengan adanya
merugikan yang terdapat pada penghantar maupun transformator. Serta
pada bab ini juga menganalisa bagaimana dampak yang terjadi setelah
usaha penyeimbangan beban dengan mengasumsikan penggunakan
beban sebesar 90% dari daya yang terpasang

4.2 Data Teknis


Pada penilitian kali ini akan meneliti salah satu transformator
distribusi tiga fasa dari PT. PLN (Persero) UP3 CIKOKOL. Pengambilan
data transformator BTC32 pada PT.PLN (Persero) UP3 CIKOKOL
dilakukan pada 11 juni 2020. Dimana pada siang hari pengukuran
dilakukan pukul 9.45 WIB dan pada malam hari pukul 18.45 WIB. Berikut
adalah data dari transformator tersebut :

Tabel 4. 1. Data Transformator BTC32

No Spesifikasi Keterangan

1. Merk Transformator SCHNEIDER

2. Daya Pengenal 315 kVA

3. Fasa 3

4. Rating tegangan 20 kV / 400 V

5. Impedansi 4%

37
6. Rating arus 9,09 A / 454,67 A

7. Rugi tanpa beban 500 W

8. Rugi berbeban pada 3250 W


75°C
9. Frekuensi 50 Hz

10 Hubungan Dyn%

Table 4.2. Data Pengukuran beban transformator BTC32 pada siang hari

pengukuran beban siang hari


beban (A) tegangan (volt)
jurusan r s t n r-n s-n t-n r-s r-t s-t
1 13 17 11 28
2 73 136 71 66
3 130 208 130 27
4 0 0 0 0
total 216 361 343 121 228 230 230 396 396 398

Table 4.3. Data Pengukuran Beban transformator BTC32 pada malam hari

pengukuran beban malam hari


beban (A) tegangan (volt)
jurusan r s t n r-n s-n t-n r-s r-t s-t
1 20 21 14 72
2 87 183 94 68
3 182 244 119 38
4 1 0 0 0
total 290 448 227 138 232 235 234 404 404 406

Dikarenakan pada daerah kerja PT.PLN (persero) Unit Layanan Pelanggan


Mustika Jaya terdapat sangat banyak trasnformator distribusi yang beroperasi ,
pengukuran terhadap transformator distribusi tersebut hanya dilakukan secara
bergantian sekali dalam setahun. Sehingga data pengukuran yang digunakan
pada penelitian ini merupakan data pengukuran terbaru dari transformator
distribusi BTC32.

38
4.3 Analisis Perhitungan
Nilai pembebanan transformator, ketidakseimbangan beban, serta
rugi-rugi dari transformator BTC32, didapat dengan melakukan
perhitungan seperti berikut :

4.3.1. Menghitung Arus Beban Penuh


Dengan menggunakan persamaan (3.1) maka dapat dicari nilai
pembebanan transformator BTC32:
S
IFL =
√3 V
315 kVA
IFL =
√ 3 400V
IFL = 454,67 A

4.3.2. Menghitung Persentase Pembebanan Transformator


Perhitungan pembebanan transformator dilakukan pada 2 periode
waktu pengukuran beban yang berbeda dimana pengukuran pertama
dilakukan pada siang hari dan pengukuran kedua dilakukan pada malam
hari

 Siang
Untuk menghitung arus rata rata digunakan persamaan
(3.2) dan (3.3), seperti di bawah ini:

IR + IS + IT
Irata-rata siang =
3

216+361+212
¿
3

¿ 263A

I rata−rata siang
% Pembebanan = x 100 %
I FL
263
= x 100 %
454 , , 67
= 57,8%

39
 Malam

Untuk menghitung arus rata rata digunakan persamaan


(3.2) dan (3.3), seperti di bawah ini:

IR + IS + IT
Irata-rata malam =
3
290+448+227
¿
3
¿ 321,67A
I rata−rata siang
% Pembebanan = x 100 %
I FL
321,67
= x 100 %
454 , , 67
= 70,74%

4.3.3. Menghitung Ketidakseimbangan Transformator Distribusi


 Siang Hari

Dengan menggunakan persamaan (3.4) maka dapat


diketahui besarnya koefisien a,b dan c, dimana besar arus fasa
dalam keadaan seimbang sama besarnya dengan arus rata-rata

IR 216 A
IR = a . Irata-rata siang Maka : a = =0,82
I rata−rata siang 263 A
IS 361 A
IS = b . Irata-rata siang Maka : b = =1,37
I rata−rata siang 263 A
IT 212 A
IT = c . Irata-rata siang Maka : c = =0,8
I rata−rata siang 263 A
Berdasarkan persamaan penyaluran dan susut daya , pada
saat keadaan seimbang , nilai koefisien a,b dan c adalah 1.
Dengan demikian , dapat dihitung persentase ketidakseimbangan
beban trasnformator BTC32 pada siang hari adalah :

