Berawal dari berita yang viral dari berbagai media sosial yang
sedang terjadi di Negara China lebih tepatnya di kota Wuhan pada
pertengahan bulan November 2019 yaitu bernama virus Corona yang
alih-alih katanya berasal dari binatang seperti kelelawar yang dimakan
oleh manusia dan berimbas kepada penyakit yang mematikan disebut
Covid-19. Pada awalnya semua kita merasa sangat takut dengan
berbagai pemberitaan yang kita dengar tersebut, karena yang kita
ketahui bahwa virus ini cepat sekali menyebar dari satu orang kepada
orang lain dan terjadi karena kontak dan berdekatan.
Lalu tak berselang beberapa bulan setelah itu mulai lah wabah Covid-19
ini masuk ke Indonesia melalui jalur darat dan udara. Yaitu dari
beberapa orang yang melakukan perjalanan dari luar negeri terutama
dari China ke Indonesia. Masuknya orang-orang ini tak bisa dibendung
karena berbagai kepentingan. baik itu mereka yang memang berasal
dari Indonesia yang bekerja atau belajar diluar negeri atau memang
mereka yang ke Indonesia karena ada kepentingan lainnya. Sehingga
singkat cerita sudah ada kasus covid-19 yang mulai menyerang warga
Indonesia yang berada di daerah ibu kota Jakarta dengan jumlahnya
terus meningkat dari hari ke hari. Sehingga pihak pemerintah Jakarta
melakukan PSSB atau Pembatasan Sosial Skala Besar kepada warganya
dan juga pada layanan Pendidikan atau sekolah tatap muka pun ikut
ditiadakan.
Pada masa kegiatan pembelajaran melaui daring ini, boleh dikatakan ini
merupakan kegiatan pembelajaran yang paling menantang bagi saya
sebagai seorang guru, karena ini merupakan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan secara jarak jauh melalui media elektronik berupa
handphone dan laptop. Guru memberikan tugas Pembelajaran kepada
seluruh siswanya melalui wa grup paguyuban kelas yang diberikan
melalui orang tua, lalu orangtua lah yang akan mentransfer kegiatan
tersebut kepada anak-anaknya atau murid saya. Hal tersebut tentunya
akan mendapatkan respon dan penafsiran yang berbeda pada setiap
orang tua. Walaupun sudah dijelaskan alur dan cara mengerjakan tugas
nya. Namun setiap orang tua memiliki latar belakang pendidikan yang
berbeda-beda. Alangkah berbahagia pada siswa yang mempunyai orang
tua seorang guru atau pendidik juga, sehingga dengan cepat materi atau
tugas yang diberikan dapat dimengerti oleh nya, akan tetapi sangat sulit
dipahami oleh siswa yang mempunyai orangtua yang bukan latar
pendidikan sebagai pendidik.
Selain kendala latar belakang pendidikan orang tua, kendala lain yang
saya dapatkan juga adalah keterbatasan media hp yang dimiliki oleh
masing-masing siswa. Dimana seperti kita ketahui bahwa untuk siswa
SD handphone yang digunakan adalah milik orang tua nya, dimana hp
tersebut akan dibawa oleh orangtuanya ketika pergi bekerja atau
bepergian, sehingga ketika tugas pembelajaran yang kita berikan tidak
langsung pada saat itu bisa dikerjakan nya, pastinya siswa tersebut akan
menunggu ketika orang tua nya sipemilik hp pulang dulu, yang
otomatis rentang waktu atau jeda tugas yang diberikan harus lebih
fleksibel disesuaikan dengan waktu yang dimiliki oleh orangtua untuk
mendampingi anaknya.