Novitasari R G2A009063
1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung
jawab lain (75%)
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang
hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak
tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan
geliatan anak dalam kandungannya.
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di negara lain. Akan tetapi
gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam
buku “Facts of Life” oleh Brian Clowes, Phd:
Para wanita pelaku aborsi adalah:
1. Wanita Muda.
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia
dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun.
Usia Jumlah % Dibawah 15 tahun 14.200 0.9%, 15-17 tahun 154.500 9.9%, 18-19 tahun
224.000 14.4%, 20-24 tahun 527.700 33.9%, 25-29 tahun 334.900 21.5%, 30-34 tahun
188.500 12.1%, 35-39 tahun 90.400 5.8%, 40 tahun keatas 23.800 1.5%.
Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris
dan penerus kedua orang tuanya. Sekarang ini berita-berita tentang ditemukannya bayi baru
lahir dalam keadaan meninggal yang dimasukan dalam tas plastik atau di bak sampah sering
dimuat di media masa.
. Selain, dua kasus di atas, bisa juga dilihat kasus yang diperiksa di Instalasi
Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi, desa
Murtigading, Sanden, Kabupaten Bantul, seorang ibu, Ny. IW (40 tahun), pada hari minggu
23 Maret 2008, sekitar pukul 06.30 WIB, membunuh bayi yang baru dilahirkannya dengan
memasukkan bayi ke dalam lubang kloset.
Masalah pembunuhan bayi merupakan sebutan yang bersifat umum bagi setiap
perbuatan merampas nyawa bayi di luar kandungan, sedangkan infanticide (yang dikenal di
negara-negara Common Law) merupakan sebutan yang bersifat khusus bagi tindakan
merampas nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu kandungnya sendiri.
Kematian bayi yang terjadi di Indonesia b i s a dimasukan kedalam
kategori Kinderdoodslag yaitu tanpa rencana atau Kindermoord yaitu denganrencana,
tergantung dari motif tersangka yangbukan lain adalah ibu kandungnya sendiri saat
melakukan pembunuhan bayi. P e m b u n u h a n b a y i d i l a k u k a n d e n g a n r e n c a n a dan
dilakukan lebih dari 24 jam setelah bayi lahir maka disebut pembunuhan bayi biasa
sedangkan pembunuhan tanpa rencana yang dilakukan kurangdari 24 jam setelah bayi lahir
maka disebutdengan infanticide.
Pengkhususan infanticide sebagai tindak pidana yang hukumannya lebih ringan
tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi mental pada saat hamil, melahirkan
dan menyusui sangat labil dan mudah terguncang akibat gangguan keseimbangan hormon.
Disamping alasan tersebut ada motivasi untuk melakukan kejahatan adalah karena si
ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak, oleh karena anak tersebut adalah anak
sebagai hasil hubungan gelap atau anak yang tidak diinginkan. Selain alasan itu adalah saat
dilakukan tindakan menghilangkan nyawa si anak, yaitu pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian yang dalam hal ini patokannya adalah sudah ada atau belum ada tanda-tanda
perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusatnya, atau diberi pakaian. Saat dilakukannya
kejahatan tersebut dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si ibu dimana selain rasa
malu, takut, benci, bingung serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu sehingga perbuatan
itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta perhitungan
yang matang. Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada kasus pembunuhan
bayi/anak lebih ringan dibandingkan dengan kasus-kasus pembunuhan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus
A.2.1. Definisi Abortus
2.1.1 Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian
Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya
telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
2.1.2 Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau
kurang dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan
(Hacker and Moore, 2001).
A.2.2. Jenis Abortus, Macam Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala
2.2.1 Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua
abortus.
Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru
mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.
Tanda dan Gejala
Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.
Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
Serviks tertutup.
b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.
Tanda dan Gejala
Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.
c. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih
tertinggal di rahim.
Tanda dan Gejala
Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.
Nyeri perut bawah mirip kejang.
Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang
dianggap sebagai corpus allienum.
Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).
d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil
konsepsi keluar.
Tanda dan Gejala
Serviks menutup.
Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
Gejala kehamilan tidak ada.
Uji kehamilan negatif.
e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan
dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim
selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
Tanda dan Gejala
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan
macerasi janin.
Buah dada mengecil kembali.
Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah
berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut –
turut.
g. Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang
disertai infeksi.
Tanda dan Gejala
Demam kadang – kadang menggigil.
Lochea berbau busuk.
2.2.2 Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua
abortus.
Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran
kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu
dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
A.2.3. Etiologi Abortus
2.3.1 Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa
hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti
kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi).
2.3.2 Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan
partus prematurus.
b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar
gondok.
c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
d. Gizi ibu yang kurang baik.
e. Kelainan alat kandungan:
Hypoplasia uteri.