{|a−1|+|b−1|+|c−1|}
ketidakseimbangan= =100 %
3
{|0,18−1|+|0,37−1|+|0,21−1|}
¿ =100 %
3

40
= 25%

Selanjutkan akan dihitung besar arus netral dengan


menjumlahkan secara vektoris arus di tiap fasanya dengan
diasumsilan cos φ = 0,85. Untuk mendapatkan nilai arus tiap
fasa dapat digunakan persamaan (3.6) hingga (3.9) sebagai
berikut:
I R =I R ∠ cos−1 φ R=216∠ cos−1 0,85=216∠ 31,788 °
I S=I S ∠cos−1 φS =361∠ (cos¿ ¿−10,85)°−120 °=361 ∠−88.211 ° ¿
I T =I T ∠ cos−1 φT =212∠(cos¿¿−1 0,85)° +120 °=212 ∠151,778° ¿
Dengan demikian dapatlah dicari arus netral melalui
persamaan berikut :
I N =I R ∠cos−1 φ R + I S ∠cos−1 φS ¿ °−120 ° + I T ∠ cos−1 φT + 120°
I N =216 ∠31,788 °+361 ∠−88.211°+ 212∠151,778 °
I N =147,009 ∠−86.852

 Malam Hari

Dengan menggunakan persamaan (3.4) maka dapat diketahui


besarnya koefisien a,b dan c, dimana besar arus fasa dalam
keadaan seimbang sama besarnya dengan arus rata-rata

IR 290 A
IR = a . Irata-rata malam Maka : a = =0,90
I rata−rata malam 321,67 A
IS 448 A
IS = b . Irata-rata malam Maka : b = =1,39
I rata−rata malam 321,67 A
IT 227 A
IT = c . Irata-rata malam Maka : c = =0.70
I rata−rata malam 321,67 A
Berdasarkan persamaan penyaluran dan susut daya , pada
saat keadaan seimbang , nilai koefisien a,b dan c adalah 1.
Dengan demikian , dapat dihitung persentase ketidakseimbangan
beban trasnformator BTC32 pada malam hari adalah :

{|a−1|+|b−1|+|c−1|}
ketidakseimbangan= =100 %
3

41
{|0,1−1|+|0,39−1|+|0,3|}
¿ =100 %
3

= 26,33%

Selanjutkan akan dihitung besar arus netral dengan


menjumlahkan secara vektoris arus di tiap fasanya dengan
diasumsilan cos φ = 0,85. Untuk mendapatkan nilai arus tiap
fasa dapat digunakan persamaan (3.6) hingga (3.9) sebagai
berikut:

I R =I R ∠ cos−1 φ R=290∠ cos−1 0,85=290 ∠ 31,788 °


I S=I S ∠cos−1 φS =448 ∠( cos¿¿−1 0,85)° −120° =448 ∠−88.211 ° ¿
I T =I T ∠cos−1 φT =227 ∠(cos ¿¿−10,85)°+ 120° =227 ∠ 151,778° ¿
Dengan demikian dapatlah dicari arus netral melalui
persamaan berikut :
I N =I R ∠cos−1 φ R + I S ∠cos−1 φS ¿ °−120 ° + I T ∠ cos−1 φT + 120°
I N =290 ∠31,788° + 448∠−88.211° +227 ∠151,778 °
I N =197,173 ∠−72,139

4.3.4. Perhitungan Rugi-rugi (Losses) Pada Transformator Distribusi


Akibat Arus Netral Pada Penghantar Netral
Berdasarkan table pengukuran dan dengan menggunakan
persamaan (3.10), rugi-rugi akibat adanya arus netral pada penghantar
netral transformator dapat dihitung , yaitu :

 Siang Hari

PN = IN2 . RN

= (121)2 x 0,212

= 3103,89 Watt

 Malam Hari

PN = IN2 . RN

= (138)2 0,212

42
= 4037,33 Watt

Dari perhitungan pada sub bab 4.3 yang telah di lakukan maka di
dapatlah hasil persentase ketidakseimbangan beban, arus netral serta
rugi-rugi. Hasil ini dirangkum di dalam table di bawah ini:
Table 4.4. hasil perhitungan ketidakseimbangan beban serta rugi rugi
gardu BTC32
Waktu Ketidakseimbangan Arus netral Rugi-rugi
beban (%) (ampere)
pengukuran (Watt)
Siang 25 147,009 ∠−86.852 3103,89
Malam 26.33 197,173 ∠−72,139 4037,33

4.4 Rencana Penyambungan Ulang Jaringan Tegangan Rendah


Pada Transformator Distribusi BTC32
Dalam sub-sub ini akan dibahas rencana penyeimbangan
beban dengan melakukan pemindahan fasa beban jaringan
tegangan rendah Gardu BTC32 dengan mengamsumsikan
pemakaian beban 90 % dari daya yang terpasang dipelanggan.
Rencana pemindahan fasa beban jaringan tegangan rendah dengan
mengacu pada data pelanggan yang diperoleh dari bagian
perencanaan PT.PLN Area Cengkareng. Wilayah dari pelayanan
Gardu BTC32 merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk,
dimana gardu BTC32 sendiri berada di jalan Darussalam Batu
Ceper.

