Anda di halaman 1dari 29

dr.

Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


DAN TIDAK MENULAR (F.5)

TRACKING COVID-19 DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT


MENULAR

Tanggal Kegiatan : 23 November 2020

A. Latar Belakang

Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu
coronavirus jenis baru (SARS-CoV -2) dan penyakitnya disebut Coronavirus
disease (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan,
Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai saat ini sudah
dipastikan terdapat 213 negara yang telah terjangkit virus satu ini. Berdasarkan
laporan dari World O Meters, per Januari 2021 terdapat 12.191 kasus baru
terinfeksi Covid-19 dengan kasus kematian mencapai 27.664 orang.

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan

perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Beberapa pasien yang asimptomatik sering mengalami happy hipoksia (tidak
sesak napas namun saturasi oksigen turun). Kebanyakan pasien memiliki
prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.

Saat ini, vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19


sedang berlangsung. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah
dr. Nur Intan Maulidia

dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan terinfeksi virus ini


selagi menunggu giliran vaksin, salah satunya adalah dengan menerapkan 3M
(Mencuci Tangan memakai sabun, Menjaga Jarak dan Memakai Masker). Hal
tersebut sebenarnya terangkum dalam PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat).
Pelacakan Kontak (contact tracing) adalah proses untuk mengidentifikasi,
menilai dan mengelola orang-orang yang berkontak erat dengan kasus
konfirmasi/probable untuk mencegah penularan selanjutnya. Kegiatan ini
penting karena kasus konfirmasi dapat menularkan penyakit sejak 2 hari
sebelum hingga 14 hari sesudah timbulnya gejala.

B. Permasalahan
- Masih banyaknya warga yang belum mengerti virus corona dan
penyakit COVID-19 terutama gejala dan cara mencegah penularan
COVID-19.
- Masih banyaknya warga yang belum mengerti tujuan dilakukannya
tracking covid 19 untuk memutus menyebaran infeksi covid di daerah
tersebut

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dilakukan Tracking dengan SWAB nasofaring

D. Pelaksanaan
Berdasarkan program tracking covid 19, kegiatan ini dilaksanakan pada
tanggal 4 Januari 2021 di Desa Karang Lo pada pukul 10.00-11.30. Sesuai
dengan protokol kesehatan, seluruh peserta yang akan dilakukan tracking
wajib menggunakan masker. Jumlah peserta 10 orang yang merupakan
karyawan tempat orang yang terkonfirmasi positive.

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan. Kegiatan dilakukan
mengikuti protokol kesehatan dalam rangka pencegahana COVID-19 seperti
menggunakan hazmat, masker N95 serta sarung tangan steril untuk
melakukan swab nasofaring.
dr. Nur Intan Maulidia

Diharapkan dilakukan screening dengan swab dapat mencegah penularan


dan perburukan keadaan yang terinfeksi terinfeksi penyakit.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


DAN TIDAK MENULAR (F.5)

UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR DALAM PROGRAM


TRACKING SWAB PENYAKIT MENULAR (PTM)
Tanggal Kegiatan : 21 Januari 2021

A. Latar Belakang
Indonesia menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit tersebut
sangat dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku
masyarakat, transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya.
Prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) terus meningkat dan pada
tahun 2016 berkontribusi pada 73% dari seluruh kematian di Indonesia.
Peningkatan beban akibat PTM sejalan dengan meningkatnya faktor risiko
seperti hipertensi, tingginya kadar gula darah, dan obesitas. Hal ini
terutama disebabkan oleh pengaruh pola makan tidak sehat, kurang
aktivitas fisik, dan merokok. Meningkatnya kasus PTM diperkirakan akan
menambah beban pemerintah dan masyarakat, karena penanganannya
membutuhkan biaya yang besar dan memerlukan teknologi tinggi.
Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan
deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi serta
gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga
yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu
PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan
secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular
(PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan
tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang
dr. Nur Intan Maulidia

ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas


pelayanan kesehatan dasar.

B. Permasalahan
- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tidak menular
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang skrining penyakit tidak
menular

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dilakukan skrining peyakit tidak menular pada desa Janegara
Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 3 Desember 2020 di desa Janegara
diikuti 15 peseta yang hadir.