- Tumor uterus
- Cerviks yang pendek
- Retroflexio uteri incarcerata
- Kelainan endometrium
f. Faktor psikologis ibu.
2.3.3 Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta
faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan
produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.
2.3.4 Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman
beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia,
memperbesar peluang terjadinya abortus.
A.2.4. Web Of Caution (WOC)
Etiologi:
Faktor kelainan telur.
Faktor penyakit pada ibu
Faktor suami
Faktor lingkungan /eksogen
Buah kehamilan pada usia 20 minggu dan berat < 500 gram
Usia kehamilan dapat dipertahankan > 37 minggu atau BB janin > 2500 gram Janin gugur
Rangsangan pada uterus Lepasnya buah kehamilan dari implantasinyaTerganggunya psikologis ibu
Dilatasi serviks
Resiko defisit volume cairan
Kelemahan
Nyeri
Resiko gawat janin
B. INFANTICIDE
Tanda-tanda tersebut dapat ditanyakan langsung kepada sang ibu, namun tidak
semua ibu yang melakukan pembunuhan mau mengakui sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan oleh dokter terhadap :
Sistem pernafasan.
Pada sistem pernapasan jika sistem pernapasan pernah berfungsi akan
ditemukan tanda :
Dada sudah mengembang.
Tulang iga akan terlihat lebih mendatar.
Sela iga melebar.
Paru-paru :
Memenuhi rongga dada
Tepi tumpul
Warna berubah dari merah keunguan menjadi bercak-
bercak merah muda seperti mozaik ( mottled pink ).
Perabaan lembut seperti biasa.
Tes apung paru ( tes hidrostatik ) mengapung.
Pemeriksaan mikroskop terlihat edema, alveoli sudah
mengembang dan diselaputi oleh membrane hialin yang
terbentuk akibat kontak oksigen.
Sistem pencernaan.
Ditemukan makanan atau bakteri didalam lambung.
Tunggul ( potongan ) tali pusat.
Adanya proses pelepasan tunggul tali pusat, yang dimulai dari
pengeringan dan pelisutan tunggul tali pusat pada hari kedua.
Setelah itu akan terbentuk garis pemisah berwarna merah ( red line
of separation ) pada pangkal tunggul dan kemudaian pada hari
keempat sampai keenam terjadi pemisahan secara sempurna.
Epitelisai akan terjadi pada hari kesembilan sampai hari kedua
belas.
Sistem kardiovaskuler.
Pada bayi yang baru lahir akan terjadi perubahan aliran darah
didalam jantung akibat berfungsinya paru-paru. Tekanan jantung
sebelah kiri meningkat sehingga menyebabkan foramen ovale
menutup. Arteria dan vena umbilikalis tidak lagi berfungsi dan
kemudian menjadi obliterasi, sayangnya hal ini baru terlihat
sesudah beberapa minggu, padahal infanticide biasanya tidak
berapa lama sesudah dilahirkan.
b. Tanda-tanda bayi lahir mati :
Adanya cairan amnion disertai sel-sel squamosa dan meconeum didalam
alveoli.
Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih setinggi
iga ketiga dan keempat.
Tanda-tanda maserasi.
Maserasi merupakan proses pembusukan intra uterin yang
berlangsung dari luar ke dalam ( berlainan dari proses pembusukan
yang berlangsung dari dalam ke luar ). Tanda-tanda maserasi baru
terlihat setelah 8-10 hari kematian intero. Bila kematian baru
terjadi 3 sampa 4 hari, hanya terlihat perubahan kulit saja, berupa
vesikel atau bula yang berisi cairan kemerahan. Epidermis
berwarna putih dan berkeriput, bau “tengik” (bukan bau busuk),
tubuh mengalami perlunakan sehingga dada terlihat mendatar,
sendi lengan dan tungkai lunak, sehingga dilakukan hiperekstensi,
otot atau tendon terlepas dari tulang. Pada bayi yang mengalami
maserasi organ tampak basah tetapi tidak berbau busuk. Bila janin
sudah lama meninggal didalam akan terbentuk litopedion. Adanya
gambaran deskuamasi epitel bronkus menunjukkan maserasi dini.
Pemeriksaan makroskopis Paru
Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung
jantung atau telah mengisi rongga dada.
B.2.12.Tes konfirmasi
a. Test apung paru :
Dengan mengapungkan paru pada wadah yang berisi air.
b. Pemeriksaan patologis :
Anatomi jaringan
Bab III
Penutup
3.1. Aborsi dan Infantisida Dipandang dari Aspek Hukum dan Medikolegal di
Indonesia
Secara umum, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia melarang
praktik aborsi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya norma dan sanksi yang
tegas berupa pidana penjara bagi dader (pelaku utama) yang melakukan praktik aborsi.
Selain itu, orang yang turut membantu berjalannya praktik aborsi pun dapat dikenai
hukuman bilamana terbukti telah membantu praktik aborsi. Beberapa pasal yang
menyebutkan mengenai aborsi dan infantisida, antara lain:
Pasal 229, yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan, atau jika dia seorang
tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga
3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencaharian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu
Pasal 305, yang berbunyi, “Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum
tujuh tahun untuk ditemu, atau meninggalkan anak itu, dengan maksud untuk
melepaskan diri dari padanya diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan”.
Pasal 306, yang berbunyi:
1) Jika salah satu perbuatan tersebut dalam Pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-
luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara tujuh tahun enam bulan
2) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama sembilan tahun
Pasal 307, yang berbunyi, “Jika yang melakukan kejahatan-kejahatan tersebut Pasal
305 bapak atau ibu dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam Pasal 305 dan
306 dapat ditambah dengan sepertiga”.
Pasal 308, yang berbunyi, “Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang
tentang kelahiran anaknya, tidak lama setelah melahirkan, menempatkan anaknya
untuk ditemu atau meninggalkannya, dengan maksud untuk melepaskan diri dari
padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam Pasal 305 dan 306 dikurangi
separuh”.
Pasal 305 sampai dengan pasal 308 bukan mengenai pembunuhan bayi, tetapi
mengatur mengenai menempatkan anak dan meninggalkan anak. Dalam pasal 308
ancaman dikurangi separuh dengan alasan saat dilakukannya kejahatan tersebut
dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si ibu dimana selain rasa malu, takut,
benci, bingung serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu sehingga perbuatannya
itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta dengan
perhitungan yang matang. Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada
kasus infantisida lebih ringan bila dibandingkan dengan kasus-kasus pembunuhan
lainnya.
Pasal 341, yang berbunyi, “Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan
anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun”.
Yang dihukum di sini adalah seorang ibu, baik kawin maupun tidak, yang
dengan sengaja (tidak direncanakan lebih dulu) membunuh anaknya pada waktu
dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan, bahwa ia
sudah melahirkan anak. Kejahatan ini dinamakan “maker mati anak” atau “membunuh
biasa anak” (kinderdoodslag).
Syarat terpenting dalam pembunuhan ini adalah dilakukan oleh ibunya dan
harus terdorong akan rasa ketakutan akan diketahui kelahiran anak itu.
Pasal 342, yang berbunyi, “Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang
ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam
karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun”.
Pasal ini menunjukkan pembunuhan anak sendiri dengan rencana
(kindermoord).
Pasal 343, yang berbunyi, “Kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 341 dan 342
dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana”.
Pasal 346, yang berbunyi, “Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun”.
Pasal 347, yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, ia diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 348, yang berbunyi:
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, ia diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun
Pasal 349, yang berbunyi, “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan berdasarkan Pasal 346, ataupun membantu melakukan salah
satu kejahatan dalam Pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal
itu dapat ditambah sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan dalam mana
kejahatan itu dilakukan”.
Dalam praktik ilmu kesehatan sendiri, ketentuan mengenai aborsi juga diatur dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Ketentuan
mengenai aborsi tercantum antara lain dalam:
Pasal 75, yang berbunyi:
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan
3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh seorang konselor yang kompeten
dan berwenang
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah
Pasal 76, yang berbunyi, “Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya
dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh Menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami; kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri”.
Pasal 77, yang berbunyi, “Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan
dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Pasal 194, yang berbunyi, “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
Selain itu, dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Pasal 10 disebutkan
bahwa “Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani”. Hal ini berarti bahwa baik menurut agama dan Undang-undang Negara
maupun menurut Etik Kedokteran seorang dokter tidak dibolehkan:
a. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)
b. Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman tidak
mungkin akan sembuh lagi (euthanasia)
3.2. Peran Ilmu Kedokteran Forensik dalam Kasus Aborsi dan Infantisida
Peran ilmu kedokteran forensik dalam rangka penyidikan sangat diperlukan dan
harus dilakukan karena kapasitasnya sesuai Pasal 184 KUHAP adalah sebagai
Keterangan Ahli dan Surat sebagaimana diatur pada Pasal 187 huruf c KUHAP yaitu
Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan mengenai sesuatu
hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.