43
Gambar 4.1. peta wilayah pelayanan gardu BTC32

Berikuti ni adalah kutipan data pelanggan dan rencana


penyambungan ulang beban pelanggan dari tiang pertama dan
kedaua
Table 4.5. kutipan data pelanggan dan rencana
penyambungan ulang beban pelanggan pada tiang 1-4

44
4.5 Menghitung ketidakseimbangan beban sebelum dan sesudah
penyambungan ulang
Menghitung

4.5.1. Menghitung Arus Yang Terpasang Tiap Fasa sebelum dan


sesudah penyambungan ulang
a. Sebelum Penyambungan Ulang
 Fasa R
I Total =I Total Tiang 1+ I Total Tiang 2+ …+ I TotalTiang 21
= 14,4+21,6+…+18
= 275,4
 Fasa S
I Total =I Total Tiang 1+ I Total Tiang 2+ …+ I TotalTiang 21
= 27+28,8+…+7,2
= 482
 Fasa T
I Total =I Total Tiang 1+ I Total Tiang 2+ …+ I TotalTiang 21
= 27+21,6+…+5,4
= 403,7
b. Sesudah Penyambungan Ulang
 Fasa R
I Total =I Total Tiang 1+ I Total Tiang 2+ …+ I TotalTiang 21
= 21,6+23,4+…+10,8
= 394
 Fasa S
I Total =I Total Tiang 1+ I Total Tiang 2+ …+ I TotalTiang 21
= 23,4+23,4+….+10,8
= 370
 Fasa T
I Total =I Total Tiang 1+ I Total Tiang 2+ …+ I TotalTiang 21
= 23,4+25,2+…+9
= 396,6

45
TABEL 4.6. Data arus yang terpasang pada tiap fasa sebelum
penyambungan ulang dan sesudah penyambungan ulang

IR (Ampere) IS (Ampere) IT (Ampere)


Sebelum 275,4 482 403,2
Sesudah 394 370 396,8

4.5.2. Menghitung ketidakseimbangan beban sebelum dan sesudah


penyambungan ulang
Dengan menggunakan asumsi beban 90% MCB pelanggan, maka
dapat dihitung ketidakseimbangan beban sebelum dan sesudah
penyambungan ulang
a. Sebelum penyambungan ulang
IR + IS + IT
Irata-rata =
3
275,4+ 482+ 403,2
¿
3
¿ 380,8A

Setelah didapatkan besar arus rata-rata maka dapat dicari


ketidakseimbangan bebannya dengan melakukan perhitungan
dibawah ini:
IR 257 A
IR = a . Irata-rata siang Maka : a = =0,67
I rata−rata siang 380,8 A
IS 482 A
IS = b . Irata-rata siang Maka : b = =1,26
I rata−rata siang 380,8 A
IT 403,2 A
IT = c . Irata-rata siang Maka : c = =1,05
I rata−rata siang 380,8 A
Dapat dihitung persentase ketidakseimbangan dengan
perhitungan dibawah ini:

{|a−1|+|b−1|+|c−1|}
ketidakseimbangan= =100 %
3
{|0,67−1|+|1,26−1|+|1,05−1|}
¿ =100 %
3
= 22%
b. Setelah penyambungan ulang

46
IR + IS + IT
Irata-rata =
3
394+370+396,8
¿
3

¿ 387,3A

Setelah didapatkan besar arus rata-rata maka dapat dicari


ketidakseimbangan bebannya dengan melakukan perhitungan
dibawah ini:
IR 394 A
IR = a . Irata-rata siangMaka : a = =1,02
I rata−rata siang 38 7 ,3 A
IS 370 A
IS = b . Irata-rata siang Maka : b = =0,95
I rata−rata siang 38 7 ,3 A
IT 396,8 A
IT = c . Irata-rata siang Maka : c = =1,03
I rata−rata siang 38 7 ,3 A
Dapat dihitung persentase ketidakseimbangan dengan
perhitungan dibawah ini:
{|a−1|+|b−1|+|c−1|}
ketidakseimbangan= =100 %
3
{|1,002−1|+|0,95−1|+|1,03−1|}
¿ =100 %
3
= 3,3%
4.5.3. Menghitung arus netral dan rugi rugi sebelum dan sesudah
penyambungan ulang
a. Sebelum Penyambungan Ulang
Dihitung besar arus netral dengan menjumlahkan secara
vektoris arus di tiap fasanya dengan diasumsilan cos φ = 0,85.
Untuk mendapatkan nilai arus tiap fasa dapat digunakan
persamaan (3.6) hingga (3.9) dan dari data tabel 4.2 sebagai
berikut:
I R =I R ∠ cos−1 φ R=275,4 ∠ cos−1 0,85=275,4 ∠ 31,788°
I S=I S ∠cos−1 φS =482 ∠( cos¿¿−1 0,85)°−120 °=482∠−88.211 ° ¿
I T =I T ∠cos−1 φT =403,2 ∠(cos ¿¿−10,85)°+ 120° =403,2 ∠ 151,778° ¿

