Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era serba teknologi ini teknik pemotongan dengan las oxy-acetylene
sangat diperlukan untuk berbagai proses pengerjaan industri seperti pemotongan
konstuksi permesinan yang memang tidak dapat dipishkan dengan teknologi
manufaktur. Untuk itu semakin berkembangnya zaman menuju ke arah yang lebih
maju, semakin berkembang teknologi yang diciptakan oleh manusia. Peralatan yang
diciptakan pun semakin memudahkan segala pekerjaan manusia. Teknologi-
teknologi besar dan kecil bermunculan dimana-mana. Perkembangan tersebut
menyangkut juga bidang pemotong plat dengan menggunakan las oxy-acetylene.
Pemotong plat menggunakan las oxy-acetylene dengan system control
penting digunakan karena memiliki beberapa keuntungan seperti mesin yang dibuat
dengan teknik pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses
pengerjaannya. Kualitas dari hasil pemotongan sangat tergantung pada persiapan
sebelum pelaksanaan memotong plat.
Permasalahan dari cutting tool las oxy-acetylene yang umum digunakan saat
ini yaitu masih dengan cara manual, serta tidak dilengkapi dengan peralatan
penggerak. Hal ini mengakibatkan kinerja dari cutting tool las oxy-acetylene saat
pemotongan belum maksimal dan untuk gerakan dari hand torch relatif tidak
konstan karena mesin masih dioperasikan secara manual (tangan), sehingga perlu
adanya alat bantu berupa meja dan penggerak otomatis untuk mengoptimalkan
kinerja cutting tool las oxy-acetylene pada saat proses pemotongan plat.
Berdasakan hal yang telah disampaikan di atas, penulis tertarik untuk
mencoba melakukan sebuah modifikasi alat pemotong plat menggunakan las oxy-
acetylene yang sudah dibuat sebelumnya yaitu pembuat disk runner dengan sistem
jig and fixture yang mana proses pemotongannya masih menggunakan las oxy-
acetylene penggerak manual dengan tangan, maka dari itu dengan memadukan
antara las oxy-acetylene dengan motor stepper yang digerakkan oleh system control
Arduino. Dalam melakukan pertimbangan hal tersebut maka dilakukan sebuah
“modifikasi cutting tool plat system mekanik menggunakan las oxy-acetylene
dengan gerak 2 axis x, y dengan motor stepper berbasis system control Arduino”.
Diharapkan dengan adanya cutting tool plat dengan menggunakan las oxy-acetylene
dengan system otomatis, dapat mempermudah pengerjaan pemotongan dan
mengurangi resiko terjadinya insiden dalam pemotongan las oxy-acetylene.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah tersebut, maka direncaanakan modifikasi cutting
tool plat las oxy-acetylene dengan gerak 2 axis x, y dengan motor stepper berbasis
system control arduino, maka dirumuskan beberapa masalah yang didapatkan
yaitu:
1. Bagaimana cara untuk mempermudah pengerjaan pemotong plat dengan
menggunakan las oxy-acetylene?
2. Bagaimana membuat cutting tool las oxy-acetylene yang berbasis sistem
kontrol dan bergerak 2 axis x, y?
3. Bagaimana prinsip kerja dari cutting tool plat sistem otomatis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mempermudah pengerjaan pemotongan plat dengan menggunakan
las oxy-acetylene.
2. Untuk mengetahui cara pembuatan alat bantu yang bergerak dengan sumbu
x, y.
3. Melakukan pengujian terhadap cutting tool yang telah dimodifikasi.

1.4 Batasan Masalah


Untuk mencapai tujuan perancangan dan memperjelas lingkup permasalahan
yang akan dibahas, maka perlu ditentukan batasan masalahnya yaitu:
1. Alat yang dibuat hanya untuk pemotongan dengan las oxy-acetylene.
2. Cutting tool las oxy-acetylene ini hanya memotong plat dengan ukuran
400 x 400 mm.
3. Pergerakan dari masing-masing sumbu hanya sepanjang 400 mm.
4. Perancangan hanya terbatas pada proses pembuatan alat dan tidak
membahas pemograman.