Pemeriksaan kasus aborsi dan infantisida:
Pemeriksaan ibu
a. Adanya bekas-bekas kehamilan yang ditandai dengan:
Striae gravidarum
Dinding perut kendor
Rahim dapat diraba di atas symphisis
Payudara besar dan kencang
Hiperpigmentasi aerola mammae
b. Adanya bekas-bekas persalinan, yaitu:
Robekan perineum
Keluarnya cairan lochea
Bercak darah pada vagina
Vagina yang longgar
Laserasi dan luka yang terdapat pada vagina
Serviks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat robekan
c. Pada kasus aborsi, perlu pula dibuktikan adanya usaha penghentian kehamilan,
misalnya tanda kekerasan pada genitalia eksterna/interna, daerah perut bagian
bawah
Pemeriksaan bayi
a. Menentukan bayi viabel atau tidak
Viabilitas bayi sama artinya dengan melakukan penilaian terhadap tingkat
kemampuan bayi untuk dapat mempertahankan hidupnya di luar kandungan tanpa
peralatan.
Persyaratannya ialah:
1. Telah dikandung ibunya selama paling tidak 28 minggu, yang ditandai dengan
(dengan kata lain bayi matang/matur):
Panjang badan 35 cm atau lebih
Berat badan 1,5 kilogram atau lebih
Jenis kelamin sudah dapat dibedakan meskipun testis pada bayi laki-laki
belum tentu turun ke dalam skrotum
Bulu badan sudah jarang, alis dan bulu mata sudah tumbuh
Kuku sudah melewati ujung jari
Inti penulangan sudah terbentuk pada tulang kalkaneus atau talus
Pertumbuhan gigi sudah sampai pada tingkat kalsifikasi (dapat dibuktikan
dengan melakukan pengirisan secara langsung atau dengan pemeriksaan
ronsenologik)
2. Tidak mempunyai cacat berat, seperti anencephalus
b. Menyatakan bayi lahir hidup atau lahir mati
Dikatakan lahir hidup (live birth) jika bayi menunjukkan tanda-tanda hidup
sesudah seluruh tubuhnya berpisah dari badan ibunya. Tanda-tanda bayi hidup
dapat dilihat dari:
1. Sistem pernapasan, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
Dada:
mengembang
diafragma sudah turun sampai sela iga 4 – 5
tulang iga terlihat lebih mendatar
sela iga melebar
Paru:
memenuhi rongga dada
tepi tumpul
warna berubah dari merah keunguan menjadi bercak-bercak merah muda
seperti mosaik (motted pink)
perabaan lembut seperti busa
tes apung paru (tes pulmonal hydrostatic) mengapung
pemeriksaan mikroskopik terlihat edema, alveoli sudah mengmbang dan
diselaputi oleh membrana hialin yang terbentuk akibat kontak dengan
oksigen
beratnya kira-kira 1/35 berat badan akibat semakin padatnya vaskularisasi
paru
2. Sistem pencernaan
Ditemukannya makanan atau bakteri di dalam lambung
3. Sistem kardiovaskuler
Pada bayi yang lahir hidup akan terjadi perubahan arah aliran darah di
dalam jantung akibat berfungsinya paru-paru. Tekanan pada jentung sebelah kiri
meningkat sehingga menyebabkan foramen ovale menutup. Arteria dan vena
umbilikalis tidak lagi berfungsi dan kemudian mengalami obliterasi, sayangnya
hal ini baru terlihat sesudah beberapa minggu, padahal infanticide biasanya
dilakukan tidak berapa lama sesudah dilahirkan.
Dikatakan lahir mati (still birth) jika bayi dilahirkan setelah melewati usia
kehamilan 28 minggu dan setelah dilahirkan tidak pernah menunjukkan adanya
tanda kehidupan. Dan dikatakan sebagai dead born bila kematian telah terjadi di
dalam rahim atau Intra Uterin Fetal Death (IUFD).
Pada bayi lahir mati, pada sistem pernapasannya sering kali dijumpai adanya
cairan amnion disertai sel-sel skuamosa dan meconeum di dalam alveoli,
sedangkan adanya gambaran deskuamasi epitel bronkus menunjukkan keadaan
maserasi dini.
c. Ada tidaknya perawatan bayi
Tanda-tanda perawatan bayi, misalnya:
Tali pusat yang terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi antiseptik dan perban
(bisa hilang sebelum diperiksa)
Jalan napas bebas
Vernix caseosa tidak ada lagi
Berpakaian
Air susu di dalam saluran cerna
d. Mengetahui umur bayi intra dan ekstra uterin
Umur bayi intra uterin
Rumus HAASE:
Usia kehamilan 1 – 5 bulan:
Panjang kepala - tumit (cm) = kuadrat umur gestasi (bulan)
Usia kehamilan > 5 bulan:
Panjang kepala – tumit (cm) = umur gestasi (bulan) x 5
Berdasarkan proses penulangan:
Ischium 3
Pubis 4
Kalkaneus 5–6
Manubrium sterni 6
Talus Akhir 7