D. Pelaksanaan
- Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Desember 2020 di Rumah
pak RT Desa Janegara. Kegiatan ini dilaksanakan pukul 09.00-10.30.
Sesuai dengan protokol kesehatan.
- Kegiatan diikuti oleh masyarakat, dokter intersip, bidan desa dan kader
desa
- Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor resiko keturunan
dan perilaku;
- Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa
Tubuh
- Melakukan pengukuran tekanan darah;
- Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-
lain)

E. Monitoring dan Evaluasi


- Kegiatan ini berjalan dengan lancar. Kegiatan ini juga berjalan mengikuti
protokol kesehatan. Jumlah peserta yang hadir 15 orang serta hasil
pemeriksaan dan skrining dicatat pada lembar khusus. Karena pandemi tidak
dr. Nur Intan Maulidia

dapat melakukan aktifitas fisik bersama terlebih dahulu jadi untuk senam
lansia ditiadakan.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENGOBATAN DASAR (F.6)

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN PERSEORANGAN PADA BALAI


PENGOBATAN DI PUSKESMAS JATIBARANG

Tanggal Kegiatan : 29 Agustus 2020

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014, disebutkan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Walaupun diutamakan kegiatan
promotif dan preventif, puskesmas juga memiliki upaya kuratif dalam
menangani masalah kesehatan. Upaya kuratif ini lebih banyak dilakukan
dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan (UKP). Puskesmas dalam
melakukan upaya kesehatan perseorangan terdapat 9 pelayanan yang
dilakukan.
Pelayanan balai pengobatan termasuk dalam upaya kesehatan
perseorangan. Berdasarkan Permenkes no. 75 tahun 2014, balai pengobatan
dikatakan sebagai pelayanan pemeriksaan umum. Pada balai pengobatan ini
melayani kasus perseorang pasien yang berusia diatas lima tahun, kasus
bukan kebidanan, dan kasus kegawat daruratan. Balai pengobatan selain
melakukan tindakan kuratif juga sebagai fasilitas rujukan ke fasilitas
kesehatan lanjutan.

B. Permasalahan
dr. Nur Intan Maulidia

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75


tahun 2014, Puskesmas harus melakukan upaya kesehatan perseorangan
(UKP).

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dikarenakan hal diatas perlu diadakan pelayanan balai pengobatan dalam
rangka melaksanakan upaya kesehatan perseorangan. Kegiatan ini dilakukan
setiap hari mulai jam 08.00 s.d. 11.00. Balai pengobatan melakukan beberapa
kegiatan yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penegakan diagnosis, pemberian resep pengobatan, pembuatan rujukan faskes
lanjutan, dan tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh dokter, perawatan, staff
puskesmas bagian administrasi.

D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Agustus 2020. Pasien
ditangani terdapat 41 pasien. Pelayanan dilakukan oleh satu dokter umum,
satu dokter internsip, dua perawat, dan administrasi. Penyakit yang ditemukan
yaitu tension type headache, herpes zoster, rhinitis alergi, PPOK, hipertensi,
dispensia, diabetes melitus, dan dermatitis alergi.

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan ini berjalan dengan lancar. Petugas puskesmas menggunakan
APD level 1 dalam melayani pasien. Sesuai protokol kesehatan untuk
mengurangi kontak pasien, hal ini menyebabkan sulit penegakkan diagnosis
karena tidak melakukan pemeriksaan fisik.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PROMOSI KESEHATAN (F.4)

UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN COVID 19 SERTA PHBS PADA


MASYARAKAT DI MASA PANDEMI

Tanggal Kegiatan : 25 November 2020

A. Latar Belakang
Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus
baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-CoV -2) dan penyakitnya disebut
Coronavirus disease (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal
dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019.
Sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 213 negara yang telah terjangkit
virus satu ini. Berdasarkan laporan dari World O Meters, per 9 September
2020 terdapat 27.715.631 orang terinfeksi Covid-19 dengan kasus
kematian mencapai 900.756 orang (4%).
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau
berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38 0C), batuk
dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,
fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran
napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada
kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau
disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,
gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Beberapa
pasien yang asimptomatik sering mengalami happy hipoksia (tidak sesak
napas namun saturasi oksigen turun). Kebanyakan pasien memiliki
prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan
meninggal.
Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 Republik Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga
dr. Nur Intan Maulidia

9 September 2020 adalah 203.342 orang dengan jumlah kematian 8.336


orang.
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus
Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik
adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan
terinfeksi virus ini. salah satunya adalah dengan menerapkan 3M (Mencuci
Tangan memakai sabun, Menjaga Jarak dan Memakai Masker). Hal
tersebut sebenarnya terangkum dalam PHBS (Pola Hidup Bersih dan
Sehat).