1.5 Manfaat
Dengan dimodifikasinya cutting tool plat las oxy-acetylene ini diharapkan
bisa mempermudah pengerjaan pemotongan plat yang tadinya hanya dengan
gerakan manual (tangan), menjadi gerakan otomatis dengan system control, serta
untuk megurangi resiko terjadinya insiden saat pemotongan.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika yang dipakai dalam penulisan laporan ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang: latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan,
batasan masalah yang dilakukan, tujuan, beserta manfaat dan sistematika penulisan
dari penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan teori dasar yang berkaitan dengan modifikasi cutting tool plat las
oxy-acetylene dengan gerak x, y menggunakan motor stepper berbasis sistem
control arduino. Teori dasar diambil dari sumber-sumber referensi dan kajian-
kajian pustaka yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI
Membahas tentang diagram alir sebagai metodologi penelitian, produk hasil
dari alat yang diinginkan, serta mekanisme kerja cutting tool las oxy-acetylene.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang proses pembuatan alat, perhitungan perancangan dan uji
coba terhadap cutting tool las oxy-acetylene.
BAB V PENUTUP
Berisikan tantang kesimpulan, kendala-kendala yang dihadapi serta saran
untuk penyempurnaan dan perbaikan alat dimasa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Las Oxy-Acetylene


Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual,
dimana permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair
oleh nyala (flame) gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau
tanpa logam pengisi, dimana proses penyambungan tanpa penekanan. Disamping
untuk keperluan pengelasan (penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan
sebagai: preheating, brazing, cutting dan hard facing. Dalam aplikasi hasilnya
sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama lembaran logam (sheet
metal) dan pipa-pipa berdinding tipis (Mustofa, 2015).
Pemotong plat dengan las oxy-acetylene adalah memotong plat dengan
menggunakan panas yang dihasilkan dari pembakaran reaksi kimia berupa gas.
Proses memotong plat besi dengan gas adalah dengan cara memanaskan logam
sampai mendekati titik cair.
Memotong logam menggunakan peralatan potong las oxy-acetylene jauh
lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan mesin, terutama pada logam-logam
yang berukuran tebal/besar. Secara keseluruhan peralatan potong oxy-acetylene
sama dengan peralatan las oxy-acetylene. Perbedaannya hanya pada konstruksi
brander yang digunakan.
Prinsip dari pemotongan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur
besarnya gas asetilin dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api
maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilin dan oksigen harus diatur
sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila
gas asetilin saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa. Apabila
gas asetilinnya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Agar aman tekanan gas asetilin dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa,
dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilin diisi dengan bahan pengisi
berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilin. Tabung jenis
ini mampu menampung gas asetilin bertekanan sampai 1,7 MPa.
2.1.1 Komponen Utama Las Oxy-Acetylene
Pada kesempatan ini Sub bab akan menjelaskan mengenai peralatan-peralatan
utama dalam las oxy-acetylene, adapaun peralatan utamanya antara lain:
1. Tabung Oksigen
Tabung gas oksigen berisi gas oksigen (O2). Gas oksigen ini digunakan
untuk campuran gas karbit pada proses penyalaan api las. Banyak sedikit
penggunaan gas oksigen ini akan berpengaruh pada suhu pembakaran. Bila
gas oksigen ini lebih sedikit dari pada gas karbit maka akan berakibat suhu
pembakarannya rendah, seperti ditunjukan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Tabung Oksigen


(Sumber: https://www.teknik-otomotif.com)

2. Tabung Asetilin
Tabung gas asetilin atau karbit berisi gas asetilin (C2H2). Gas asetilin
atau karbit banyak digunakan dalam pengelasan busur gas dari pada bahan
bakar lainnya. Hal ini disebabkan karena gas karbit memiliki banyak
kelebihan dibandingkan gas lainnya seperti pada Gambar 2.2 (Teknik
Otomotif, 2017), antara lain :
1) Gas karbit sangat mudah untuk dibuat dan tidak beracun sehingga jika
terhisap tidak akan berbahaya.
2) Gas karbit Memiliki sifat menyerap asam, sehingga dapat untuk
mengurangi.
3) Gas karbit memiliki nilai panas yang cukup tinggi, sehingga suhu api
yang dapat dicapai pada gas karbit ini sangat tinggi.
4) Gas karbit memiliki kecepatan pembakaran yang sangat tinggi.
5) Gas karbit cocok digunakan untuk segala teknik pengelasan dengan las
gas
Gambar 2.2 Tabung Asetilin
(Sumber: https://www.teknik-otomotif.com)

