Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO DALAM BENTUK LAGU TERHADAP

MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DITINJAU DARI

PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI FISIKA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Fisika

Oleh :
Nida Ayu Rosida
NIM 15302241009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau

kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru,

buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media. Secara khusus, media dalam

proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis

atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi

visual atau verbal.

“Media Pembelajaran memiliki banyak jenis dan tidak ada satupun media

yang paling baik dibandingkan dengan media yang lain. Setiap media memiliki

keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu guru perlu mengenal

berbagai media dengan karakteristik masing-masing.” (Anita,2009:1). Dengan

demikian guru dapat memilih dan menggunakannya sesuai dengan kompetensi

dasar, karakteristik peserta didik, materi yang akan disampaikan dan pengalaman

belajar.

Ada banyak media pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya yaitu

media Audio. Sudjana dan Rivai (2003:129) mengemukakan bahwa media audio

untuk pengajaran adalah bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(pita suara, atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar. Oleh

karena itu, pemilihan media pembelajaran fisika oleh guru sangatlah penting guna
membuat suasana dalam proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak

membosankan. Menggunakan media audio berbasis lagu dapat meningkatkan

minat belajar peserta didik dan penguasaan materi terhadap pembelajaran fisika.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

tentang “Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Audio Berbentuk

Lagu Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat Belajar Peserta Didik

SMA/MA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Peserta didik terkadang kurang dapat memahami materi-materi yang

disampaikan, dikarenakan bosan dengan suasana belajar yang monoton.

2. Peserta didik cenderung belajar dengan cara menghafalkan konsep dan

rumus dalam fisika.

3. Rendahnya minat belajar peserta didik pada pembelajaran fisika.

4. Lagu dapat memberikan motivasi kepada peserta didik dalam proses

pembelajaran.

5. Peserta didik cenderung lebih mudah menghafalkan lagu daripada materi

pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka

permasalahan penelitian ini dibatasi pada:


1. Media audio berbasis lagu yang digunakan dibatasi hanya untuk kelas X pada

materi Hukum Newton.

2. Penguasaan materi fisika yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada

ranah kognitif (C1, C2, C3, C4).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka

dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah media audio berbentuk lagu dapat meningkatkan minat belajar siswa

terhadap pembelajaran fisika?

2. Apakah terdapat peningkatan penguasaan materi dalam pembelajaran fisika

dengan media audio berbentuk lagu?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang telah penulis paparkan, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui minat belajar peserta didik SMA/MA yang telah mengikuti

pembelajaran fisika dengan menggunakan media audio berbentuk lagu.

2. Mengetahui perbedaan peningkatan penguasaan materi pada peserta didik

SMA/MA yang mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan media

audio berbentuk lagu.


F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, sebagai alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan

dalam pembelajaran, dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan

minat belajar peserta didik SMA/MA.

2. Bagi peserta didik, penelitian ini akan bermanfaat untuk meningkatkan

pemahaman konsep dan minat belajar peserta didik SMA/MA dalam

pembelajaran fisika.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan kajian yang berhubungan dengan masalah ini, sehingga hasilnya dapat

lebih luas dan mendalam.

4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para

pembaca.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Fisika dan Pembelajaran Fisika

Fisika dan gejala-gejala fisis yang ditimbulkannya merupakan satu

kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam keseluruhan kegiatan manusia.

Bagiamana fenomena alam itu teriadi, bagaimana keteraturan fenomena alam

tersebut dan apa akibat dari keteraturan fenomena alam tersebut pun

merupakan bagian dari fisika.

Keterkaitan fisika dalam berbagai fenomena alam yang terjadi inilah yang

menggolongkan fisika kedalam ilmu alam. Tinjauan yang penting dari sains

adalah suatu studi tentang alam dan pengertiannya dapat dipakai dalam

sebagai dasar munculnya suatu pengetahuan baru yang didasari atas

kekuatannya didalam meramalkan dan keterpakaiannya didalam kehidupan

manusia (Teller dalam Supriyadi, 2010: 2).

Sains termasuk fisika merupakan salah satu bentuk ilmu, oleh karena itu,

ruang lingkupnya juga terbatas hanya pada dunia empiris, yakni hal-hal yang

terjangkau oleh pengalaman manusia. Alam manusia yang menjadi objek

kajian fisika ini sebenarnya tersusun atas kumpulan benda-benda dan

peristiwa peristiwa yang satu dengan lainnya terkait dengan sangat kompleks

(Mundilarto, 2010:4).
Tujuan dasar setiap ilmu adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum

dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas yang dapat diandalkan (Suriasumantri

dalam Mundilarto, 2010: 3). Dengan suatu analisa yang tepat dan dapat

dipercaya akan didapatkan suatu kesimpulan yang tergeneralisasi dalam ujud

hukum, teori, konsep, atau masalah baru yang perlu dipertanggung jawabkan

(Supriyadi, 2010: 5).

Fisika sebagai ilmu merupakan landasan pengembangan teknologi,

sehingga teori-teori fisika mebutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi. Oleh

karena itu, fisika berkembang dari ilmu yang bersifat kualitatif menjadi ilmu

yang bersifat kuantitatif. Sifat kuantitaif ini dapat meningkatkan daya prediksi

dan control fisika (Mundilarto, 2010: 3). Fisika memiliki karakteristik bangun

ilmu yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori. Sebagai

ilmu dasar, fisika memenuhi metodologi keilmuan. Metode atau proses ilmiah

digunakan dalam fisika sebagai prosedur baku untuk mengkaji objek-objek

telaah yang berupa gejala-gejala alam (Mundilarto, 2010: 4).

Pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan,

keterampilan, atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi

dan lingkungan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dalam pembelajaran ada dua komponen aktif yang terlibat, yaitu guru

mengajar dan murid belajar. Dalam proses pembelajaran, guru dan murid

bekerja bersama-sama atau bersinergi untuk menemukan dan memahami


konsep pokok (esensi) materi pelajaran, serta untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah direntukan dengan menggunakan media atau objek

pembelajaran (Ahmad Abu Hamid, 2009: 5).

Kegiatan belajar mengajar merupakan proses aktif bagi peserta didik dan

guru untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga mereka akan

"tahu" terhadap pengetahuan dan akhirnya mampu untuk melakukan sesuatu.

Prinsip dasar kegiatan belajar mengajar adalah memberdayakan semua

potensi yang dimiliki peserta didik sehingga mereka akan mampu

meningkatkan pemahamannya terhadap fakta, konsep, prinsip, dalam kajian

ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berfikir

logis, kritis, dan kreatif. Disamping itu, prinsip dasar kegiatan belajar mengajar

lain yang perlu diperhatikan menyangkut hal-hal berikut ini: berpusat pada

peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi

yang menyenangkan dan sekaligus mengembangkan berbagai kompetensi

yang bermuatan nilai afektif, menyediakan pengalaman yang beragam dan

belajar melalui cara-cara berbuat. Prinsip kegiatan belajar mengajar seperti

tersebut akan mencapai hasil maksimal dengan memadukan berbagai metode

dan teknik yang memungkinkan semua indra digunakan sesuai dengan

karakteristik masing-masing mata pelajaran didalam sebuah kurikulum

(Mundilarto, 2010:4)

Pembelajaran fisika yang dapat menghasilkan hasil belajar yang bermakna

adalah pembelajaran yang tidak akan lepas dari hakikat fisika itu sendiri.

Secara keilmuan hakikat fisika tidak akan lepas dari hakikat IPA, karena fisika
masuk dalam rumpun IPA. Akan tetapi dalam permbelajaran fisika di sekolah

menengah atas merupakan salah satu mata pelajaran IPA yang diajarkan

secara tersendiri dan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman proses sains

dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung akan

sangat berarti dalam membentuk konsep siswa (Supriyadi, 2010: 98).

2. Minat Belajar

a. Pengertian Minat

Minat merupakan kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada

suatu obyek atau menyukai sesuatu obyek (B. Suryosubroto, 1998: 109).

Menurut Slameto (2010: 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat

pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu di luar diri. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu

pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai suatu hal

daripada hal lainnya, dapat pula dilihat melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

Selain itu, Muhibbin Syah (1995: 136) berpendapat bahwa minat merupakan

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu.

Indikator minat ada empat, yaitu: perasaan senang, keingintahuan,

perhatian, dan ketertarikan. Masing-masing indikator tersebut sebagai berikut:

1) Perasaan senang
Seorang peserta didik yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap

suatu materi, maka peserta didik tersebut terus mempelajari materi yang

disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa yang dialami oleh peserta didik

tersebut.

2) Keingintahuan

Keingintahuan merupakan dorongan nafsu yang tertuju pada suatu objek

yang konkrit. Rasa ingin tahu ditandai dengan sikap selalu terdorong untuk

mengetahui lebih banyak dengan mengajukan banyak pertanyaan dan

selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi serta peka dalam

pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti.

