Anda di halaman 1dari 5

NILAI-NILAI KETUHANAN DAN TOLERANSI BERAGAMA

A. Arti Sila Ketuhanan yang Maha ESA

Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketahuan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila
pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun bahasa Pali. Banyak
diantara kita yang salah paham mengartikan makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar
sampai sekolah menengah umum kita diajarkan bahwa arti dari Ketahuan Yang Maha Esa adalah
Tuhan Yang Satu, atau Tuhan yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam bahasa Sansekerta
ataupun Pali, Ketahuan Yang Maha Esa bukanlah Tuhan yang bermakna satu.

Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –an.
Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari kata itu dan
membentuk makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran –andapat memberi makna
perubahan menjadi antara lain: mengalami hal….sifat-sifat…

Kata ketuhanan yang beasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna sifat-sifat
tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang berhubungan dengan
tuhan.

B.     Makna sila Ketahuan Yang Maha Esa

Makna sila ini adalah

1)      Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-maisng menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2)      Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3)      Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing

4)      Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

5)      Frasa Ketahuan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki agama monoteis
namun frasa ini menekankanke-esaan dalam beragama.

6)      Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

7)      Menjamin peenduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.

8)      Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman warga negara dan
mediator ketika terjadi konflik agama.

9)      Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah menurut
agama masing-masing.

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketahuan Yang Maha Esa
yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk
memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya
trkandung dalam:

1. Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi:


“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara
Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan agama tertentu,
melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.

2. Pasal 29 UUD 1945

(1)   Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

(2)   Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing 
dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya

Oleh karena itu di dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa, anti agama.
Sedangkan sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini hendaknya diwujudkan
kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh toleransi dalam batas-batas yang diizinkan oleh
atau menurut tuntutan agama masing-masing, agar terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam
kehidupan beragama .

Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model hidup yang meliputi:

Kerukunan hidup antar umat seagama

Kerukunan hidup antar umat beragama

Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah

Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa

C. Pokok-pokok Yang Terkandung Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia pada adanya dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

Pernyataan ini tidak saja dapat terbaca dalam Pembukaan UUD 1945 dimana perumusan Pancasila
itu terdapat tetapi dijabarkan lagi dalam tubuh UUD 1945 itu sendiri pasal 29 ayat 1, yang berbunyi
sebagai berikut :

“ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa ”

Adanya pernyataan pengakuan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa secara yuridis constitutional ini,
mewajibkan pemerintah/aparat Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan  yang luhur
dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

. Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat

menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).

Jaminan kemerdekaan beragama yang secara yuridis constitutional ini membawa konsekuensi
pemerintah sebagai berikut:

Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan yang sehat.

Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran agama, baik
penyebaran agama dalam arti kwalitatif maupun kwantitatif.

Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama.

Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.


Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa Indonesia tidak bisa
dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu kehidupan beragama harus dapat membawa
persatuan dan kesatuan bangsa, harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan
beradap, harus dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat
Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini berarti
bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan sila-sila
yang lain.

3. Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas kebebasan
memelu agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk agama, saling menghargai dan
menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lain dalam
menjalankan ibadah menurut agama mereka masing-masing.

4. Kehidupan beragama tidak bisa dipisahkan sama sekali dari kehidupan duniawi/kemasyarakatan.

Dua-duanya merupakan satu system sebagaimana satunya jiwa dan raga dalam kehidupan manusia.
Agama sebagai alat untuk mengatur kehidupan di dunia, sehingga dapat mencapai kehidupan
akhirat yang baik. Kehidupan beragama tidak bias lepas dari pembangunan masyarakat itu sendiri,
bangsa dan Negara demi terwujudnya keadilan dan kemakmuran materiil maupun spiritual bagi
rakyat Indonesia. Semakin kuat keyakinan dalam agama, semakin besar kesadaran
tanggungjawabnya kepada Tuhan bangsa dan Negara, semakin besar pula kemungkinan
terwujudnya kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi bangsa itu sendiri.

D. Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Kita percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan masing-
masing.

Kita melaksanakan kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradap.

Kita harus membina adanya saling menghormati antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kita harus membina adanya saling kerjasama dan toleransi antara sesame pemeluk agama dan
penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kita mengakui bahwa hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai hak pribadi yang
paling hakiki.

Kita mengakui tiap warga Negara bebas menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.

Kita tidak memaksakan agama dan kepercayaan kita kepada orang lain.
Nilai-nilai ketuhanan

 Perkataan Ketuhanan berasal dari Tuhan. Siapakah Tuhan itu?

Tuhan ialah Pencipta segala yang ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal,
tiada sekutu bagiNya, Esa dalam zatNya, dalam sifatNya maupun dalam perbuatanNya.

Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang
Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan
tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk
memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya
terkandung dalam:

1) Pembukaan UUD 1945 aline ketiga


2) Pasal 29 UUD 1945 ayat 1 dan 2

Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi:

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa ….“. Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara
Indonesia tidak menganut paham maupun mengandung sifat sebagai negara sekuler. Sekaligus
menunjukkan bahwa negara Indonesia bukan merupakan negara agama, yaitu negara yang didirikan
atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau
negara Pancasila.

Pasal 29 UUD 1945

1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,

2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-


masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Oleh karena itu di
dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa,
dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama

Toleransi Beragama

Toleransi beragama adalah suatu sikap yang saling menghargai, dan menghormati umat yang
beragama lain dan tidak memaksa umat beragama lain untuk masuk keagama lain atau suatu agama
tidak boleh menjalek-jelekan agama lain dan mendiskrminasi agama lain.

Menurut Yosef Lalu (2010) Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu

a.      Negatif

Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena
menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di
Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.

b.      Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda beragama Islam wajib
hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi
penganutnya atau manusianya Anda hargai.

c.       Ekumenis

Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur
kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh Anda
dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham.

Menurut Yosef Lalu (2010) Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu

a.      Negatif

Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena
menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di
Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.

b.      Positif

Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda beragama Islam wajib
hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi
penganutnya atau manusianya Anda hargai.

c.       Ekumenis

Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur
kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.Contoh Anda
dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham.

Manfaat Toleransi

1) Hidup Bermasyarakat Akan Lebih Tentram


2) Persatuan, Bangsa Indonesia, Akan Terwujud
3) Pembangunan Negara Akan Lebih Mudah

Kesimpulan

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama, diharapakan akan
terjalin hubungan yang harmonis antar warga Negara yang pada akhirnya akan membawa
kesejahteraan bagi masyarakat dan percepatan pembangunan bagi negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai