Disusun Oleh
HABDI TITO
NIM. 1804102010055
B. Ruang Lingkup
D. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui hasil analisa berbagai analisa tes hot tearing terhadap solidifikasi baja
melalui pendakatan mikrostruktur.
E. Batasan Masalah
G. Tinjauan Pustaka
1. Keadaan seni
Berbagai tes hot tearing telah dikembangkan untuk mengevaluasi sensitivitas retak
panas (HCS). Penjelasan rinci dutemukan di Dantzig dimana uji tatur digunakan oleh
Rosenberg dkk dengan beberapa paduan A-Cu,. Tes jari, Tes cetakan cincin dan tes tulang
anjing menjelaskan bellet dkk menggunakan experiment yang dilakukan dengan dua alat
pengujian hot tearing untuk penyelidikan :
“pemain kriket “ tes hot tearing dan tes tes pembengkokan batangan . keduanya
dikembangkan oleh penulis yang sama. Uji yang disebutkan pertama telah digunakan untuk
menganalisis kesesuaian kriteria robekan bot yang berbeda yang tersedia dalam literature,
yang telah dihitung dengan permodelan elelmen hingga termo-mekanis dari solidifikasi
dakam peralatan. Uji lentur batangan telah digunakan untuk mengevaluasi regangan kritis
dalam rentangan sempit yang menimbulkan hot tearing pada Sembilan komposisi baja
karbon yang berbeda dan untuk laju rentang berkisar antara 0, 0005 dan 0, 02 s −¿1 ¿.
Permodelan termo mekanis telah diterapkan lagi untuk menghitung berbagai kriteria hot
tearing yang membedaka mereka yang lebih setuju dengan hasil eksperimen dan
melanjutkan pengembangan lebih lebjut. Regangan kritis juga telah diukur dengan mesin uji
tarik panas Trabel pada 4 baja karbon pada 0,001 s. Won dkk. Menyebutkan pengukuran
regangan kritis yang dilakukan pada baja karbon oleh penulis yang berbeda di 70s dan 80s
terutama menggunakan uji blentur yang dijelaskan secara rinci oleh matsumiya.
Beberapa kriteria hot tearing telah dikembangkan sejak tahun 1960 . Bellet dkk
menyajikan tinjauan yang sangat hati-hati dari semua kriteria, dengan premis bahwa mereka
adalah eriteria makroskropik, yaitu berdasarkan nilai bidang rata-rata pada skala mewakili
volume dasar hidup dari zona lembek seperti suhu, regangan, tegangan, . kriteria tersebut
kemudian dibagi lagi menjadi 3 kategori :kriteria berdasarkan pertimbangan termal saja,
kriteria berdasarkan mekanik padat, kriteria berdasarkan mekanika padat dan fluida. Kriteria
Clyne dab Davies termasuk dalam kategori pertama, telah dibuktikan bahwa prediksinya
salah, karena keterbatasan yang kuat dari pertimbangan rermal eksklusif. Untuk kategori
kedua termasuk kriteria Won dan Prokhorov, yang menganggap struin, laju reganganlaju
pendinginan dan interval getas sebagai variable yang kriteria didasarkan kriteria RDG (yang
namanya berdasarkan dari nama penulis : Rappaz, Drezet, Gremaud) termasuk kategori dan
merupakan satu-satunya kriteria diantara yang lain yang disebutkan di atas, berdasarkan
deskripsi fisik mekanisme hot tearing.menggunakan kekekalan massa dan hukum Darcy
pendekatan ini mengarahkan pada kriteria regangan, tekanan local, teknana kavitasi,
kepadatan fase padat, dan cair, viskositas dinamis, interval getas. Dan kecepatan depan
pemadatan mucul sebagai variable . kriteria ini telah diakui lebih cocok untuk prediksi
porositas dari pada hot tearing hanya karena ini menggambarkan pembentukan rongga
setelah kavitasi cair yang disebabkan oleh pengumpanan cairan yang tidak mencukupi
diruang interdendritik.Beckerman juga mengembangkan kriteria yang didasarkan pada
deskripsi fisik dari fenomena hot tearing hanya berdasarkan persamaan kontinuitas yang
diterapkan pada zona lembek dimana terdapat fraksi padat, cair, dan porgo. Pendekatan
yang lebih canggih telah dikembangkan untuk memprediksi pemberontakan hot tearing,
menggunakan permodelan numeric untuk memecahkan masalah mekanik dan dinamis
fluida. Pendekatan-pendekatan ini merupakan evolusi dari kriteria RDG yang mencoba
menggabungkan analisis mekanis dengan analisis dinamis-fluida dan dengan
mempertimbangkan reologi kompleks material dalam lembek.