3) Perhatian

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan

dan pengertian dengan mengesampingkan hal yag lain. Peserta didik yang

memiliki minat pada objek tertentu dengan sendirinya akan memperhatikan

objek tersebut.

4) Ketertarikan

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung

merasa tertarik pada objek atau kegiatan berupa pengalaman afektif yang

dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa minat

adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih

memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa

senang. Minat dapat mempengaruhi intenitas belajar peserta didik sehingga


secara tidak langsung dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik

dalam bidang-bidang studi tertentu

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama

minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak

faktor yang mempengaruhi munculnya minat. Berkenaan dengan proses

pembelajaran ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar

peserta didik antara lain:

1) Belajar

Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar peserta

didik yang semula tidak menyukai suatu pelajaran tertentu, semakin lama

seiring dengan bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut,

minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Singgih D. Ginarsa dan Yulia

Singgih D.G (1989: 68) bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang

diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu

semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat.

2) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran yang menarik minat peserta didik akan sering dipelajari

oleh peserta didik yang bersangkutan. Sebaliknya, bahan pelajaraan yang

tidak menarik minat peserta didik tentu akan dikesampingkan oleh peserta

didik, sebagaimana diungkapkan oleh Slameto (2010: 187), bahwa minat

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila


baban pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik,

maka peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya tidak ada

daya tarik baginya.

3) Sikap Guru

Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan

membangkitkan minat belajar peserta didik. Menurut Kurt Singer (1987: 93)

bahwa guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya,

berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi

kepentingan murid-muridnya. Guru yang pandai, baik, ramah, disiplin. serta

disenangi peserta didik sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan

minat peserta didik. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak

disukai oleh peserta didik, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat

dan perhatian peserta didik.

4) Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi

dan rangsangan kegiatan belajar serta membawa pengaruh-pengaruh

psikologis terhadap peserta didik. Pengguanaan media dalam kegiatan

pembelajaran akan sangat membantu dan penyampaian isi materi pada

saat itu. Kemp dan Dayton dalam Azhar Arsyad (2011: 21) bahwa dengan

media, pembelajaran bisa lebih menarik.

Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat

peserta didik tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan


pesan, daya tarik image yang berubah- ubah, penggunaan efek khusus

yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan peserta didik

tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media

memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat. (Azhar Arsyad, 2011: 21-

22)

5) Fasilitas

Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di

rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif

dan negatif. Sebagai contoh, jika fasilitas yang mendukung upaya

pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk menambah

wawasan tetapi jika fasilitas yang ada justru mengikis minat pendidikannya,

seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar,

tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut.

Pada penelitian ini, minat belajar peserta didik yang diteliti difokuskan pada

aspek rasa senang, keingintahuan, perhatian, dan ketertarikan.

3. Penguasaan Materi

Penguasaan materi adalah kemampuan peserta didik dalam memahami

materi yang sudah dipelajari sehingga peserta didik dapat menjadikan materi yang

dipelajari sebagai ilmu pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap dalam

kehidupan sehari-hari. Peserta didik harus mampu mencoba, mengolah, dan

menyaji materi dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari apa yang dipelajari di sekolah dengan menggunakan metoda

yang sesuai dengan kaidah keilmuan. Penguasaan materi pembelajaran diperoleh


melalui siklus aksi dan refleksi berkelanjutan. Dalam artikel Kemendikbud (2014)

disebutkan bahwa guru berperan penting dalam menghasilkan komitmen dari

siswa untuk mencapai target tertentu yang telah ditetapkan.

Peserta didik diharapkan mampu memahami, menerapkan, menganalisis

dan mengevaluasi pongetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan hurmainiora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan

kejadian. Selain itu termasuk juga menerapkan pengetahuan prosedural dalam

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minat peserta didik untuk

memecahkan masalah.

Penguasaan materi termasuk dalam ranah kognitif hasil belajar peserta

didik. Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai

peserta didik agar mampu mengaplikasikan teori dalam perbuatan. Kemampuan

berpikir dalam proses pembelajaran diteliti oleh Benjamin Samuel Bloom yang

merupakan seorang psikolog bidang pendidikan. Dihasilkan tasksonomi Bloom

yang dibuat untuk tujuan pendidikan.

