Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TUGAS

PENYAKIT MENULAR HIV /AIDS

Disusun Untuk Memenuhi Kebutuhan Tugas Mata Kuliah


Epidemiologi

Dosen Pengampu : Hary Satrisno ,SKM,.MPH

DISUSUN OLEH :

TAHTA ALTARANI

(19D30644)

PROGRAM STUDI DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN

STIKES HUSADA BORNEO

BANJARBARU

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi

Saluran Reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi

saluran reproduksi merupakan infeksi yang disebabkan oleh masuk dan

berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi ke dalam saluran reproduksi.

Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus, dan parasit.

Salah satu penyakit menular seksual yaitu Human Immunodeficiency Virus

(HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (Ardhiyanti, 2015).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), di seluruh dunia

pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta

perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV

pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan

240.000 anak berusia <15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5

juta yang terdiri 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia <15 tahun.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) (2015),

terdapat 36,9 juta orang yang terinfeksi HIV pada tahun 2014 yang meliputi

34,3 juta orang dewasa, 17,4 juta perempuan dan 2,6 juta menginfeksi anak

berusia <15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2014 sebesar 2 juta

yang terdiri dari 1,8 juta dewasa dan 220.000 anak berusia <15 tahun. Jumlah

1
kematian akibat AIDS sebanyak 1,2 juta yang terdiri 1 juta dewasa dan

150.000 anak berusia <15 tahun.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), HIV/AIDS

pertama kali ditemukan di Provinsi Bali pada tahun 1987. Hingga saat ini

HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh provinsi di

Indonesia dengan total kasus HIV sejumlah 0,06% dan 0,022% terkena AIDS

sampai bulan September 2014. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI

Jakarta (0,32%), diikuti Jawa Timur (0,049%), Papua (0,51%), Jawa Barat

(0,029%), Bali (0,234%), Sumatra Utara (0,066%) dan Jawa Tengah

(0,036%). Jumlah kumulatif kasus AIDS sampai tahun 2014 berdasarkan

jenis kelamin, paling banyak diderita oleh laki-laki. Kelompok risiko tertinggi

yakni heteroseksual. Menurut golongan umur, proporsi penderita AIDS

terbesar terdapat pada kelompok usia 20-29 tahun.

Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Tengah

(2016), jumlah kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah tahun 1993-2011 sejumlah

0,013%, (terdiri dari 0,007% HIV, 0,006% AIDS, dan meninggal 0,002%).

Tahun 2012, jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 0,017% (terdiri dari 0,009%

HIV, 0,008% AIDS, dan 0,002% meninggal). Selanjutnya untuk data tahun

2013 jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 0,021% (terdiri dari 0,011% HIV,

0,01% AIDS, dan 0,002% meninggal). Tahun 2014, jumlah kasus HIV/AIDS

sejumlah 0,029% (terdiri dari 0,015% HIV, 0,013% AIDS, dan 0,003%

meninggal). Tahun 2015, jumlah kasus HIV/AIDS sejumlah 0,037% (terdiri

dari 0,02% HIV, 0,018% AIDS, dan 0,003% meninggal).


Menurut Profil Kesehatan Kota Surakarta (2015), pada tahun 2013

ditemukan kasus HIV/AIDS sebanyak 0,10% yang terdiri dari 0,003% HIV

dan 0,007% AIDS. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan kasus

HIV/AIDS sebanyak 0,013% yang terdiri dari 0,004% HIV dan 0,009%

AIDS. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), penularan

HIV/AIDS dapat terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman, penggunaan

jarum suntik tidak steril secara bergantian, tranfusi darah dengan orang yang

terkena HIV/AIDS, dan penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya.

Penemuan kasus HIV/AIDS belum sesuai dengan estimasi penderita

yang ada. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es sehingga masih

banyak kasus yang sebenarnya ada tapi belum bisa terdeteksi. Oleh karena

itu, perlu upaya peningkatan penemuan kasus HIV/AIDS. Upaya peningkatan

penemuan kasus HIV/AIDS dilakukan dengan kegiatan VCT mobile di

populasi berisiko (Profil Kesehatan Kota Surakarta, 2014).

Pekerja seks komersial merupakan seseorang yang menjual dirinya

dengan melakukan hubungan seks untuk tujuan ekonomi (Subadra, 2007).

Mengingat cara penularan HIV, maka WPS merupakan salah satu kelompok

masyarakat yang mempunyai perilaku risiko tinggi tertular HIV (high risk

behaviour) karena seringnya mereka berganti pasangan seks (Tim Dapur

Naskah, 2011). Faktor perilaku seperti berganti pasangan, tidak menggunakan

kondom saat berhubungan, dan mode hubungan seksual menjadi faktor

penyebab pekerja seksual menjadi populasi berisiko (Setyoadi, 2012).