B. Permasalahan
- Masih banyaknya warga yang belum mengerti virus corona dan penyakit
COVID-19 terutama gejala dan cara mencegah penularan COVID-19
- Masih banyaknya warga yang belum mengerti cara mencuci tangan 6
langkah, menggunakan sabun dan air mengalir.
- Masih banyaknya warga yang belum mengerti tujuan melakukan cuci
tangan 6 langkah menggunakan sabun dan air mengalir.
- Masih banyaknya warga yang tidak terlalu paham mengenai pencegahan
lain yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19.
- Masih banyaknya warga yang menyepelekan tentang pentingnya memakai
masker untuk mencegah penyebaran virus COVID-19.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dilakukan Kegiatan penyuluhan serta demo cara mencuci tangan yang
baik dan benar di Balai Desa Kramat yang dilakukan oleh dokter internship.
Kegiatan ini dilakukan pada 25 November 2020 pukul 10.00 s.d. 12.00.

D. Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada :
Hari/Tanggal : Rabu, 25 November 2020
Waktu : Pukul 10.00-12.00
Tempat : Balai Desa Kramat
dr. Nur Intan Maulidia

- Warga diedukasi mengenai informasi terkini COVID-19, cara penularan, cara


pencegahan yang melupiti 3M (mencuci tangan, memakai maskes, dan
menjaga jarak)  Cara mencuci tangan menggunakan sabun, tujuan mencuci
tangan, pentingnya memakai masker dan cara memakai masker yang benar
- Penularan vius
- Mengedukasi mengenai protokol RS saat hendak periksa ke IGD saat pandemi
- Kegiatan berlangsung kurang lebih 30 menit.

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan ini berjalan dengan lancer serta banak peserta yang antusias
bertanya perihal potokol kesehatan dimasa pandemi.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENGOBATAN DASAR (F.6)

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN BALITA DENGAN PENDEKATAN


MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT DI PUSKESMAS
JATIBARANG

Tanggal Kegiatan : 31 Agustus 2020

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014, disebutkan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Walaupun diutamakan kegiatan
promotif dan preventif, puskesmas juga memiliki upaya kuratif dalam
menangani masalah kesehatan. Upaya kuratif ini lebih banyak dilakukan
dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan (UKP). Puskesmas dalam
melakukan upaya kesehatan perseorangan terdapat 9 pelayanan yang
dilakukan.
Poli manajemen terpadu balita sakit (MTBS) termasuk dalam upaya
kesehatan perseorangan. Berdasarkan Permenkes no. 75 tahun 2014, poli
MTBS dikatakan sebagai pelayanan kesehtan ibu dan anak. Pada MTBS
melayani anak berusia dibawah 5 tahun. Selain melakukan tindakan kuratif,
MTBS juga sebagai fasilitas rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan.

B. Permasalahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014, Puskesmas harus melakukan upaya kesehatan perseorangan
(UKP).
dr. Nur Intan Maulidia

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dikarenakan hal diatas perlu diadakan pelayanan MTBS dalam rangka
melaksanakan upaya kesehatan perseorangan. Kegiatan ini dilakukan setiap
hari mulai jam 08.00 s.d. 11.00. MTBS melakukan beberapa kegiatan yaitu
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis,
pemberian resep pengobatan, pembuatan rujukan faskes lanjutan, dan
tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh dokter, bidan, dan staff puskesmas
bagian administrasi.

D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 31 Agustus 2020. Pasien
ditangani terdapat 10 pasien. Pelayanan dilakukan oleh satu dokter umum,
dokter internsip, satu bidan, dan administrasi. Penyakit yang ditemukan yaitu
suspek TB coli, ISPA, diare, dan ikterik neonatus

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan ini berjalan dengan lancar. Petugas puskesmas menggunakan
APD level 1 dalam melayani pasien. Sesuai protokol kesehatan untuk
mengurangi kontak pasien, hal ini menyebabkan sulit penegakkan diagnosis
karena tidak melakukan pemeriksaan fisik. Selain itu MBTS tidak dapat
melakukan pemeriksaan darah dikarenakan habisnya alat untuk pengambilan
darah pasien.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENGOBATAN DASAR (F.6)

