ABSTRAK
ARTICLE INFO
Stroke dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Pada kasus stroke dengan
HOW TO CITED:
penurunan kesadaran dapat mengakibatkan pasien mengalami kematian, defisit
neurologi, semakin lamanya waktu perawatan, dan akan meningkatkan biyaya
Aripratiwi, C, Sutawardana, perawatan. Kasus stroke dengan penurunan kesadaran banyak dijumpai di RSD dr.
J.H., & Hakam, M. (2020).
Pengaruh Familiar Auditory Soebandi Jember. Namun upaya perawat dalam meningkatkan kesadaran pasien
Sensory Training Pada berfokus pada terapi farmakologi sehingga memerlukan terapi non farmakologi
Tingkat Kesadaran Pasien seperti terapi Familiar Auditory Sensory Training (FAST) untuk membantu proses
Stroke Di RSD dr. Soebandi pemulihan kesadaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Jember. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia. 6(2), FAST pada tingkat kesadaran pasien stroke. Penelitian didesain dengan quasi
p. 137–146 experimental menggunakan rancangan Non equivalent control group melibatkan
29 pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran. 29 pasien dibagi menjadi
DOI: 15 kelompok intervensi yang diberi terapi FAST selama tiga hari. FAST diberikan 3
kali sehari. 14 pasien berikutnya dalam kelompok kontrol hanya dilakukan
10.17509/jpki.v6i2.26917
pemeriksaan GCS. Tingkat kesadaran pasien diukur menggunakan instrumen
Glasgow Coma Scale (GCS) yang terdiri dari 3 komponen yakni respon mata,
ARTICLE HISTORY:
verbal, dan motorik. Data dianalisis dalam SPSS menggunakan uji Mann-Whitney
Received dan uji Wilcoxon. Hasil analisis uji baik pada kelompok intervensi maupun
July 28, 2020 kontrol diperoleh nilai p
Revised 0,010 (nilai p <α). Hasil uji yang signifikan membuktikan bahwa ada pengaruh
October 10, 2020 FAST dalam meningkatkan kesadaran pasien stroke. FAST dapat dijadikan terapi
Accepted nonfarmakologi untuk membantu proses pemulihan kesadaran pada pasien stroke.
November 28, 2020
Published Kata kunci: Stroke, Familiar Auditory Sensory Training (FAST), Glasgow Coma
December 15, 2020 Scale (GCS), Penurunan Kesadaran
ABSTRACT
Stroke can cause a decrease in consciousness. In the case of stroke with decreased
consciousness can result in the patient experiencing death, neurological deficits,
the longer treatment time, and will increase the cost of treatment. Cases of stroke
with decreased consciousness are often found in RSD dr. Soebandi Jember.
However, nurses' efforts in increasing patient awareness focus on
pharmacological therapy so that it requires non-pharmacological therapy such as
Familiar Auditory Sensory Training (FAST) therapy to help the process of
recovering consciousness. The purpose of this study was to determine the effect of
FAST on the level of awareness of stroke patients. This study involved 29 stroke
patients who experienced a decrease in consciousness. 29 patients were divided
into 15 intervention groups who were given FAST therapy for three days. FAST is
given 3 times a day. The next 14 patients in the control group only performed GCS
examination. The level of patient awareness was measured using the Glasgow
Coma Scale (GCS) instrument consisting of 3 components namely eye, verbal,
and motor response. Data were
137
Aripratiwi,
Aripratiwi,
C, Sutawardana,
C, Sutawardana,
J.H.,J.H.,
& Hakam,
& Hakam,
M. |M.
Pengaruh
| Pengaruh
Familiar
Familiar
Auditory
Auditory
Sensory
Sensory
Training
Training
PadaPada
Tingkat
Tingkat
Kesadaran
Kesadaran
… …
analyzed in SPSS using the Mann-Whitney test and Wilcoxon test. The results of the test analysis in the intervention
and control groups obtained p value 0.010 (p value <α). Significant test results prove that there is an influence of
FAST in increasing stroke patient awareness. This study shows that nurses should be able to increase the
application of nonpharmacological therapies such as FAST to help the process of recovering consciousness in
stroke patients.
Keywords: Stroke, Familiar Auditory Sensory Training (FAST), Glasgow Coma Scale (GCS), Awareness
Level
sejumlah 846 pasien, tahun 2017 meningkat Penelitian ini menggunakan pendekatan
menjadi 876 pasien, tahun 2018 terdapat 1168 kuantitatif dengan desain penelitian quasi
pasien, dan pada tahun 2019 sebanyak 100 pasien experimental menggunakan rancangan Non
pada bulan Januari, 114 pasien bulan Februari, equivalent control group. Variabel dependen dari
104 penelitian ini adalah Stimulasi FAST (Familiar
Pasien bulan Maret 107 Pasien bulan April, 101 Auditory Sensory Training) dan Variabel
Pasien bulan Mei, 118 pasien pada Bulan Juni, independennya yaitu Tingkat Kesadaran. Populasi
145 pasien bulan Juli, 135 pasien bulan Agustus, dalam penelitian adalah pasien Stroke di Ruang
dan Rawat Inap Melati dan Catleya di rumah sakit dr.
134 pasien pada bulan September. Pasien stroke Soebandi Jember selama bulan Juli-September
yang mengalami penurunan kesadaran memerlukan
terapi non farmakologi sebagai terapi tambahan
penunjang proses penyembuhan, salah satu
intervensi non farmakologi yakni stimulasi sensori
auditori (Hendriyanti et al., 2016). Salah satu
intervensi non farmakologi yakni stimulasi sensori
auditori berupa Familiar Auditory Sensory
Training( FAST). FAST merupakan suatu
intervensi dimana pasien yang menerima
intervensi mendengarkan suara yang direkam
secara digital, rekaman tersebut merupakan
rekaman suara orang yang dikenal dekat
dengannya, rekaman berisi suatu kisah yang
berkesan dengan pasien (Pape. et al., 2012).
Diantara berbagai indera yang distimulasi,
stimulasi indera pendengaran lebih banyak
berefek kepada pasien (Tavangar, dkk, 2015).
Mekanisme dari auditori yakni batang otak akan
aktif ketika adanya rangsangan auditori untuk
keadaan terjaga dan bangun, kemudian nucleus
genitikum medialis thalamus menyortir serta
menyalurkan sinyal ke korteks terutama ke
temporalis kiri dan kanan, korteks pendengaran
(lobus temporalis) akan mempersespsikan suara,
sementara pada korteks pendengaran yang lain
akan mengintegrasikan berbagai macam suara
menjadi pola yang lebih berarti, mekanisme
inilah yang memungkinkan stimulasi auditori
mencapai batang otak dan korteks untuk
diaktivasi meskipun kondisi klinis saat itu sedang
terjadi penurunan kesadaran (Safri et al., 2018).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Familiar Auditory Sensory Training
(FAST) pada Tingkat Kesadaran Pasien Stroke di
RSD dr. Soebandi Jember.
METODE
2020 yang berjumlah 138 pasien. Teknik 15. FAST dilakukan tiga kali sehari selama tiga
pengambilan sampel menggunakan teknik hari berturut-turut, FAST melibatkan anggota
consecutive sampling. Penentuan jumlah sampel keluarga terdekat dari pasien yang mengalami
menggunakan rumus power analisis pada aplikasi penurunan kesadaran. Terapi FAST dilakukan
G*Power 3.1.9.2 dikarenakan peneliti tidak dengan 3 sesi yakni Sesi pertama selama 1 menit,
mengetaui populasi pasti pasien stroke yang menceritakan mengenai awal dari pasien
mengalami penurunan kesadaran di RSD mengalami penurunan kesadaran termasuk waktu
dr.Soebandi dan didapatkan sebanyak 30 dan tempat pasien mengalami serangan stroke.
responden. Peneliti membagi responden dalam Sesi dua ( 4 menit) menceritakan kenangan indah
dua kelompok yakni 15 masuk kedalam kelompok bersama dengan pasien, sesi ketiga (5 menit),
intervensi dan 15 masuk kedalam kelompok keluarga diminta berbicara hal apa yang akan
control dengan cara memenuhi kelompok dilakukan ketika pasien sadar dan mendorong
intervensi terlebih dahulu hal ini dilakukan atas pemulihan pasien mereka diminta berbicara
dasar permintaan dari Kepala Ruangan tempat dengan kata-kata yang menjanjikan (Mohammadi
peneliti melaksanakan penelitian. Dari 15 et.al, 2019) dengan rekaman yang sama setiap kali
responden di kelompok kontrol 1 responden terapi dilakukan.
dinyatakan drop out dikarenakan meninggal dunia Penelitian ini dilakukan di Ruang Melati dan
pada hari kedua. Sehingga jumlah total kelompok Catleya RSD dr. Soebandi Jember selama bulan
kontrol ada 14 orang. Januari 2020. Analisis data menggunakan analisis
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah deskriptif dan inferensial. Analisis
usia pasien 35-75 tahun, nilai GCS pasien 3-14 inferensial
dan pendamping pasien minimal usia 18 tahun
dan merupakan keluarga inti pasien.
Sedangkan kriteria eksklusi penelitian ini
adalah keluarnya darah dan pus dari telinga dan
hidung, Dilakukan tindakan pembedahan
(Kraniotomi) dan Ventriculoperitoneal Shunt,
pasien mengalami infeksi nosokomial
(Pneumoni), pasien mengalami gangguan
pendengaran, terpasangnya ventilator, dan
penggunaan obat penenang dan opiad pada pasien.
Istrumen dalam penelitian ini menggunakan
lembar hasil observasi untuk mencatat nilai GCS
yang diukur oleh peneliti, sebelum penelitian ini
dilakukan peneliti telah terlebih dahulu
melakukan uji kompetensi SOP dengan ahli
pada tanggal 9
Desember 2020, recoder atau HP dengan kualitas
rekaman tinggi, 48 kHZ, earphone yang
digunakan untuk memperdengarkan hasil rekaman
kepada pasien, dan lembar sop FAST. GCS atau
Glasgow Coma Scale merupakan salah satu
instrument yang digunakan untuk menilai derajat
kesadaran secara kuantitatif yang terdiri dari tiga
komponen penilaian yakni respon mata, verbal,
dan motorik dengan skor terendah 3 dan tertinggi
menderita stroke akan mempengaruhi kondisi prevelensi stroke hemoragik sebesar 20%
seseorang dalam menerima keadaan fisiknya. Hal diakibatkan karena gaya hidup dan riwayat
ini terjadi karena lamanya pemulihan dan stroke hipertensi pada pasien (Chongruksut, W., K.
sering kambuh dan semakin banyak faktor yang Limpastan, C. Jetjumnong, W. Watcharasaksilp, T.
dijumpai maka makin tinggi kemungkinan depresi Vaniyapong, T. Norasetthada, S. Triamvisit, C.
pada stroke. Ruengom, S. Nochaiwong, S. Nanta, S. Saengyo,
Pada data karakteristik jenis serangan hasil 2019). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Safri
didominasi oleh jenis serangan yang pertama et al., 2014) menyebutkan angka kejadian
sejumlah 26 responden yang terdiri dari 14 pada hemoragik dari kejadian stroke sebesar 15 %
kelompok intervensi dan 12 pada kelompok walaupun angka kejadiannya kecil namun jenis
kontrol dengan persentase 89,7 %. Sedangkan stroke ini memiliki tingkat kematian 2 sampai 6
pada serangan setelah pertama didapatkan 3 kali lebih besar dibanding stroke iskemik.
responden yang terdiri dari 1 responden kelompok Terjadinya perdarahan subarachnoid pada stroke
intervensi dan 2 responden kelompok kontrol hemoragik akan mengakibatkan penderita koma
dengan persentase 10,3 %. Hasil penelitian ini dan meninggal, hal ini dikarenakan melemahnya
sejalan dengan survei statistik yang dilakukan di dinding pembuluh darah otak sehingga terjadi
Amerika Serikat tahun 2007 yang aneurisma otak (Terry & Weaver, 2013).
mengungkapkan bahwa tiap tahun kurang lebih
700 ribu orang di Amerika mengalami stroke. Perbedaan Nilai GCS Pretest dan Posttest pada
Dari jumlah itu, sekitar 500 ribu merupakan Kelompok Intervensi
serangan pertama dan 200 ribu merupakan Perbedaan Nilai GCS pada Pasien Stroke
serangan stroke berulang. Stroke berhubungan dengan Penurunan Kesadaran saat Pretest dan
dengan risiko kematian yang tinggi, terutama Postest pada Kelompok Intervensi. Pada table 4
dalam beberapaa minggu pertama setelah pretest kelompok intervensi didapatkan nilai Q1
serangan dengan angka kematian 2 kalilipat atau posisi bawah data sebesar 9,00 yang berarti
(Saudin & Rini, 2016) menyebutkan bahwa sebanyak 75 % responden memperoleh skor
keberhasilan penanganan serangan stroke sangat tersebut dan nilai Q3 atau posisi atas data sebesar
tergantung dari kecepatan, kecermatan dan 13,00 yang berarti sebanyak 25% responden
ketepatan terhadap penanganan awal atau waktu berada diatas skor tersebut, sedangkan pada
emas dalam penanganan serangan awal stroke posttest kelompok intervensi didapatkan nilai Q1
yang sangat efektif ketika diberikan dalam waktu atau posisi bawah data sebesar 10,00 yang berarti
kurang lebih 3 jam setelah serangan (Saudin sebanyak 75 % responden memperoleh skor
& Rini, 2016). Efektifitas dari penanganan tersebut dan nilai Q3 atau posisi atas data sebesar
serangan pertama stroke tersebut akan semakin 14,00 yang berarti sebanyak 25% responden
menurun dengan semakin lamanya awal tindakan berada diatas skor tersebut.
yang diberikan pada saat serangan pertama stroke. Hasil uji statistik Wilcoxon dan didapatkan
Semakin lama pasien tidak tertangani maka akan hasil 0,001 (p value< 0,05) dan dapat disimpulkan
semakin banyak daerah otak yang mengalami bahwa ada perubahan nilai GCS pretest-postest
infark. Semakin banyak daerah infark di otak, pada kelompok intervensi.
maka akan semakin berat dampak stroke dan Hal ini sesuai dengan mekanisme dari
semakin menurunkan harapan hidup pasien stroke auditori yakni batang otak akan aktif ketika adanya
(Dharma, 2018). rangsangan auditori untuk keadaan terjaga dan
Hasil penelitian yang didapatkan pada bangun, kemudian nucleus genikuatum medialis
RSUD dr. Soebandi Jember menunjukkan bahwa thalamus menyortir serta menyalurkan sinyal ke
data jenis stroke 100 % responden termasuk korteks terutama ke temporalis kiri dan kanan,
kedalam jenis stroke hemoragik. Didunia korteks pendengaran (lobus temporalis) akan
mempersespsikan suara, sementara pada korteks 9,75 yang berarti sebanyak 75 % responden
pendengaran yang lain akan mengitegrasikan memperoleh skor tersebut dan nilai Q3 atau posisi
berbagai macam suara menjadi pola yang lebih atas data sebesar 14,00 yang berarti sebanyak 25%
berarti, (Brainin & Wolf, 2010). responden berada diatas skor tersebut, sedangkan
Penurunan kesadaran diakibatkan oleh pada posttest kelompok kontrol didapatkan nilai
ketidak seimbangan perfusi dan ventilasi sehingga Q1 atau posisi bawah data sebesar 8,25 yang
transfer oksigen tidak adekuat keseluruh tubuh berarti sebanyak 75 % responden memperoleh skor
hingga ke otak dan mempengaruhi tingkat tersebut dan nilai Q3 atau posisi atas data sebesar
kesadaran (SILBERNAGL & Lang, 2007). Setelah 14,00 yang berarti sebanyak 25% responden
diberikan intervensi FAST terjadi perubahan nilai berada diatas skor tersebut (table 4),Hasil uji
GCS. Setelah diberikan intervensi berupa FAST, statistik Wilcoxon dan didapatkan nilai p value=
saat diberikan rangsangan nyeri di area Procesus 0,001 (p value <0,05), sehingga keputusan
xypoideus perlahan-lahan skor Motorik meningkat hipotesis adalah Ho ditolak dan Ha diterima.
1-2 angka dimana semula responden hanya mampu Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
melakukan gerakan fleksi maupun ekstensi oleh Chongruksut et al., 2019 bahwa keparahan
abnormal, responden mulai berusaha untuk stroke dapat berkurang saat pasien dirawat di
menjangkau area nyeri yang diberikan meskipun rumah sakit. Selain itu ada beberapaa faktor yang
tidak mencapai sasaran yang diberikan rangsangan dapat mempengaruhi nilai GCS diantaranya
nyeri. Tidak hanya pada Motorik saja, adapun perbedaan budaya dan bahasa sehingga saat
responden yang mengalami peningkatan pada Eye diperiksa pasien menunjukkan respon yang
dimana semula mata hanya merespon terhadap berbeda, defisit neurologis, umur, disfasia, dan lain
nyeri, responden mulai berusaha untuk melakukan lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Silviantari,
bukaan mata ketika dipanggil namanya atau ketika 2016 bahwa pasien stroke dengan skore GCS 3-8
diberi perintah untuk membuka mata walau tidak memiliki tingkat mortalitas yang tinggi.
