Anda di halaman 1dari 40

NILAI-NILAI BUDAYA

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada
suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu
yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa
yang akan terjadi atau sedang terjadi.

Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau
sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.

Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :

1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi
kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).

Berikut ini merupakan semboyan-semboyan beserta maknanya dari berbagai


daerah di Indonesia sebagai nila-nilai budaya bangsa Indonesia.

A. Semboyan Budaya Indonesia

Semboyan adalah kumpulan kata atau kalimat pendek yang digunakan sebagai
dasar, tuntunan, intisari, slogan, motto dari suatu usaha bersama yang dapat
membangkitkan semangat dan menjadi ciri khas dari pemiliknya. Indonesia memiliki
semboyan-semboyan dari berbagai daerah, yaitu :
1. PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM

Lambang Aceh adalah Pancacita. Pancacita adalah lima cita, yaitu keadilam,
kepahlawanan, kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan. Lambang Aceh
berbentuk persegi lima yang menyerupai kopiah. Dalam perisai itu terdapat dacin
(alat timbangan), rencong, padi, kapas, lada, cerobong pabrik, kubah masjid (di antara
padi dan kapas), kitab dan kalam. Keadilan dilembangkan dengan dacin.
Kepahlawanan dilambangkan dengan recong. Kemakmuran dilambangkan dengan
padi, kapas, lada, dan cerobong pabrik. Kerukunan dilambangkan dengan kubah
masjid. Sedangkan kesejahteraan dilambangkan kitab dan kalam.

2. PROVINSI SUMATERA UTARA 


Lambang Sumatera Utara terdiri dari padi dan kapas, perisai berbentuk
jantung yang di dalamnya terdapat lukisan bintang bersudut lima, bukit barisan
berpucuk lima, pelabuhan, dan pabrik. Di tengah perisai terdapat gambar seorang
yang sedang menanam padi yang dikelilingi sawit, karet, ikan, dan daun tembakau.
Perisai yang digantung dengan rantai pada kepalan tangan di atas merupakan lembang
semangat menegakkan cita-cita rakyat Sumatra Utara. Tujuh belas kuntum kapas dan
45 butir padi merupakan simbol hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Bukit
Barisan memiliki makna tata kemasyarakatan yang luhur, bersemangat persatuan dan
gotong-royong. Semboyan pada daerah ini adalah mar sipature hutana be(Bahasa
Batak) yang berarti “berlomba-lomba membangun daerah”.

3. PROVINSI SUMATERA BARAT 


 

Lambang Sumatera Barat berbentuk perisai segi lima. Di dalam lambang, terdapat
lukisan kubah masjid dan bintang, rumah gadang, dan gelombang air. Kubah masjid
melambangkan Islam sebagai agama utama rakyat Sumatra Barat. Bintang sebagai
simbol Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumah gadang memiliki makna semangat
demokrasi, karena merupakan tempat masyarakat bermusyawarah. Gelombang air
merupakan simbol dinamika rakyat Sumatra Barat. Semboyan pada daerah ini adalah
Tuah Sakato (Bahasa Minangkabau), artinya“Manfaat kesepahaman”.

4. PROVINSI BENGKULU

Lambang Bengkulu berbentuk perisai dengan tulisan Bengkulu. Di dalam lambang


perisai, terdapat lambang bintang, cerana, rudus (senjata), bunga Rafflesia arnoldii,
tangkai buah padi dan kopi. Bintang memiliki makna Ketuhanan Yang Maha Esa.
Cerana melambangkan kebudayaan yang tinggi, senjata rudus melambangkan
kepahlawanan. Bunga Rafflesia arnoldii merupakan keistimewaan alam Bengkulu.
Padi dan kopi sebagai simbol kesejahteraan. Selain itu, terdapat lukisan ombak
berjulah 18 garis, daun kopi 11 lembar, bunga kopi setiap tangkai berjumlah 6 buah,
dan setiap tangkai berjumlah 8 dimana semuanya menunjukkan tanggal 18 November
1968 (hari lahir provinsi Bengkulu).
5. PROVINSI RIAU

Lambang Riau terdiri dari perisai yang ditepinya terdapat mata rantai berjumlah 45.
Di dalam perisai terdapat lukisan padi, kapas, gelombang laut, perahu lancang
kuning, dan keris. Rangkaian mata rantai berjumlah 45 memiliki makna tahun
kemerdekaan RI. Padi dan kapas sebagai simbol kesejahteraan rakyat. Gelombang
laut berjumlah 5 melambangkan Pancasila sebagai dasar negara RI. Perahu lancang
kuning menggambarkan semangat rakyat Riau dalam mencari hasil laut yang
melimpah. Keris berhulu kepala burung serindit memiliki makna kepahlawanan
rakyat Riau berdasarkan kebenaran dan kebijaksanaan.
6. PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Lambang Kepulauan Riau terdiri dari 6 (enam) bagian dengan rincian sebagai berikut
: Bintang berwarna kuning melambangkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Mata Rantai berwarna hitam berjumlah 32 (tiga puluh dua) yang berlatar
belakang warna hijau muda melambangkan kebersamaan masyarakat Provinsi
Kepulauan Riau yang bersatu padu dan menunjukkan berdirinya Provinsi Kepulauan
Riau sebagai Provinsi yang ke- 32 di Negara Republik Indonesia. Perahu berwarna
kuning sebagai simbol alat transportasi masyarakat Kepulauan Riau dengan layar
berwarna putih yang terkembang melambangkan semangat kebersamaan dalam satu
tekad mengisi laju pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau. Padi berwarna kuning
berjumlah 24 (dua puluh empat) butir dan Kapas berwarna hijau dan putih berjumlah
9 (sembilan) kuntum melambangkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan
Riau sebagai tujuan utama dan mengingatkan tanggal disahkannya Undang-Undang
terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau 24 September 2002, Sebilah Keris berluk 7
(tujuh) berwarna kuning emas berhulu kepala Burung Serindit berwarna hitam, di atas
tepak sirih berwarna merah lekuk 5 (lima), di dalam perahu berwarna kuning yang
dengan gelombang 7 (tujuh) lapis, yang masing-masing melambangkan sebagai
berikut : Sebilah Keris berluk 7 (tujuh) berwarna kuning emas berhulu kepala Burung
Serindit berwarna hitam, melambangkan keberanian dalam menjaga dan
memperjuangkan negeri bahari ini untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran,
Tepak Sirih berwarna merah melambangkan persahabatan, Perahu berwarna kuning
sebagai simbol alat transportasi masyarakat Kepulauan Riau dengan layar berwarna
putih yang terkembang, melambangkan semangat kebersamaan dalam satu tekad
mengisi laju pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau, Gelombang berlapis 7
sebagai simbol bulan Juli, sehingga mengingatkan kita diresmikannya Provinsi
Kepulauan Riau yakni tanggal 1 Juli 2004; Tulisan “PROVINSI KEPULAUAN
RIAU” berwarna putih di atas dasar lambang daerah berwarna biru tua sebagai
identitas nama daerah Pita berwarna kuning bertuliskan “BERPANCANG AMANAH
BERSAUH MARWAH” berwarna hitam adalah motto daerah yang mengandung
semangat dan tekad serta azam masyarakat Provinsi Kepulauan Riau dalam menuju
cita-cita luhurnya.  
7. PROVINSI JAMBI

Lambang Jambi berbentuk perisai segi lima yang di dalamnya terdapat gambar masjid,
keris, gong, dan bertuliskan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Perisai segi lima
melambangkan jiwa dan semangat Pancasila. Masjid melambangkan ketaatan
beragama rakyat Jambi. Keris sebagai simbol kepahlawanan dan keberanian. Gong
sebagai simbol jiwa musyawarah. Semboyannya berbunyi Sepucuk Jambi Sembilan
Lurah, yang mengandung arti penggambaran luasnya wilayah Kesultanan
Melayu Jambi yang mencakup Sembilan Lurah di kala pemerintahan Orang
Kayo Hitam. Adapun ke Sembilan Lurah tersebut adalah :

1. Petaji,
2. Maro Sebo,
3. Jabus,
4. Aer Itam,
5. Awin,
6. Pemayung,
7. Miji,
8. VII - Koto, dan
9. Pinokawan.

8. PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lambang Sumatera Selatan berbentuk perisai bersudut lima. Di dalamnya terdapat


lukisan bunga teratai, batang hari sembilan, jembatan Ampera, dan gunung serta di
atasnya terdapat atap rumah khas Sumatera Selatan. Tertulis semboyan "Bersatu
Teguh" pada bagian tengah bawah perisai. Bunga teratai berkelopak lima berarti
keberanian dan keadilan berdasarkan Pancasila. Selain itu, bunga padma atau teratai
adalah bunga suci dalam agama Buddha yang melambangkan Kemaharajaan
Sriwijaya sebagai bukti sejarah kegemilangan masa lalu Sumatera Selatan. Batang
hari sembilan adalah nama lain Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sembilan
sungai. Jembatan Ampera merupakan ciri yang menjadi kebanggaan masyarakat
Sumatera Selatan. Gunung memiliki makna daerah pegunungan yang banyak terdapat
di Sumatera Selatan. Sedangkan atap khas Sumatera Selatan yang berujung 17 dan 8
garis genting dan 45 buah genting merupakan simbol kemerdekaan RI pada tanggal
17 Agustus 1945.  

9. PROVINSI LAMPUNG

Lambang Lampung terdiri dari lukisan padi dan lada yang merupakan simbol hasil
bumi yang banyak terdapat di Lampung. Laduk dan payan berupa golok dan tombak
adalah senjata tradisional masyarakat Lampung. Gong merupakan simbol demokrasi.
Singer sebagai lambang keagungan budaya. Payung adalah tempat masyarakat
berlindung. Pada lambang, terdapat tulisan Sang Bumi Ruwai Jurai yang berarti
rumah tangga yang agung bagia dua golongan masyarakat (ruwai dan jurai) yang
terdapat pada masyarakat asli dan pandatang.
10. PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 

Perisai Bersudut Lima, melambangkan Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan


Republik Indonesia. Kepulauan Bangka Belitung, melambangkan wilayah,
masyarakat, sistem pemerintah, kebudayaan dan sumberdaya alam Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Lingkaran Bulat Simetrikal, melambangkan kesatuan
dan persatuan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam menghadapi segala
tantangan di tengah - tengah peradaban dunia yang semakin terbuka. Butir Padi
berjumlah 27 buah melambangkan nomor dari Undang-undang pembentukan Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung, yaitu UU No.27 Tahun 2000,dan Buah Lada, berjumlah
31 buah melambangkan Kepulauan Bangka Belitung merupakan Propinsi ke 31
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Padi dan buah lada juga melambangkan
kesejahteraan dan kemakmuran. Balok Timah, melambangkan kekayaan alam (hasil
bumi pokok) berupa timah yang dalam sejarah secara social ekonomis telah
menopang kehidupan masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung selama lebih
dari 300 tahun. (diketemukan dan dikelola sejak tahun 1710 Mary Schommers dalam
Bangka Tin) Biru Tua dan Biru Muda (Dalam Perisai dan Lingkaran Hitam),
melambangkan bahari dunia kelautan dari yang dangkal sampai yang terdalam.
Menyiratkan lautan dengan segala kekayaan alam yang ada di atasnya, di dalam dan
di dasar lautan yang dapat dimanfaatkan untuk sebesar - besarnya bagi kesejahteraan
rakyat. Putih (Tulisan), melambangkan keteguhan dan perdamaian. Kuning ( Padi dan
Semboyan), melambangkan ketentraman dan kekuatan. Hijau (Pulau dan Lada),
melambangkan kesuburan. Hitam (Outline Lingkaran), melambangkan ketegasan.
Serumpun Sebalai, menunjukan bahwa kekayaan alam dan plularisme masyarakat
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tetap merupakan kelurga besar komunitas
(serumpun) yang memiliki perjuangan yang sama untuk menciptakan kesejahteraan ,
kemakmuran, keadilan dan perdamaian. Untuk mewujudkan perjuangan tersebut,
dengan budaya masyarakat melayu berkumpul, bermusyawarah, mufakat,
berkerjasama dan bersyukur bersama-sama dalam semangat kekeluargaan (sebalai)
merupakan wahana yang paling kuat untuk dilestarikan dan dikembangkan. Nilai-
nilai universal budaya ini juga dimiliki oleh beragam etnis yang hidup di Bumi
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan demikian, Serumpun Sebalai
mencerminkan sebuah eksistensi masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
dengan kesadaran dan citacitanya untuk tetap menjadi keluarga besar yang dalam
perjuangan dan proses kehidupannya senantiasa mengutamakan dialog secara
kekeluargaan, musyawarah dan mufakat serta berkerja sama dan senantiasa
mensyukuri nikmat Tuhan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Serumpun
Sebalai, merupakan semboyan penegakan demokrasi melalui musyawarah dan
mufakat yang berarti dari darah yang sama dari tempat yang sama.
11. PROVINSI DKI JAKARTA 

Lambang Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta berbentuk sebagai sebuah perisai
bersegi lima. Dalam perisai ini terlukis sebuah pintu gerbang atau gapura. Kemudian
di tengahnya ada gambar Monumen Nasional Indonesia yang di sisi kiri dan kanan
dilingkari dengan padi dan kapas. Lalu di bawahnya ada gambar gelombang yang
dilukiskan secara stilistis. Simbolika lambang Monumen Nasional Indonesia adalah
sebuah markah tanah Jakarta sehingga dilukiskan pada lambang ini. Kemudian kapas
dan padi melambangkan kemakmuran atau usaha Jakarta yang bertekad mencukupi
kebutuhan sandang dan pangan warganya. Gambar gelombang melukiskan lokasi
Jakarta di pesisir dan juga Jakarta sebagai kota pelabuhan. Semboyan Jakarta
memiliki semboyan Jaya Raya yang artinya ialah lambang semangat kota Jakarta
supaya tetap berjaya dan besar.  
 12. PROVINSI JAWA BARAT

Lambang Jawa Barat secara keseluruhan adalah sebuah perisai berbentuk


bulat telur dengan hiasan pita di bagian bawahnya yang berisikan motto Jawa Barat.
Kemudian di tengahnya ada gambar senjata khas dari Jawa Barat yaitu sebuah
kujang. Simbolika lambang Makna bentuk dan motif yang terdapat dalam lambang
ini ialah : Bentuk bulat telur pada lambang Jawa Barat berasal dari bentuk perisai
sebagai penjagaan diri. Ditengah-tengah terlihat ada sebilah kujang. Kujang ini
adalah senjata suku bangsa Sunda yang merupakan penduduk asli Jawa Barat. Lima
lubang pada kujang melambangkan dasar negara Indonesia yaitu Garuda Pancasila.
Padi satu tangkai yang terdapat di sisi sebelah kiri melambangkan bahan makanan
pokok masyarakat Jawa Barat sekaligus juga melambangkan kesuburan pangan, dan
jumlah padi 17 menggambarkan tanggal Proklamasi Republik Indonesia. Kapas satu
tangkai yang berada di sebelah kanan melambangkan kesuburan sandang, dan 8
kuntum bunga menggambarkan bulan proklamasi Republik Indonesia. Gunung yang
terdapat di bawah padi dan kapas melambangkan bahwa daerah Jawa Barat terdiri
atas daerah pegunungan. Sungai dan terusan yang terdapat di bawah gunung sebelah
kiri melambangkan di Jawa Barat banyak terdapat sungai dan saluran air yang sangat
berguna untuk pertanian. Petak-petak yang terdapat di bawah gunung sebelah kanan
melambangkan banyaknya pesawahan dan perkebunan. Masyarakat Jawa Barat
umumnya hidup mengandalkan kesuburan tanahnya yang diolah menjadi lahan
pertanian. Dam atau bendungan yang terdapat di tengah-tengah bagian bawah antara
gambar sungai dan petak, melambangkan kegiatan di bidang irigasi yang merupakan
salah satu perhatian pokok mengingat Jawa Barat merupakan daerah agraris. Hal ini
juga melambangkan dam-dam yang berada di Jawa Barat seperti Waduk Jatiluhur.
Arti warna Pada lambang Jawa Barat didapati beberapa warna yaitu: hijau, kuning,
hitam, biru, merah dan putih. Warna-warna ini memiliki arti khusus. Warna hijau
artinya melambangkan kesuburan dan kemakmuran tanah Jawa Barat. Kuning artinya
melambangkan keagungan, kemuliaan dan kekayaan. Hitam artinya melambangkan
keteguhan dan keabadian. Biru artinya melambangkan ketentraman atau kedamaian.
Merah artinya melambangkan keberanian. Putih artinya melambangkan kemurnian,
kesucian atau kejujuran. Motto Jawa Barat Motto Jawa Barat adalah Gemah Ripah
Repeh Rapih, yang merupakan sebuah frasa berasal dari bahasa Sunda. Kata gemah-
ripah dan repeh-rapih merupakan kata majemuk yang mempunyai arti sebagai berikut
: Gemah-ripah : subur makmur, cukup sandang dan pangan. Repeh-rapih : rukun dan
damai atau aman sentosa. Arti bebas dari motto daerah Jawa Barat secara keseluruhan
ialah menyatakan bahwa Jawa Barat merupakan daerah yang kaya raya dan subur
makmur serta didiami oleh banyak penduduk yang hidup rukun dan damai.

13. PROVINSI BANTEN


Lambang daerah banten berbentuk sebagai sebuah perisai. Dalam perisai ini
terlukis sebuah pintu gerbang atau gapura. Kemudian di tengahnya ada gambar
menara Masjid Agung Banten yang di sisi kiri dan kanan dilingkari dengan padi dan
kapas. Lalu di bawahnya ada gambar gelombang air dan gerigi disertai ditengahnya
terdapat landasan pacu bandara Soekarno Hatta. Makna lambang Kubah Masjid,
melambangkan kultur masyarakat yang agamis. Bintang bersudut lima, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Menara Masjid Agung Banten, melambangkan semangat tinggi,
yang berpedoman pada petunjuk Allah SWT. Gapura Kaibon, melambangkan Daerah
Propinsi Banten sebagai pintu gerbang peradaban dunia, perekonomian dan lalu lintas
internasional menuju era globalisasi. Padi berwarna kuning berjumlah 17 dan Kapas
berwarna putih berjumlah 8 Tamgkai , 4 Kelopak Berwarna cokelta, 5 KUMTUM
BUNGA melambangkan Provinsi Banten merupakan daerah agraris, cukup sandang
pangan. 17-8-45 menunjukkan Proklamasi Republik Indonesia. Gunung berwarna
Hitam, melambangkan kekayaan alam dan menunjukkan dataran rendah serta
pegunungan. Badak bercula satu, melambangkan masyarakat yang pantang menyerah
dalam menegakkan kebenaran dan dilindungi oleh hukum. Laut berwana biru, dengan
gelombang putih berjumlah 17 melambangkan daerah maritim, kaya dengan potensi
lautnya. Gerigi berwana abu-abu berjumlah 10, menunjukkan orientasi semangat
kerja pembangunan dan sektor industri. Dua garis marka berwana putih,
menunjukkan landasan pacu Bandara Soekarno Hatta, lampu bulatan kuning (beacon
light) melambangkan pemacu semangat mencapai cita-cita. Pita berwarna kuning,
melambangkan ikaatan persatuan dan kesatuan masyarakat Banten. Badak bercula
satu, melambangkan fauna identitas banten yang menjadi warisan dunia. Makna
warna Merah - keberanian Putih - suci, arif dan bijaksana Kuning - kemuliaan,
lambang kejayaan dan keluhuran Hitam - keteguhan, kekuatan dan ketabahan hati
Abu-abu - ketabahan Biru - kejernihan, kedamaian dan ketenangan Hijau - kesuburan
Cokelat - kemakmuran Semboyan Semboyan "IMAN TAQWA" sebagai landasan
pembangunan menuju Banten Mandiri, Maju dan Sejahtera "Darussalam".
14. PROVINSI JAWA TENGAH 

Lambang Jawa Tengah berbentuk kundi amerta (cupu manik) dengan bentuk
dasar segi lima. Di dalam lambang, terdapat lukisan candi Borobudur, gunung
kembar, laut dan gunung, bambu runcing, bintang, padi dan kapas. Di bawah lambang
,terdapat tulisan yang merupakan semboyan, yaitu Prasetya Ulah Sakti Bhakti Praja
(Janji akan bekerja keras membangun bangsa dan negara). Kundi amerta dengan
bentuk dasar segi lima, melambangkan Pancasila. Candi Borobudur merupakan
identitas Jawa Tengah. Gunung kembar memiliki arti persatuan antara rakyat dan
pemerintah daerah. Laut dan gunung melambangkan hidup dan kehidupan. Bambu
runcing sebagai simbol perjuangan kemerdekaan. Sedangkan bintang, padi, dan kapas
melambangkan hari depan rakyat Jawa Tengah menuju masyarakat adil makmur
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
15. PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Lambang Daerah Istimewa Yogyakarta atau sering disebut golong-gilig


adalah lambang berbentuk bulat (golong) dan silinder (gilig) yang terdiri dari lukisan
bintang, padi dan kapas, tugu bersayap, lingkaran merah yang mengelilingi lingkaran
putih, dan ompak bertatakan teratai. Gambar bintang pada lambang ini memiliki
makna Ketuhanan Yang Maha Esa. Padi dan kapas sebagai simbol kesejahteraan.
Tugu bersayap sebagai simbol perikemanusiaan, sayap bagian dalam berjumlah 9
tertuju pada Hamengkubuwono IX dan bagian luar berjumlah 8 tertuju pada Paku
Alam VII memiliki makna kepemimpinan. Lingkaran merah putih untuk simbol
kebangsaan. Umpak dengan lapik tatakan bunga teratai sebagai simbol kerakyatan.
Semboyannya berbunyi Amemayu Hayuning Bawana, artinya mengalir dalam
hembusan alam.

16. PROVINSI JAWA TIMUR

Lambang Jawa Timur berbentuk perisai dengan bentuk dasar segi lima.
Lambang ini terdiri dari gambar bintang, tugu pahlawan, gunung berapi, pintu
gerbang candi, sawah ladang, padi kapas, bunga, roda dan rantai. Bintang merupakan
lambang Ketuhanan Yang Maha Esa. Tugu pahlawan melambangkan kepahlawanan
rakyat Jawa Timur dalam perang kemerdekaan. Gunung berapi melambangkan
semangat mencapai masyarakat adil dan makmur. Pintu gerbang candi sebagai simbol
cita-cita perjuangan masa lampau dan sekarang. Sawah, ladang, sungai, padi, dan
kapas sebagai simbol kemakmuran. Sedangkan roda dan rantai sebagai simbol
kekuatan. Di bawah perisai, terdapat tulisan Jer Basuki Mawa Beya, yang memiliki
makna keberhasilan membutuhkan kesungguhan
  17. PROVINSI BALI 

Lambang Bali berbentuk segi lima dan berlukiskan Bali Dwipa Jaya yang
berarti Jayalah Pulau Bali. Di dalamnya terdapat gambar bintang, Candi Pahlawan
Margarana, Candi Bentar, rantai, kipas, bunga teratai, padi dan kapas. Bintang segi
lima, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Candi Pahlawan Margarana,
menggambarkan jiwa kepahlawanan rakyat Bali. Candi Bentar, lambang keagamaan
yang agung rakyat Bali. Rantai melambangkan persatuan. Kipas melambangkan
kebudayaan Bali. Bunga teratai lambang Singgasana Batara Siwa. Sedangkan padi
dan kapas melambangkan kemakmuran. Semboyan yang ada pada daerah ini adalah
Bali Dwipa Jaya (Bahasa Kawi), yang berarti Pulau Bali Jaya.

18. PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 


 

Lambang Nusa Tenggara Barat berlatar belakang perisai sebagai gambaran


jiwa pahlawan. Lambang NTB terdiri dari 6 unsur yakni bintang, kapas dan padi,
rantai, menjangan, gunung dan kubah. Bintang melambangkan 5 sila Pancasila, kapas
dan padi selain melambangkan kemakmuran juga melambangkan tanggal
terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Barat tanggal 14 Agustus 1958. Hari tersebut
diungkapkan secara simbolik dengan jumlah kuntum dan untaian padi 58. Rantai
terdiri dari 4 lingkaran dan 5 persegi, melambangkan tahun 45 (1945) sebagai tahun
kemerdekaan Republik Indonesia. Menjangan, merupakan salah satu satwa yang
banyak berada di Pulau Sumbawa. Gunung yang berasap melukiskan kemegahan
Gunung Rinjani, sebagai gunung tertinggi di Lombok. Kubah melambangkan
ketaatan beragama masyarakat provinsi Nusa Tenggara Barat.
19. PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 

Lambang Nusa Tenggara Timur berbentuk perisai dengan lima sudut yang
memiliki arti perlindungan rakyat, juga berarti lima sila Pancasila. Dalam perisai
tergambar bintang, Komodo, padi, kapas, tombak dan pohon beringin. Bintang
melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Komodo dalam lambang adalah
satu-satunya reptil prasejarah yang hingga kini masih dilindungi. Binatang purba ini
merupakan reptil raksasa yang oleh dunia dinyatakan dilindungi karena jenis hewan
ini hanya terdapat di NTT, tepatnya di Pulau Komodo. Banyak wisatawan dari
seluruh dunia datang ke pulau ini hanya untuk melihat Komodo. Padi dan kapas
melambangkan kemakmuran. Tombak berarti keagungan dan kejayaan. Sedangkan
pohon beringin merupakan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara. Hari
terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Timur dilukiskan melalui jumlah padi (14) dan
tahun 1958 tertera langsung pada sudut bawah lambang.

20. PROVINSI SULAWESI BARAT 


 

Lambang Sulawesi Barat berbunyi 'Mellete Diatonganan', yang berarti 'Meniti


di Atas Kebenaran'. Di tengah lambangnya, terdapat perahu sande. Arah perahu ke
depan dengan layar di sebelah kanan, bermakna bahwa Sulbar mulai berlayar ke
depan dengan arah yang benar (kanan). Di bagian atas, tertancap 'Doe Pakka'
(Trisula) di gunung, melambangkan kepribadian orang Mandar, yang berarti
keberanian, kejujuran, dan keadilan. Bingkai lambang Sulbar diambil dari bentuk
dasar 'balenga lita' (panci yang terbuat dari tanah). Bagian atasnya merupakan simbol
'sulapa appe' (empat mata angin) yang di dalamnya bertuliskan Sulawesi Barat.

21. PROVINSI SULAWESI UTARA 


Lambang Sulawesi Utara berbentuk perisai segi lima. Di dalam perisai terdapat
simbol seuntai biji jagung dan padi yang jika dijumlahkan berjumlah 45 buah. Cengkih 17
buah, dan pala 8 buah, merupakan simbol pengakuan kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.
Selain itu, terdapat juga simbol pohon kelapa di bagian tengah yang merupakan salah satu
tumbuhan utama yang menjadi andalan perekonomian Sulawesi Utara. Semboyannya adalah
Si Tou Timou Tumou Tou (Bahasa Minahasa), artinya manusia hidup untuk mendidik orang
lain
22. PROVINSI SULAWESI TENGAH 

Lambang Sulawesi Tengah berbentuk seperti jantung. Di dalam lambang


terdapat simbol bintang, pohon kelapa, padi dan kapas, dan gelombang. Bintang
merupakan lambang Ketuhanan YME dan keteguhan dalam mencapai cita-cita yang
tinggi. Pohon kelapa merupakan tumbuhan yang menjadi komoditas untuk
menyejahterakan rakyat Sulawesi Tengah. Padi dan kapas sebagai lambang
kemakmuran. Kapas berkuncup 13, bergigi 4 pada kelopaknya, padi berbiji 19, alur
gelombang atas berjumlah 6 dan gelombang bawah berjumlah 4 merupakan simbol
hari jadi provinsi Sulawesi Tengah yaitu 13 April 1964.
23. PROVINSI SULAWESI SELATAN 

Lambang Sulawesi Selatan terdiri dari unsur bintang, padi dan kapas, banteng
sombu opu, badik, gunung dan petak sawah, dan perahu pinisi. Bintang sebagai
simbol kepercayaan terhadap Tuhan YME. Padi dan kapas melambangkan
kemakmuran. Banteng sombu opu sebagai simbol kepahlawanan yang gagah berani.
Badik merupakan senjata khas Sulawesi Selatan. Gunung dan sawah adalah pangkal
menuju masyarakat sosialis Indonesia. Sedangkan perahu pinisi merupakan simbol
jiwa bahari para pelaut Bugis yang terkenal. Semboyannya adalah Todo, “Teguh
dalam keyakinan”

24. PROVINSI SULAWESI TENGGARA 


Lambang Sulawesi Tenggara atau disebut perisai lima adalah lambang
Sulawesi Tenggara yang terdiri dari lukisan kepala anoa (anuang), mata rantai, dan
padi dan kapas. Anoa adalah hewan khas Sulawesi Tenggara. Mata Rantai yang
bersambung menjadi satu merupakan simbol persatuan yang kokoh. Sedangkan padi
dan kapas merupakan cita-cita untuk memakmurkan rakyat. Semboyannya adalah
Bolimo Karo Somanamo Lipu, artinya

25. PROVINSI GORONTALO 


 

Lambang Gorontalo memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Bagian luar berbentuk


perisai atau jantung yang memberi makna kesetiaan sebagai pelindung kehidupan
rakyat Gorontalo. Bagian dalam berbentuk bulat lonjong atau bulat telur yang
memberi makna adanya gagasan, ide atau cita-cita yang indah, yang kelak menetas
menjadi sesuatu kesejahteraan hidup rakyat Gorontalo. Bentuk dalam menampakkan
keserasian formasi gambar yang terdiri dari warna putih di tengah dan diikuti oleh
posisi padi - bintang, kapas - rantai memberi makna adanya keteraturan adat, agama,
hukum dalam semua pola kehidupan masyarakat. Memiliki nuansa global. Warna
biru keunguan adalah warna yang memberi makna tenang, setia dan selalu ingin
mempertahankan kebenaran dan harapan masa depan yang cerah model pohon kelapa
yang melengkung memberi makna gerak dinamis dan tidak diam tetapi selalu berbuat
untuk masa depan Sayap maleo yang mengembang memberi makna dinamika siap
untuk tinggal landas dan siap bersaing. Buku yang terbuka melambangkan keinginan
masyarakat untuk untuk siap meraih prestasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
serta iman dan taqwa secara terus menerus Bintang mengandung makna global jika
dikaitkan dengan cita-cita yang tinggi yaitu "Gantungkan cita-cita setinggi bintang di
langit" Pita mempunyai makna keinginan masyrakat Gorontalo untuk menyerap,
merekam dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi Memiliki nuansa nasional
Padi dan kapas yang mengandung makna kemakmuran dan kesejahteraan seperti pada
Pancasila Rantai mempunyai makna adanya pengakuan persatuan dan kesatuan dalam
kerangka Bhineka Tunggal Ika. Memiliki nuansa lokal. Bintang adalah lambang
keagamaan, sehingga selaras dengan filosofi "Adat bersendikan syara, syara
bersendikan Kitabullah" Benteng Rantai mempunyai makna adanya pengakuan
persatuan dan kesatuan dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika. Pemaknaan warna dan
simbol-simbol lainnya dalam lambang Simbol rantai yang memberi makna pada
peristiwa patriotik Rantai yang berjumlah 23 butir melambangkan tanggal 23 Januari
Kapas yang berjumlah 19 buah dan padi berjumlah 42 butir melambangkan tahun
1942 Sayap maleo yang berjumlah 16 helai melambangkan lahirnya Provinsi
Gorontalo pada tanggal 16 Februari 2000 Warna: Hijau: kesuburan Kuning:
keagungan dan kemuliaan Putih: kesucian dan keluhuran Merah: keberanian dan
perjuangan. Semboyan daerah Gorontalo adalah Duluo Limo Lo Pohalaa, artinya
Bumi Serambi Madinah.
26. PROVINSI MALUKU 

Lambang Maluku berbentuk perisai bersudut tiga. Di dalam perisai terdapat


lukisan daun sagu dan daun kelapa, mutiara, pala dan cengkih, tombak, gunung, laut,
dan perahu. Sagu merupakan sumber kehidupan dan makanan pokok daerah Maluku.
Kelapa adalah hasil bumi Maluku. Mutiara adalah hasil alam khas Maluku. Tombak
sebagai simbol kesatria. Gunung merupakan simbol kekayaan hasil hutan yang
melimpah. Sedangkan laut dan perahu adalah simbol persatuan dan kesatuan yang
kekal abadi. Dalam lambang, terdapat motto daerah bertuliskan Siwa Lima yang
artinya milik bersama.

27. PROVINSI MALUKU UTARA 


 

Lambang Maluku Utara berbentuk perisai segilima, yang di dalamnya


terdapat gambar bintang, gunung, laut, padi dan kapas, serta tulisan 1999 yang
merupakan tahun berdirinya provinsi Maluku Utara. Adapun makna dari gambar
tersebut adalah: Bintang melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Gunung sebagai
symbol kekayaan hasil hutan yang melimpah. Laut adalah lambing persatuan dan
kesatuan. Padi dan kapas adalah lambing kemakmuran. Semboyannya adalah Marimoi
Ngome Futuru yang artinya bersatu kita kuat.

        28. PROVINSI PAPUA 


Lambang Papua berbentuk perisai berpaju lima, menggambarkan
kesiapsiagaan dan ketahanan. Lima paju menunjukkan keseluruhan unsur Pancasila.
Dalam perisai berpaju lima terdapat gambar tiga buah tugu berdiri di atas tumpukan
batu bersusun 5 dan 9 menggambarkan perjuangan Trikora dan kemenangan Pepera
tahun 1969. Padi dan kapas, masing-masing berjumlah 7 butir dan 8 buah kapas
dengan tangkai terikat sehelai pita bertekuk 4 dan berjurai 5. Secara keseluruhan
melukiskan Proklamasi 17 Agustus 1945, hari kemerdekaan Republik Indonesia. Tiga
buah gunung berjajar sama tinggi, berpuncak salju menggambarkan ciri provinsi
Papua. Semboyannya adalah Karya Swadaya.
29. PROVINSI PAPUA BARAT 

Lambang Papua Barat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Tulisan Papua Barat
menjelaskan nama Provinsi Papua Barat. Bintang berwarna putih bermakna
Ketuhanan Yang Maha Esa dan cita-cita serta harapan yang akan diwujudkan. Pohon
dan ikan bermakna bahwa Provinsi Papua Barat memiliki sumber daya hutan dan
sumber daya laut yang berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Menara kilang dengan semburan api berwarna merah bermakna bahwa
Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan bahan tambang yang melimpah. Leher dan
kepala burung Kasuari menghadap ke kanan dalam bidang lingkaran hijau bermakna
bahwa Provinsi Papua Barat secara geografis terletak di wilayah leher dan kepala
burung Pulau Papua, sekaligus memilki filosofi ketangguhan, keberanian, kekuatan
dan ketahanan menghadapi tantangan pembangunan dimasa depan serta berkeyakinan
bahwa dengan semangat persatuan dan kesatuan, kesinambungan pembangunan akan
mewujudkan masa depan yang cerah. Bidang Hijau yang diapit 3 (tiga) bidang biru
bermakna kesatuan tekad dan perjuangan dari 3 (tiga) unsur: pemerintah, rakyat/adat
dan agama mewujudkan keberadaan Provinsi Papua Barat. Perisai dengan warna
dasar biru bersudut lima bermakna bahwa provinsi Papua Barat berasaskan Pancasila
yang mampu melindungi seluruh rakyat. Sepasang pelepah daun sagu, masing-masing
pelepah bagian kanan terdiri dari 12 (dua belas) pasang anak daun, bagian kiri terdiri
dari 10 (sepuluh) pasang anak daun yang diikat oleh dua angka sembilan bermotif
ukiran karerin budaya Papua, bermakna bahwa Provinsi Papua Barat dibentuk pada
tanggal 12 Oktober 1999 sebagai Provinsi ke-2 di Tanah Papua dan ke-31 di wilayah
NKRI. Sagu merupakan makanan pokok masyarakat Provinsi Papua Barat yang
melambangkan kesejehteraan dan kemakmuran. Seutas pita berwarna kuning
bertuliskan "CINTAKU NEGERIKU" terletak di bagian bawah perisai merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari perisai bermakna folosofis perjuangan seluruh
komponen masyarakat untuk mempertahankan keberadaan Provinsi Papua Barat
dalam bingkai NKRI.

B. Pepatah Budaya Indonesia

1. Aceh
RAJE ADIL RAJE DISEMBAH, RAJE LALIM RAJE DISANGGAH
raja adil disembah, raja lalim disangah
Ketaatan terhadap perintah pimpinan tergantung perangai pemimpin
itu sendiri.
2. Batak
Manat unang tartuktuk, nanget unang tarrobung
berhati-hati agar tidak tersandung, pelan-pelan agar tidak terperosok
Dalam setiap tindakan pemimpin sepatutnya bertindak hati-hati.
3. Minang
Bejalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah
berjalan peiharalah kaki, berkata peliharalah lidah
Hati-hatilah dalam berjalan begitu juga dalam melihat, sehingga tidak
menyakiti orang lain.
4. Lampung
Mak pateh lamun lemeh, mak pegat lamun kendur
tidak patah jika lemah, tidak putus jika kendur
Pemimpin jangan mengumbar keberanian untuk menghidari
kekalahan.
5. Betawi
PANJANGNYE ULER MASIH ADE BUNTUTNYE, PANJANGNYE
KATE HARUS ADE MAKSUDNYE
panjangnya ular masih ada buntutnya, panjangnya kata harus jelas isi
pesannya
Pemimpin yang kuat harus mampu bicara jelas dan mudah mengerti.
6. Sunda
Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok
air jatuh di atas batu lama-lama menimbulkan lubang
Siapapun jika berusaha terus-menerus lama-kelamaan pasti akan
membuahkan hasil.
7. Jawa
Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani
di depan menjadi teladan, di tengah ikut bekarya, dari belakang memberi
dorongan
Pemimpin hakikatnya harus bisa berdiri di mana saja. Siap memberi
komando sekaligus sanggup bekerjasama dengan kalangan yang
dipimpin.
Adapun dari Jawa Barat yang terdapat dalam bahasa Sunda, yaitu :

1) Kawas gula jeung peueut


“seperti gula dengan nira yang matang”

artinya : hidup rukun sayang menyayangi, tidak pernah berselisih.

2) Ulah kawas seuneu jeung injuk

“jangan sepert api dengan ijuk”

Artinya: jangan mudah berselisih.agar pandai mengendalikan napsu-napsu negatif


yang merusak hubungan dengan

orang lain.

3) Ulah nyieun pucuk ti girang

“jangan merusak tunas dari hulu”

Artinya: jangan mencari bibit permusuhan

4) Ulah neundeun piheuleut ulah nunda picela

“jangan menyimpan jarak jangan menyimpan cela”

Artinya: jangan mengajak orang lain untuk melakukan kejelekan dan permusuhan.

5) Bisi aya ti geusan mandi


“kalau-kalau ada dari tempat mandi”

Artinya: segala sesuatu harus dipertimbangkan agar pihak lain tidak tersinggung.

6) Henteu asa jeung jiga

“tidak merasa sangsi dan ragu”

Artinya: sudah merasa seperti saudara, bersahabat

7) Yén ana perkara ajang dhéng buka (Jawa-Cirebon)

“jika ada perkara jangan dibuka”

Artinya: jika kita mengetahui sesuatu kejelekan orang lain, hal itu Janganlah
disebarluaskan.

Kita melakukan suatu kebajikan ataupun kebaikan terhadap orang lain atau seseorang
harus merupakan kesadaran dari diri kita sendiri, jangan sekedar terbawa-bawa saja,
seperti tampak dalam contoh berikut ini:

8) Ulah rubuh-rubuh gedang

“jangan rebah seperti papaya”


Artinya: janganlah mengerjakan pekerjaan tanpa mengetahui apa maksud dan
tujuannya, hanya karena orang lain

melakukannya.

8. Madura
BENGAL KATHONDING TAKOK KA TAJAM
hanya berani gagangnya tapi takut dengan tajamnya celurit
Pemimpin harus berani menghadapi setiap resiko kepempimpinannya.
Jangan mau enak memimpin tapi takut menghadapi beban berat di
hadapannya.
9. Bali
Lakar punyane tumbuh ngamenekang, lakar akahe tumbuh nganuunag
apa yang akan menjadi batang tumbuh ke atas, yang menjadi akar
tumbuh ke bawah
Setiap pemimpin hendaknya memahami potensi diri untuk digali,
diasah, dan dikembangkan guna menopang masa depan.
10. Dayak
Tg batang tg kulat tumbu
ada batang ada cendawan tumbuh
Di mana saja kita berada, di situ kita pasti ada rezeki. Oleh sebab itu
seorang pemimpin harus optimis dengan setiap pekerjaan.

11. Sulawesi
Dika tumon tuanggoi tak mononggadi mako talaan mangoi
jangan seperti burung, setelah bertelur ditinggal pergi
Setiap pemimpin harus bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan
perbuatannya.
12. Bugis
Resopa temmangingi namalomo naletei pammase dewata
hanya perjuangan dan kerja keras terus menerus yang akan mendapat
ridho Tuhan YME

C. Relevansi dengan Kehidupan.

Dari seluruh nila-nilai budaya yang terlahir dari berbagai daerah jelaslah
bahwa bangsa Indonesia memiliki identitas yang dibangun dari nilai-nilai tersebut.
Walaupun berbeda-beda baik dalam tata bahasa, maupun kata-katanya, namun semua
itu memiliki tujuan yang sama. Nilai-nilai tersebut mencerminkan kehidupan bangsa
Indonesia, sifat masyarakat Indonesia dan sikap pemimpin bangsa yang pantas
diterapkan di Negara Indonesia, karena pada dasarnya nila-nilai tersebut digali dari
bangsa Indonesia itu sendiri. Dengan kata lain, nilai-nilai yang tersebut relevan
dengan kehidupan bangsa ini, selagi warganya termasuk kita kaula muda dan penerus
bangsa bisa mempertahankan dan menjaga kelestarian nlai-nilai tersebut. Walaupun
era globalisasi telah menyelimuti Negara Indonesia, namun kita harus tetap bersikeras
untuk menjaga kelestarian nilai-nilai budaya khususnya di daerah sendiri. Namun kini
kerap ditemukan munculnya sikap-sikap pemerintah yang melenceng dari nilai-nilai
budaya, contoh dalam pepatah “Yén ana angin bolang-baling, aja gandulan wit ing
kiara, tapi gandulana suket sadagori.”

     “ jika ada angin ribut, jangan berpegang pada kiara, tetapi peganglah tumbuhan
sadagori”

     Artinya: jika terjadi huru-hara, janganlah berpegang pada yang besar atau
berkuasa, tetapi berpeganglah kepada sesuatu yang sering dianggap kecil, yakni
kebenaran. Banyak sekali pemerintah yang melenceng dari nilai tersebut,seperti
melakukan korupsi, suap, dan sebagainya, nilai-nilai budaya tersebut menjadi turun
relevansinya karena tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Maka dari itu,
melestarikan nila-nilai tersebut sangat diperlukan dengan cara mengaplikasikannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

SUMBER REFERENSI

Miransyah. Pepatah Setiap Daerah di Indonesia. 5 September 2011.


http://duniainformasi.blogdetik.com/?p=106. 20 Oktober 2014.

Pendidikan Karakter Barbasis Nilai Kearifan Lokal. Sabtu, 10 September


2011. http://pasundanvictoria.blogspot.com/2010/08/sunda.html. 21
Oktober 2014.

Septiana. Arti Semboyan Pada Lambang-Lambang Daerah. Juni


2009.http://septianandsugara.blogspot.com/2011/06/arti-semboyan-pada-
lambang-lambang.html. 20 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai