Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9

PENGARUH MARINASI MADU TERHADAP KUALITAS


MIKROBIOLOGIS DAGING SAPI (Boss sp.)

Yulia Sari Ismail1), Cut Yulvizar2), Sugiarti3) dan Misrahanum4)


1,2,3)
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
4)
Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Email: ysismail@unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan madu sebagai pengawet daging sapi (Boss sp.). Tujuannya adalah
untuk mengukur dan mengamati pengaruh marinasi madu terhadap total pertumbuhan bakteri
Escherichia coli pada daging sapi (Boss sp.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala dari
bulan Agustus sampai bulan Desember 2014. Metode yang digunakan adalah eksperimental
laboratorium. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil Penelitian menunjukkan perlakuan terhadap
lamanya marinasi pada waktu 5, 10, 15 dan 20 menit berpengaruh nyata (p<0,05 %) terhadap total
pertumbuhan bakteri E.coli pada daging sapi.

Kata Kunci: Daging Sapi (Boss sp.), Madu, Eschericia coli

PENDAHULUAN
aging sapi (Boss sp.) merupakan hasil metode marinasi. Marinasi merupakan proses
pemotongan ternak yang dimanfaatkan perendaman daging sapi ke dalam bahan
sebagai sumber protein yang tinggi marinade, sebelum diolah lebih lanjut (Smith
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Mutu dan Young, 2007). Marinade adalah cairan
daging sapi yang baik memiliki warna merah berbumbu yang berfungsi meningkatkan
cerah, pH berkisar antara 6,7-8, kadar air 65- keempukan, daya ikat air, masa simpan daging
80% (Lawrie, 2003). Namun demikian, daging dan menurunkan susut masak (Alvarado dan
sapi mudah rusak jika penanganannya tidak Sams, 2003). Aplikasi marinade dapat
tepat. Kerusakan daging dapat dilihat dilakukan dengan cara direndam, diinjeksi atau
berdasarkan perubahan tekstur, warna, diguling-gulingkan (tumbling) (Alvarado dan
pembentukan lendir, perubahan pH dan McKee, 2007). Bahan marinade yang dapat
kehadiran bakteri pencemar (Usmiati, 2010). digunakan pada proses marinasi seperti madu,
Kehadiran bakteri pencemar dalam daging gula, garam dapur (NaCl), garam sorbat, garam
merupakan faktor utama penyebab kerusakan fosfat, garam benzoat, wine, jus lemon, minyak
dan menjadi permasalahan yang harus makan dan bumbu-bumbu mampu
ditanggulangi. Beberapa bakteri yang meningkatkan keamanan pangan dan masa
mencemari daging sapi adalah Escherichia coli, simpan daging (Bjorkroth, 2005).
Salmonella sp. dan Staphylococcus sp. Bakteri Madu dapat dimanfaatkan sebagai bahan
tersebut sebagian besar berasal dari peternakan, marinasi, karena madu mengandung zat
rumah potong hewan dan tempat penjualan antibakteri untuk menghambat pertumbuhan
daging yang tidak higienis (Mukartini et al., bakteri patogen seperti Eschericia coli, Listeria
1995). monocytogenes dan Staphylococcus aureus.
Salah satu metode pengolahan daging Madu mengandung zat antibakteri yang aktif
untuk menghambat pertumbuhan bakteri adalah melawan dan menghambat bakteri penyebab