terbuka sepenuhnya.Penelitian (Chongruksut, W., Peningkatan nilai GCS pada kelompok kontrol
K. Limpastan, C. Jetjumnong, W. dapat diakibatkan karena beberapa keluarga
Watcharasaksilp, T. Vaniyapong, T. Norasetthada, responden melakukan terapi murotal terhadap
S. Triamvisit, C. Ruengom, S. Nochaiwong, S. pasien, hal ini dapat mempengaruhi tingkat
Nanta, S. Saengyo, 2019) bahwa nilai GCS < 8 kesadaran dan nilai GCS pasien. Terapi murotal
memiliki risiko lebih tinggi kematian. Hal tersebut dapat menghasilkan gelombang delta yang dapat
didukung dengan penelitian Harianto, 2019 menyebabkan seseorang yang mendengarkannya
semakin rendah nilai GCS maka menandakan menjadi rileks (Abdurrochman et al.,, 2008).
semakin parah stroke yang dideritanya hal ini
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah yang Pengaruh FAST pada Tingkat Kesadaran
dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan intra Pasien Stroke
kranial. Hasil uji perbedaan nilai GCS pretest dan
posttest pada kelompok perlakuan didapatkan nilai
Perbedaan Nilai GCS Pretest dan Posttest pada p value = 0,001 (p value < 0,05) sehingga dapat
Kelompok Kontrol disimpulkan ada perbedaan rata-rata nilai GCS
Hasil penelitian ini didapatkan nilai median pretest posttest pada kelompok intervensi, selain
GCS pretest dan posttest pada kelompok kontrol itu pada uji beda selisih nilai GCS pretest dan
adalah 12,00. Hal ini berarti sebanyak 50% posttest pada kelompok kontrol dan perlakuan
responden kelompok pretest dan posttest memiliki diperoleh nilai p value = 0,010 (p value <0,05). Hal
nilai gcs diatas 12 dan 50% sisanya memiliki nilai ini dapat diartikan bahwa adanya perbedaan yang
gcs dibawah 15. Pada pretest kelompok kontrol signifikan antara selisih nilai GCS pada kelompok
didapatkan nilai Q1 atau posisi bawah data sebesar kontrol dan perlakuan. Sehingga dapat
SIMPULAN
Terjadi peningkatan nilai GCS pasien stroke
yang menunjukkan kesadaran pasien membaik
setelah diberikan terapi FAST (Familiar Auditory
Sensory Training). Terdapat perbedaan signifikan
nilai median GCS pasien antara yang diberikan dan
tidak diberikan terapi FAST (Familiar Auditory
Sensory Training), sehingga dapat disimpulkan
FAST berpengaruh terhadap tingkat kesadaran
pasien stroke.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak, terutama pihak RSD dr. Soebandi
W. (2012). Preliminary framework for SILBERNAGL, S., & Lang, F. (2007). Gangguan
familiar auditory sensory training (FAST) aliran darah otak, stroke, tek dan atlas
providedduring coma recovery. JRRD, berwarna patofisiologi. EGC.
Volume 49, Number 7, 2012 Sofyan, A. ., Sihombing, I. Y., & Hamra, Y.
Rihiantoro, Tori, Elly N., Rr. Tuti S.R. 2008. (2013). Hubungan umur, jenis kelamin, dan
Pengaruh terapi musik terhadap status hipertensi dengan kejadian stroke. In
hemodinaika pada pasien koma di ICU di Abstrak. Program Pendidikan Dokter FK
sebuah rumah sakit di lampung. Jurnal UHO.
Keperawatan Indonesia, volume 12,No. 2., Susanti, & Bistara, D. N. (2019). Pengaruh range
Juli 2008; hal 115-120. of motion terhadap kekuatan otot pada
Safri, Irawaty, D., & Kariasa., I. M. (2018). pasien stroke. Jurnal Kesehatan Vokasional,
Murottal al-qur`an dapat meningkatkan 4(2), (Mei 2019) ISSN 2541-0644 (print),
kesadaran pasien stroke hemoragik. ISSN 2599-3275.
Repository Universitas Riau, 2014, 7–12. Tavangar, H., Kalantary, M. S., Salimi, T., &
Sargolzaei, K., Fallah, M. S., Aghebati, N., & Jarahzadeh., M. (2015). Effect of family
Esmaily, H. (2017). Effect of a structured members ’ voice on level of consciousness
sensory stimulation program on the sensory of comatose patients admitted to the
function of patients with stroke- induced intensive care unit : a single blind
disorder of consciousness. Evidence Based randomized controlled trial. 88.215.130(1).
Care Journal, 7(2), 7-1(098 51):6-16. Terry, C. L., & Weaver, A. (2013). Keperawatan
Saudin, D., & Rini, A. (2016). Analisis faktor Kritis. Rapha Publishing.
yang mempengaruhi keterlambatan dalam
mengatasi pasien stroke saat merujuk ke
rsud jombang. Media Ilmu.