Tekper Ridwansyah4
Tekper Ridwansyah4
RIDWANSYAH, STP
I. PENDAHULUAN
Kopi merupakan bahan minuman tidak saja terkenal di Indonesia tapi juga
terkenal di seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena kopi baik yang bentuk bubuk
maupun seduhannya memiliki aroma yang khas yang tidak dimiliki oleh bahan
minuman lainnya.
Pada mulanya orang memanfaatkan sari dari daun muda dan buah segar
sebagai bahan minuman yang diseduh dengan air panas. Kegemaran minum kopi
cepat meluas ke seluruh dunia setelah ditemukan cara-cara penggunaan dan
pengolahan yang lebih sempurna, yaitu dengan menggunakan kopi yang sudah
masak, terlebih dahulu dikeringkan dan kemudian bijinya disangrai lalu dijadikan
bubuk sebagai bahan minuman.
Bagi Bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu mata dagangan yang
mempunyai arti yang cukup tinggi. Pada tahun 1981 menghasilkan devisa sebesar $
347.8 juta dari ekspor kopi sebesar 210.8 ribu ton. Nilai ini terus meningkat dari
tahun ke tahun. Tercatat Pada tahun 1988 sudah mampu menghasilkan devisa
sebesar $ 818.4 juta dan menduduki peringkat pertama diantara komoditi ekspor
sub sector perkebunan.
Cita rasa kopi akan ditentukan akhirnya oler cara pengolahan di pabrik-
pabrik. Penyangraian biji kopi akan mengubah secara kimiawi kandungan-kandungan
dalam biji kopi, disertai susut bobotnya, bertambah besarnya ukuranbiji kopi dan
perubahan warna bijinya. Kopi biji setelah disangrai akan mengalami perubahan
kimia yang merupakan unsur cita rasa yang lezat.
Pembahasan lebih lanjut dalam paper ini meliputi pengolahan kopi dilakukan
dua cara yaitu pengolahan secara kering dan basah. Diversifikasi produksi kopi
seperti kopi dekafein, kopi instan dan kopi bubuk.
II. KOPI
Untuk memperoleh hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik setelah
betul-betul matang, kopi memerlukan waktu dari kuncup bunga 8–11 bulan untuk
robusta den 6 sampai 8 bulan untuk arabica. Beberapa jenis kopi seperti kopi liberika
dan kopi yang ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah sepanjang tahun
sehingga pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Kopi jenis robusta dan kopi
yang ditanam 'di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu
sehingga pemanenan juga dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya
terjadi mulai bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Agustus/September.
Kulit luar terdiri dari satu lapisan yang tipis, daripada buah yang masih muda
bewarna hijau tua yang kemudian berangsur-angsur berubah menjadi hijau kuning,
kuning dan akhirnya menjadi merah sampai merah hitam kalau buah itu ielah masak
sekali. Dalam keadaan yang sudah masak, daging buah berlendir yang rasanya agak
manis. Keadaan kulit bagian dalam, yaitu endocarpnya cukup keras dan kulit ini
biasanya disebut kulit tanduk.
Biji buah kopi terdiri atas dua bagian, yaitu kulit biji atau yang lebih dikenal
dengan nama kulit an dan putih lembaga (endosperm). Pada permukaan biji di
bagian yang datar, terdapat saluran yang arahnya memanjang dan dalam,
merupakan celah lubang yang panjang, sepanjang ukuran biji. Sejajar dengan
saluran itu , terdapat pula satu lubang yang berukuran sempit, dan merupakan satu
kantong yang tertutup. Di sebelah bawah dari kantong itu terdapat lembaga
(embryo) dengan sepasang daun yang tipis dan dasar akar. Kedua bagian ini
berwarna putih.
Komposisi kimia biji kopi berbeda-beda, tergantung tipe kopi, tanah tempat
tumbuh dan pengolahan kopi. Struktur kimia yang terpenting tedapat didalam kopi
adalah kaffein dan caffeol. Caffeine yang menstimuli kerja saraf, caffeol memberikan
flavor dan aroma yang baik.
