Evaluasi 6 (M. Sabirin Asikin-11020210065) - Dikonversi
Evaluasi 6 (M. Sabirin Asikin-11020210065) - Dikonversi
Sabirin Asikin
Kelas: A
Evaluasi 6
2. Jelaskan dan berikan contohnya, syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf yang baik!
5. Bacalah artikel “Bahaya Obesitas” di atas dan temukan letak kesalahan penulisannya ditinjau
dari kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan!
Jawaban:
1. Paragraf adalah kesatuan pokok pikiran yang terdiri atas beberapa kalimat. Sebuah paragraf
terdiri atas satu pokok pikiran atau satu gagasan utama. Paragraf secara teknis merupakan satuan
terkecil dari sebuah karangan, biasanya itu terdiri dari beberapa kalimat yang isi serta bentuknya
berkaitan. Alinea tersebut juga dikatakan suatu bentuk bahasa yang terdiri dari kumpulan kalimat
yang terdiri dari sekumpulan kata serta juga membentuk alinea. Alinea atau juga paragraf
tersusun dari kalimat utama dan juga beberapa kalimat pendukung untuk mendukung kalimat
utama atau pun gagasan utama.
Pengertian paragraf menurut ahli kebahasaan bernama Ramlan, merupakan bagian dari sebuah
karangan yang di dalamnya terdapat lebih dari satu kalimat, yang membahas suatu tema tertentu
dengan ide pokok sebagai pengendalinya.
Menurut Chaer (2011), paragraf adalah satuan bahasa yang terdiri atas dua buah kalimat atau
lebih yang saling berkaitan, memiliki satu kesatuan yang utuh, dan padu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paragraf adalah bagian bab dalam suatu
karangan, biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru.
2. Suatu paragraf yang baik harus mencakup beberapa aspek beberapa persyaratan sebagai
diberikut:
1. Kelengkapan
Paragraf yang baik harus mempunyai unsur – unsur paragraf yang lengkap di antaranya adalah:
Gagasan utama
Gagasan utama yakni topik utama atau permasalahan yang sedang dibahas dalam suatu paragraf.
Kalimat utama
Kalimat utama yakni kalimat yang mengandung gagasan utama. Kalimat ini memaparkan apa
yang akan dibahas pada paragraf tersebut. Letak kalimat utama di dalam sebuah paragraf
bervariasi, ada yang terletak di awal paragraf yang disebut dengan paragraf deduktif, di akhir
paragraf yang disebut paragraf induktif maupun di bagian awal dan akhir paragraf yang disebut
paragraf campuran.
Kalimat penjelas
Kalimat penjelas yakni kalimat – kalimat yang mendukung gagasan utama. Kalimat penjelas
perlu ditulis karena kalimat inilah yang akan memberikan penjelasan secara khusus atau spesifik
dan melengkapi gagasan utama. Kalimat – kalimat ini harus mengandung data berupa fakta, pola
maupun alasan yang jelas.
2. Kesatuan
Suatu paragraf yang baik juga harus mempunyai syarat kesatuan. Yang dimaksud dengan
kesatuan yakni suatu paragraf harus mempunyai satu kesatuan gagasan utama beserta gagasan –
gagasan penjelas lainnya. Gagasan – gagasan tersebut dikembangkan dengan saling
menghubungkannya satu sama lain dengan suatu kesatuan yang utuh sehingga tidak
menyebabakan kalimat sumbang di dalam paragraf.
Syarat kesatuan akan terpenuhi bila gagasan utama di dalam paragraf terjalin sangat baik dengan
gagasan – gagasan penjelas lainnya dan saling mendukung satu sama lain. Jika tidak adanya
kesatuan di dalam paragraf, maka dipastikan paragraf tersebut tidak baik.
3. Kepaduan
Paragraf yang baik harus mempunyai unsur kepaduan di dalamnya. Yang dimaksud dengan
kepaduan yakni kalimat – kalimat di dalam paragraf terjalin atau terangkai dengan logis dan
serasi. Syarat kepaduan di dalam suatu paragraf terpenuhi dengan memakai konjungsi sehingga
kalimat – kalimat tersebut menjadi saling berkaitan.
Ada dua macam konjungsi yang sanggup dipakai di dalam suatu paragraf, di antaranya yakni
konjungsi intrakalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dengan induk
kalimat ibarat : sehingga, tetapi, karena, agar, dan sebagainya. Serta konjungsi antar kalimat,
yaitu konjungsi yang menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya, ibarat :
oleh alasannya yakni itu, namun, di samping, bahkan, jadi, kemudian, dan sebagainnya.
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya berada di
awal paragraf. Paragraf ini bersifat deduksi dan dikembangkan dari pernyataan umum ke khusus.
Jenis paragraf deduktif diawali oleh kalimat utama yang berisi pokok pikiran utama, kemudian
dilanjutkan oleh kalimat-kalimat penjelasnya.
2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya berada di akhir
paragraf. Paragraf ini bersifat induksi dan dikembangkan dari pernyataan khusus ke umum.
Jenis paragraf induktif diawali oleh kalimat-kalimat penjelas dan kemudian diakhiri oleh kalimat
utama yang berisi pokok pikiran utama paragraf.
3. Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah gabungan antara paragraf deduktif dan induktif. Jenis paragraf ini
diawali oleh kalimat utama, lalu kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelasnya dan terakhir
diakhiri oleh kalimat utama lagi.
Artinya terdapat dua kalimat utama yang terletak di awal paragraf dan ditegaskan kembali di akhir
paragraf. Sementara bagian tengah-tengahnya adalah kalimat-kalimat penjelasnya.
4. Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah kebalikan dari paragraf campuran. Jenis paragraf ini diawali oleh kalimat-
kalimat penjelas, kemudian diikuti oleh kalimat utama paragraf dan kemudian dilanjutkan kembali
dengan kalimat-kalimat penjelas.
Artinya letak kalimat utama yang mengandung pokok pikiran utama paragraf ini terdapat di bagian
tengah-tengah dari sebuah paragraf.
1. Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan sebuah cerita atau kejadian secara berurutan
dan kronologis. Paragraf narasi bisa dibagi menjadi dua yakni paragraf narasi kejadian untuk
menceritakan suatu kejadian serta paragraf narasi runtut cerita untuk mengembangkan urutan
tindakan hingga menghasilkan sesuatu.
Ciri-ciri paragraf narasi di antaranya yaitu terdapat alur cerita, tokoh, setting dan konflik serta tidak
memiliki kalimat utama secara tetap.
Ciri-ciri paragraf deskriptif di antaranya yaitu menggambarkan suatu benda, tempat, atau suasana
tertentu, penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra serta menjelaskan ciri-ciri objek
seperti warna, ukuran, bentuk dan keadaan secara terperinci.
Dalam paragrafi deskripsi terdapat dua pola pengembangan paragraf yang ada yaitu:
• Pola spasial
• Pola sudut pandang. Terdapat 2 jenis pola sudut pandang yaitu :
• Sudut pandang subjektif, menggambarkan objek sesuai penafsiran dan disertai opini
penulis.
• Sudut pandang objektif, menggambarkan objek apa adanya tanpa opini penulis.
3. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang menjelaskan, menyampaikan, mengajarkan, dan
menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan memberi informasi sehingga
memperluas pengetahuan pembaca.
Ciri-ciri paragraf eksposisi di antaranya yaitu memaparkan definisi atau langkah-langkah dan
metode tertentu, mengguakan gaya bahasa yang informatif, menginformasikan sesuatu yang tidak
bisa dicapai oleh alat indra serta umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan,
mengapa dan bagaimana terkait suatu topik.
4. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang menyampaikan ide, gagasan atau pendapat penulis
dengan disertai bukti dan fakta aktual. Tujuan dari paragraf argumentasi adalah untuk meyakinkan
pembaca terkait ide dan pendapat tersebut benar dan terbukti.
Ciri-ciri paragraf argumentasi di antaranya yaitu menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin,
memuat fakta untuk membuktikan pendapatnya, menggali sumber ide dari sebuah pengamatan dan
penelitian serta terdapat kesimpulan pada penutupnya.
5. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah suatu bentuk paragraf yang bertujuan membujuk dan mempengaruhi
pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan yang tertera pada paragrafnya. Penulis
menyertakan bukti data dan fakta untuk dapat mempengaruhi pembaca.
Ciri-ciri paragraf persuasi di antaranya yaitu idenya berasal dari pikiran manusia, harus bisa
menimbulkan kepercayaan pembaca, sebisa mungkin menghindari konflik serta memerlukan fakta
dan data yang akurat dan faktual sesuai isi paragraf.
1. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka adalah paragraf yang berada di awal sebuah karya tulis. Jenis paragraf pembuka
berfungsi sebagai pengantar dan pengenalan isi kepada pembaca.
Isi dari paragraf pembuka adalah pengantar dari isi bacaan atau karya tulis yang dijabarkan dengan
lengkap pada paragraf-paragraf berikutnya.
2. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah paragraf yang berada di tengah-tengah sebuah karya tulis. Jenis
paragraf penghubung berfungsi sebagai penghubung antara paragraf pembuka dan paragraf
penutup.
Isi dari paragraf penghubung adalah inti dari karya tulis itu sendiri. Segala sesuatu terkait inti dan
wacana dari sebuah karya ada pada paragraf penghubung.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang berada di akhir sebuah karya tulis. Jenis paragraf penutup
berfungsi sebagai penutup sebuah karya tulis itu sendiri.
Isi dari paragraf penutup adalah kesimpulan, ringkasan, saran atau komentar penulis dari bacaan
yang sudah dijabarkan di paragraf-paragraf sebelumnya.
Demikianlah referensi jenis-jenis paragraf dan contohnya beserta penjelasannya lengkap. Memang
terdapat banyak jenis paragraf, namun tiap jenis harus tetap memiliki ciri-ciri utama paragraf
sebagai syarat sebuah paragraf itu sendiri.
2. Paragraf Perbandingan
3. Paragraf Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain
yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya pengembangan analogi dilakukan
dengan bantuan kiasan
5. Kesalahan penulisan pada artikel “Mengenal Obesitas pada Anak, Bahaya hingga Cara
Mencegahnya” yang ditinjau dari PUEBI:
Sumber artikel: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210324190032-255-
621706/mengenal-obesitas-pada-anak-bahaya-hingga-cara-mencegahnya
Obesitas tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga anak-anak. Obesitas pada anak bisa
berbahaya karena cenderung berdampak lanjutan pada usia dewasa.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) pada 2018, 1 dari 7 remaja Indonesia mengalami
kelebihan berat badan yang berpeluang besar menjadi obesitas. Di samping itu, angka obesitas
pada anak usia 5-12 tahun juga tinggi yakni 9,2 persen, 13-15 tahun 4,8 persen, dan usia 16-18
tahun 4 persen.
Meski bisa disembuhkan sejak dini, tapi orang dewasa yang memiliki riwayat obesitas saat usia
anak tidak bisa bebas sepenuhnya dari penyakit ini.
Dokter Spesialis Anak I Gusti lanang Sidiartha mengatakan, anak yang sudah mengidap obesitas
sejak masa balita memiliki kecenderungan mengalami obesitas kembali di masa dewasa, meski
sempat sembuh.
Selain itu, obesitas sejak dini juga berpotensi menimbulkan penyakit lain ketika masa dewasa,
seperti diabetes dan penyakit jantung. Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, dr
Erna Mulati juga mengatakan, obesitas di usia anak bisa menyebabkan anak tumbuh tidak
percaya diri saat masa dewasa.
"Ada stigma dalam masyarakat yang menyebabkan anak obesitas tidak tumbuh percaya diri saat
dewasa, obesitas pada anak juga bisa membuat prestasi anak menurun," katanya.
Selain itu, Erna mengatakan, data Riskesda 2018 juga menunjukkan 96 persen anak usia 10-19
tahun kurang mengonsumsi buah dan sayur. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab angka
obesitas tinggi pada usia anak.
"Di samping itu juga karena aktivitas fisik anak rendah, 64 persen anak Indonesia kurang
beraktivitas secara fisik," kata Erna.
Obesitas pada anak juga bisa disebabkan karena faktor genetik bawaan dari orang tua. Sehingga
penting menjaga berat badan dan gizi seimbang saat hamil untuk menekan kemungkinan
kelahiran anak dengan berat badan lebih (overweight).
"Obesitas itu prinsipnya terjadi ketidakseimbangan dari asupan dan kebutuhan. Asupan itu apa?
Makanan, camilan, minuman manis soft drink. Mudah saja menghilangkan risiko obesitas pada
anak, misalnya hilangkan minuman manis dan camilan, kemudian meningkatkan aktivitas fisik,"
jelasnya.
Sementara untuk balita dengan berat badan berlebih, Lanang menyarankan agar diberikan air
susu ibu (ASI) optimal hingga berusia dua tahun. ASI eksklusif terbukti dapat menekan resiko
terkena obesitas. Pemberian ASI eksklusif di bawah usia 4 bulan juga menurunkan resiko
terserang obesitas hingga 2,9 persen.
"Pemberian ASI di atas 6 bulan juga bisa menghambat obesitas karena makanan padat yang
masuk ke tubuh berkurang," kata Lanang.