396
Pengaruh Marinasi Madu Terhadap Kualitas Mikrobiologis Daging Sapi... 397

infeksi dengan mengkonsumsinya secara teratur suhu ruang (25oC). Perlakuan yang diterapkan
(Molan, 1992). Terdapat 4 faktor yang adalah :
mempengaruhi aktivitas antibakteri pada madu 1. T0 : Daging tanpa marinasi/ kontrol
yaitu kadar gula, tingkat keasaman madu yang 2. T1 : Marinasi selama 5 menit
tinggi (pH 3,65), senyawa radikal hidrogen 3. T2 : Marinasi selama 10 menit
peroksida dan senyawa organik (polifenol, 4. T3 : Marinasi selama 15 menit
flavonoid dan glikosida). Kadar gula yang tinggi 5. T4 : Marinasi selama 20 menit
akan menghambat pertumbuhan bakteri
sehingga tidak dapat hidup dan Tabel 1. Perlakuan rancangan acak lengkap
berkembangbiak. Adanya senyawa radikal ( RAL)
hidrogen peroksida yang diproduksi secara Pengulangan
Perlakuan
I II III IV
enzimatis membuat madu memiliki pH yang
T0 T0I T0II T0III T0IV
sangat asam sehingga dapat membunuh T1 T1I T1II T1III T1IV
mikroorganisme yang sifatnya patogen (Dira, T2 T2I T2II T2III T2IV
1995). Berdasarkan hal tersebut maka perlu T3 T3I T3II T3III T3IV
dilakukan penelitian pengaruh marinasi madu T4 T4I T4II T4III T4IV
terhadap mutu daging sapi dari pasar di Banda
Aceh untuk memperpanjang daya simpan Cara Kerja
daging. Sterilisasi alat dan bahan
Sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut
METODE PENELITIAN pada penelitian ini alat dan bahan yang akan
Waktu dan Lokasi Penelitian digunakan seperti tabung reaksi, cawan petri,
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan gelas kimia, gelas ukur, pisau erlenmeyer,
Agustus - Desember 2014, bertempat di akuades dan media disterilisasi menggunakan
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi autoklaf dengan suhu 1210C selama 15 menit
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan dengan tekanan 1 atm/15 psi.
Alam, Universitas Syiah Kuala.
Pengambilan sampel
Alat dan Bahan Daging sapi segar bagian paha depan yang
Alat yang digunakan pada penelitian ini berasal dari sapi berumur 4 tahun diambil dari
yaitu cawan petri, tabung reaksi, mikro pipet, pasar Peunayong kota Banda Aceh pada jam 6
bunsen, pinset, pisau, talenan, wadah, ember pagi. Kemudian sampel dibawa ke laboratorium
plastik, gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, untuk dilakukan pengujian total pertumbuhan
timbangan analitik, autoklaf, oven, magnetic koloni Escherichia coli.
stirrer, bunsen, hot plate, colony counter, pH
meter, kamera, alat tulis serta perlengkapan Proses marinasi
standar laboratorium mikrobiologi. Bahan yang Sebanyak 150 g daging sapi yang telah
digunakan pada penelitian ini yaitu daging sapi diambil dari pasar Peunayong ditimbang dan
segar, madu, akuades, plastik 2 kg, media dimasukkan ke dalam cawan yang tidak berisi
Escherichia coli Broth (ECB), tisu gulung, bahan marinade untuk masing-masing ulangan
alumunium foil, alkohol dan agar-agar. sebagai T0 (kontrol), kemudian diambil dan
ditimbang 150 g daging sapi untuk masing-
Metode Penelitian masing ulangan dimasukkan ke dalam wadah
Penelitian ini menggunakan metode berisi 15 ml madu sebagai perlakuan (T1, T2,
eksperimental dengan rancangan acak lengkap T3 dan T4). Sampel dari perlakuan (T1, T2, T3
(RAL), dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan pada dan T4) ditiriskan selama 10 menit, kemudian
daging dimasukkan ke dalam wadah kembali
398 Yulia Sari Ismail, dkk.

dan disimpan pada suhu ruang 25oC selama 8 adanya perbedaan signifikan di antara setiap
jam (Nurwantoro et al., 2012). Madu yang perlakuan, sedangkan pada T1 vs T2, T1 vs T3
digunakan dalam proses marinasi berasal dari dan T2 vs T3 menunjukkan tidak adanya
Lhokseumawe. perbedaan signifikan di antara setiap perlakuan.
Terlihat pada tabel bahwa semakin lama proses
Total pertumbuhan Escherichia coli dengan marinasi dilakukan pertumbuhan koloni
metode TPC (Total Plate Count) semakin sedikit, semakin lama marinasi
Sebanyak 25 gr daging sapi dari masing- dilakukan maka zat-zat penghambat seperti
masing perlakuan ditimbang dan dipotong flavonoid yang terdapat pada madu masuk ke
sampai halus, kemudian dimasukkan ke dalam dalam daging sapi yang ditunjukkan dengan
Erlenmeyer yang berisi 225 ml akuades, menurunnya pertumbuhan koloni bakteri E.coli.
pengenceran tersebut sebagai stok. Kemudian 1
ml suspensi dari pengenceran stok diambil lalu Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan Escherichia
dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengenceran coli yang diberi perlakuan marinasi
10-1. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada dengan perlakuan yang berbeda.
pengenceran 10-2,10-3,10-4 dan 10-5. Sebanyak 1 No Perlakuan ( x ± Sd )
ml suspensi diambil dari hasil pengenceran 10- 1 T0 vs T1 6.50 ± 2.50*
3
,10-4 dan 10-5 kemudian dituang ke cawan petri 2 T0 vs T2 6.50 ± 2.50*
yang berisi media agar ECB, kemudian diputar 3 T0 vs T3 6.50 ± 2.50*
membentuk angka delapan supaya media dan 4 T1 vs T2 4.75 ± 4.25
sampel menjadi homogen, dilakukan secara 5 T1 vs T3 5.25 ± 3.75
duplo, Dibiarkan hingga memadat. Sampel 6 T2 vs T3 4.63 ± 4.38
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu Keterangan :
37°C. Pertumbuhan koloni yang dihitung antara Angka yang diikuti dengan huruf tanda bintang
25-250 cfu/ml dengan menggunakan Colony (*) menunjukkan adanya perbedaan signifikan
Counter. pada setiap perlakuan.