3. Regulator
Regulator pada pengelasan ini terdapat baik pada tabung oksigen
maupun tabung asetilin. Regulator ini berfungsi untuk mengatur tekanan isi
menjadi tekanan kerja. Pada regulator terdapat 2 buah manometer, satu
manometer yang menunjukkan tekanan isi dalam tabung dan manometer 1
lagi menunjukkan tekanan kerja yang keluar dari tabung. Manometer yang
dekat dengan tabung merupakan manometer yang menunjukkan tekanan isi
dan manometer yang jauh dari tabung menunjukkan tekanan kerja seperti
Gambar 2.3:

Gambar 2.3 Regulator


(Sumber: https://www.teknik-otomotif.com)

1. Regulator asetilin
1) Manometer tekanan isi tabung sampai dengan skala 30 kg/cm2.
2) Manometer tekanan kerja tabung sampai dengan skala 3 kg/cm 2.
3) Ulir untuk baut dan mur pengikatnya menggunakan ulir kiri.
2. Regulator oksigen
1) Manometer tekanan isi tabung sampai dengan skala 250 kg/cm 2.
2) Manometer tekanan kerja tabung sampai dengan skala 12 kg/cm2.
3) Ulir untuk baut dan mur pengikatnya menggunakan ulir kanan.
4. Selang Las
Selang berfungsi untuk menyalurkan gas dari botol gas atau regulator
ke pembakar. Selang ini harus tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak
kaku. Gambar 2.4 dibawah merupakan bentuk dari selas las.

Gambar 2.4 Selang Las


(Sumber: https://www.teknik-otomotif.com)

Selang gas biasanya berwarna merah dan hijau seperti Gambar 2.4 Pada
ujung-ujung selang terdapat pula mur pengatur dengan ulir kiri. Fungsi mur
pengatur pada kedua selang tersebut adalah untuk mengikat regulator dan
mengikat pembakar.

5. Brander
Brander las ini berfungsi sebagai tempat bercampurnya gas oksigen
(O2) dengan gas karbit atau asetilin (C2H2) dan kemudian campuran ini
dinyalakan dengan api yang nantinya akan digunakan untuk melakukan
proses pengelasan. Pada brander las terdapat pemegang brander yang
berfungsi untuk memegang brander las saat proses pengelasan. Pada brander
las juga dilengkapi dengan keran pengatur keluarnya gas, baik gas oksigen
maupun gas karbit. Seperti yang ditunjukan Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Brander Las


(Sumber: https://www.teknik-otomotif.com)
2.1.2 Nyala Pembakaran Las Asetilin
Nyala hasil pembakaran dalam las oxy-acetylene dapat berubah bergantung
pada perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilinnya. Ada tiga macam nyala
api dalam las oxy-acetylene seperti pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Nyala Pembakaran Las


(Sumber: https://technopress80)

1. Nyala Asetilin Lebih (Nyala Karburasi)


Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilin yang digunakan maka di
antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru
berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan
terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya
ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilin. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam
pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam
bahan pengerasan.
2. Nyala Oksigen Lebih (Nyala Oksidasi)
Bila gas oksigen lebih dari pada yang dibutuhkan untuk menghasilkan
nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam
berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses
oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini
harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun
tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.
3. Nyala Netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilin sekitar
satu perbandingan. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih
bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang
diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300
sampai 3500° tercapai pada ujung nyala kerucut. Agar aman dipakai gas
asetilin dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi 100 kPa dan disimpan
tercampur dengan aseton. Tabung asetilin diisi dengan bahan pengisi berpori
yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilin. Tabung asetilin
mapu menahan tekanan sampai 1,7 MPa (Muhammail, 2019).
Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala
memerlukan perbandingan oksigen dan asetilin kira-kira 1:1 dengan reaksi
serti yang bisa dilihat pada gambar. Selubung luar berwarna kebiru-biruan
adalah reaksi gas CO atau H2 dengan oksigen yang diambil dari udara.
Cara menyalakan api:
1. Buka katup botol oksigen dan asetilin.
2. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan nosel yang dipakai.
3. Buka sedikit katup oksigen dan brander.
4. Buka katup asetilin pada brander.
5. Nyalakan pemercik api dan sulut kan pada ujung brander.
6. Atur katup oksigen dan asetilin sesuai nyala yang diinginkan.