Deskripsi perilaku mekanik dari lembek memainkan peran kunci dalam pendekatan ini
berkonsentrasi ketergantungan hot tearing pada morfologi mikro dan hukum konstitusional
yang solid.
Semua metode prediksi mot tearing sangat bergantung pada nilai fraksi padat dimana
hot tearing tidak dapat berkembang kerena cairan yang tersisa terkantung dalam tetesan
yang terisolasi.
Karena hot tearing yang dikembangkan dalam karya ini dimaksudkan sebagai kemajuan
lebih lanjut dari yang pertama kali diperkenalkan oleh Won dan oleh karena itu dimodifikasi
oleh Hellet dkk. Kedua kriteria tersebut dikerjakan dengan menulis ketergantungan
regangan kritis pada beberapa parameter dan mengkalibrasi koefisien yang sesuai (faktor
dan eksponen) agar sesuai dengan data eksperimen.Won dkk. Mengansumsikan bahwa
regangan kritis ε cr berbanding terbalik dengan BTR ∆ T br dan laju regangan ε menurut
persamaan :
Elemen Bellet dkk dari komposisi baja untuk mengkhususkan ketergantungan pada
bahan yang dinyatakan, dalam formulasi Won, hanya melalui AT, dan menciptakan kriteria
baru yang disebut kriteria hot tearing CBC, memiliki bentuk sebagai berikut :
Data eksperimen regangan kritis dipasang pada gambar (1) dan (2) untuk mendapatkan
nilai parameter φ , m, n, b, c, dan d. Won dkk menggunakan data literature dari Miyazuki
dkk, Fuji dkk, Naritu dkk, , dan Matsumiya dkk. Bellet dkk menggunakan uji hot tearing
“crickacier” dikembangkan oleh penulis yang sama , dan uji tekukan batang awalnya
dikembangkan oleh Bobadilla dkk.
Ketertarikan pada evolusi kriteria semacam ini berasal dari keberhasilan yang dihadapi
oleh kriteria Won yang sebagian besar digunakan untuk prediksi resiko robekan panas
untuk baja karbon, memberikan respon yang baik. Selanjutnya itu adalah yang mudah
diterapkan dalam kode elemen hingga yang banyak digunakan untuk analisis termo-mekanis
dari proses solidifikasi industry.
Pengembangan kriteria baru yang diusulkan menggantikan : ∆ T br , ε , dan komposisi.
Muncul dalam formulasi asli Bellet dkk. (persamaan (2)).parameter menggambarkan mikro
dendritic dan kondisi pendinginan sementara respon mekanisnya tergantung pada laju
regangan yang diterapkan pendekatan baru karena itu merupakan upaya untuk memperkuat
bidang kriteria penerapan dan untuk menghubungkan regangan kritis untuk pecah juga
dengan kondisi pendinginan.
Kriteria telah diturunkan dengan menggunakan metode yang sama yang terdiri dari
penerapan ketergantungan batas regangan pada parameter yang dipilih dan pengaturan
koefisien dengan menyesuaikan data eksperimen
Dimana semua SDAS adalah jarak lengan dendrit sekunder (um), G br adalah
gradient suhu yang melintas pada daerah getas ( K mm−1 ) ∆ T br adalah interval
suhu getas (K), PDAS adalah jarak lengan dendrit utama (um), T liq adalah suhu
cairan (K), T MnS adalah suhu presipitasi mangan sulfide (K), σ 1 persen adalah tegangan
pada 1 persen regangan pada solidus (MPa).
Gambar 5 – modifikasi daerah getas dalam hal regangan (eR) dan tegangan (RR) pecah
karena kandungan belerang yang berbeda.