Bentuk murni kafein dijumpai sebagai kristal berbentuk tepung putih atau
berbentuk seperti benang sutera yang panjang dan kusut. Bentuk kristal benang itu
berkelompok akan terlihat seperti bulu domba. Kristal kafein mengikat satu molekul
air, dapat larut dalam air mendidih. Didalam pelarut organic maka pengkristalan
yang terjadi tanpa ikatan molekul air. Kafein mencair pada suhu 235-237°C dan
akan menyublin pada suhu 1760 C dialam ruangan terbuka. Kafein mengeluarkan
bau yang wangi, mempunyai rasa yang sangat pahit dan mengembang di dalam air.
Kopi yang telah disangrai tidak lagi mengandung tannin seperti sebelum
disangrai. Gula pada biji kopi terdiri dari galaktosa, manosa dan pentosa yang
kadarnya 5% pada biji kopi kering dan 3% pada biji kopi yang telah disangrai.
Beberapa vitamin dan juga mineral terdapat didalam kopi. Perubahan komposisi sifat
fisik kimia selama penyangraian terjadi akibat pemanasan kopi dengan suhu cukup
tinggi.
Tabel 1. Komposisi Biji kopi Arabika dan Robusta sebelum dan sesudah disangrai
serta kopi bubuk instan (% bobot kering).
Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang
sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi yang
demikian ini disebut kopi beras (coffca beans) atau market koffie.
Kopi beras berasal dari buah kopi basah yang telah mengalami beberapa
tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan berdasarkan cara kerjanya, maka
terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah men.iadi kopi beras, yaitu yang
disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering.
Pengolahan buah kopi sccara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische
Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische
Bereiding). Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering
pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi
gelondong), sedangkan cara basah pengupasan daging buah dilakukan sewaktu
masih basah.
Reception
Pulp
Pulping
Floater
Fermentation
Mucilage
Washing
Drying Drying
Dried Dry
cherry parrchment
coffee coffee
Washing
Hulling
Size Greading
Sorting
Storage
Bagging off
Jenis mikroorganisme yang dapat berkembang biak pada kulit buah (exocarp)
terutama jamur (fusarium sp, colletotrichum coffeanum) pada permukaan buah
kopi yang terlalu kering (Aspergilus niger, penicillium sp, Rhizopus, sp) beberapa
jenis ragi dan bakteri juga dapat berkembang.
Lamanya proses pengeringan tergantung pada cuaca, ukuran buah kopi, tingkat
kematangan dan kadar air dala,m buah kopi, biasanya proses pengeringan
memakan waktu sekitar 3 sampai 4 minggu. Setelah proses pengeringan Kadar
air akan menjadi sekitar 12 %.
c. Fermentasi
Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir
(mucilage) yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan
mudah terlepas (terpisah) sehingga mempermudah proses pengeringan. Hidrolisis
pektin disebabkan, oleh pektihase yang terdapat didalam buah atau reaksinya bisa
dipercepat dengan bantuan jasad renik.
Proses fermentasi akan berlangsung selama lebih kurang dari 1.5 sampai 4.5
hari tergantung pad a keadaan iklim dan daerahnya. Proses fermentasi yang terlalu
lama akan menghasilkan kopi beras yang berbau apek disebabkan oleh terjadinya
pemecahan komponen isi putih lembaga.
Dalam proses ferrmentasi dapat ditambahkan 0.025 persen enzim pektinase yang
dihasilkan dari isolasi sejenis kacang. Dengan penambahan 0..025 persen enzim
pektinase maka fementasi dapat berlangsung selama 5 sampai 10 jam dengan
menaikkan suhu sedikit. Sedangkan bagi proses fermentasi yang alami diperlukan
waktu sekitar 36 jam.
Pada waktu buah kopi tersebut mengalami pulping sebagian besar enzym tersebut
terpisahkan dari kulit dan daging buah, akan tetapi sebagian kecil masih
tertinggal dalam .bagian sari buah kopi.
