Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan: 5 LEMBARAN KERJA 4 NILAI

Hari / Tanggal : MATA KULIAHFILSAFAT


Senin, 27 September PENDIDIKAN
2021 Prodi PENDIDIKAN KEPELATIHAN
OLAHRAGA.
FIK – UNIMED

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Nama Mhs : SAIDAN LUTHFI


DODI FELIKS PANDIMUN AMBARITA ,S.Pd., M.Hum NIM : 6211121015
gMateri: Aliran Filsafat Pragmatisme. Eksistensialisme, dan Progresivisme.
Indikator Capaian: Dapat mendeskripsikan, menganalisis dan memverifikasi konsep Aliran Filsafat
Prahmatisme. Eksistensialisme, dan Progresivisme.

Soal:
1. Diskripsikan minimal 3 pendapat ahli tentang Aliran Filsafat :
- Pragmatisme
- Eksistensialisme
- Progressivisme
2. Simpulkan masing-masing mennurut pendapat Saudara deskripsikan di atas(no.1)!
3. Apa alasan yang melatarbelakangi munculnya/lahirnya aliran filsafat eksistensialisme?
Jawaban:
1. KONSEP PRAGMATISME
Pandangan ini dapat dianggap sebagai kreasi filsafat yang berasal dari amerika. Pragmatisme dipengaruhi
oleh pandangan empirisme, utilitarianisme dan positivisme. Para ahli yang mendukung timbulnya pragmatisme di
Amerika adalah Charles Sanders Piere (1839–1914) yang mengembangkan kriteria pragmatisme yakni tidak
menemukan kebenaran tetapi menemukan arti/kegunaan. William James (Sadulloh, 2003: 53) memperkenalkan
bahwa pengetahuan yang bermanfaat adalah yang didasari oleh eksperimen (instrumentalisme). John Dewey
(Sadulloh, 2003: 54) mengarahkan pragmatisme sebagai filsafat sistematis Amerika dengan menyebarluaskan
filsafat pada masyarakat amerika yang terdidik. Menurut Dewey misi filsafat adalah Kritis, konstruktif dan
rekonstruktif.
Pragmatisme menganggap bahwa suatu teori dapat dikatakan benar apabila teori itu bekerja. Menurut
James (Edwar, 2012: 1) kebenaran adalah sesuatu yang terjadi pada ide. Menurutnya kebenaran adalah sesuatu
yang tidak statis dan tidak mutlak.
Adapun implikasi pragmatisme dalam pendidikan (Sadulloh: 2003: 56) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan masyarakat.
2. Kurikulum dirancang dengan menggunakan pengalaman yang telah diuji namun dapat diubah kalau diperlukan.
Adapun minat dan kebutuhan peserta didik diperhitungkan dalam penyusunan kurikulum.
3. Fungsi guru adalah mengarahkan pengalaman belajar perserta didik tanpa terlalu mencampuri minat dan
kebutuhannya.
Sedangkan implikasi pragmatisme dalam pendidikan (Edwar, 2012: 1) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan
Filsuf paragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berfikir dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Tujuan-tujuan pendidikan tersebut
meliputi
a. Kesehatan yang baik
b. Keterapilan-keterampian dan kejujuran dalam bekerja
c. Minat dan hobi untuk kehidupan yag menyenangkan
d. Persiapan untuk menjadi orang tua
e. Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah social
2. Kurikulum
Menurut para filsuf paragmatisme, tradisis demokrasi adalah tradisi memperbaiki diri sendiri (a self-correcting
trdition). Pendidikan berfokus pada kehidupan yang baik pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa. Adapun kurikulum tersebut akan berubah”
3. Metode Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (problem solving method)
serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya (mengajar), metode
ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan
terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar
belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
4. Peranan Guru dan Siswa
Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuanya kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari
oleh siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme menghendaki agar
siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan
kebutuhan yang dirasakannya
- EKSISTENSIALISME Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar exist. Kata exist itu
sendiri berasal dari bahasa ex: keluar, dan sister: berdiri. Jadi, eksistensi berdiri dengan keluar dari diri sendiri.
Filsafat eksistensi tidak sama persis dengan filsafat eksistensialisme. Filsafat eksistensialisme lebih sulit
ketimbang eksistensi.
Dalam filsafat dibedakan antara esensia dan eksistensia. Esensia membuat benda, tumbuhan, binatang dan
manusia. Oleh esensia, sosok dari segala yang ada mendapatkan bentuknya. Oleh esensia, kursi menjadi kursi. Pohon
mangga menjadi pohon mangga. Harimau menjadi harimau. Manusia menjadi manusia. Namun, dengan esensia saja, segala
yang ada belum tentu berada. Kita dapat membayangkan kursi, pohon mangga, harimau, atau manusia. Namun, belum pasti
apakah semua itu sungguh ada, sungguh tampil, sungguh hadir. Disinilah peran eksistensia.
Eksistensia membuat yang ada dan bersosok jelas bentuknya, mampu berada, eksis. Oleh eksistensia kursi dapat
berada di tempat. Pohon mangga dapat tertanam, tumbuh, berkembang. Harimau dapat hidup dan merajai hutan. Manusia
dapat hidup, bekerja, berbakti, dan membentuk kelompok bersama manusia lain. Selama masih bereksestensia, segala yang
ada menjadi tidak ada, tidak hidup, tidak tampil, tidak hadir. Kursi lenyap. Pohon mangga menjadi kayu mangga. Harimau
menjadi bangkai. Manusia mati. Demikiankah penting peranan eksistensia. Olehnya, segalanya dapat nyata ada, hidup,
tampil, dan berperan. Tanpanya, segala sesuatu tidak nyata ada, apalagi hidup dan berperan.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan eksistensia. Para pengamat eksistensialisme tidak
mempersoalkan esensia dari segala yang ada. Karena memang sudah ada dan tak ada persoalan. Kursi adalah kursi. Pohon
mangga adalah pohon mangga. Harimau adalah harimau. Manusia adalah manusia. Namun, mereka mempersoalkan
bagaimana segala yang ada berada dan untuk apa berada. Oleh karena itu, mereka menyibukkan diri dengan pemikiran
tentang eksistensia. Dengan mencari cara berada dan eksis yang sesuai pun akan ikut terpengaruhi.
Dengan pengolahan eksistensia secara tepat, segala yang ada bukan hanya berada, tetapi berada dalam keadaan
optimal. Untuk manusia, ini berarti bahwa dia tidak sekedar berada dan eksis dalam kondisi ideal sesuai dengan
kemungkinan yang dapat dicapai. Dalam kerangka pemikiran itu, menurut kaum eksistensialis, hidup ini dibuka. Nilai hidup
yang paling tinggi adalah kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itulah keterbukaan hidup dapat ditanggapi secara baik.
Segala sesuatu yang menghambat, mengurangi, atau meniadakan kemerdekaan harus dilawan. Tata tertib, peraturan, hukum
harus disesuaikan atau, bila perlu, dihapus dan ditiadakan. Karena adanya tata tertib, peraturan, hukum dengan sendirinya
sudah tak sesuai dengan hidup yang terbuka dan hakikat kemerdekaan. Semua itu membuat orang terlalu melihat ke
belakang dan mengaburkan masa depan, sekaligus membuat praktik kemerdekaan menjadi tidak leluasa lagi.
Dalam hal etika, karena hidup ini terbuka, kaum eksistensialis memegang kemerdekaan sebagai norma. Bagi
mereka, manusia mampu menjadi seoptimal mungkin. Untuk menyelesaikan proyek hidup itu, kemerdekaan mutlak
diperlukan . Berdasarkan dan atas norma kemerdekaan, mereka berbuat apa saja yang dianggap mendukung penyelesaian
proyek hidup. Sementara itu, segala tata tertib, peraturan, hukum tidak menjadi bahan pertimbangan. Karena adanya saja
sudah mengurangi kemerdekaan dan isinya menghalangi pencapaian cita-cita proyek hidup. Sebagai ganti tata-tertib,
peraturan, dan hukum, mereka berpegang pada tanggung jawab pribadi. Mereka tak mempedulikan segala peraturan dan
hukum, dan tidak mengambil pusing akan sanksisanksinya. Yang mereka pegang adalah tanggung jawab pribadi dan siap
menanggung segala konsekuensi yang datang dari masyarakat, negara, atau lembaga agama. Satusatunya hal yang
diperhatikan adalah situasi.
Dalam menghadapi perkara untuk menyelesaikan proyek hidup dalam situasi tertentu, pertanyaan pokok mereka
adalah apa yang paling baik menurut pertimbangan dan tanggung jawab pribadi seharusnya dilakukan dalam situasi itu.
Yang baik adalah menurut pertimbangan norma mereka, bukan berdasarkan perkaranya dan norma masyarakat, negara, atau
agama. Segi positif yang sekaligus merupakan kekuatan dan daya tarik etika eksistensialis adalah pandangan tentang hidup,
sikap dalam hidup, penghargaan atas peran situasi, penglihatannya tentang masa depan. Berbeda dengan orang lain yang
berpikiran bahwa hidup ini sudah selesai, yang harus diterima seperti adanya dan tak perlu diubah, etika eksistensialis
berpendapat bahwa hidup ini belum selesai, tidak harus diterima sebagai adanya dan dapat diubah, bahkan harus diubah. Ini
berlaku untuk hidup manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan dunia seanteronya.
Namun, bagi kaum eksistensialis yang memahami hidup belum selesai, setiap situasi membawa akibat untuk
kemajuan kehidupan. Oleh karena itu, setiap situasi perlu dikendalikan, dimanfaatkan, diarahkan sehingga menjadi
keuntungan bagi kemajuan hidup. Akhirnya, bagi orang yang menerima hidup sudah sampai titik dan puncak
kesempurnaannya, masa depan tidak amat berperan karena masa depan pun keadaannya akan sama saja dengan masa yang
ada sekarang. Namun, bagi kaum eksistensialis yang belum puas dengan hidup yang ada dan yang merasa perlu untuk
mengubahnya, masa depan merupakan faktor yang penting. Karena hanya dengan adanya masa depan itulah perbaikan
hidup dimungkinkan dan pada masa depan pula hidup baik itu terwujud. Dengan demikian, gaya hidup kaum eksistensialis
menjadi serius, dinamis, penuh usaha, dan optimis menuju ke masa depan.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Immanuel Kant, Jean Paul Sartre, S. Kierkegaard (1813-1855 M), Friedrich
Nietzsche (1844-1900 M), Karl Jaspers (1883-1969 M), Martin Heidegger (1889-1976 M), Gabriel Marcel (1889-1973 M),
Ren LeSenne dan M. Merleau Ponty (1908-1961 M).
- Progressivisme berasal dari gerakan reformasi umum dalam masyarakat Amerika dan kehidupan politik pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Berlawanan dengan sekolah tradisional, pendidik progresif merancang
berbagai strategi untuk mereformasi pendidikan. Meskipun sering dikaitkan dengan eksperimentalisme John
Dewey, gerakan pendidikan progresif menyatukan berbagai helai. Sementara kaum progresif yang berpusat
pada anak ingin membebaskan anak-anak dari sekolah yang otoriter, para reformis sosial ingin menggunakan
sekolah untuk mereformasi masyarakat. Sementara beberapa progresif berusaha menggunakan pendidikan
untuk reformasi sosial, kaum progresif lainnya, terutama administrator, berkonsentrasi untuk membuat sekolah
lebih efisien dan hemat biaya. Progresif administratif berusaha membangun sekolah yang lebih besar yang
dapat menampung lebih banyak kelas dan menciptakan lebih banyak keragaman kurikulum. Timbul sebagai
pemberontakan melawan sekolah tradisional, pendidikan progresif menentang Esensialisme dan Perenialisme.
Pendidik seperti
Marietta Johnson, William H. Kil Patrick, dan G. Stanley Hall memberontak, menghafal dan manajemen kelas
otoriter. Marietta Johnson (1864–1938), pendiri Sekolah Organik di Fairhope, Al-bama, dicontohkan pendidikan progresif
yang berpusat pada anak. Percaya bahwa memperpanjang masa kanak-kanak sangat diperlukan dalam masyarakat
teknologi, Johnson menginginkan agar anak lebih panjang daripada diperpendek. Anak-anak, katanya, harus mengikuti
jadwal internal mereka sendiri daripada penjadwalan orang dewasa. Dengan memiliki tingkat kesiapan mereka sendiri,
anak-anak tidak boleh didorong oleh guru atau orang tua untuk melakukan hal-hal yang mereka belum siap. Mengantisipasi
pembelajaran konstruktivis kontemporer, Johnson percaya anak-anak belajar paling berhasil dan memuaskan ketika terlibat
dalam eksplorasi aktif lingkungan mereka dan ketika membangun makna realitas mereka sendiri berdasarkan pengalaman
langsung mereka. Kurikulum berbasis aktivitas Johnson menekankan latihan fisik, studi alam, musik, kerajinan tangan,
geografi lapangan, bercerita, dramatisasi, dan permainan. 6 Kegiatan kreatif seperti menari, menggambar, menyanyi, dan
menenun menjadi perhatian utama, sementara membaca dan menulis ditunda hingga anak itu berusia sembilan atau sepuluh
tahun.
Johnson merancang program pendidikan guru yang berubah dari pra-jabatan menjadi praktik. Selama masa pra-
jabatan, perhatian dan guru yang efektif diperlukan untuk mengembangkan (1) kasih sayang yang tulus untuk dan
memahami minat pada anak-anak; (2) basis pengetahuan dalam perkembangan dan psikologi anak dan remaja dan dalam
keterampilan dan mata pelajaran yang mereka ajarkan; (3) minat dalam kesejahteraan sosial. Sebagai praktisi, guru harus
menciptakan lingkungan kelas yang aman, ramah perkembangan, dan menarik di mana anak-anak belajar dengan langkah
mereka sendiri, sesuai dengan minat mereka sendiri. William Heard Kilpatrick (1871–1965), seorang profesor pendidikan di
Teachers College di Universitas Columbia, menjadikan progresivisme sebagai bagian integral dari guru. kemajuan dari pra-
layanan ke latihan. Dalam merestrukturisasi penyelesaian masalah Dewey ke dalam metode proyek, Kilpatrick mengikuti
tiga prinsip panduan: (1) pendidikan asli melibatkan pemecahan masalah; (2) pembelajaran diperkaya ketika siswa secara
kolaboratif meneliti dan berbagi informasi untuk merumuskan dan menguji hipotesis mereka; (3) guru dapat membimbing
pembelajaran siswa tanpa mendominasi. Menggunakan prinsip-prinsip ini, Kil Patrick menggambarkan empat jenis proyek:
(1) menerapkan ide atau rencana kreatif; (2) menikmati pengalaman estetika; (3) menyelesaikan masalah intelektual; (4)
mempelajari keterampilan baru atau bidang pengetahuan.
Kilpatrick percaya bahwa guru yang menggunakan metode proyek dapat mengubah ruang kelas mereka menjadi
komunitas pembelajaran yang kolaboratif dan demokratis. Ketika mereka bekerja secara kolaboratif, siswa, yang
termotivasi oleh minat mereka sendiri, akan terlibat dalam kegiatan yang bertujuan dengan sepenuh hati di mana mereka
merancang dan menyelesaikan proyek. Tidak seperti kurikulum esensialis dan perenialis yang direstrukturisasi, metode
proyek bersifat terbuka karena hasil dan respons tertentu tidak ditentukan sebelumnya.

2. Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan pendidikan antara lain
idealisme, realisme, materialisme dan pragmatisme. Idealisme tujuan pendidikannya menekankan
pada aktifitas intelektual, pertimbangan-pertimbangan moral, pertimbangan-
pertimbangan estetis, kebebasan, tanggung jawab, dan pengendalian diri demi mencapai perkembangan
pikiran dan diri pibadi. Realisme tujuan pendidikannya menekannkanb pada penyesuaian hidup dan
tanggung jawab sosial. Materialisme tujuan pendidikannya menekannkan pada Perubahan perilaku
mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup social dan pribadi yang
kompleks. Sedangkan pragmatisme tujuan pendidikannya menekankan pada penggunaan pengalaman
sebagai alat menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat
3. aliran eksistensialisme adalah aliran yang cenderung memandang manusia sebagai objek hidup yang memiliki taraf
yang tinggi, dan keberadaan dari manusia ditentukan dengan dirinya sendiri bukan melalui rekan atau kerabatnya,
serta berpandangan bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dapat eksis dengan apapun
disekelilingnya karena manusia disini dikaruniai sebuah organ urgen yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya
sehingga pada akhirnya mereka dapat menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan dan selalu eksis dalam setiap
hidupnya dengan organ yang luar biasa hebat tersebut.
Daftar Pustaka:
1. - https://khasanahilmubinongko.blogspot.com/2015/12/aliran-aliran-filsafat-pendidikan.html
- https://media.neliti.com/media/publications/22830-ID-aliran-aliran-dalam-filsafat-ilmu-berkait-dengan-
ekonomi.pdf
- http://eprints.umsida.ac.id/7533/1/Makalah-Filsafat-A1-Progressivisme.pdf
2.https://khasanahilmubinongko.blogspot.com/2015/12/aliran-aliran-filsafat-pendidikan.html

3.https://www.kompasiana.com/abdulmuchith/54f7c4b8a33311641e8b4a99/aliran-eksistensialisme-dalam-
filsafat
4. ?

Anda mungkin juga menyukai