Dari perbandingan antara persamaan (3) dan persamaan (1) dan (2) dapat dicatat :
BTR : ∆ T br
- Gbr dan parameter pemadatan G. V tersirat dalam PDAS dan SDAS membuat
regangan kritis tergantung pada kondisi perpindahan panas local.
Setiap istilah yang muncul dalam persamaan (3) dapat dicapai melalui model tertentu
yang selanjutnya dijelaskan dengan penyesuaian G br .
Bersamaan (4) mengembalikan hubungan yang sama antara jarak lengan sekunder
akhir dan waktu pemadatan.
Gambar 5, kembali :
Dimana SDAS yaitu (i , e , π 2 ) adalah fungsi dari morfologi dendrit Rtip , gradient
suhu (G), dan temperature solidus dan liquidus.
Persamaan (7) telah diturunkan untuk paduan biner dan penggunaannya untuk
paduan multi-komponen tidak dapat dianggap ketat. Bagaimana itu telah diadopsi dalam
pekerjaan ini untuk memperkirakan SDAS dalam paduan multi-komponen, sehingga
mengansumsikan bahwa mekanisme percabangan sekunder telah ketergantungan yang
sama pada morfologi dendrit, parameter solidifikasi, dan interval solidifikasi baik dalam
paduan biner dan multi-komponen. Rtip untuk paduan multikomponen diperoleh melalui
fungsi yang diusulkan oleh Bobadilla dkk. Dan oleh Rappaz dkk digunakan dalam model
komersial pertumbuhan ujung dendrit bernama pertumbuhan dendrit. Dibatasi (CDG)
yang dikembangkan oleh Miettinen di Universitas Teknologi Helsinki .
Secara praktis persamaan (7) dapat digunakan untuk menghitung SDAS dengan
mengkalibrasi dua parameter yang tidak diketahui R0 dan R melalui data percobaan.
Sebenarnya kalibrasi ini telah dilakukan dengan memperkenalkan dua parameter lain
yang didefinisikan sebagai :
Nilai SDAS terukur telah diturunkan dari Miettinen mengacu pada baja paduan
rendah, melalui persamaan regresi berikut :
Dimana :
a = 122, 6 n = -0,329
C1 = C persen a 2 = 0,175 C 2 = Mn persen a 1 = 0,281
C 3 = Cr persen a 4 = 0,1361 C 4 = Mo persen a 3 = 0,063
C 5 = Ni persen r = rolling late (K / s) a 5 = 0,091
Persamaan (8) menghubungkan SDAS dengan laju pendiginan dan komposisi baja.
Memperkenalkan
Didalam persamaan (7) diperoleh :
Dimana
Persamaan (9) menghubungkan SDAS dengan dua parameter solidifikasi (V melalui Rtip ,
dan G) bukan hanya seperti pada persamaan (8) dan komposisi baja melalui nilai suhu.
Persamaan pemasangan (7) dengan nilai yang dihitung dengan persamaan (8)
mengarah ke sebuah 7, sesuai dengan pasangan nilai (F1, F2) mengikuti kurva yang
diplot pada gambar 7 terdiri dari
Gambar 7 – hubungan antar faktor F1, dan F2 dari persamaan (7) pas nilai
eksperimental jarak lengan dendrit sekunder (SDAS).
Selang waktu (0 ≤ f1 ≤ 1, 0,07407 ≤ f2 ≤ 1) perbandingan antara hasil yang
diperoleh kedua persamaan ditunjukkan pada gambar 8 untuk baja no.1 dan 6 dari table
1, dan set parameter pemadatan yang berbeda (G, r) kesesuaian antara kedua persamaan
tersebut cukup baik.
B. ∆ T br
Dimana ∆ T dihitung sebagai perbedaan antara suhu cairan yang kurang dingin dan
suhu yang sesuai dengan fraksi padat 0,7 demana cabang sisi dendrit diasumsikan
bersentuhan. Ujung pendinginan dihitung dengan model pertumbuhan ujung dendrit
dibatasi (CDG) yang disebutkan di atas
D. T liq - T MnS
T liq adalah suhu liquidus yang kurang dingin sedangkan T MnS diperoleh dari model
solidifkasi interdendritik IDS yang meliputi perlakuan kesetimbangan antara mangan
sulifa dan fasa cair.