Berdasarkan data dari Komisi Pemberantasan AIDS Kota Surakarta

(2016), sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2015 WPS yang berada di

Surakarta sejumlah 700 orang. Sedangkan jumlah WPS yang sudah mampu

dijangkau sejumlah 395 orang. Dari keseluruhan WPS yang ada di Surakarta,

terdapat 213 orang WPS yang sudah terinfeksi HIV/AIDS, oleh karena itu

WPS menjadi salah satu populasi kunci untuk dijangkau oleh program VCT

guna mengurangi angka penularan HIV/AIDS pada WPS di Surakarta.

Voluntary Counseling Testing (VCT) merupakan suatu upaya

pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara

konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan HIV,

memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada

ODHA, keluarga dan lingkungannya (Nursalam dan Kurniawati, 2007).

Konseling dan Testing Sukarela yang dikenal sebagai Voluntary Counseling

and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan

sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan.

VCT penting untuk dilakukan karena mempunyai peran penting yaitu:

manajemen dini infeksi oportunistik dan IMS, serta introduksi ARV, terapi

pencegahan dan perawatan reproduksi, rujukan dukungan sosial dan budaya,

normalisasi HIV/AIDS, penerimaan sero-status, coping dan perawatan diri,

memfasilitasi perubahan perilaku, memfasilitasi intervensi Mother To Child

Transmission (Kepmenkes RI, 2005).


Penelitian sebelumnya oleh Irna (2014), terbukti ada hubungan

bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan pemeriksaan VCT HIV pada

wanita pekerja seks di wilayah kerja Puskesmas Duren Bandungan. Demikian

pula dengan penelitian Wicaksana, dkk (2009), menyatakan ada hubungan

antara pengetahuan mitra penasun dengan perilaku pemeriksaan ke klinik

VCT. Sama halnya dengan penelitian Rahmadhani (2014), terbukti ada

hubungan antara pengetahuan dan dukungan petugas kesehatan dengan

pemanfaatan layanan VCT pada kelompok risiko tinggi di Kota Makassar.

Jumlah kasus HIV/AIDS terus meningkat di wilayah Kota Surakarta.

Salah satu program yang direncanakan Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk

meningkatkan upaya penemuan kasus HIV/AIDS dengan program VCT pada

kelompok berisiko tinggi, termasuk di dalamnya yakni WPS. Namun, pada

kenyataannya belum semua kelompok risiko tinggi bersedia melakukan VCT.

Pengetahuan dan sikap WPS terhadap HIV/AIDS dan VCT serta peran

petugas dimungkinkan menjadi faktor yang mempengaruhi kesediaan WPS

untuk melakukan VCT. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis

hubungan antara pengetahuan dan sikap WPS tentang HIV/AIDS dan VCT

serta peran petugas dengan kesediaan melakukan VCT di wilayah Kota

Surakarta.
A. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara pengetahuan, sikap tentang HIV/AIDS

dan VCT serta peran petugas dengan kesediaan melakukan VCT pada Wanita

Pekerja Seks Komersial di wilayah Gilingan Kecamatan Banjarsari ?

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap Wanita Pekerja Seks

tentang HIV/AIDS dan VCT serta peran petugas dengan kesediaan

melakukan VCT.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap WPS

tentang HIV/AIDS dan VCT.

b. Mengetahui gambaran peran petugas pada pelaksanaan VCT.

c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan Wanita Pekerja Seks

tentang HIV/AIDS dan VCT dengan kesediaan melakukan VCT.

d. Mengetahui hubungan antara sikap Wanita Pekerja Seks tentang

HIV/AIDS dan VCT dengan kesediaan melakukan VCT.

e. Mengetahui hubungan antara peran petugas dengan kesediaan

WPS dalam melakukan VCT.


C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi

Sebagai bahan informasi yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan dan

sikap Wanita Pekerja Seks tentang HIV/AIDS dan VCT serta peran petugas

dengan kesediaan melakukan VCT. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi untuk pengambilan tindakan pencegahan.

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan

penelitian terkait HIV/AIDS dan VCT.

3. Bagi Wanita Pekerja Seks

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi mengenai cara

deteksi dini HIV/AIDS pada populasi berisiko yaitu dengan melakukan VCT.