2. Pemecahan Gula
Sukrosa merupakan komponen penting dalam daging buah kopi. Kadar gula akan
meningkat dengan cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal
dengan adanya rasa manis.
Gula adalah senyawaan yang larut dalam air, oleh karena itu dengan adanya
proses pencucian lebih dari 15 menit akan banyak menyebabkan terjadinya
Sebagai hasil proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetatn
dengan kadar asam laktat yang lebih besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari
proses fert)entasi ini adalah etanol, asam butirat dan propionat. Asam lain akan
memberikan onion flavor.
3. Perubahan Warna Kulit
Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp dan parchment maka kulit ari akan
bewarna coklat. Juga jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang
tadinya bewarna abu-abu ata.u abu-abu kebiruan. Proses "browning" ini terjadi
akibat oksidasi polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik ini
dapat dicegah dalam proses fermentasi melalui pemakaian air pencucian yang
bersifat alkalis.
d. Pencucian
Pencucian secara manual dilakukan pada biji kopi dari bak fementasi dialirkan
dengan air melalui saluran dalam bak pencucian yang segera diaduk dengan tangan
atau di injak-injak dengan kaki. Selama proses ini, air di dalam bak dibiarkan terus
mengalir keluar dengan membawa bagian-bagian yang terapung beupa sisa-sisa
lapisan lendir yang terlepas.
e. Pengeringan
Pengeringan pendahuluan kopi parchment basah, kadar air berkurang dari 60
menjadi 53%. Sebagai alternatif kopi dapat dikeringkan dengan sinar matahari 2
atau 3 hari dan sering diaduk, Kadar air dapat mencapai 45 %.
f. Curing
Proses selanjutnya baik kopi yang diproses secara kering maupun basah ialah
curing yang bertujuan untuk menjaga penampilan sehingga baik untuk diekspor
maupun diolah kembali. Tahapan proses curing ini meliputi :
- Pengeringan ulang
Kopi dari hasil pengolahan basah maupun kering harus dipastikan Kadar Airnya 11
%. Apabila tidak tercapai harus segera dilakukan pengeringan ulang, hal ini
sangat penting dalam proses penyimpanan.
g. Penyimpanan
Buah kopi dapat disimpan dalam bentuk buah kopi kering atau buah kopi
parchment kering yang membutuhkan kondisi penyimpanan yang sama. Biji kopi KA
air 11 % dan RH udara tidak lebih dari 74 %. Pada kondisi tersebut pertumbuhan
jamur (Aspergilus niger, A. oucharaceous dan Rhizopus sp) akan minimal.
1. Pegolahan kering
- Kadar Air maksimum 13 % (bobot/bobot)
- Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-benda asing
lainnya maksimum 0-5 % (bobot/bobot).
- Bebas dari serangga hidup.
- Bebas dari biji yang berrbau busuk, berbau kapang dan bulukan.
- Biji tidak lolos ayakan ukuran 3 mm x 3mm (8 mesh) dengan maksimum lolos
1 % (bobot/bobot).
- Untuk bisa disebut biji ukuran beger, harus memenuhi persyaratan tidak lolos
ukuran (3.6 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot).
2. Pengolahan Basah
- Kadar air maksimum 12% (bobot/bobot)
- Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah, dan berupa kotoran
lainnya frlaksimum 0.5 % (bobot/bobot).
- Bebas dari serangga hidup
- Bebas dari biji yang berbau busuk, berbau kapang dan bulukan.
- Untuk robusta, dibedakan ukuran besar (L), sedang (M) dan kecil (S).
- Untuk jenis bukan robusta ukuran biji tidak dipersyaratkan.
Daging Alkohol
Buah
Buah Kulit
Kopi Kopi Mulsa
Kopi bubuk
Kopi instant
Kopi
Tanaman
Beras Kopi dekaffein
Kopi
Kopi
Tablet Makanan
Pulp Kaffein
Minuman
Kayu Kayu
Kipas
Kopi Beras
Decaffeination
Roasting
Grinding
Extraksi
Drying
Aromatisasi
Pengemasan
Kopi instant
Selanjutnya Proses ekstraksi kaffein dari biji kopi dilakukan pada suhu 50-
120°C (120-250°F) pada kolom dimana kaffein sebagian besar akan dihilangkan (95-
98%) akan dipisahkan. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut kemudian dialirkan
keluar dari ekstraktor. Untuk menghilangkan sisa pelarut yang terdapat pada biji
kopi, maka dilakukan penguapan pelarut dengan uap air panas (destilasi uap). Biji
kopi yang dihilangkan kaffeinnya dikeluarkan dari kolom dengan segera dan biji
dikeringkan mendekati kandungan air alaminya.
Setelah proses cekaffeinasi, bjji kopi biasanya akan kehilangan kandungan zat
hijaunya dan tentu masih mengandung kaffein dan zat pelarut. Beberapa negera
yang tergabung didalam EEC menetapkan batas kandungan kaffein didalam biji kopi
bebas kaffein (decaffeinated) dan kopi instan tidak melebihi 0.1 % dan 0.3%.
Sedangkan zat pelarut yang tersisa atau resedual dari decaffeinated coffe kurang
dari 10 mg/kg pelarut.
B. Kopi Bubuk
1. Roasting
Roasting merupakan proses Penyangraian biji kopi yang tergantung pada
waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan. Terjadi
kehilangan berat kering terutama gas CO2 dan produk pirolisis volatil lainnya.
Kebanyakan produk pirolisis ini sangat menentukan cita rasa kopi. Kehilangan berat
kering terkait erat dengan suhu penyangraian. Berdasarkan suhu penyangraian yang
digunakan kopi sangrai dibedakan atas 3 golongan yaitu : ligh roast suhu yang
digunakan 193 sampai 199°C, medium roast suhu yang digunakan 204°C dan dark
roast suhu yang digunakan 213 sampai 221°C. Menurut Varnam dan Sutherland
(1994) : ligh roast menghilangkan 3-5% kadar air: medium roast, 5-8 % dan dark
roast 8-14%.
Penyangraian sangat menentukan warna dan cita rasa pruduk kopi yang akan
dikonsumsi, perubahan warna biji dapat dijadikan dasar untuk sistem klasifikasi
sederhana. Perubahan fisik terjadi termasuk kehilangan densitas ketika pecah.
Penyangrai bisa berupa oven yang beroperasi secara batch atau kontinous.
Pemanasan dilakukan pada tekanan atmosfir dengan media udara panas atau gas
pembakaran. Pemanasan dapat juga dilakukan dengan melakukan kontak dengan
permukaan yang dipanaskan, dan pada beberapa disain pemanas, hal ini merupakan
faktor penentu pada pemanasan. Disain paling umum yang dapat disesuikan baik
untuk penyangraian secara batch maupun kontinous merupakan drum horizontal
yang dapat berputar. Umumnya, biji kopi dicurahkan sealiran dengan udara panas
Tahap awal roasting adalah membuang uap air pada suhu penyangraian
100°C dan berikutnya tahap pyrolysis pada suhu 180°C. Pada tahap pyrolisis terjadi
perubahan-perubahan komposisi kimia dan pengurangan berat sebanyak 10%.
Proses roasting berlangsung 5-30 menit. Sampel segera diambil setelah roasting dan
digiling dengan metoda standar sebelum menilai warna, sedikit air ditambahkan ke
biji kopi pada tahap pendinginan untuk mempercepat pendinginan dan meningkatkan
keseragaman ukuran partikel untuk penggilingan berikutnya. Pada beberapa roaster,
air ditambahkan ke biji dalam drum penyangrai diakhir proses. Biji kopi kemudian
dikeluarkan lalu ditaruh dalam baki dingin berlobang dimanana udara dihembuskan.