Gambar 9. Regangan kritis yang diukur secara eksperimental vs kandungan karbon
dari penulis yang berbeda.
Gambar 10- perbandingan antara nilai regangan kritis eksperimental dan yang
diperoleh dari kriteria yang diusulkan oleh persamaan (1). Setiap symbol sesuai dengan
salah satu dari 9 baja. Table 1, sedangkan dimensi menurun dari simnol menunjukkan 3
nilai laju regangan 0,0002, 0,001 dan 0,0005 s-1 dari percobaan. (A) nilai yang dihitung
dari persamaan (3), (B) nilai yang dihitung dari persamaan (2) gambar diambil dari ref
(1).
E. σ 1 persen
Tegangan pada regangan 1 persen dihitung dari model konstitutif baja. Megacu
masinng- masing ke ferit dan austenite dan untuk tujuan ini disusun ulang dalam bentuk
berikut ini :
3. Batas regangan eksperimental
Strain kritis telah diukur terutama dengan cara uji lentur, uji lentur batang, dan di
tempat pengujian tarik panas. Ketika metode pengujian tersebut berbeda dalam hal struktur
mikro specimen dan pembebanan. Rentang regangan kritis yang diukur juga menunjukkan
beberapa perbedaan. Pengujian lentur dilakukan pada specimen yang dipotong langsung
dari zona kolom penuh dari batang cor menerus yang mengalami pembengkokan uniaksial,
regangan kritis diukur pada baja dengan kandungan karbon berkisar antara 0,04 sampai
0,064 persen dan regangan kritis terdiri antara 0,5 dan 5 persen. Uji lentur batang dilakukan
pada sebagian antara 0,04 hingga 0,064 persen dan regangan kritis terdiri antara 0,5 dan 5
persen. Uji lentur ingot. dilakukan pada sebagian batang yang didapatkan dimana retakan
diamati pada struktur mikro kolumnar yang mengalami status tegangan 3 aksial, baja yang
dijuji memiliki kandungan karbon mulai dari 0, 11 sampai 0, 64 persen,sementara regangan
kritis 0,1 sampai 2, 2 persen ditemukan. Perngujian tarik panas dilakukan pada struktur
mikro bersamaan yang diperoleh dari pemadatan specimen leleh yang mengalami tegangan
tarik uniaksial, pengujian dilakukan pada baja dengan kandungan karbon 0, 033 hingga
0,76 persen. Sedangkan regangan kritis yang dihasilkan antara 0,1 dan 1 persen. Semua
nilai dirangkum dalam gambar 9. Penyimpangan di antara rentang regangan kritis dapat
dikaitkan dengan kedua aspek : struktur mikro dan status tegangan. Juga cara regangan
kritis telah diturunkan dari 3 tes bisa memainkan peran penting dalam mempengaruhi
ukuran. Secara khusus, nilai yang lebih rendah yang diukur dengan uji hot tearing sebagian
dapat dikaitkan dengan sifat struktur mikro specimen yang sama.
Strain kritis dievaluasi dengan uji tekunan batang yang dilakukan di intitut de
Recherches de la Siderurgie Francaise telah dipilih untuk digunakan melalui pekerjaan ini
untuk menilai kriteria hot tearing. Terutama dua alasan yang menyebabkan pilihan ini :
investigasi permodelan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi regangan kritis dan
amplitude komposisi dan rentang lanju regangan.
Sembilan komposisi baja dari pengujian diberikan dalam table 1. Komposisi yang
dipilih bertujuan memperluas bidang penyelidikan pada baja yang memiliki rentang
kandungan karbon yang luas (0,11 ¿ C¿0,41) dan rasio Mn/S (5¿ Mn/S¿92). Strain kritis
eksperimental yang diperoleh memungkinkan untuk menilai kriteria dalam kisaran laju
regangan yang terdiri antara 0, 0005 dan 0, 0002 detik.
Strain kritis untuk Sembilan baja table 1 telah dihitung dengan persamaan (3) untuk
3 kondisi laju regangan 0, 0005 dan 0, 002 s.
Nilai untuk G dan v dihitung untuk rentang komposisi masing-masing antara 1 dan
2 K MM −1 dan 0, 05 dan 0,1 mm s−1 . Nilai yang sesuai dari G br berkisar antara 3 dan 4 K
MM −1.
H. Jadwal Kegiatan
Bulan Ke
Aktivitas 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
Literatur
Persiapan
Alat dan
Spesimen
Pengujian
Spesimen
Uji tarik
Analisis
FEM
Analisis
SEM
Penulisan
KI
Seminar
KI
Penulisan
buku
TGA
Seminar/
Sidang
TGA
I. Daftar Pustaka
M. Bellet, O. Cerri, M. Bobadilla, and Y. Chastel: Metall. Mater. Trans. A, 2009, vol. 40A, pp.
2705–17
J. Campbell: Complete Casting Handbook, Butterworth-Heinemann, Oxford, 2011
J. Dantzig and M. Rappaz: Solidification, EPFL, Lausanne, 2010
R.A. Rosenberg, M.C. Flemings, and H.F. Taylor: Trans. AFS, 1960, vol. 68, pp. 518–28
http://pastel.archives-ouvertes.fr
O. Cerri, Y. Chastel, and M. Bellet: ASME J. Eng. Mater. Technol., 2008, vol. 130, pp. 1 – 7
M. Bobadilla, B. Chamont, C. Gatellier, and J.M. Jolivet: Commissiondes Communautes
Europeennes, Convention n_7210-CA/ 316, RE 88/023, 1988
D. Senk, S. Stratemeier, B. Boettger, K. Goelher, and I. Steinbach:Adv. Eng. Mater., 2010, vol.
12 (3), pp. 94–100
Y.M. Won, T.-J. Yeo, D.J. Seol, and K.H. Oh: Metall. Mater.Trans. B, 2000, vol. 31B, pp. 779–
94
J. Miyazaki, T. Mori, and K. Narita: Second Process Technology Conference, Chicago, 1981,
vol. 2, pp. 35–43.
H. Fujii, T. Ohashi, and K. Hiromoto: Tetsu-to-Hagane, 1976, vol. 206, pp. 81–89
K. Narita, T. Mori, K. Ayata, and J. Miyajaki: Tetsu-to-Hagane, 1978, vol. 64, p. S152
B.T. Matsumiya, M. Ito, H. Kajioka, S. Yamaguchi, and Y. Nakamura: Trans. ISIJ, 1986, vol.
26, pp. 540–46.
T.W. Clyne and G.J. Davies: Solidification and Casting of Metals, TMS, Warrendale, PA, 1977
M. Rappaz, J.M. Drezet, and M. Gremaud: Metall. Mater. Trans. A, 1999, vol. 30A, pp. 449–56
C. Monroe and C. Beckermann: Mater. Sci. Eng. A, 2005, vols. 413–414, pp. 30–36
M. M’Hamdi, A. Mo, and C.L. Martin: Metall. Mater. Trans. A, 2002, vol. 33A, pp. 2081–93.
V. Mathier, J.-M. Drezet, and M. Rappaz: Model. Simul. Mater. Sci. Eng., 2007, vol. 15, pp.
121–34.
O. Ludwig, J.-M. Drezet, C.L. Martin, and M. Suery: Metall. Mater. Trans. A, 2005, vol. 36A,
pp. 1525–35
S. Koric and B.G. Thomas: J. Mater. Process. Technol., 2008, vol. 197, pp. 408–18.
P.F. Kozlowski, B.G. Thomas, J.A. Azzi, and H. Wang: Metall. Trans. A, 1992, vol. 23A, pp.
903–18.
H. Zhu: Ph.D. Thesis, University of Illinois, 1993
P.J. Wray: Metall. Trans. A, 1976, vol. 7, pp. 1621–27.
T. Suzuki, K.H. Tacke, K. Wunnenberg, and K. Schwerdtfeger: Ironmak. Steelmak., 1988, vol.
M. Bobadilla, J. Lacaze, and G. Lesoult: Scand. J. Metall., 1996, vol. 25, pp. 2–10
M. Rappaz, S.A. David, J.M. Vitek, and L.A. Boatner: Metall. Trans. A, 1990, vol. 21A, pp.
1767–82.
J. Miettinen: Metall. Mater. Trans. B, 2000, vol. 31B, pp. 365–79
J. Miettinen, S. Louhenkilpi, and J. Laine: IDS User manual, version 1.3.1.