47
Dengan demikian dapatlah dicari arus netral melalui
persamaan berikut :
I N =I R ∠cos−1 φ R + I S ∠cos−1 φS ¿ °−120 ° + I T ∠ cos−1 φT + 120°
I N =275 ∠31,788° + 482∠−88.211 ° +403,2 ∠ 151,778 °
I N =180,515 ∠−126.01
Berdasarkan perhitungan arus netral yang telah dilakukan
maka dapat dihtiung rugi-rugi :

PN = IN2 . RN

= (180,515)2 x 0,212

= 6908,16 Watt

b. Sesudah penyambungan
Dihitung besar arus netral dengan menjumlahkan secara
vektoris arus di tiap fasanya dengan diasumsilan cos φ = 0,85.
Untuk mendapatkan nilai arus tiap fasa dapat digunakan
persamaan (3.6) hingga (3.9) dan dari data tabel 4.2 sebagai
berikut:
I R =I R ∠ cos−1 φ R=394 ∠cos−1 0,85=394 ∠ 31,788°
I S=I S ∠cos−1 φS =370 ∠(cos ¿¿−1 0,85)°−120 °=370 ∠−88.211° ¿
I T =I T ∠cos−1 φT =396 ∠(cos ¿¿−10,85) °+ 120° =396 ∠ 151,778° ¿
Dengan demikian dapatlah dicari arus netral melalui
persamaan berikut :
I N =I R ∠cos−1 φ R + I S ∠cos−1 φS ¿ °−120 ° + I T ∠ cos−1 φT + 120°
I N =394 ∠31,788 °+ 370∠−88.211 ° +396 ∠151,778 °
I N =25,45 ∠−97,162
Berdasarkan perhitungan arus netral yang telah dilakukan
maka dapat dihtiung rugi-rugi :

PN = IN2 . RN

= (25,45)2 x 0,212

= 167,312 Watt
48
Table 4.7. Data hasil perhitungan ketidakseimbangan beban sebelum
dan sesudah penyeimbangan

Ketidakseimbanan Arus netral Rugi rugi


Sebelum 22% 180,515 ∠−126.01 6908,16 Watt
Sesudah 3,3% 25,45 ∠−97,162 167,312 Watt

4.6 Hasil Pengolahan Data


Ketidakseimbangan beban pada transformator distribusi dapat
terjadi karena kebutuhan dan pemakaian beban yang berbeda beda dan
waktu pemakaian yang juga berbeda beda. Ketidakseimbangan beban
yang terjadi akan berdampak pada timbulnya aliran arus pada
penghantar netral. Aliran arus pada penghantar netral tersebut akan
membuat rugi rugi daya pada transformator distribusi menjadi meningkat.
Menginkatnya rugi-rugi daya akan memperburuk kualitas daya dan
meningkatkan rugi rugi energi sehingga akan menimbulkan kenaikan
biaya listrik yang merugikan pihak PLN.
Agar lebih mempermudah menganalisa maka hasil analisa dari
perhitungan yang telah dilakukan akan dirangkum menjadi satu table
berikut ini:
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan

SEBELUM SESUDAH
PENYAMBUNGAN PENYAMBUNGAN
ULANG ULANG
Arus Perfasa IR 275,4 394
(Ampere) IS 482 370
IT 403,2 396,8

49
Ketidakseimbangan (%) 22 3,3
Arus Netral 180,515 ∠−126.01 25,45 ∠−97,162
Rugi-Rugi Akibat Arus Netral 6908,16 Watt 167,312 Watt
(Watt)

Berdasarkan data yang telah di rangkum pada table 4.8 diatas


maka dapat terlihat bahwa setelah kegiatan penyambungan ulang
dilakukan besar nilai dari ketidakseimbangan, arus netral , serta rugi-rugi
akibat arus netral jauh berkurang. Hal ini berdampak positif terhadap
transformator karena rencana penyambungan ulang mengurangi
persentase ketidakseimbangan sehingga juga ikut mengurangi rugi-rugi
yang ditimbulkan.