Perubahan sifat fisik dan kimia terjadi selama proses penyangraian, menurut
Ukers dan Prescott dalam Ciptadi dan Nasution (1985) terjadi seperti swelling,
penguapan air, tebentuknya senyawa volatile, karamelisasi karbohidrat,
pengurangan serat kasar, denaturasi protein, terbentuknya gas CO2 sebagai hasil
oksidasi dan terbentuknya aroma yang karakteristik pada kopi. Swelling selama
penyangraian disebabkan karena terbentuknya gas-gas yang sebagian besar terdiri
dari CO2 kemudian gas-gas ini mengisi ruang dalam sel atau pori-pori kopi.
Didalam proses penyangraian sebagian kecil dari kaffein akan menguap dan
terbentuk komponen-komponen lain yaitu aseton, furfural, amonia, trimethylamine,
asam formiat dan asam asetat. Caffein di dalam kopi terdapat baik sebagai senyawa
bebas maupun dalam bentuk kombinasi dengan klorogenat sebagai senyawa kalium
kaffein klorogenat.
2. Penggilingan
Penggilingan kopi skala luas selalu menggunakan gerinda beroda (roller),
gerinda roller ganda dengan gerigi 2 sampai 4 pasang merupakan alat yang paling
Sejumlah kulit tipis (chaff) terlepas dari biji kopi, terutama Robusta, ikut
tergiling. Kulit ini bisa dibuang menggunakan hembusan udara maupun, metode
lainnya, meskipun mengakibatkan kehilangan padatan terlarut. Pencampuran kulit
tipis ini, khususnya dengan kopi gosong, memberikan keuntungan berupa
peningkatan sifat aliran dengan penyerapan minyak yang menetes.
C. Kopi Instant
Kopi instan merupakan kopi yang bersifat mudah larut dengan air (soluble)
tanpa meninggalkan serbuk. Pengolahan kopi instan yang essensial berupa produksi
ekstrak kopi melalui tahap : penyangraian (roasting), penggilingan (grinding),
Ekstraksi, Drying (Spray Drying maupun Freze Drying) dan pengemasan produk
(disajikan pad a gambar 5).
1. Ekstraksi
Proses ekstraksi untuk pembuatan kopi instan dipergunakan percolator
(penyaring kopi) dan alat sentrifuge untuk mengepres sisa ampas. Proses ini terjadai
didalam 6 percolator (penyaring kopi) menggunakan prinsip counter curent. Tujuan
pengolahan adalah untuk memperoleh ekstraksi optimum dari padatan terlarut tanpa
merusak kualitas.
Ekstraksi yang optimum tergantung pada suhu air ekstraksi dan laju alir
melalui ampas kopi. Pada prakteknya air panas dimasukkan dengan tekanan dan
Larutan Ekstraks bergerak ke depan secara kontineu dan pada kolom terakhir
keluar berupa sirup dengan konsentrasi bahan terlarut 25-35 %. Pengisian air panas
mengalir secara kontineu dengan ampas kopi bubuk yang terbanyak.
Ampas kopi bubuk yang dikeluarkan dari kolom untuk dibuang, terlebih
dahulu dilakukan pengurangan kadar air agar mudah diangkut dengan truk ke
tempat pembuangan karena masih mengandung 70% kadar air.
2. Drying
a. Spray Drying
Proses Spray drying terjadi didalam tower silindris yang besar dengan dasar
kerucut, pada bagian ini cairan kopi dimasukkan dengan tekanan ke dalam bagian
atas tower bersamaan dengan pancaran angin udara panas sekitar 250°C. Partikel-
partikel yang disemprotkan akan kering dan jatuh serta terkumpul sebagai bubuk
pad a bagian ujung kerucut lalu dipindahkan menggunakan alat katup yang berputar.
Udara yang telah tefpakai dilepaskan melewati sisi tower dan biasanya dilewatkan
melalui peralatan siklon dengan tujuan untuk memperoleh kembali partikel kopi
halus yang mungkin tercampur dengan aliran bubuk.
Pada proses kosentrasi awal larutan kopi, kecenderungan yang terjadi adalah
diproduksinya partlkel bubuk berukuran besar dan sedikit halus, jika partikel
berukuran besar lebih banyak pada proses recyling akan mengakibatkan rusaknya
kualitas dan rendahnya mutu produk akhir. Selain itu makin sedikit bagian yang
halus, makin kecil pula kemungkinan padatan kopi menempel pada dinding tower
sehingga pengkonsentrasian larutan akan mengurangi beban pengering dan
meningkatkan kapasitas produksi.