Sehingga populasi berisiko dapat mencegah penyakit yang diderita ke arah yang

lebih parah.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi mengenai

HIV/AIDS dan VCT. Sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan

pengendalian dan pencegahan diri dari HIV/AIDS.


BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HIV AIDS

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan,
kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus
HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk
memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan harapan hidup
penderita HIV (ODHA).

B. PENYEBAB TERJADI NYA HIV/AIDS

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV yang masuk ke dalam tubuh
akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi.
Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh
seseorang.

Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi
masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain:
 Hubungan seks.  Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina
maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral.
Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka di
mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau sariawan.
 Berbagi jarum suntik. Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV, adalah
salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan
jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.
 Transfusi darah. Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari
penderita HIV.

Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang
dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses melahirkan, atau
melalui air susu ibu saat proses menyusui.

Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau
berpelukan dengan penderita HIV. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah, kecuali bila
penderita mengalami sariawan, gusi berdarah, atau terdapat luka terbuka di mulut.

Faktor Risiko AIDS

HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko tertular HIV lebih tinggi
pada pria yang tidak disunat, baik pria heteroseksual atau lelaki seks lelaki. Risiko tertular HIV
juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor, di antaranya:

 Hubungan seks tanpa mengenakan kondom. Risiko penularan akan lebih tinggi


melalui hubungan seks anal, dan hubungan seks dengan berganti pasangan.
 Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular
seksual menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga meningkatkan risiko
tertular HIV.
 Berbagi suntikan. Pengguna NAPZA suntik umumnya berbagi jarum suntik dalam
menggunakan narkoba.
Gejala Penyakit HIV

 Demam

1.Gejala HIV AIDS awal dapat berupa demam ringan, sakit tenggorokan dan pembengkakan
kelenjar getah bening. Jika seseorang telah memiliki tanda-tanda tersebut, virus mungkin telah
memasuki aliran darah dan mulai merusak kekebalan tubuh.

2. Kelelahan dan Sakit Sendi

Ketika virus HIV AIDS memasuki tubuh sesorang, maka virus ini akan menyerang sel-sel tubuh
yang sehat. Karena sel-sel tubuh diserang, maka dapat menyebabkan kelelahan dan rasa sakit
pada semua bagian persendian dan otot.

3. Ruam di Kulit

Ruam kulit seperti bisul dan jerawat yang tiba-tiba menyerang tubuh juga termasuk tanda awal
dari penyakit ini. Penyakit kulit ini terjadi beberapa saat setelah orang itu terinfeksi HIV.

4. Mual, Muntah dan Diare

Diare yang terus menerus disertai dengan mual dan muntah juga menjadi tanda bahwa seseorang
terinfeksi penyakit HIV AIDS.

5. Berat Badan Turun Disertai Batuk Kering

Batuk kering dan turunnya berat badan secara drastis juga merupakan tanda awal penyakit HIV
AIDS. Hal ini terjadi karena virus yang menggerogoti imun tubuh sehingga tubuh tidak mampu
berkembang dan berakhir dengan berkurangnya berat badan.

6. Flu Tak Kunjung Sembuh

Jika seseorang kerap berhubungan seksual bebas disertai dengan flu yang tak kunjung sembuh,
bisa jadi dua ciri tersebut adalah gejala penyakit berbahaya ini.
C. UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS
1. Hindari seks bebas

Seks bebas memang sangat dilarang, terlebih jika bergonta-ganti pasangan. Dari segi kesehatan,
seks bebas juga bisa memberikan efek yang berbahaya bagi tubuh.

Setialah dan jangan suka 'jajan' sembarangan di luar bagi pasangan yang sudah menikah.
Pencegahan HIV dengan menghindari seks bebas ini merupakan salah satu langkah paling
penting untuk terhindar dari penyakit ini.

2. Jangan gunakan jarum bergantian

Pencegahan HIV yang harus kamu perhatikan adalah jangan gunakan jarum secara bergantian.
Selalu perhatikan penggunaan jarum yang steril jika kamu berniat untuk membuat tato atau pun
tindik.

3. Menggunakan kondom

Pencegahan HIV selanjutnya adalah kamu harus ekstra hati-hati jika tahu bahwa pasangan
memiliki HIV. HIV bisa menular lewat darah dan air liur yang masuk ke dalam tubuh, juga
melalui hubungan seksual.

Ketika berhubungan seksual, lindungi diri dengan alat pengaman ekstra untuk mencegah
kemungkinan terjadinya alat pengaman/kondom yang robek dan lain sebagainya.

