a. Peyorasi: Peyorasi adalah change makna pada suatu kata, dimana makna yang telah mengalami perubahan tersebut menjadi lebih buruk, kasar atau kedudukannya lebih rendah dari makna kata yang sebelumnya. Perubahan makna jenis peyorasi merupakan kebalikan dari ameliorasi. Contohnya: Sejak bercerai dia sudah minggat dari rumah suaminya (Kata 'minggat' merupakan peyorasi dari kata 'pergi'). Menjadi jomblo memang menyenangkan karena bebas, tetapi juga kesepian (Kata 'jomblo' adalah peyorasi atau memiliki makna yang lebih kasar dibandingkan kata 'tunasmara'). b. Ameliorasi: Ameliorasi adalah kata yang mengalami peninggian makna, atau memiliki makna yang lebih baik dari sebelumnya. Peninggian makna yang dimaksud yaitu kata-kata yang maknanya mengalami pergeseran makna menuju lebih baik, lebih halus, dan juga lebih terhormat. Contohnya: Pramusaji di restoran ini begitu ramah kepada pelanggan, serta sangat cekatan dalam bekerja. (pramusaji: pelayan). Kegiatan literasi di desa ini dilakukan, agar anak-anak dan orang tua di desa ini melek aksara. (melek aksara: melek huruf; dapat membaca dan menulis) c. Spesialisasi: Perubahan makna spesialisasi dapat diartikan sebagai penyempitan makna. Spesialisasi atau penyempitan makna adalah keadaan atau gejala dimana sebuah kata yang mulanya memiliki makna yang luas namun kini telah mengalami penyempitan makna. Contohnya: Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang aktif mengadakan acara bagi-bagi sembako bagi keluarga yang kurang mampu pada bulan Ramadhan setiap tahunnya. Keputusan saya sangat tepat memilih anda sebagai pembantu dalam penyelenggaraan acara penggalangan dana ini. d. Generalisasi: Generalisasi adalah proses penalaran yang membentuk kesimpulan secara umum melalui suatu kejadian, hal, dan sebagainya. Contohnya: Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik. Omaz Mo adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik. Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik. e. Sinestesia: Sinestesia adalah metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan pada indra lain. Contohnya: Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan. Suaranya terang sekali. f. Asosiasi: Asosiasi adalah suatu pengeseran makna dari suatu kata yang mana timbul akibat adanya hal mempunyai persamaan sifat dengan kata tersebut. Contohnya: Bunga sering diartikan sebagai gadis cantik. Amplop sering diartikan sebagai uang. 2. Ringkasan Materi Majas (Gaya Bahasa) Majas adalah gaya bahasa yang digunakan penulis untuk menyampaikan sebuah pesan secara imajinatif dan kias. Hal ini bertujuan membuat pembaca mendapat efek tertentu dari gaya bahasa tersebut, yang cenderung ke arah emosional. Biasanya, majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi. Majas Perbandingan. a. Metafora: Ialah majas perbandingan langsung. Yaitu membandingkan sesuatu secara langsung terhadap penggantinya ( meta + phoreo berarti perumpamaan, bertukar nama). b. Personifikasi: Ialah majas penjelmaan atau penginsanan. Yaitu melukiskan benda mati, bukan insan, tapi dianggap hidup, bergerak, dan berbuat seperti manusia. c. Asosiasi: Ialah majas perbandingan yang menimbulkan asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya. d. Alegori: Ialah majas perbandingan yang lengkap atau perbandingan yang utuh, untuk melukiskan suatu maksud, dengan pemakaian kiasan. e. Parabel: Ialah majas pengiasan yang samar-samar. Yaitu mengiaskan penjelasan melalui penjelasan atau cerita secara samar-samar. Pembaca harus menelaah sedalam-dalamnya agar dapat mengerjakan sesuai dengan uraian cerita itu. f. Simbolik: Ialah majas pelambang yaitu melukiskan suatu benda dengan simbol atau lambang g. Tropen: Ialah majas kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang. h. Metonimia: Ialah majas yang melukiskan arti mengkhusus karena tidak merupakan istilah tertentu dan telah bergeser dari arti semula. i. Litotes: Ialah majas untuk merendahkan diri dengan menyebutkan keadaan yang berlawanan. j. Sinekdoke: Ialah majas yang menyebutkan sebagian tapi yang dimaksud adalah seluruh bagian (pars pro toto). Atau sebaliknya menyebutkan seluruh bagian tapi yang dimaksud adalah sebagian saja (totem pro parte). k. Eufimisme: Ialah majas pelembut atau pemali. Yang pemakaian kata-kata halus sebagai ganti kata-kata yang dianggap kasar, kurang sopan, atau tabu. l. Hiperbola: Ialah majas yang dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu, atau meluarbiasakan sesuatu. m. Alusio: Ialah majas pemakaian karmina atau pantun kilat yang tiidak diselesaikan, untuk menyampaikan maksud yang tersembunyi. n. Antonomasia: Ialah majas gelaran atau julukan terhadap seseorang. o. Perifrasis: Ialah majas perbandingan dengan jalan mengganti sebuah kata dengan gabungan kata (frase) yang sama arti dengan kata tersebut. Majas Sindiran: a. Ironi: Ialah majas sindiran halus. b. Sinisme: Ialah majas sindiran yang tajam. c. Sarkasme: Ialah majas sindiran yang sangat kasar. Sudah bersifat mencemooh bahkan kadang-kadang sudah bersifat kutukan. Majas Pertentangan a. Paradoks: Ialah majas pertentangan dengan pengungkapan sesuatu seolah-olah berlawanan tetapi ada logikanya b. Antitesis: Ialah majas pertentangan dengan penggunaan kata-kata yang berlawanan arti, untuk menghidupkan pernyataan. c. Kontradiksio Interminis: Ialah majas pertentangan dengan jalan menggunakan sebuah kata yang berlawanan arti dengan kata yang dipakai terdahulu. d. Anakronisme: Ialah majas pertentangan dalam uraian yang tidak sesuai dengan keadaan zamannya. Majas Penegakan a. Pronanisme: majas yang menggunakan kata-kata dengan berlebihan yang memiliki maksud untuk menegaskan arti suatu kata. b. Repetisi: jenis majas yang berisi pengulangan kata-kata dengan maksud menegaskan. c. Paralelisme: jenis gaya bahasa perulangan yang terdapat dalam sebuah karya puisi. d. Klimaks: jenis majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dan makin lama makin meningkat. e. Anti Klimaks: majas jenis yang menyatakan suatu atau beberapa hal yang berturut-turut dan semakin lama semakin menurun. Majas ini adalah kebalikannya dari Majas Klimaks. f. Tautologi: gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapa kali kata yang ada dalam kalimat dengan maksud menegaskan. Seringkali pengulangan ini menggunakan kata bersinonim. g. Retorik: majas yang berbentuk sebuah kalimat tanya tetapi sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena hanay bermaksud menegaskan atau sindiran, atau menggugah.