50
BAB V

PENUTUP
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai
ketidakseimbangan beban pada gardu BTC32 maka dapat disimpulkan
bahwa :

1. Arus netral yang mengalir pada penghantar netral akan besar


nilainya apabila ketidakseimbangan beban yang terjadi pada
transformator distribusi juga nilainya besar.
2. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diketahui besar
persentase ketidakseimbangan beban pada pengukuran siang hari
sebesar 25%, serta persentase ketidakseimbangan pada
pengukuran malam hari sebesar 26,33%
3. Setelah dilakukannya upaya penyeimbangan beban dapat terlihat
penurunan nilai arus netral dari 180,515 ampere menjadi 25,45
ampere serta nilai dari rugi-rugi akibat adanya arus netral juga ikut
berkurang dari 6908,16 watt menjadi 167,312 watt.

5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah di lakukan pada skripsi ini,
maka penulis ingin memberikan beberapa saran terhadap
ketidakseimbangan beban pada gardu BTC32 :

1. Kegiatan penyeimbangan beban sebaiknya dilakukan secara rutin


dan bertahap agar rugi-rugi semakin berkurang karena terjaganya
keseimbangan beban
2. Memerhatikan kebutuhan konsumen agar supply energi tepat
sasaran dan mendapatkan keseimbangan beban

51
DAFTAR PUSTAKA

52
Lampiran A

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Personal

Nama : Aqil Shidqii Rozaan

Nim : 2016 – 11 – 159

Tempat/Tgl. Lahir : Bukittinggi / 15 Agustus 1998


Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : S1
Alamat Rumah : Gang Bambu Jorong Iv Surabayo, Kec Lubuk
Basung, Kab. Agam, Prov. Sumatera Barat
Nomor Telepon : 082283426398

Email : Aqilsr34@Gmail.Com

Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SD N 63 SURABAYO - 2009
SMP MTSN 1 Lubuk basung - 2012
SMK SMAN 2 Lubuk basung IPA 2015
Jakarta, 16 Januari 2020
Mahasiswa Ybs.

(Aqil Shidqii Rozaan)

53
LEMBAR BIMBINGAN

INSTITUT TEKNOLOGI – PLN


LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Aqil Shidqii Rozaan


NIM : 2016 – 11 – 159
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang : Strata 1
Pembimbing Utama (Materi) : Isworo Pujotomo, Ir.,MT
Judul Tugas Akhir : Analisis Rugi-Rugi Dan Arus Netral Akibat
Ketidakseimbangan Beban Pada
Transformator Distribusi BTC32 PT.PLN
(PERSERO) UP3 Cikokol

Tgl. Materi Bimbingan Paraf


13 januari 2020 Judul proposal skripsi
14 januari 2020 Membahas tentang bab 1
15 januari 2020 Membahas bab 1 - 3
16 januari 2020 Acc proposal skripsi
20 februari 2020 Membahas dan acc bab 1-3
14 Juni 2020 Revisi proposal skripsi
21 Juli 2020 Membahas bab 1-4
22 Juli 2020 Revisi bab 1-4
25 Juli 2020 Revisi bab 1-4
01 Juli 2020
03 Juli 2020
06 Juli 2020
12 Juli 2020
16 Juli 2020
Keterangan :
1. Konsultasi Tugas Akhir minimal 12 (dua belas) kali pertemuan termasuk konsultasi Proposal
Tugas Akhir
2. Meliputi : Konsultasi Judul / Tema, Materi, Metode Penyelesaian, Pengujian, Analisis Hasil,
Kesimpulan.
3. Setiap Konsultasi lembar ini harus dibawa dan di PARAF oleh Pembimbing.

54
55
DATA PENGUKURAN BEBAN SIANG

56
DATA PENGUKURAN BEBAN MALAM

57
PT. PLN ( PERSERO )

Unit Induk Distribusi Banten

UP3 Cikokol

90% SEBELUM SESUDAH


TIANG/ DAYA
JURUSAN NO IDPEL MCB
BOX KE (VA) R S T R S T
(A)
1 546104347951 450 1.8 √ √
2 566100391555 900 3.6 √ √
3 546106554488 900 3.6 √ √
4 566100226398 900 3.6 √ √
5 546100538786 450 1.8 √ √
6 566100391563 900 3.6 √ √
7 546107216709 1300 5.4 √ √
8 566100146754 1300 5.4 √ √
9 546104633486 900 3.6 √ √
10 566100324852 900 3.6 √ √
1 B
11 546107005408 900 3.6 √ √
12 546107141452 1300 5.4 √ √
13 546105986296 900 3.6 √ √
14 566100391571 900 3.6 √ √
15 546106551387 900 3.6 √ √
16 546107131150 900 3.6 √ √
17 546100474985 450 1.8 √ √
18 546105988347 450 1.8 √ √
19 566100255584 450 1.8 √ √
20 546107158769 900 3.6 √ √
ARUS PERFASA 68,4 14,4 27 27 21,6 23,4 23,4
1 546103753222 900 3.6 √ √
2 546105163700 1300 5.4 √ √
3 566100270046 1300 5.4 √ √
4 566100171942 1300 5.4 √ √
5 546105915122 1300 5.4 √ √
6 546106845294 900 3.6 √ √
7 546106568126 900 3.6 √ √
8 566100172234 1300 5.4 √ √
2 B 9 546105045790 900 3.6 √ √
10 546101992550 900 3.6 √ √
11 566100068215 1300 5.4 √ √
12 566100209156 900 3.6 √ √
13 546106545154 900 3.6 √ √
14 546106507888 900 3.6 √ √
15 546107193947 900 3.6 √ √
16 566100165352 1300 5.4 √ √
17 546107193730 450 1.8 √ √
ARUS PERFASA 72 21,6 28,8 21,6 23,4 23,4 25,2
3 C 1 546106485386 900 3.6 √ √
2 566100053271 1300 5.4 √ √
3 566100171991 1300 5.4 √ √
4 546101467954 450 1.8 √ √