Analisis Data Flavonoid merupakan pigmen bunga yang


Jumlah pertumbuhan E.coli dianalisis terdapat secara alami pada produk tumbuhan
menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis. dan terdapat dalam madu, serta mempunyai sifat
Apabila terdapat pengaruh maka dilanjukan antibakteri. Flavonoid pada madu dapat
dengan uji Mann-Whitney. Semua data di berperan secara langsung sebagai antibiotik
analisis dengan menggunakan program SPSS. dengan mengganggu fungsi dari metabolisme
mikroorganisme seperti bakteri E.coli.
HASIL DAN PEMBAHASAN Mekanisme antibiotik flavonoid ialah dengan
Pengujian Total Pertumbuhan Escherichia cara mengganggu aktivitas transpeptidase
coli pada daging sapi peptidoglikan sehingga pembentukan dinding
Hasil analisis dengan uji statistik non sel bakteri terganggu dan sel mengalami lisis.
parametrik pada pengujian pertumbuhan koloni Madu juga mengandung asam-asam organik
Escherichia coli menunjukkan bahwa perlakuan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
(T1, T2, T3 dan T4) berpengaruh nyata terhadap seperti asam asetat, asam butirat, format,
T0. Berdasarkan hasil uji lanjut Mann-Whitney suksinat, malat, sitrat dan piruvat (Puspitasari,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata 2007). Kematian bakteri akibat marinasi asam
antara T0 vs T1, T0 vs T2, dan T0 vs T3. disebabkan oleh akumulasi ion hidrogen (H+)
Setelah dilakukan uji lanjut Mann- yang bersifat racun bagi bakteri. Menurut
Whitney seperti terlihat dalam tabel 2 bahwa T0 Aritonang dan Mihrani (2008), ion hidrogen
vs T1, T0 vs T2 dan T0 vs T3 menunjukkan
Pengaruh Marinasi Madu Terhadap Kualitas Mikrobiologis Daging Sapi... 399

tersebut harus dikeluarkan dari sel bakteri, dan seharusnya sapi dipotong menggunakan
untuk mengeluarkannya dibutuhkan adenosin peralatan yang steril dan tempat pemotongan
trifosfat (ATP). Dengan demikian semakin yang bersih dan pedagang seharusnya mencuci
banyak ion hidrogen yang terakumulasi dalam tangan sebelum memegang daging sapi dan
sel bakteri, maka semakin banyak ATP yang memakai celemek yang bersih saat berjualan
dibutuhkan untuk mengeluarkan ion tersebut. sehingga dapat mengurangi cemaran mikroba
Hal ini menyebabkan bakteri kekurangan ATP, pada daging sapi.
sehingga pertumbuhannya menjadi terganggu. Menurut SNI 3932:2008 yang mengatur
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Endah tentang batas maksimum cemaran mikroba
dkk (2013) yang melakukan perendaman daging dalam bahan pangan asal hewan, dinyatakan
kerbau menggunakan asam sitrat dapat bahwa batas maksimum jumlah total koloni
menurunkan total pertumbuhan bakteri pada daging segar adalah 1x104cfu/gr. Jadi rata-
Escherichia coli. rata pertumbuhan E.coli pada setiap perlakuan
Pada daging sapi tanpa perlakuan (kontrol) belum dapat menurunkan jumlah koloni hingga
menunjukkan bahwa daging sudah tidak batas yang diizinkan disebabkan karena pada
memenuhi syarat mutu. Hal ini disebabkan oleh penelitian ini daging yang digunakan tidak
penanganan yang kurang higienis dari awal dicuci atau tidak disterilkan terlebih dahulu
pemotongan sapi sampai ke tempat daging sehingga jumlah mikroba awal yang mencemari
dipasarkan. Peralatan yang digunakan pada daging sangat tinggi. Tingginya jumlah mikroba
proses pemotongan di Rumah Pemotongan awal yang mencemari daging ini disebabkan
Hewan (RPH) tidak disterilkan terlebih dahulu dari proses penyembelihan dan penanganan
dan sapi dipotong langsung pada lantai yang daging sapi di RPH dan tempat pemasaran
berair. Hal tersebut merupakan awal terjadinya daging sapi di pasar yang masih kurang
kontaminasi mikroba pada daging sapi. higienis.
Kemudian setelah daging dipotong daging
dibawa ke tempat pemasaran menggunakan KESIMPULAN
mobil terbuka dan daging hanya ditutup Lama marinasi madu pada 5, 10, 15 dan
menggunakan plastik. Tiba di tempat 20 menit pada pengujian pertumbuhan koloni
pemasaran, daging yang dijual digantung pada bakteri Escherichia coli daging sapi (Boss sp.)
besi berkarat di ruang terbuka sehingga berbeda nyata (p<0.05) dengan daging sapi
menyebabkan kontaminasi oleh mikroorganisme tanpa dimarinasi (kontrol).
bertambah. Penanganan daging yang baik

DAFTAR PUSTAKA
Alvarado, C. Z and Sams, A. R. 2003. Injection ayam kampung pada penyimpanan suhu
Marinations Strategies for Remediation of ruang. Jurnal Agrisistem. 4(1): 19 – 25.
Pale, Exudative Broiler Breast Meat. Bjorkroth, J. 2005. Microbiologycal Ecology of
Poult. Sci. 82 (8): 32-36. Marinated Meat Product. Meat Sci. 70:
Alvarado and C. Z., Mckee, S. 2007. Marination 477 – 480.
to Improve Functional Properties and Dira, S, I. M. 1995. Kromatografi Cairan
Safety of Poultry meat. J. Apll. Poult. Kinerja Tinggi Beberapa Senyawa Mono
16:113-120. dan Disakarida Serta Penerapannya Untuk
Aritonang, S. N., dan Mihrani. 2008. Pengaruh Analis Madu dan Bahan Jenis Lainnya.
pencucian dengan larutan asam asetat Tesis. Universitas Padjadjaran, Bandung.
terhadap nilai pH, kadar protein, jumlah Endah, P., RifniI, P., Juli , H. 2013. Sifat Fisik
koloni bakteri dan daya simpan daging Daging Kerbau yang Direndam dengan
Asap Cair dan Asam Sitrat pada
400 Yulia Sari Ismail, dkk.

Konsentrasi yang Berbeda. Jurnal SAGU. Smith, D. P and Young, L. 2007. Marination
12(1) : 1-7. Pressure and Phosphate Effects On broiler
Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Terjemahan breast Fillet Yield, Tenderness, and Color.
dari Meat Science, oleh Aminudin, UI Poult. Sci. 86(12): 66-70.
Press, Jakarta. Usmiati, S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan
Molan, P. C. 1992. The Antibacterial Activity of Olahan. Balai Besar Penelitian dan
Honey. J. Health Dev. 73 (1): 5-28 Pengembangan Pasca panen Pertanian
Mukartini, S., Jehne, C., Shay, B., and Harper, Kampus Penelitian Pertanian, Bogor.
C. M. L. 1995. Microbiological status of Viuda, M. M., Navajaz, Y. R., Lovez, J. F. and
beef carcass meat in Indonesia. J. of Food Ferez J. A., Alvarez. 2008. Functional
Safety. Vol 15. 291-303. Properties of Honey, Propolis and Royal
Nurwantoro,V. P., Bintoro, A. M., Legowo, A., Jelly. Jurnal Food Sci. VoL 73.117-124.
Purnomoadi, L. D., Ambara, A., Prokoso
dan Mulyani, S. 2012. Nilai pH, Kadar Air
dan Total Escherichia coli Daging Sapi
Yang Dimarinasi Dalam Jus Bawang
Putih. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan,
1(2): 20-25
Puspitasari, I. 2007. Rahasia Sehat Madu.
Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai