Anda di halaman 1dari 4

Metode Pelaksanaan Perkerasan Kaku

1. tanah dasar/subgrade

Nilai Daya dukung Tanah Dasar dengan nilai CBR senilai 6% dinyatakan dengan Modulus Reaksi Tanah
Dasar (k)

Pelaksanaan :

 Dilakukan pengupasan tanah/striping soil dengan kedalaman minimal 20cm untuk


membersihkan tanah dari rumput dan akar-akar dan selanjutnya dilakukan pemadatan dengan
vibro roller.
 Setelah dilakukan pemadatan selanjutnya dilakukan perataan dan pembuatan penampang
kemiringan jalan sesuai rencana dengan menggunakan motorgrader

2. Lapis pondasi bawah (Lean concrete)

Fungsi utama lapis pondasi bawah :

 Sebagai lantai kerja (working platform)


 Mencegah pumping (pemompaan)
 Menambah kekuatan tanah dasar.

Lean concrete atau beton kurus dengan kekuatan 1 MPa atau juga sebagai beton mutu kelas E sebagai
lapis pondasi bawah dengan tujuan sebagai material pernghambat (blocking) masuknya air tanah dasar
ke bawah perkerasan jalan.

Tebal lean concrete ini yaitu 10 cm.

Pelaksanaan :

 Cek elevasi dasar LC kemudian pasang cetakan/bekisting samping dengan tebal 10cm
 Lakukan pengecoran dengan menuangkan beton mutu E sambil diratakan sesuai elevasi LC
dengan toleransi kesalahan +-5 cm.
 Dilakukan curing, dengan penyemprotan air selama masa perawatan.

3. bond breaker

Letaknya di atas lapis pondasi bawah (LC) fungsinya mencegah kelekatan antara plat beton dengan lapis
pondasi bawah.

Dibuat dari plastik tipis, Agar proses shrinkade beton rigid tidak terganggu lapisan dibawahnya,
gangguan yang biasanya berupa friction.

Pada sambungan, maka harus dibuat overlapping sekurang-kurangnya 300 mm.


4. sambungan perkerasan kaku

1) Sambungan melintang (Dowel) :


Perlemahan plat beton yang sengaja dibuat retak untuk mengakomodir retak melintang maupun
memanjang yg timbul
 Besi Polos Dia. 36 mm
 Diameter 1/8 tebal slab(d)
 Panjang f (d) = 45 – 60 cm
 Harus dicat pada lokasi sambungan
 Satu ujung terikat
 Satu ujung bebas
 Ujung bebas pakai capping
 Posisi Seragam

2) Sambungan memanjang (tie bar):


 Mengendalikan retak arah memanjang
 Mengakomodasikan gerakan lenting plat beton akibat panas - dingin pada siang –
malam
 Digunakan tulangan ulir

5. pekerjaan rigid pavement

1. Compressive Strength (K)

Kuat tekan silinder beton 15 cm x 30 cm(20 m3 :1 set sample) 350 kg/cm2

2. Flexure strength (fx)

Kekuatan menahan momen lentur. (75X75X15 CM3)= 40 – 45 kg/cm2

3. Memakai Beton Mutu Tinggi

 Agar tahan aus terhadap roda Lalu-Lintas


 Agar lebih tahan pelapukan akibat cuaca
 Sebagai konstruksi kelas tinggi harus tidak memerlukan pemeliharaan yang terlalu
sering,
4. Workability
 Nilai slump = 2.5 -5.0 cm tergantung dari jenis peralatan penghampar (concrete
paver/finisher) yang digunakan
 Fixed form finisher : digunakan beton dengan Slump = 4,0-5,0 cm
 Slip form paver : digunakan beton dengan Slump = 2,0-2,5 cm

Pelaksanaan :

1. Pengecoran :

 Supply beton bisa menggunakan dump truck atau mixer (disarankan dump truck)
 Disarankan jangka waktu sejak beton dibuat sampai dihampar max 45 menit (beton normal),
agar kesinambungan beton yg dihampar masih di bawah durasi ikatan awal
 Berkesinambungan supply (sblm terjadi ikatan awal)
 Disarankan tinggi jatuh adukan beton 0,9 – 1,5 meter
 Menghindari penguapan yang terlalu cepat
 Tidak boleh disemprotkan air di atas beton
 Penghamparan, perataan serta pemadatan beton dilakukan dengan concrete paver. Kalibrasi
alat harus sangat diperhatikan dan dilakukan control kecepatan penghamparan.
 Slump beton 3-4cm sampai lokasi.
 Vibrator paver digeser maksimal ke tepi.
 Finishing kerataan dengan jidar setelah selesai finish tepi tahap 1

2. Surface Texture (Grooving) :

 Untuk mengurangi kecelakaan akibat slidding, dengan terpenuhinya skid resistance


 Dapat dikerjakan secara manual atau mekanis
 Untuk mengalirkan air guna mencegah aqua planing / hidro planing (slip) (peristiwa yang terjadi
ketika roda kendaraan yang berjalan cepat tidak menyentuh permukaan jalan sebagai akibat
adanya lapisan – genangan air di atas permukaanjalan sehingga kendaraan tidak dapat
dikendalikan dengan baik)
 Melintang 2,5 cm
 Kedalaman Alur sampai 3 mm.
 Tetap ada marking tiap 5m untuk menjaga kesejajaran alur.

3. Curing/Perawatan

Membantu mencegah terbentuknya retak dengan menahan penguapan (evaporation retarder)

Pada keadaan kering, berangin atau kondisi cuaca yg tidak menguntungkan dapat menghasilkan retak
plastis shringkage.

Curing beton awal dilakukan dengan curing compound pada permukaan beton. Kemudian curing kedua
dilakukan dengan menggunkan getekstil basah yang disiram selama 3 hari sekali selama 7 hari.

4. Cutting rigid pavement

Dilakukan cutting pada beton 12 jam setelah dicor dengan kedalaman 75 mm (1/4 tebal pelat beton)
dengan jarak 5 m

Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting)

Setelah permukaan rigid dipotong celah hasil cutting diisi dengan joint sealent yang merupakan
thermoplactic untuk mencegah masuknya kotoran dan terjadinya pumping.

Anda mungkin juga menyukai