58
5 546103819747 450 1.8 √ √
6 546106775492 900 3.6 √ √
7 566100091074 1300 5.4 √ √
8 546105898085 1300 5.4 √ √
9 546105813568 1300 5.4 √ √
10 566100271206 900 3.6 √ √
ARUS PERFASA 41,4 3.6 19,8 18 14,4 12,6 14,4
1 566100107346 1300 5.4 √ √
2 546106924036 900 3.6 √ √
3 546103496782 1300 5.4 √ √
4 566100125037 1300 5.4 √ √
5 566100114156 1300 5.4 √ √
6 546105901987 1300 5.4 √ √
7 546106399386 900 3.6 √ √
8 546107196794 900 3.6 √ √
9 546107062695 450 1.8 √ √
10 546105988354 900 3.6 √ √
4 C
11 566100280597 900 3.6 √ √
12 546107221930 1300 5.4 √ √
13 566100112368 1300 5.4 √ √
14 546106692412 1300 5.4 √ √
15 566100311275 900 3.6 √ √
16 566100134233 1300 5.4 √ √
17 566100276592 900 3.6 √ √
18 546103925267 900 3.6 √ √
19 566100404709 1300 5.4 √ √
20 546107217529 1300 5.4 √ √
ARUS PERFASA 90 25,2 37,8 27 28,8 30,6 30,6
1 546107063041 450 1.8 √ √
2 546104460170 900 3.6 √ √
3 566100404725 900 3.6 √ √
4 546107001794 900 3.6 √ √
5 566100317599 900 3.6 √ √
5 A
6 546105825824 900 3.6 √ √
7 566100282812 900 3.6 √ √
8 566100268053 900 3.6 √ √
9 566100172218 1300 5.4 √ √
10 546103543505 450 1.8 √ √
ARUS PERFASA 34 7,2 16 10,8 12,6 10,6 10,8
1 566100404717 900 3.6 √ √
2 566100052644 1300 5.4 √ √
3 566100182751 1300 5.4 √ √
4 546101667009 450 1.8 √ √
6 C 5 566100404687 900 3.6 √ √
6 546106550886 900 3.6 √ √
7 566100298305 900 3.6 √ √
8 546103878039 900 3.6 √ √
9 566100298354 900 3.6 √ √
ARUS PERFASA 34,2 0 12,6 21,6 10,8 12,6 10,8
7 C 1 546107197308 900 3.6 √ √
2 566100111460 1300 5.4 √ √
3 546101482408 900 3.6 √ √

59
4 566100298226 900 3.6 √ √
5 566100019565 1300 5.4 √ √
6 566100060017 1300 5.4 √ √
ARUS PERFASA 27 3.6 10,8 12,6 9 9 9
1 546104325103 450 1.8 √ √
2 566100379938 900 3.6 √ √
3 546101086023 450 1.8 √ √
4 566100085415 1300 5.4 √ √
5 546107182747 1300 5.4 √ √
6 566100404695 900 3.6 √ √
7 546106346612 900 3.6 √ √
8 566100297942 900 3.6
9 546105916691 900 3.6 √ √
10 546100984329 450 1.8 √ √
8 B
11 546105813718 450 1.8 √ √
12 566100298362 900 3.6 √ √
13 546105032259 900 3.6 √ √
14 546103305071 450 1.8 √ √
15 546106055379 1300 5.4 √ √
16 546107057751 450 1.8 √ √
17 546105041576 1300 5.4 √ √
18 566100390702 900 3.6 √ √
19 546103402405 900 3.6 √ √
20 546106165222 900 3.6 √ √
ARUS PERFASA 68,4 5,4 37,8 25,2 23,4 21,6 23,4
1 546105052975 900 3.6 √ √
2 546105269710 900 3.6 √ √
3 546105234911 900 3.6 √ √
4 546104017274 450 1.8 √ √
5 546105712280 900 3.6 √ √
6 566100390710 900 3.6 √ √
9 C
7 546106716163 450 1.8 √ √
8 566100390728 900 3.6 √ √
9 546101086015 450 1.8 √ √
10 546106177760 900 3.6 √ √
11 546103114488 900 3.6 √ √
12 546106084366 1300 5.4 √ √
ARUS PERFASA 39,6 12,6 14,4 12,6 12,6 12,6 14,4
1 546106672008 900 3.6 √ √
2 546106193854 900 3.6 √ √
3 546103883625 1300 5.4 √ √
4 546106406900 900 3.6 √ √
5 546100377225 450 1.8 √ √
6 546106407227 450 1.8 √ √
10 B
7 546104321900 450 1.8 √ √
8 546104569016 1300 5.4 √ √
9 546106012894 900 3.6 √ √
10 546106407201 450 1.8 √ √
11 546105115933 900 3.6 √ √
12 546105243895 1300 5.4 √ √
ARUS PERFASA 41,4 9 23,4 9 14,4 12,6 14,4
11 C 1 546106837607 900 3.6 √ √

60
2 546100316788 450 1.8 √ √
3 546102667003 1300 5.4 √ √
4 546104615107 900 3.6 √ √
5 546105260138 900 3.6 √ √
6 546106407198 450 1.8 √ √
7 546101193151 1300 5.4 √ √
8 546105138530 900 3.6 √ √
9 566100402198 900 3.6 √ √
10 546102566505 2200 9 √ √
11 546107158744 900 3.6 √ √
12 546104629139 900 3.6 √ √
13 546101192610 450 1.8 √ √
14 546106680330 900 3.6 √ √
15 546106620344 900 3.6 √ √
16 546106099403 900 3.6 √ √
17 546103305686 2200 9 √ √
18 546106407418 450 1.8 √ √
19 566100004780 1300 5.4 √ √
20 546106407243 450 1.8 √ √
ARUS PERFASA 79,2 18 39,6 21,6 27 27 25,2
1 566100214511 900 3.6 √ √
2 546100668063 900 3.6 √ √
3 546102787606 900 3.6 √ √
4 546105831952 450 1.8 √ √
5 546101192005 900 3.6 √ √
6 546106036485 900 3.6 √ √
12 A
7 546106429095 900 3.6 √ √
8 546101193169 900 3.6 √ √
9 546107013531 1300 5.4 √ √
10 546101482387 1300 5.4 √ √
11 546101171749 900 3.6 √ √
12 546106547261 900 3.6 √ √
ARUS PERFASA 45 3.6 16,2 25,2 16,2 14,4 14,4
1 546106702548 900 3.6 √ √
2 546103239399 900 3.6 √ √
3 546106213868 900 3.6 √ √
4 546105011362 1300 5.4 √ √
13 C
5 566100130992 900 3.6 √ √
6 546101192460 450 1.8 √ √
7 546106797119 450 1.8 √ √
8 546101468030 450 1.8 √ √
ARUS PERFASA 25,2 7,2 7,2 10,8 7,2 9 9
14 B 1 546105849614 900 3.6 √ √
2 546105730148 900 3.6 √ √
3 546107182874 1300 5.4 √ √
4 546103371777 450 1.8 √ √
5 546105000991 900 3.6 √ √
6 546105722709 900 3.6 √ √
7 546105842642 450 1.8 √ √
8 546103616814 450 1.8 √ √
9 566100280506 900 3.6 √ √
10 546105867796 900 3.6 √ √

61
11 546103660673 450 1.8 √ √
12 546103644285 450 1.8 √ √
13 546103957841 450 1.8 √ √
14 546101192997 450 1.8 √ √
15 546105168777 900 3.6 √ √
16 546105825617 450 1.8 √ √
17 546107143701 900 3.6 √ √
18 546103688812 900 3.6 √ √
ARUS PERFASA 52,2 7,2 30,6 14,4 18 18 16,2
1 546105776370 900 3.6 √ √
2 546800010430 900 3.6 √ √
3 546105165086 900 3.6 √ √
4 546100668071 450 1.8 √ √
5 546106639414 450 1.8 √ √
6 546103906295 450 1.8 √ √
7 566100131979 900 3.6 √ √
8 546105923486 450 1.8 √ √
15 B
9 546105098146 900 3.6 √ √
10 546102317573 900 3.6 √ √
11 546102141787 900 3.6 √ √
12 546106540974 900 3.6 √ √
13 546106567796 900 3.6 √ √
14 546106498429 900 3.6 √ √
15 546105064890 900 3.6 √ √
16 546100334421 450 1.8 √ √
ARUS PERFASA 48,6 7,2 18 23,4 16,2 16,2 16,2
1 546106177778 900 3.6 √ √
2 546106164159 900 3.6 √ √
3 546101193301 450 1.8 √ √
4 546104273680 450 1.8 √ √
5 546102638804 900 3.6 √ √
6 546100334439 1300 5.4 √ √
7 546101666611 450 1.8 √ √
8 546105980418 2200 9 √ √
1 546106532523 900 3.6 √ √
2 546106429004 1300 5.4 √ √
16 A
3 546103419250 1300 5.4 √ √
4 546106897684 3500 14.4 √ √
5 546105152098 900 3.6 √ √
6 546106507854 900 3.6 √ √
7 546105897312 900 3.6 √ √
8 546106429079 450 1.8 √ √
9 546101192843 900 3.6 √ √
10 546106429061 450 1.8 √ √
11 546105787181 900 3.6 √ √
12 546106507719 450 1.8 √ √
ARUS PERFASA 82,8 34,2 39,6 9 27 27,2 28,6
17 A 1 546100204093 2200 9 √ √
2 546106016836 450 1.8 √ √
3 546104563158 900 3.6 √ √
4 546104604474 900 3.6 √ √
5 546106791761 900 3.6 √ √