4. Perhatikan luka yang terbuka

Jika bekerja dengan pasien HIV, pastikan kamu melindungi diri dengan sangat hati-hati.
Pencegahan HIV yang bisa kamu lakukan yaitu dengan menggunakan pakaian yang diwajibkan
oleh rumah sakit dan hati-hati dengan segala luka terbuka yang dimiliki.

Terutama jika luka terbukamu akan bersentuhan atau terkena kontak dengan pasien HIV. Karena
virus tersebut bisa menular melalui luka yang terbuka.
5. Lakukan vaksin

Pencegahan HIV yang kelima adalah melakukan vaksin hepatitis A dan hepatitis B, serta
melakukan tes secara teratur sangat baik untuk melindungi diri dari HIV.

6. Pre-exposure prophylaxis (PrEP)

PrEP merupakan metode pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi mereka
yang berisiko tinggi tertular HIV. Yaitu mereka yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual,
memiliki pasangan dengan HIV positif, menggunakan jarum suntik yang berisiko dalam 6 bulan
terakhir, atau mereka yang sering berhubungan seksual tanpa pengaman.

D. UPAYA PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS terdiri atas promosi kesehatan, pencegahan penularan
HIV, pemeriksaan diagnosis HIV, pengobatan, perawatan dan dukungan; serta rehabilitasi.
Pelayanan konseling yang dikenal dengan voluntary counseling and testing (VCT), suatu layanan
konseling dan tes HIV yang dibutuhkan oleh klien secara aktif dan individual menekankan pada
pengkajian dan penanganan faktor risiko, diskusi keinginan untuk menjalani tes HIV dan
penularan, risiko, pemeriksaan, pengobatan dan pencegahan, penjelasan manfaat mengetahui
status HIV.

PITC merupakan tes HIV dan konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang mengajak
klien untuk melakukan konseling. Konseling dan menawarkan testing oleh petugas kesehatan
dapat mencegah kecepatan penularan. Ini merupakan bagian standar pelayanan medis, dengan
tujuan membuat keputusan klinis dan atau menentukan pelayanan medis secara khusus yang
tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang, dan dapat menghindari
keterlambatan diagnosis.

Promosi kesehatan juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan
komprehensif mengenai pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta
diskriminasi. Semoga Anda senantiasa sehat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat di simpulkan bahwa penyakit menular menjadi
salah satu penyebab utama kematian di dunia. Kondisi ini semakin buruk dengan kondisi
lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang
berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang. Penyakit
ini dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, penularannya tersebut bisa terjadi
secara langsung atau tidak langsung dan juga bisa menular melalui perantara atau
penghubung. Penyakit menular biasanya ditandai dengan adanya penyebab penyakit yang
hidup dan bisa berpindah menyerang inang (penderita).penyakit menular disebabkan oleh
agen biologi seperti halnya virus, bakteria, atau parasit dan bukan disebabkan oleh faktor
fisik seperti luka bakar atau zat kimia (keracunan). Saat ini, terdapat kemunculan virus
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia yaitu Coronavirus
Disease (COVID-19). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember, 2019 di
Wuhan, ibu kota provinsi Hubei China, dan sejak saat itu menyebar secara global,
mengakibatkan pandemi yang berkelanjutan yang memakan banyak korban.Virus ini
dianggap alami dan berasal dari hewan.

B. SARAN

Penyakit menular merupakan penyakit yang harus diwaspadai. Pasalnya, beberapa dari penyakit
menular dapat ditularkan melalui udara, dan pada umumnya, penyakit menular dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kita harus menjaga kesehatan tubuh dengan
mengonsumsi vitamin C guna membangun daya tahan tubuh, menjaga kebersihan diri dan
linkungan, memakan makanan yang sehat dan bergzi, dan olahraga yang teratur.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/59705/2/BAB%20I.pdf

https://www.alodokter.com/hiv-aids

https://www.alodokter.com/hiv-aids/penyebab#:~:text=AIDS%20disebabkan%20oleh%20human
%20immunodeficiency,pula%20sistem%20kekebalan%20tubuh%20seseorang.

https://www.liputan6.com/health/read/3919506/cara-pencegahan-hiv-sejak-dini-serta-gejala-yang-
sering-tak-disadari

file:///C:/Users/ACER/Downloads/makalah%20pendidikan%20kesehatan%20tentang%20penyakit
%20menular%20(7).pdf

http://www.rscarolus.or.id/article/pentingnya-penanggulangan-hiv-aids#:~:text=Cara%20pencegahan
%20penularan%20HIV%2FAIDS,positif%20pada%20ibu%20hamil%20segera

Anda mungkin juga menyukai