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN BALITA DENGAN PENDEKATAN


MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT DI PUSKESMAS
JATIBARANG

Tanggal Kegiatan : 11 September 2020

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014, disebutkan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Walaupun diutamakan kegiatan
promotif dan preventif, puskesmas juga memiliki upaya kuratif dalam
menangani masalah kesehatan. Upaya kuratif ini lebih banyak dilakukan
dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan (UKP). Puskesmas dalam
melakukan upaya kesehatan perseorangan terdapat 9 pelayanan yang
dilakukan.
Poli manajemen terpadu balita sakit (MTBS) termasuk dalam upaya
kesehatan perseorangan. Berdasarkan Permenkes no. 75 tahun 2014, poli
MTBS dikatakan sebagai pelayanan kesehtan ibu dan anak. Pada MTBS
melayani anak berusia dibawah 5 tahun. Selain melakukan tindakan kuratif,
MTBS juga sebagai fasilitas rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan.

B. Permasalahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014, Puskesmas harus melakukan upaya kesehatan perseorangan
(UKP).
dr. Nur Intan Maulidia

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dikarenakan hal diatas perlu diadakan pelayanan MTBS dalam rangka
melaksanakan upaya kesehatan perseorangan. Kegiatan ini dilakukan setiap
hari mulai jam 08.00 s.d. 11.00. MTBS melakukan beberapa kegiatan yaitu
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis,
pemberian resep pengobatan, pembuatan rujukan faskes lanjutan, dan
tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh dokter, bidan, dan staff puskesmas
bagian administrasi.

D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 11 September 2020. Pasien
ditangani terdapat 7 pasien. Pelayanan dilakukan oleh satu dokter umum,
dokter internsip, satu bidan, dan administrasi. Penyakit yang ditemukan yaitu
ikterik neonatus, bayi dengan HbsAg reaktif, ISPA, dan diare

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan ini berjalan dengan lancar. Petugas puskesmas menggunakan
APD level 1 dalam melayani pasien. Sesuai protokol kesehatan untuk
mengurangi kontak pasien, hal ini menyebabkan sulit penegakkan diagnosis
karena tidak melakukan pemeriksaan fisik. Selain itu MBTS tidak dapat
melakukan pemeriksaan darah dikarenakan habisnya alat untuk pengambilan
darah pasien.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENGOBATAN DASAR (F.6)

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL PADA POLI


KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JATIBARANG

Tanggal Kegiatan : 04 September 2020

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014, disebutkan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Walaupun diutamakan kegiatan
promotif dan preventif, puskesmas juga memiliki upaya kuratif dalam
menangani masalah kesehatan. Upaya kuratif ini lebih banyak dilakukan
dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan (UKP). Puskesmas dalam
melakukan upaya kesehatan perseorangan terdapat 9 pelayanan yang
dilakukan.
Poli KIA termasuk dalam upaya kesehatan perseorangan. Berdasarkan
Permenkes no. 75 tahun 2014, poli KIA dikatakan sebagai pelayanan
kesehtan ibu dan anak. Pada KIA melayani kasus kebidanan dan reproduksi
wanita. Selain melakukan tindakan kuratif, KIA juga sebagai fasilitas rujukan
ke fasilitas kesehatan lanjutan.

B. Permasalahan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75
tahun 2014, Puskesmas harus melakukan upaya kesehatan perseorangan
(UKP).
dr. Nur Intan Maulidia

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Dikarenakan hal diatas perlu diadakan pelayanan KIA dalam rangka
melaksanakan upaya kesehatan perseorangan. Kegiatan ini dilakukan setiap
hari mulai jam 08.00 s.d. 11.00. KIA melakukan beberapa kegiatan yaitu
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis,
pemberian resep pengobatan, pembuatan rujukan faskes lanjutan, dan
tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh dokter, dan bidan.

D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 04 September 2020. Pasien
ditangani terdapat 15 pasien. Pelayanan dilakukan oleh satu dokter umum,
satu dokter internsip, dan tiga bidan. Kegiatan yang dilakukan adalah
pemeriksaan kehamilan, penilaian risiko kehamilan, pemeriksaan triple
eliminasi, dan pemeriksaan reproduksi wanita lainnya.