Untuk meningkatkan daya larut dalam air dan membentuk butiran biasanya
ditingkatkan dengan proses aglomerasi. Proses aglomerasi dicapai dengan
b. Freeze Drying
Prinsip kerja Freeze drying meliputi pembekuan larutan, menggranulasikan
larutan yang beku tersebut, mengkondisikannya pada vacum ultra-high dengan
pemanasan yang sedang sehingga mengakibatkan air pada bahan pangan tersebut
akan menyublin dan akan menghasilkan produk padat (solid product).
Pada prakteknya, ekstrak kopi difilter dan dikumpulkan pada tangki utama,
kemudi,9n cairan tersebut dibawa ke drum pendinginan yang berputar. Setelah itu di
bawa keruang pendinginan. Pada ruang pendinginan ditambahkan ethylene glykol
dan ekstrak dibiarkan berhubungan dengan larutan selama 20-30 menit dengan
temperatur -40°C. Setelah meninggalkan daerah tesebut lemping beku dilewatkan
menuju grinder untuk mengatur produksi granula sesuai dengan ukuran yakni sesuai
persyaratan untuk produk jadi. partikel-partikel disaringuntuk keseragaman produk
dan tingkat kekeringan yang merata. Granula-granula yang membeku tersebut
kemudian dibawa menggunakan konveyor menuju ruangan vakum yang dioperasikan
secara batch atau kontineu. Selama proses pengeringan suhu produk umumnya
tidak lebih dari 50°C.
3. Aromatisasi
Produk akhir Spray Drying dan Freeze drying akan kehilangan aroma,
sehingga pada perusahaan industri dilakukan aromatisasi untuk memberikan aroma
kopi bagi konsumen saat mereka membuka kemasan kopi. Hal ini dilakukan dengan
cara merecovery aroma volatil yaitu menyemprotkan aroma volatil tersebut kedalam
kopi instant biasanya digunakan minyak kopi sebagai bahan pembawa aroma volatil
dan diperlukan untuk mengurangi resiko oksidasi dan mengisi gas karbondioksida.
4. Pengemasan
Kopi instan harus dilindungi dengan cara menerapkan pengemasan sesuai
sebelum didistribusikan ke toko-toko, ritel atau untuk pesanan pasar. Kemasan yang
digunakan harus mampu melindungi produk dari absorbsi kelembaban atmosfir yang
tidak hanya me~yebabkan produk menggumpal (mengeras/memadat) juga
mempercepat penurunan (deterioration) aroma. Kemasan standar yang digunakan
saat ini kertas membran atau alumunium foil dan kaleng dari bahan timah. Kaleng
kosong biasanya disediakan bersama dengan tutup, cincin dan membran yang
dimasukkan menuju mesin pengisi dalam keadaan posisi terbalik. Setelah pengisian,
alas kemasan dikelim dan ketas lebel ditempelkan dikemasan.
Untuk produk ritel, kemasan yang digunakan berupa botol gelas dengan tutup
plastik berulir. Tutup yang digunakan disuplai dengan kertas membran, yang
dilekatkan dengan menggunakan lilin.
Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut
Pertanian Bogor.
Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Coffe chemestry (Volume 1). Elsevier Applied
Science, London and New York.
Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Coffe Technology (Volume 2). Elsevier Applied
Science, London and New York.
Najiyati, S. dan Danarti. 2001. Kopi Budidaya dan penanganan Lepas Panen.
PenebarSwadaya.Jakarta.
Siswoputranto, P .S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanasius. Jakarta.
Spillane. J. J. 1990. Komoditi Kopi Peranannya Dalam perekonomian Indonesia.
Kanasius. Jakarta.
Varnam, H.A. and Sutherland, J. P. 1994. Beverages (Technology, Chemestry and
Microbiology). Chapman and Hall, London.