Dimensi Pengetahuan Dimensi Proses Kognitif


1. Pengetahuan Faktual C.1. Mengingat (Remember)
a. Pengetahuan tentang terminology 1.1. Mengenali (recognizing)
b. Pengetahuan tentang bagian detail 1.2. Mengingat (recalling)
dan unsur-unsur C.2. Memahami (Understand)
2. Pengetahuan Konseptual 2.1. Menafsirkan (interpreting)
a. Pengetahuan tentang klasifikasi 2.2. Memberi contoh (exampllying)
dan kategori 2.3. Meringkas (summarizing)
b. Pengetahuan tentang prinsip dan 2.4. Menarik interferensi (inferring)
generalisasi 2.5. Membandingkan (compairing)
c. Pengetahuan tentang teori, model 2.6. Menjelaskan (explaining)
dan struktur C.3. Mengaplikasikan (Apply)
3. Pengetahuan Prosedural 3.1. Menjalankan (executing)
a. Pengetahuan tentang keterampilan 3.2. Mengimplementasikan
khusus yang berhubungan dengan (implementing)
suatu bidang tertentu dan C.4. Menganalisis (Analyze)
pengetahuan logaritma 4.1. Menguraikan (differentiating)
4. Pengetahuan Metakognitif 4.2. Mengorganisir (organizing)
a. Pengetahuan strategi 4.3. Menemukan makna tersirat
b. Pengetahuan tentang operasi (attributing)
kognitif C.5. Evaluasi (Evaluate)
c. Pengetahuan tentang diri sendiri 5.1. Memeriksa (checking)
5.2. Mengritik (critiquing)
C.6. Membuat (Create)
6.1. Merumuskan (generating)
6.2. Merencanakan (planning)
6.3. Memproduksi (producing)

Tabel 1. Taksonomi Bloom (revisi) tentang Ranah Kognitif

Berdasarkan Tabel 1 di atas, penguasaan materi juga mempunyai dimensi

proses kognitif. Kemampuan peserta didik dalam mempelajari dijabarkan melalui

proses mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, evaluasi dan

membuat. Lebih lanjut, penguasaan materi dapat diukur dengan membuat

indikator sesuai dengan dimensi proses kognitif mulai dari C1 hingga C6.

Penjabaran keenam proses tersebut adalah sebagau berikut (Imam dan

Anggraini, 2015: 26-30).

a. Mengingat

Mengingat merupakaan dimensi yang berperan penting dalam proses

pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah

(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan

berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi


mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali

berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan

dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rurmah, dan usia,

sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang

membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

b. Memahami

Memahami atau mengerti berkaitan dengan membangun sebuah

pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.

Memahami atau mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan

(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan

muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang

merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Membandingkan

merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek,

kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.

c. Mengaplikasikan

Mengaplikasikan merujuk pada proses kognitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitaan dengan dimensi

pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi

kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan

(implementing).

d. Menganalisis
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahaan dengan

memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari

tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut

dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan

jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-

sekolah

e. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian

berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya

digunakan adalah kualitas efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau

standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa

kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa.

f. Membuat

Membuat mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara

bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan

siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan

beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.

Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada

pertemuan sebelumnya.

5. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Arief S. Sadiman, dkk (2011: 6), kata media berasal dari bahasa

latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah
berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan

instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu

disebut media pembelajaran (Azhar Arsyad, 2011: 4).

Wartono (2003: 7) mengemukakan bahwa media merupakan sesuatu yang

bertindak sebagai alat untuk melaksanakan komunikasi. Dalam interaksi

belajar mengajar, selanjutnya media dapat merupakan manusia, benda

ataupun peristiwa yang membuat kondisi tertentu bagi peserta didik sehingga

memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, maupun sikap

tertentu.

Oemar Hamalik (1980: 23) dengan menggunakan istilah media pendidikan

mengartikannya sebagi alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka

lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan peserta

didik dalam proses pendidikan di sekolah. Pengertian ini secara eksplisit

menyatakan bahwa peran media dalam pembelajaran membawa pengaruh

terhadap pencapaian hasil pembelajaran.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan pertama adalah penelitian dari Grossman dan

Watson pada (2015) yang berjudul The Use of Original Music Videos to Teach

Natural History. Penelitian menjelaskan tentang pengaruh penggunaan musik

video yang berisi mengenai konsep-konsep dalam pelajaran biologi (natural

history, habitat, species). Hasil kuesioner yang diberikan secara sukarela

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan musik video tadi


meningkatkan pemahaman siswa. Penulis mengasumsikan, sebaiknya guru

(secara umum) menerapkan lagu didalam video tersebut dibanding harus mencari

materi dari sumber lain. Relevansi dengan penelitian pengembangan media

pembelajaran lagu dan video tentang ikatan kimia adalah penggunaan musik dan

video dalam media pembelajaran, namun pada penelitian media pembelajaran

lagu dan video tidak dilakukan uji efektivitas dan pengaruh penggunaan musik dan

video. Selain itu, juga terdapat perbedaan pada materi yang diajarkan, yaitu biologi

dengan kimia.

Penelitian relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan Akpoghol,

Ezeudu, Adzape, dan Otor (2016) yang berjudul Effect of Lecture Method

Supplemented with Music and Computer Animation on Secondary School

Students’ Academic Achievement in Elctrochemistry. Studi ini meneliti pengaruh

dari metode pembelajaran yang dilengkapi dengan Musik (LMM) dan Komputer

Animasi (LMC) terhadap prestasi akademik siswa sekolah menengah dalam

elektrokimia di Makurdi metropolis. Peneliti mengambil sejumlah siswa dari

beberapa sekolah 36 menengah di Markudi yang telah terakreditasi dan membagi

menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diajarkan elektrokimia dengan LMM

dan kelompok kedua diajarkan elektrokimia dengan LMC. Temuan menunjukkan

Siswa diajarkan elektrokimia menggunakan LMM memiliki skor prestasi yang lebih

tinggi daripada rekan-rekan mereka diajarkan menggunakan LMC. Selain itu, tidak

ada pengaruh yang signifikan dari gender siswa. Disarankan pembelajaran

dilakukan dengan mengadopsi LMM dan LMC sebagai strategi dalam

pembelajaran. Selain itu, peneliti juga merekomendasikan bahwa seniman di


industri musik harus didorong untuk menulis dan menghasilkan musik yang

memiliki makna kognitif. Relevansi dengan penelitian pengembangan media

pembelajaran lagu dan video tentang ikatan kimia, yaitu adanya penggunaan

kedua bagian dari animasi video dan musik dalam media pembelajaran bagi siswa,

namun pada penelitian pengembangan lagu dan video tentang ikatan kimia tidak

meneliti tentang pengaruh perbedaan dari keduanya. Selain itu, materi yang

disampaikanpun berbeda.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh media pembelajaran audio dalam bentuk lagu terhadap minat belajar

peserta didik.

Minat belajar dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat pembelajaran

berlangsung. Penggunaan media pembelajaran audio dalam bentuk lagu

menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan, dan tidak membosankan.

Dengan demikian, minat belajar peserta didik akan meningkat.

2. Pengaruh media pembelajaran audio dalam bentuk lagu terhadap hasil belajar

ditinjau dari peningkatan penguasaan materi peserta didik.

Penguasaan materi termasuk dalam ranah kognitif. Penguasaan materi

dapat dicapai dengan adanya konsentrasi yang baik selama pembelajaran.

Konsentrasi yang baik dapat tercapai jika fungsi otak kiri dan kanan seimbang

selama pembelajaran (Merrit, 2003: 82-83). Keseimbangan fungsi otak kiri dan

otak kanan termasuk dalam tujuan yang dapat dicapai dengan belajar

menggunakan media pembelajaran audio dalam bentuk lagu. Lagu merupakan

bagian dari seni, dimana apapun yang berkaitan dengan seni akan diproses
oleh otak kanan. Penggunaan media lagu ini dalam pembelajaran diperkirakan

akan memudahkan peserta didik dalam mempelajari materi yang disampaikan

guru sehingga penguasaan materi peserta didik semakin meningkat.

D. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan peningkatan minat belajar yang signifikan antara peserta didik

yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran

audio dalam bentuk lagu dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran

tanpa menggunakan media pembelajaran audio dalam bentuk lagu.

2. Peningkatan penguasaan materi peserta didik yang mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan media pembelajaran audio dalam bentuk lagu lebih

tinggi dibandingkan peningkatan penguasaan materi peserta didik yang

mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran audio

dalam bentuk lagu.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode penelitian

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan (Sugiyono, 2014: 72). Digunakan desain quasi-experimental jenis

“Pretest-Posttest Control Group Desaign“ dimana terdapat dua kelas yang dipilih

secara random. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas lainnya sebagai

kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan media pembelajaran

audio berbasis lagu sedangkan kelas kontrol diberi model pembelajaran

konvensional tanpa menggunakan media pembelajaran. Desain penelitian yang

digunakan digambarkan seperti pada Tabel 3.