62
6 546105829951 900 3.6 √ √
7 546107182809 1300 5.4 √ √
8 546100201835 1300 5.4 √ √
9 546100494179 450 1.8 √ √
10 546106201459 900 3.6 √ √
11 546102269089 450 1.8 √ √
12 546104163132 900 3.6 √ √
13 546106791779 900 3.6 √ √
14 546106310629 900 3.6 √ √
15 546101667041 900 3.6 √ √
16 546106008201 450 1.8 √ √
17 546103900291 450 1.8 √ √
ARUS PERFASA 61,2 10,8 34,2 16,2 19,8 21,6 19,8
1 546101482379 450 1.8 √ √
2 546105784836 900 3.6 √ √
3 546106097130 450 1.8 √ √
4 546105787173 900 3.6 √ √
5 546105976886 900 3.6 √ √
6 546106544990 900 3.6 √ √
7 546106097155 450 1.8 √ √
8 546103922046 450 1.8 √ √
9 546106346023 900 3.6 √ √
10 546103841746 450 1.8 √ √
18 C
11 546105091228 900 3.6 √ √
12 546105721764 900 3.6 √ √
13 546103874851 450 1.8 √ √
14 546104538112 1300 5.4 √ √
15 546106130887 1300 5.4 √ √
16 546103521258 1300 5.4 √ √
17 546101192333 900 3.6 √ √
18 566100140622 1300 5.4 √ √
19 546101468006 450 1.8 √ √
20 546102095613 1300 5.4 √ √
ARUS PERFASA 73,8 14,4 19,8 39,6 25,2 25,2 23,4
1 546101467988 450 1.8 √ √
2 546102244534 450 1.8 √ √
3 546104609539 900 3.6 √ √
4 546100301995 450 1.8 √ √
5 546106341799 900 3.6 √ √
6 546104142484 450 1.8 √ √
7 546106486823 900 3.6 √ √
8 546105734745 900 3.6 √ √
9 546101192602 450 1.8 √ √
19 B
10 546105826962 450 1.8 √ √
11 546106439589 900 3.6 √ √
12 546106407044 900 3.6 √ √
13 546106429053 1300 5.4 √ √
14 546106177786 900 3.6 √ √
15 546103632847 450 1.8 √ √
16 546105082907 900 3.6 √ √
17 546106309783 900 3.6 √ √
18 566100083531 1300 5.4 √ √

63
19 546106117470 900 3.6 √ √
20 546104608848 1300 5.4 √ √
21 546102055164 900 3.6 √ √
22 546101467962 1300 5.4 √ √
ARUS PERFASA 73,8 30,6 25,2 18 25,2 25,2 23,4
1 546106177807 900 3.6 √ √
2 546100197069 450 1.8 √ √
3 546106671998 900 3.6 √ √
4 546105773373 900 3.6 √ √
5 546104171489 900 3.6 √ √
6 546103611498 1300 5.4 √ √
7 546106680051 450 1.8 √ √
8 546101468055 1300 5.4 √ √
9 546106164142 900 3.6 √ √
10 546107182953 1300 5.4 √ √
20 C
11 546105111551 1300 5.4 √ √
12 546101193144 1300 5.4 √ √
13 546105096722 900 3.6 √ √
14 546106177794 900 3.6 √ √
15 546106310055 900 3.6 √ √
16 546101192096 450 1.8 √ √
17 546106407400 450 1.8 √ √
18 546106206825 900 3.6 √ √
19 546101468014 450 1.8 √ √
20 546105045803 900 3.6 √ √
ARUS PERFASA 72 21,6 16,2 34,2 23,4 23,4 25,2
1 546100276614 450 1.8 √ √
2 546105778014 900 3.6 √ √
3 546105166054 1300 5.4 √ √
4 546101467748 900 3.6 √ √
21 C
5 546103819809 900 3.6 √ √
6 546100222780 1300 5.4 √ √
7 546106311551 900 3.6 √ √
8 546107163638 900 3.6 √ √
ARUS PERFASA 30,6 18 7,2 5.4 10,8 10,8 9

64

Anda mungkin juga menyukai