Cara mematikan api:


1. Tutup katup oksigen pada brander.
2. Tutup katup asetilin pada brander.
3. Tutup katup pada botol oksigen dan asetilin.
4. Buka katup oksigen dan asetilin pada brander untuk pembuangan sisa gas
yang ada pada selang gas atau saluran.
5. Tutup semua katup

2.2 Prinsip Pemotongan Las Oxy-acetylene


Prinsip pemotongan dengan gas adalah memotong besi atau baja dengan
menggunakan panas yang dihasilkan dari pembakaran reaksi kimia berupa gas.
Proses pemotongan logam dengan gas adalah memotong dengan cara memanaskan
logam sampai mendekati titik lumer (cair) kemudian ditekan dengan semburan gas
pada tekanan tertentu sehingga logam yang akan mencair tersebut terbuang
sehingga logam terpotong, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.7. (Muhammail,
2019)
1. Keuntungan memotong logam dengan gas adalah proses pemotongan cepat,
berbagai bentuk dapat dipotong dengan hasil baik. Proses pemotongan dapat
dilaukakan secara otomatis dengan mesin atau secara manual dengan
tangan.
2. Kerugian memotong logam dengan gas adalah memerlukan alat dan
perlengkapan yang khusus, harganya mahal. Pada sisi bekas pemotongan
akan terjadi perubahan struktur yang mengakibatkan perubahan sifat logam
yang dipotong.
Proses pemotongan dengan oksigen telah banyak digunakan oleh industri
engineering di Indonesia, seperti industri perkapalan, industri kontruksi, industri
pembuat desain, reprasi, dan perwatan, dan lain sebagainya. Proses ini selain dapat
untuk memotong juga dapat untuk membuat kampuh sambungan las, membuat alur
dan gauging, membersikan permukaan slab baja atau scarfing sebelum diroll
menjadi bentuk pelat dan untuk membuat lubang atau lancing. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi dalam pemakaian debit gas, karena antara pemakai satu
dengan yang lain tentu tidak akan sama. Adapun faktor tersebut antara lain:
1. Ukuran dan bentuk mulut potong yang dipergunakan.
2. Ketrampilan juru potong dalam pengaturan kecepatan potong, pengaturan
debit gas, tekanan kerja, dan efisiensi pemotongan.

Gambar 2.7 Pemotong Plat dengan Las Oxy-acetylene


(Sumber: Muhammad Alwi, 2017)
2.3 Motor Stepper
Motor Stepper adalah suatu motor listrik yang dapat mengubah pulsa listrik
yang diberikan menjadi gerakan motor discret (terputus) yang disebut step
(langkah). Satu putaran motor memerlukan 360 derajat dengan jumlah langkah
yang tertentu perderajatnya. Ukuran kerja dari motor stepper biasanya diberikan
dalam jumlah langkah per-putaran per-detik.

Gambar 2.8 Motor Stepper


(Sumber: www.motorstepper.com)

Motor stepper bergerak berdasarkan urutan pulsa yang diberikan kepada


motor. Karena itu, untuk menggerakkan motor stepper diperlukan pengendali motor
stepper yang membagikan pulsa-pulsa periodic (Domizi, 2021).

2.3.1 Motor Stepper Type Variable Reluctance (VR)


Motor stepper jenis ini telah lama ada dan merupakan jenis motor yang secara
struktural paling mudah untuk dipahami. Motor ini terdiri atas sebuah rotor besi
lunak dengan beberapa gerigi dan sebuah lilitan stator. Ketika lilitan stator diberi
energi dengan arus DC, kutub-kutubnya menjadi termagnetasi. Perputaran terjadi
ketika gigi-gigi rotor tertarik oleh kutub-kutub stator. Gambar 2.9 berikut ini adalah
penampang melintang dari motor stepper tipe variable reluctance (VR) (Siregar,
2012).

Gambar 2.9 Penampang melintang tipe variable reluctance (VR)


(Sumber: Siregar, 2012)
2.3.2 Motor Stepper Tipe Permanent Magnet (PM)
Motor stepper jenis ini memiliki rotor yang berbentuk seperti kaleng bundar
(tin can) yang terdiri atas lapisan magnet permanen yang diselang-seling dengan
kutub yang berlawanan. Dengan adanya magnet permanen, maka intensitas fluks
magnet dalam motor ini akan meningkat sehingga dapat menghasilkan torsi yang
lebih besar. Motor jenis ini biasanya memiliki resolusi langkah (step) yang rendah
yaitu antara 7,50 hingga 150 per langkah atau 48 hingga 24 langkah setiap
putarannya. Gambar 2.10 berikut ini adalah ilustrasi sederhana dari motor stepper
tipe permanent magnet.

Gambar 2.10 Ilustrasi sederhana tipe permanent magnet (PM)


(Sumber: Siregar, 2012)

2.3.3 Motor Stepper Tipe Hybrid (HB)


Motor stepper tipe hybrid memiliki struktur yang merupakan kombinasi dari
kedua tipe motor stepper sebelumnya. Motor stepper tipe hybrid memiliki gigi-gigi
seperti pada motor tipe variable reluctance (VR) dan juga memiliki magnet
permanen yang tersusun secara aksial pada batang porosnya seperti motor tipe
permanent magnet (PM). Motor tipe ini paling banyak digunakan dalam berbagai
aplikasi karena kinerja lebih baik. Motor tipe hybrid dapat menghasilkan resolusi
langkah yang tinggi yaitu antara 3,60 hingga 0,90 per langkah atau 100-400 langkah
setiap putarannya. Gambar 2.11 berikut ini adalah penampang melintang dari motor
stepper tipe hybrid.

Gambar 2.11 Penampang melintang dari motor stepper tipe hybrid


(Sumber: Siregar, 2012)
2.4 Arduino Uno
Arduino Uno adalah board berbasis mikrokontroler pada ATmega328. Board
ini memiliki 14 digital input/output pin (dimana 6 pin dapat digunakan sebagai
output PWM), 6 input analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB. Pin-pin ini
berisi semua yang diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, hanya terhubung
ke komputer dengan kabel USB atau sumber tegangan bisa didapat dari adaptor
AC-DC atau baterai untuk mengoperasikannya.

Gambar 2.12 Arduino Uno


(Sumber: https://ilearning.me/)

2.5 Material Yang Digunakan


Dalam pengerjaan tugas akhir ini menggunakan material baja profil siku
dengan ukuran … sebagai rangka meja untuk menopang komponen-komponen lain
yang akan mendukung kerja dari alat pemotong plat ini. Besi siku atau juga dikenal
L-bracket adalah batang besi berpenampang siku. Diproduksi dengan ukuran sudut
90 derajat membuat besi siku ini menjadi salah satu struktur penyangga ataupun
elemen penguat atau penstabil pada berbagai macam konstruksi.

Gambar 2.13 Baja Profil Siku


(Sumber: https://www.pengadaan.web.id/2021)

2.6 Linier Screw (Ulir Penggerak)


Ulir penggerak digunakan untuk meneruskan gerakan secara halus dan
merata, disamping itu juga untuk menghasilkan gerakan linier yang berasal dari
gerakan rotasi (memutar). Kinematika ulir penggerak sama dengan baut dan mur,
bedanya terletak pada bentuk geometrisnya. Ulir penggerak mempunyai geometris
yang aplikasinya untuk menghasilkan gerakan, oeh karena itu termasuk alat
penggerak (motion devices).
Secara umum ulir penggerak mempunyai efisiensi antara 30%-75%
tergantung pada sudut helix dan koefisien gesek antara ulir pada batang dengan ulir
pada mur. Bila diinginkan efisiensinya naik sampai 90%, maka digunakan sistem
ulir “linier screw” (Kalong, 2018). Gambar 2.14 berikut merupakan bentuk dari
linier screw.

Gambar 2.14 Linier Screw


(Sumber: https://www.indiamart.com)

Pada bagian perancangan poros ulir dapat diketahui ukuran batas amannya dengan
menggunakan persamaan berikut.
𝑃. 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛
𝜎𝑡 = 𝜋 2
4 𝑑𝑘
Dengan:
𝜎𝑡 = Tegangan Tarik yang diizinkan (kg/cm2)
𝑃 = Beban (Kg)
𝑑𝑘 = Diameter Poros (mm)

2.6.1 Macam-macam Jenis Ulir Menurut Bentuknya


Secara umum Ulir memiliki bermacam-macam bentuk berdasarkan jenis
ulirnya, antara lain:
1. Ulir Segitiga
Merupakan jenis ulir dengan profil segitiga. Ulir segitiga jenis ini
memiliki banyak standar, diantaranya:
1) Ulir Metrik (Metric Standard Thread)
Merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 60 derajat dan
keseluruhan dimensi dalam satuan metris. Ulir jenis ini memiliki
simbol “M” seperti pada Gambar 2.15 berikut.

Gambar 2.15 Ulir Metrik


(Sumber: machiningtool, 2014)

2) Ulir Whitworth (Whitworth Standard Threads)


Merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 55 derajat dan
keseluruhan dimensi dalam satuan british (inchi). Ulir jenis ini
memiliki symbol “W” Seperti pada Gambar 2.16 berikut.

Gambar 2.16 Ulir Whitworth


(Sumber: machiningtool, 2014)

2. Ulir Segiempat (Square Threads)


Merupakan ulir dengan bentuk profil segiempat, biasanya digunakan
untuk beban berat misalnya pada bendungan pintu air. Ulir segiempat
disimbolkan dengan huruf “Sq” seperti pada Gambar 2.17 berikut.

Gambar 2.17 Ulir Segiempat


(Sumber: machiningtool, 2014)
3. Ulir Acme (Acme Threads)
Merupakan ulir dengan profil trapesium dengan sudut puncak 29o. Ulir
jenis ini biasanya digunakan pada eretan maupun leadscrew. Ulir ini
disimbolkan dengan “acme” seperti Gambar 2.18 berikut.

Gambar 2.18 ulir Acme


(Sumber: machiningtool, 2014)

4. Ulir Bulat (Round Thread)


Merupakan ulir dengan profil setengah lingkaran pada bagian lembah
dan puncak ulir. biasa digunakan untuk mentranmisikan daya/gerakan
secara halus dengan tanpa kelonggaran. Gambar 2.19 ini merupakan
bentuk dari ulir bulat.

Gambar 2.19 Ulir Bulat


(Sumber: machiningtool, 2014)

2.8 Gaya Dan Rotasi


Gaya adalah sesuatu yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan
percepatan dan/atau perubahan bentuk suatu benda. Arah gaya adalah arah
percepatan yang diakibatkan oleh gaya itu sendiri. Besarnya gaya dapat
didefinisikan sebagai hasil kali dari massa benda dengan besar percepatan yang
dihasilkan oleh gaya.
Pada motor stepper umumnya tertulis spesifikasi Np (step/putaran).
Sedangkan kecepatan pulsa diekspresikan sebagai pps (pulsa per second) dan
kecepatan putar umumnya ditulis sebagai ω (rotasi / menit atau rpm). Kecepatan
putar motor stepper (rpm) dapat diekspresikan menggunakan kecepatan pulsa (pps)
sebagai berikut:
𝑝𝑝𝑠
𝜔 = 60 [𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡]
𝑁𝑝
Dengan:
𝜔 = rotasi/menit (rpm)
Np = jumlah step tiap putaran
Pps = pulsa/detik
Torsi yang dapat dihasilkan oleh motor stepper dapat dihitung berdasarkan
perbandingan daya kerja motor terhadap kecepatan putarannya atau dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑃
𝜏= (Nm)
𝜔
Dengan:
𝜏 = torsi dalam satuan (Nm)
P = daya kerja motor (watt)
𝜔 = kecepatan putaran motor (rpm)
Daya kerja motor dapat diketahui dengan persamaan berikut:
𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼 (𝑤𝑎𝑡𝑡)
Dengan:
P = daya motor (watt)
V = tegangan motor (volt)
I = arus motor (ampere)
Untuk mengetahui beban maksimum yang dapat digerakkan motor stepper dapat
diperoleh dengan menghitung torsi dengan menggunakan rumus:
𝜏 = 𝐹 . 𝑟 (Nm)
Dengan:
F = gaya berat yang bekerja terhadap motor (N)
r = jari-jari poros penggerak (m)
2.9 Bantalan (Bearing)
Bantalan (Bearing) diperlukan untuk menumpu ulir penggerak berbeban, agar
dapat berputar atau bergerak bolak-balik secara kontinyu serta tidak berisik akibat
adanya gesekan. Posisi bantalan harus kuat, hal ini agar elemen-mesin dan ulir
penggerak dapat bekerja dengan baik. Gesekan antara komponen mesin dapat
diminimalkan dengan menggunakan bantalan atau bearing. Peran pelumas lebih
kecil, bentuk pelumas dapat berupa gas, cair maupun padat.
Secara umum bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Mekanisme gerakan bantalan terhadap screw:
1) Bantalan luncur: Pada bearing ini terjadi gesekan luncur antara ulir
penggerak dan bearing, karena permukaan ulir penggerak yang berputar
bersentuhan langsung dengan bearing yang diam.
2) Bantalan gelinding: bearing ini terjadi gesekan gelinding antara bagian
yang berputar dengan bagian yang diam melalui bola, silinder dan
jarum.
2. Atas arah beban terhadap ulir penggerak:
1) Bantalan radial/radial: menahan beban dalam arah radial/tegak lurus
sumbu ulir penggerak.
2) Bantal aksial/thrust: menahan beban dalam arah aksial/sejajar dengan
sumbu ulir penggerak.
3) Bantalan radial-aksial: Bantalan yang mampu menahan kombinasi
beban dalam arah radial dan arah aksial/ bantalan gelinding khusus.

Gambar 2.20 Jenis-jenis Bantalan


(Sumber: http://repository.gunadarma.ac.id)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Diagram Alir Penelitian


Adapun metodologi penulisan tugas akhir adalah seperti yang dijelaskan pada
diagram alir gambar 3.1 berikut:

Mulai

Studi Literatur

Perumusan Masalah

Pembuatan Desain

Dimensi

Tidak
Perhitungan

Sesuai

Pembuatan Alat

Pengujian Alat
Tidak Sesuai

Sesuai

Pembuatan Laporan

Selesai
Metode yang digunakan dalam suatu analisa atau studi harus terstruktur
dengan baik sehingga dapat dengan mudah menerangkan atau menjelaskan
penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu dalam tugas akhir ini digunakan metode
simulasi yang dapat diuraikan seperti diagram alir di atas.
Proses dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini melalui beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Studi Literatur
Pada studi literatur meliputi mencari dan mempelajari bahan pustaka yang
berkaitan dengan segala permasalahan mengenai perencanaan cutting tool
ini yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain buku, publikasi-
publikasi ilmiah, dan survei mengenai komponen-komponen di pasaran.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana desain modifikasi cutting tool yang bergerak terhadap sumbu
x, y dan Bagaimana memilih motor agar pemotongan lebih stabil dan
presisi.
3. Penentuan Desain
Setelah melakukan studi literatur dan perumusan masalah adalah
penentuan desain, yaitu sket awal dari meja mesin plasma cutting. Sket
yang dibuat adalah sket pada bagian mekanik. Sket dilakukan dengan
menggambar diatas kertas terlebih dahulu seperti Gambar 3.1, kemudian
menggambarkan dengan menggunakan software CAD sehingga
didapatkan desain alat seperti Gambar 3.2. Setelah mendapatkan desain
mekanik, langkah selanjutnya yaitu menentukan peletakan komponen
elektronik pada cutting tool agar sesuai dengan desain mekanik yang telah
dibuat.

Gambar 3.1 Sket Cutting Tool


Gambar 3.2 Desain CAD Cutting Tool

4. Penentuan Dimensi
Penentuan dimensi didapatkan dari rumusan masalah yang telah
ditentukan diawal, yaitu memodifikasi cutting tool yang dapat bergerak
dengan 2 axis. Dari rumusan masalah tersebut menimbulkan suatu
pemikiran dan solusi yaitu:
Dilihat dari ukuran Panjang linier screw yang digunakan adalah 500
mm, maka direncanakan:
1) Dimensi alat p x l x t = 500 mm x 500 mm x 500 mm
2) Batasan gerak sumbu x sejauh 400 mm
3) Batasan gerak sumbu y sejauh 400 mm
5. Perhitungan
Perhitungan komponen mekanik berdasarkan definisi masalah yang telah
disebutkan diatas. Perhitungan dilakukan untuk mendapatkan dimensi
yang sesuai dengan desain dan aman saat menjalan cutting tool. Apabila
saat melakukan perhitungan ada beberapa komponen yang tidak sesuai
maka akan melakukan re-desain agar komponen yang akan dibuat tidak
mengalami masalah.
6. Pembuatan Alat
Maksud dari pembuatan disini adalah proses pemotongan, bubut,
penggerindaan, pengeboran, kemudian merakit komponen mekanik dan
komponen elektrik yang telah ditentukan dan telah diperhitungkan,
sehingga alat mampu bekerja secara optimal.
7. Pengujian Alat
Dalam hal ini yaitu pengujian dari cutting tool. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian antara gerakan mekanik dengan sistem
elektrik. Apabila hasil pengujian sesuai dengan standar maka dapat
dilanjutkan dengan pembuatan laporan.
8. Pembuatan laporan
Tahap ini merupakan ujung dari proses pembuatan tugas akhir, yaitu
dengan menarik kesimpulan yang didapat dari hasil pengujian yang telah
dilakukan. Setelah itu dilakukan penulisan terhadap laporan dari penelitian
yang telah dilakukan.
9. Selesai

3.2 Analisis Rancangan


Analisa rancangan dari modifikasi cutting tool las oxy-acetylene 2-Axis
berupa disain konstruksi rangka, konstruksi sistem penggerak dan sistem translasi.
Berikut adalah proses analisis rancangannya.

3.2.1 Konstruksi Rangka


Konstruksi rangka difokuskan membentuk area kerja yang diinginkan dengan
struktur yang cukup kuat dan rigid untuk menahan beban kerja. Area kerja yang
dibangun pada cutting tool ini berkisar 500mm x 500mm. Rancangan konstruksi
rangka terdiri dari konstruki rangka sumbu x, sumbu y. Konstruksi rangka
menggunakan bahan baja profil L dan besi hollow untuk rangka meja dan pelat base
untuk penyangga beban lainnya. Gambar 3.3 dibawah ini merupakan rancangan
dari rangka meja dan pelat penyangga yang akan digunakan.
Gambar 3.3 Konstruksi Rangka

3.2.2 Konstruksi Sistem penggerak


Konstruksi sistem penggerak difokuskan untuk menghasilkan gerakan linier
tiap sumbu. Sistem penggerak ini terdiri dari stepper motor, linier screw, linear
shaft, kopling, pillow block bearing dan linier motion ball bearing.
1. Motor stepper
Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan
mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Stepper
motor bergerak berdasarkan urutan pulsa yang diberikan kepada
motor. Motor stepper ini berfungsi sebagai driver dalam sistem
penggerak.
2. Linier Screw
Linier screw adalah komponen yang berfungsi sebagai sistem
transmisi yang mengubah atau menyalurkan gerakan rotasi yang
dihasilkan motor stepper menjadi gerakan linier akibat adanya
perputaran ulir dengan tingkat akurasi yang tinggi. Linier screw ini
berfungsi sebagai beban yang digerakkan/driven dalam sistem
penggerak.
3. Kopling
Kopling adalah komponen yang berfingsi meneruskan putaran dari
motor stepper ke linier screw.
4. Pillow Block Bearing
Pillow block bearing merupakan bagian pendukung dari linier screw
yang berfungsi sebagai bantalan untuk menyokong kedua ujung linier
screw.
5. Linier shaft
adalah komponen pendukung yang berfungsi sebagai bantalan untuk
menstabilkan gerakan dan menahan pelat base agar bergerak dengan
gesekan yang minimal, sehingga tenaga yang dihasilkan stepper
motor dapat dimaksimalkan dalam proses pemotongan benda kerja.
6. Linier Motion Ball Bearing
Linier motion ball bearing adalah jenis bearing atau bantalan yang
dirancang untuk memberikan gerakan bebas, dan pada alat ini
digunakan sebagai pemberi gerak bebas pelat base.

3.2.3 Sistem Kontrol


Sistem kontrol dari cutting tool ini yaitu sistem kontrol otomatis. Sistem
kontrol otomatis digunakan untuk mengontrol motor stepper. Sistem kontrol
otomatis ini menggunakan mikrokontroler Arduino sebagai unit pemrosesan
pusatnya. Arduino befungsi untuk mengolah sinyal input menjadi sinyal output
berdasarkan logika tertentu yang telah diprogram pada Arduino.

3.3 Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat pembuatan tugas akhir ini dikerjakan dalam beberapa
tahap, seperti uraian di bawah ini:

3.3.1 Tempat Pengerjaan


Tempat pengerjaan dan perencanaan ini dilakukan di kampus, khususnya di
bengkel jurusan teknik mesin politeknik Negeri Padang.

3.3.2 Waktu Pengerjaan


Adapun waktu dalam pengerjaan dari tugas akhir ini dapat di lihat pada tabel
3.1 Jadwal tugas akhir.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

Waktu (bulan) 2021


No Kegiatan Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Permohonan
judul
2 Pengumpulan
referensi
3 Perencanaan
dan
perhitungan
4 Penyusunan
proposal
5 Pengerjaan
alat
6 Penyusunan
laporan
7 Evaluasi
8 Pengajuan
sidang
9 Sidang

Anda mungkin juga menyukai