R O1 X O2

R O3 O4
Tabel 3. Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design

Keterangan:

R : Pengambilan sampel secara acak

X : Perlakuan pada kelas eksperimen, yaitu pembelajaran dengan menggunakan

media pembelajaran audio berbasis lagu

O1 : Pretest kelas eksperimen

O2 : Posttest kelas eksperimen


O3 : Pretest kelas kontrol

O4 : Posttest kelas kontrol

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan membuat hipotesis penelitian,

kemudian menentukan variabel penelitian yang terdiri dari variabel bebas dan

variabel terikat. Langkah berikutnya adalah memberikan pretest untuk mengukur

kemarupuan awal penguasaan materi peserta didik. Setelah itu memberikan

perlakuan pada kelas yang diteliti dan mengamati prosesnya, kemudian

memberikan posttest dan angket untuk mengukur variabel terikat karena adanya

perlakuan selanjutnya data hasil penelitian di analisis untuk menguji hipotesis yang

telah disusun.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri … yang beralamatkan …

Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal kelas X tahun ajaran … Penelitian

ini dilaksanakan pada tanggal … sampai dengan …

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIA dia SMA

Negeri … tahun ajaran … yang berjumlah … peserta didik. Terdapat … kelas

X MIA, yakni kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, …

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Cluster Random

Sampling. Dipilih secara acak dua kelas X MIA untuk dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas yang terpilih adalah kelas X MIA …

sebagai kelas eksperimen dan X MIA … sebagai kelas kontrol.

D. Variable Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran yang

digunakan. Kelas eksperimen dalam pembelajaran menggunakan media

pembelajaran audio berbasis lagu dan kelas kontrol dalam pembelajaran tidak

menggunakan media pembelajaran audio berbasis lagu (model pembelajaran

konvensional).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat belajar dan hasil belajar

peserta didik dalam pokok bahasan Hukum Newton. Data diperoleh dari angket

minat dan hasil pretest-posttest peserta didik pada masing-masing kelas.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar, materi

yang diajarkan, jumlah jam tatap muka, lama penelitian, serta soal pretest dan

posttest yang dibuat sama.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument dalam

proses pembelajaran (perangkat pembelajaran) dan instrument pengambilan data.

1. Instrumen dalam Proses Pembelajaran (Perangkat Pembelajaran)


Instrumen yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan instrumen yang

digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Terdapat dua RPP yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu RPP untuk kelas

eksperimen yaitu kelas yang dalam pembelajaran menggunakan media

pembelajaran audio berbasis lagu dan RPP untuk kelas kontrol yaitu kelas

yang dalam pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran audio

berbasis lagu (pembelajaran konvensional).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

soal pretest dan posttest serta angket minat belajar peserta didik. Soal pretest

dan posttest terdiri atas … butir soal. Soal pretest dan posttest digunakan untuk

mengetahui penguasaan materi peserta didik. Angket minat belajar digunakan

untuk mengetahui minat belajar peserta didik terhadap fisika setelah diberi

perlakuan pada masing-masing kelas.

F. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas

a. Analisis Validitas RPP

Data penilaian validator diperoleh berupa checklist pada lembar

validasi, dianalisis menggunakan Content Validity Ratio (CVR) dan Content

Validity Index (CVI). Pemberian skor pada angket divalidasi dengan CVR.

Teknik menganalisisnya adalah sebagai berikut.

1) Kriteria penilaian validator


Data penilaian yang diperoleh dari validator berupa checklist. Data

penilaian validator dikonversikan menjadi indeks penilaian dengan

acuan pada table berikut:

Kriteria Skor Indeks


Tidak Baik 1
1
Kurang Baik 2
Cukup 3 2
Baik 4
3
Sangat Baik 5
Tabel 4. Kriteria Penilaian Validator

2) Menghitung nilai Content Validity Ratio (CVR)

Content Validity Ratio (CVR), dihitung dengan menggunakan

persamaan:

𝑁
(𝑁𝑒 − 2 )
𝐶𝑉𝑅 =
𝑁
2

Keterangan:

𝑁𝑒 = jumlah validator yang menyetujui

𝑁 = jumlah total validator

Ketentuan:

a) Saat jumlah validator yang menyatakan setuju kurang dari setengah

total validator maka CVR bernilai negative.

b) Saat jumlah validator yang menyatakan setuju setengah dari jumlah

total validator maka CVR bernilai nol.

c) Saat seluruh validator yang menyatakan setuju maka CVR bernilai 1

(diatur menjadi 0,99).


d) Saat jumlah validator yang menyatakan setuju lebih dari setengah

total validator maka CVR bernilai antara 0 – 0,99.

Dalam penelitian ini, CVR yang digunakan untuk memvalidasi

instrumen hanya CVR yang bernilai positif. CVR yang bernilai negatif

tidak digunakan.

3) Menghitung nilai Content Validity Index (CVI)

Setelah setiap butir pada angket diidentifikasi dengan menggunakan

CVR, selanjutnya untuk menghitung indeks validitas instrumen

digunakan CVI. CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR dari semua butir

angket validitas.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝑅
𝐶𝑉𝐼 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑒𝑡

4) Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI

Rentang hasil nilai CVR dan CVI adalah -1 < 0 < 1. Angka tersebut

dikategorikan sebagai berikut.

-1 < x < 0 = tidak baik

0 = baik

0<x<1 = sangat baik

(Lawshe, 1975: 567)

b. Analisis Validitas Soal Pretest dan Posttest

Analisis validitas soal pretest dan posttest dianalisis dengan

menggunakan Content Validity Ratio (CVR) dan Content Validity Index

(CVI). Pemberian skor pada butir angket validasi dengan menggunakan

CVR. Setelah semua item mendapat skor, kemudian skor tersebut diolah.
Adapun cara menganalisisnya sama seperti cara menganalisis validitas

RPP.

c. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan

analisis gain-test. Data diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil

observasi tentang penilaian hasil belajar fisika berupa tes kognitif (pretest

dan posttest). Gain-test dicari untuk memperoleh hubungan antara nilai

pretest dan posttest (Hake, 2012).

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡


𝑔=
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Interpretasi nilai gain disajikan dalam kriteria pada Tabel 5.

Nilai g Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 > g ≥ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Tabel 5. Kriteria Nilai Gain

d. Analisis Angket Minat Belajar Fisika Peserta Didik

Angket minat belajar peserta didik merupakan pernyataan tertutup

dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Analisis data angket peserta didik

menggunakan analisis deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Pemberian skor untuk setiap pernyataan positif sebagai berikut:

Skor 4 = untuk jawaban Sangat Setuju (SS)

Skor 3 = untuk jawaban Setuju (S)

Skor 2 = untuk jawaban Tidak Setuju (TS)


Skor 1 = untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

Pemberian skor untuk setiap penyataan negatif sebagai berikut:

Skor 1 = untuk jawaban Sangat Setuju (SS)

Skor 2 = untuk jawaban Setuju (S)

Skor 3 = untuk jawaban Tidak Setuju (TS)

Skor 4 = untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

Cara menghitung persentase skor kelayakan minat belajar peserta

didik terhadap pembelajaran adalah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝐴
𝑋= × 100%
𝐵

Keterangan:

X = persentase skor yang dicapai

A = jumlah skor yang diperoleh

B = jumlah skor maksimal

Dari perhitungan diatas, selanjutnya peserta didik dikualifikasi

berdasarkan persentase skor yang diperoleh untuk membuat kesimpulan

mengenai minat belajar peserta didik. Pedoman kriteria yang digunakan

diadaptasi dari penilaian (Suharsimi, Arikunto, 1998: 246), yaitu pada Tabel

6, sehingga dapat dibuat kesimpulan mengenai minat belajar peserta didik

berdasarkan hasil angket.

Presentase Kriteria
75% ≤ X ≤ 100% Tinggi
55% ≤ X < 75% Cukup
40% ≤ X < 55% Kurang
0% ≤ X < 40% Rendah
Tabel 6. Kualifikasi Persentase Angket Minat Belajar Peserta Didik

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada sejauh mana alat ukur dapat digunakan untuk

melakukan pengukuran secara konsisten apabila alat ukur digunakan lebih dari

sekali. Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat digunakan atau tidaknya suatu

alat ukur dalam penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan

suatu alat ukur, bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan hasil

pengukuran yang benar dari suatu yang diukur. Reliabilitas menunjukkan

akurasi dan ketepatan dari pengukuran (Jogiyanto, 2008: 164). Metode

pengujian reliabilitas untuk soal pilihan ganda dicari dengan menggunakan uji

Alpha-Cronbrach.

Skor Reliabilitas
< 0,50 Rendah
0,50 - 0,60 Cukup
0,70 - 0,80 Tinggi
Table 4. Batasan Skor Reliabilitas Cronbrach’s Alpha

(Jogiyanto, 2008: 142)

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah minat dan hasil belajar

peserta didik pada ranah kognitif. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Melakukan observasi untuk melihat secara langsung kondisi sekolah serta

proses pembelajaran fisika yang berlangsung. Observasi ini meliputi perilaku


peserta didik saat pembelajaran, metode, dan media pembelajaran yang

digunakan.

2. Membagikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk

mengetahui kemampuan awal peserta didik.

3. Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen, pembelajaran dengan

menggunakan media pembelajaran audio berbasis lagu, serta pada kelas

kontrol, pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran audio

berbasis lagu (pembelajaran konvensional). Setiap kelas mendapat materi

yang sama, alokasi waktu, serta guru yang sama.

4. Memberikan posttest pada akhir pembelajaran untuk mengetahui penguasaan

materi peserta didik setelah diberi perlakuan.

5. Memberikan angket minat belajar untuk mengetahui minat belajar peserta didik

setelah diberi perlakuan.

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, langkah yang harus ditempuh untuk menganalisis data

yaitu dengan cara mendeskripsikan data kemudian dilanjutkan dengan uji

prasyarat sebelum melakukan analisis, yaitu uji normalitas serta uji homogenitas.

Setelah uji normalitas dan homogenitas diperoleh hasil analisis data yang

berdistribusi normal dan homogeny, selanjutnya pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji manova.

1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu data harus melalui uji

prasyarat analisis, yaitu uji normalitas serta uji homogenitas.


a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada tiap-

tiap variable terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada

data skor pretest dan posttest. Uji normalitas dilakukan terhadap sebaran

data untuk tiap kelas sampel secara terpisah. Uji normalitas menggunakan

uji Shapiro-Wilk untuk menafsirkan signifikansi frekuensi yang diperoleh

dengan frekuensi yang diharapkan dalam populasi. Data dikatakan

terdistribusi normal apabila probabilitas atau p > 0,05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang homogeny atau tidak dengan cara membandingkan

kedua variansinya, yaitu dilakukan terhadap sebaran data dari kedua kelas

sampel secara bersamaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui varian

data dari kedua kelas tersebut homogeny atau tidak. Uji yang digunakan

adalah uji homogenitas varian. Persyaratan homogeny apabila nilai

probabilitas atau p > 0,05 pada taraf signifikansi 5%.

2. Uji Hipotesis

Langkah selanjutnya setelah uji persyaratan analisis terpenuhi adalah

melakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh media pembelajaran audio dalam bentuk lagu terhadap

minat belajar fisika dan hasil belajar peserta didik ditinjau dari peningkatan

penguasaan materi.

a. Pengujian Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah No.1


Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji manova.

Pengujian menggunakan uji manova dimaksudkan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan antara variable terikat dari dua kelompok

sampel. Dalam rumusan masalah no. 1 variable terikat yang dimaksud

adalah minat belajar peserta didik. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih

dahulu dibuat hipotesis tandingan (H0), yaitu tidak ada peningkatan minat

belajar peserta didik yang signifikan pada pembelajaran menggunakan

media pembelajaran audio dalam bentuk lagu.

Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, berarti

terdapat peningkatan minat belajar peserta didik yang signifikan pada

pembelajaran menggunakan media pembelajaran audio dalam bentuk lagu.

Sedangkan apabila nilai probabilitas signifikansi > 0,05 maka H 0 diterima,

berarti tidak ada peningkatan minat belajar peserta didik yang signifikan

pada pembelajaran menggunakan media pembelajaran audio dalam

bentuk lagu. Analisis data dan pengujian hipotesis pada penelitian ini

menggunakan SPSS 20.

b. Pengujian Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah No.2

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji manova.

Pengujian menggunakan uji manova dimaksudkan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan antara variable terikat dari dua kelompok

sampel. Dalam rumusan masalah no. 2 variable terikat yang dimaksud

adalah hasil belajar ditinjau dari peningkatan penguasaan materi peserta

didik. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dibuat hipotesis


tandingan (H0), yaitu tidak ada peningkatan penguasaan materi peserta

didik yang signifikan pada pembelajaran menggunakan media

pembelajaran audio dalam bentuk lagu.

Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, berarti

terdapat peningkatan penguasaan materi peserta didik yang signifikan

pada pembelajaran menggunakan media pembelajaran audio dalam

bentuk lagu. Sedangkan apabila nilai probabilitas signifikansi > 0,05 maka

H0 diterima, berarti tidak ada peningkatan penguasaan materi peserta didik

yang signifikan pada pembelajaran menggunakan media pembelajaran

audio dalam bentuk lagu. Analisis data dan pengujian hipotesis pada

penelitian ini menggunakan SPSS 20.

Anda mungkin juga menyukai