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan ini berjalan dengan lancar. Petugas puskesmas menggunakan
APD level 1 dalam melayani pasien. Pelayanan poli KIA dinilai
komperehensif karena dilakukan anamesis, pemeriksan, pemeriksaan
laboratorium, hingga edukasi yang detail kepada pasien.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA

KELUARGA BERENCANA (F.3)

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK PADA POSYANDU MELATI 2 DI


DESA PAMENGGER

Tanggal Kegiatan : 10 Agustus 2020

A. Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya
manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan
dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah
satunya adalah layanan tumbuh kembang anak.
Awal tercipta posyandu berasal dari kebijakan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) dari Departemen Kesehatan pada tahun 1975.
Adapun yang dimaksud dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan
yang menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan
tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri melalui pengenalan
dan penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas
kesehatan secara lintas program dan lintas sector terkait. Diperkenalkannya
PKMD pada tahun 1975 mendahului kesepakatan internasional tentang
konsep yang sama, yang dikenal dengan nama Primary Health Care (PHC),
seperti yang tercantum dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978. Pada
tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali diperkenalkan di Kabupaten
dr. Nur Intan Maulidia

Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam berbagai bentuk.


Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita,
sedangkan untuk penanggulangan diare, dilaksanakan melalui Pos
Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui
Pos Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos
Imunisasi dan Pos KB Desa.
Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan
untuk masyarakat yang seperti ini, disamping menguntungkan masyarakat,
karena memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan
pelayanan kesehatan, ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara
lain pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi,
serta memerlukan lebih banyak sumber daya. Untuk mengatasinya, pada
tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan,
Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai
kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang disebut dengan
nama Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Kegiatan yang dilakukan,
diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi,
yang sesuai dengan konsep GOBI – 3F (Growth Monitoring, Oral
Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female Education, Family
Planning, dan Food Suplementation), untuk Indonesia diterjemahkan ke
dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan
penanggulangan diare.
Kegiatan posyandu merupakan kegiatan rutin setiap bulan di Puskemas.
Setiap desa memiliki jadwal posyandu tertentu seperti setiap tanggal atau
setiap minggu tertentu. Harapannya kegiatan ini dapat terus berjalan guna
menurunkan angka kematian ibu dan anak.

B. Permasalahan
Masih tingginya angka kematian ibu di kabupaten Brebes. Sejak Bulan
Januari s.d. Juli 2020 terdapat 32 ibu meninggal dunia di Kabupaten Brebes.
Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah ini relatif lebih tinggi dikarenakan
selama setahun terakhir didapatkan 37 ibu meninggal dunia. Oleh karena itu
dr. Nur Intan Maulidia

diperlukan kegiatan pencegahan yang terus menerus dan konsisten untuk


mengurangi angka kematian ibu.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Posyandu merupakan salah satu cara pencegahan terjadi kematian ibu.
Tujuan umum posyandu juga bertujuan untuk menurunkan angka kematian
ibu dan anak. Diharapkan dengan kegiatan posyandu terus menerus dan
konsisten dapat menekan angka kematian ibu dan anak. Pada bulan Agustus
direncanakan kegiatan posyandu pada tanggal 10 Agustus 2020 di Posyandu
Melati 4 di Desa Tembelang.
Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5
meja yaitu:
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
• Imunisasi
• Pemberian vitamin A dosis tinggi.
• Pembagian pil KB atau kondom.
• Pengobatan ringan.
• Konsultasi KB.
Posyandu Melati 4 memiliki cakupan bayi dan balita sebanyak 65 orang.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader posyandu dan bidan desa. Pelayanan
pada meja I s.d. IV dilakukan oleh kader posyandu, sedangkan meja V
dilakukan oleh bidan Desa (Budi Arif S.A, Amd. Keb).
D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 Agustus 2020 pukul 08.00
s.d. 11.30. Pada kegiatan dihadiri sebanyak 60 bayi dan balita yang hadir.
Terdapat 5 Meja dalam pelayanan di posyandu. Pada Meja II dikarenakan
bertepatan dengan penimbangan serentak, maka penimbangan dilakukan oleh
tenaga kesehatan dari Puskesmas. Pada Meja V dilakukan juga pemberian
dr. Nur Intan Maulidia

vitamin A yang bertepatan dengan jadwal pemberiaan vitamin A di Bulan


Agustus.

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan posyandu berjalan sesuai dengan perencanaan. Kegiatan
dilakukan mengikuti protokol kesehatan dalam rangka pencegahana COVID-
19 seperti menyediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir, melakukan
screening suhu tubuh, memastikan peserta posyandu menggunakan masker,
dan menjaga jarak. Setiap meja berjalan dengan lancar dan tidak terjadi
penumpukkan peserta posyandu.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA

KELUARGA BERENCANA (F.3)

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK PADA POSYANDU TUNAS


MEKAR 3 DI DESA PAMENGGER

Tanggal Kegiatan : 14 Agustus 2020

A. Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia
yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara
merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti
posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua
sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh
kembang anak.
Awal tercipta posyandu berasal dari kebijakan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) dari Departemen Kesehatan pada tahun 1975. Adapun
yang dimaksud dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang
menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar
masyarakat dapat menolong dirinya sendiri melalui pengenalan dan penyelesaian
masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas
program dan lintas sector terkait. Diperkenalkannya PKMD pada tahun 1975
mendahului kesepakatan internasional tentang konsep yang sama, yang dikenal
dengan nama Primary Health Care (PHC), seperti yang tercantum dalam Deklarasi
Alma Atta pada tahun 1978. Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali
dr. Nur Intan Maulidia

diperkenalkan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam


berbagai bentuk. Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui
Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare, dilaksanakan melalui Pos
Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos
Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos Imunisasi
dan Pos KB Desa.
Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk
masyarakat yang seperti ini, disamping menguntungkan masyarakat, karena
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan, ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain pelayanan
kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan
lebih banyak sumber daya. Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah
Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam
Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke
dalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu
(POSYANDU). Kegiatan yang dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI – 3F
(Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female
Education, Family Planning, dan Food Suplementation), untuk Indonesia
diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan
penanggulangan diare.
Kegiatan posyandu merupakan kegiatan rutin setiap bulan di Puskemas. Setiap
desa memiliki jadwal posyandu tertentu seperti setiap tanggal atau setiap minggu
tertentu. Harapannya kegiatan ini dapat terus berjalan guna menurunkan angka
kematian ibu dan anak.

B. Permasalahan
Masih tingginya angka kematian ibu di kabupaten Brebes. Sejak Bulan
Januari s.d. Juli 2020 terdapat 32 ibu meninggal dunia di Kabupaten Brebes.
Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah ini relatif lebih tinggi dikarenakan
selama setahun terakhir didapatkan 37 ibu meninggal dunia. Oleh karena itu
diperlukan kegiatan pencegahan yang terus menerus dan konsisten untuk
mengurangi angka kematian ibu.
dr. Nur Intan Maulidia

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Posyandu merupakan salah satu cara pencegahan terjadi kematian ibu.
Tujuan umum posyandu juga bertujuan untuk menurunkan angka kematian
ibu dan anak. Diharapkan dengan kegiatan posyandu terus menerus dan
konsisten dapat menekan angka kematian ibu dan anak. Pada bulan Agustus
direncanakan kegiatan posyandu pada tanggal 14 Agustus 2020 di Posyandu
Mekar 3 di Desa Pamengger.
Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5
meja yaitu:
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
• Imunisasi
• Pemberian vitamin A dosis tinggi.
• Pembagian pil KB atau kondom.
• Pengobatan ringan.
• Konsultasi KB.
Posyandu Mekar 3 memiliki cakupan bayi dan balita sebanyak 75 orang.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader posyandu dan bidan desa. Pelayanan
pada meja I s.d. IV dilakukan oleh kader posyandu, sedangkan meja V
dilakukan oleh bidan Desa (Wahyu Setyarini, Amd.Keb).

D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 14 Agustus 2020 pukul 08.00
s.d. 11.30. Pada kegiatan dihadiri sebanyak 65 bayi dan balita yang hadir.
Terdapat 5 Meja dalam pelayanan di posyandu. Pada Meja II dikarenakan
bertepatan dengan penimbangan serentak, maka penimbangan dilakukan oleh
tenaga kesehatan dari Puskesmas. Pada Meja V dilakukan juga pemberian
dr. Nur Intan Maulidia

vitamin A yang bertepatan dengan jadwal pemberiaan vitamin A di Bulan


Agustus.
E. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan posyandu berjalan sesuai dengan perencanaan. Kegiatan
dilakukan mengikuti protokol kesehatan dalam rangka pencegahana COVID-
19 seperti menyediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir, melakukan
screening suhu tubuh, memastikan peserta posyandu menggunakan masker,
dan menjaga jarak. Setiap meja berjalan dengan lancar dan tidak terjadi
penumpukkan peserta posyandu.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes


dr. Nur Intan Maulidia

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA

KELUARGA BERENCANA (F.3)

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK PADA POSYANDU TUNAS


MEKAR 1 DI DESA PAMENGGER

Tanggal Kegiatan : 18 Agustus 2020

A. Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia
yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara
merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti
posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua
sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh
kembang anak.
Awal tercipta posyandu berasal dari kebijakan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) dari Departemen Kesehatan pada tahun 1975. Adapun
yang dimaksud dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang
menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar
masyarakat dapat menolong dirinya sendiri melalui pengenalan dan penyelesaian
masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas
program dan lintas sector terkait. Diperkenalkannya PKMD pada tahun 1975
mendahului kesepakatan internasional tentang konsep yang sama, yang dikenal
dengan nama Primary Health Care (PHC), seperti yang tercantum dalam Deklarasi
Alma Atta pada tahun 1978. Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali
diperkenalkan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam
dr. Nur Intan Maulidia

berbagai bentuk. Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui


Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare, dilaksanakan melalui Pos
Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos
Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos Imunisasi
dan Pos KB Desa.
Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk
masyarakat yang seperti ini, disamping menguntungkan masyarakat, karena
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan, ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain pelayanan
kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan
lebih banyak sumber daya. Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah
Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam
Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke
dalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu
(POSYANDU). Kegiatan yang dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI – 3F
(Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female
Education, Family Planning, dan Food Suplementation), untuk Indonesia
diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan
penanggulangan diare.
Kegiatan posyandu merupakan kegiatan rutin setiap bulan di Puskemas. Setiap
desa memiliki jadwal posyandu tertentu seperti setiap tanggal atau setiap minggu
tertentu. Harapannya kegiatan ini dapat terus berjalan guna menurunkan angka
kematian ibu dan anak.

B. Permasalahan
Masih tingginya angka kematian ibu di kabupaten Brebes. Sejak Bulan
Januari s.d. Juli 2020 terdapat 32 ibu meninggal dunia di Kabupaten Brebes.
Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah ini relatif lebih tinggi dikarenakan
selama setahun terakhir didapatkan 37 ibu meninggal dunia. Oleh karena itu
diperlukan kegiatan pencegahan yang terus menerus dan konsisten untuk
mengurangi angka kematian ibu.
dr. Nur Intan Maulidia

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Posyandu merupakan salah satu cara pencegahan terjadi kematian ibu.
Tujuan umum posyandu juga bertujuan untuk menurunkan angka kematian
ibu dan anak. Diharapkan dengan kegiatan posyandu terus menerus dan
konsisten dapat menekan angka kematian ibu dan anak. Pada bulan Agustus
direncanakan kegiatan posyandu pada tanggal 18 Agustus 2020 di Posyandu
Mekar 1 di Desa Pamengger.
Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5
meja yaitu:
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
• Imunisasi
• Pemberian vitamin A dosis tinggi.
• Pembagian pil KB atau kondom.
• Pengobatan ringan.
• Konsultasi KB.
Posyandu Mekar 1 memiliki cakupan bayi dan balita sebanyak 80 orang.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader posyandu dan bidan desa. Pelayanan
pada meja I s.d. IV dilakukan oleh kader posyandu, sedangkan meja V
dilakukan oleh bidan Desa (Wahyu Setyarini, Amd.Keb).

D. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Agustus 2020 pukul 08.00
s.d. 11.30. Pada kegiatan dihadiri sebanyak 74 bayi dan balita yang hadir.
Terdapat 5 Meja dalam pelayanan di posyandu. Pada Meja II dikarenakan
bertepatan dengan penimbangan serentak, maka penimbangan dilakukan oleh
tenaga kesehatan dari Puskesmas. Pada Meja V dilakukan juga pemberian
dr. Nur Intan Maulidia

vitamin A yang bertepatan dengan jadwal pemberiaan vitamin A di Bulan


Agustus.

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan posyandu berjalan sesuai dengan perencanaan. Kegiatan
dilakukan mengikuti protokol kesehatan dalam rangka pencegahana COVID-
19 seperti menyediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir, melakukan
screening suhu tubuh, memastikan peserta posyandu menggunakan masker,
dan menjaga jarak. Setiap meja berjalan dengan lancar dan tidak terjadi
penumpukkan peserta posyandu.

Pembimbing

dr. Munaryo, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai