Anda di halaman 1dari 3

Tantangan Mengajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Offline

Pasca Pandemi Covid-19

(Created by Indah Mutiara Sari, Danya Setyo Nastiti, Dinda Fatimaturrohimah)

Covid 19 sudah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun di Indonesia. Pada bulan
Januari 2022 kemarin, kasus covid 19 sudah mulai menurun. Pemerintah Indonesia
menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri terbaru tentang Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Dalam SKB terbaru, satuan pendidikan wajib menggelar Pembelajaran Tatap Muka terbatas
(PTMT). Sebagian besar sekolah sudah mulai melaksanakan pembelajaran secara offline
pasca pandemi covid-19, salah satu sekolah yang sudah melaksanakan pembelajaran offline
yaitu, SMP Negeri 1 Cikande. Dengan begitu apa saja tantangan pendidik untuk mengajar
siswa SMP Negeri 1 Cikande melalui pembelajaran offline pasca pandemi covid -19.

Mulanya, Pembelajaran online yang di laksanakan di SMPN 1 Cikande menggunakan


sistem PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) atau daring dengan mengandalkan handphone dan
siswa belajar dari rumah. Sedangkan, Pembelajaran offline menggunakan sistem kanal
konsultasi dimasa pandemi ini yang dijadwalkan seminggu 2 kali pertemuan dan dibagi
menjadi 2 sesi. Siswa boleh datang ke sekolah dengan waktu belajar 20 menit yang sudah
disediakan oleh pihak sekolah dan sebagian waktu yang lain digunakan siswa untuk belajar di
rumah. Ketika kanal konsultasi berlangsung kita sebagai pendidik harus mengecek sejauh
mana pemahaman siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran daring. Kemudian dengan
berkembangnya pembelajaran setelah pandemi, SMPN 1 cikande mengganti istilah
pembelajaran menjadi PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas). Pembelajaran Tatap
Muka Terbatas ini dibagi menjadi satu kelas terbagi menjadi 2 sesi (sesi pagi dan sesi siang)
dengan waktu yang sama yaitu 20 menit dengan menaati protokol kesehatan.

Kegiatan PTMT dilaksanakan berdasarkan aturan pemerintah, khususnya Dinas


Pendidikan dan Kebudayaan setempat. PTMT dilaksanakan dengan mengikuti protokol
kesehatan untuk mempertimbangkan keselamatan warga sekolah seperti Kepala Sekolah,
Guru, Murid, Pihak TU agar penyebaran covid-19 tidak meluas. SMPN 1 Cikande juga
menyiapkan fasilitas sekolah untuk memenuhi protokol kesehatan seperti adanya petugas
satgas untuk mengecek suhu, wastafel untuk ditertibkan kepada siswa mencuci tangan
sebelum masuk kelas, kemudian ketika masuk kelas memakai handsanitizer.

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di SMPN 1 Cikande sudah dilaksanakan


pada bulan Maret 2022 kemarin. Namun kegiatan pembelajaran offline yang di laksanakan
tidak semudah yang kita bayangkan, banyak tantangan yang harus dihadapi. Siswa sudah
terbiasa dengan pembelajaran daring atau belajar dari rumah, sehingga cukup sulit untuk
siswa beradaptasi dari pembelajaran daring menjadi pembelajaran offline. Seperti yang
dirasakan oleh salah satu Guru Bahasa Indonesia di SMPN 1 Cikande, yaitu Ibu Rohayati.
Ibu Rohayati mengajar kelas 7 dan 8. Ibu Rohayati audah mulai mengajar di SMPN 1
Cikande pada tahun 1996-sekarang. Yaitu sudah sekitar 27 tahun memgajar di SMPN 1
Cikande. Berdasarkan pengalaman Ibu Rohayati banyak sekali tantangan pendidik untuk
mengajar siswa secara offline setelah sekian lama siswa terbiasa belajar secara online atau
daring.

Salah satu tantangan atau hal tersulit bagi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran
offline yaitu mengkondisikan kehadiran siswa, ada beberapa siswa yang malas untuk datang
ke sekolah dengan berbagai macam alasan siswa; seperti bangun kesiangan dan lupa untuk
datang ke sekolah karena terbiasa belajar dari rumah. Kemudian tantangan berikutnya yaitu
memfokuskan siswa bagaimana cara menerima pembelajaran di kelas, seperti keberadaan
siswa yang cepat merasa jenuh walaupun sudah mencoba berbagai macam variasi metode
pembelajaran siswa cepat lelah dan kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran offline
pada fase awal pasca pandemi. Tantangan lain yang dirasakan dalam pembelajaran offline
yaitu kurangnya komunikasi antara siswa dan guru, berkesan tidak efektif karena
menggunakan masker yang mana siswa tidak bebas dalam berbicara dan juga karena siswa
terbiasa belajar secara individu dari rumah. Sehingga ketika guru memberikan pertanyaan,
siswa cenderung pasif dan malas dalam mengerjakan tugas, hal ini diakibatkan pada
perkepanjangan siswa yang terbiasa belajar dari rumah lalu diberikan tugas dengan jangka
waktu yang tidak ditentukan.

Dampak dari peristiwa tersebut yaitu kurangnya rasa tanggung jawab siswa, siswa
menjadi pasif tidak percaya diri dan segan dalam berinteraksi di dalam kelas. Dampak bagi
pendidik yaitu tidak efektif nya pembelajaran yang dilaksanakan secara offline. Metode
pembelajaran yang diterapkan tidak sesuai dengan situasi yang ada di dalam kelas. Hal
tersebut terjadi karena siswa sudah terbiasa belajar dari rumah dengan menggunakan
handphone, dengan hanya membaca, melihat dan mendengarkan materi yang telah diberikan
oleh guru, sehingga cukup sulit untuk siswa beradaptasi kembali dengan situasi kelas atau
pembelajaran offline.

Solusinya dari tantangan tersebut yaitu pendidik harus melakukan pendekataan


kepada siswa. Siswa dirangkul untuk berkomunikasi secara perlahan, mengarahkan siswa dan
memberikan semangat yang tinggi untuk siswa agar siswa termotivasi. Kita sebagai Pendidik
tidak akan pernah kehabisan cara agar anak murid semangat belajar. Salah satu cara yaitu
melakukan pendekatan secara individu dan pendekatan secara masal. Sesering mungkin
mengajak siswa berkomunikasi baik diluar ataupun didalam kelas dengan teknik tanya jawab,
karena itu adalah bagian awal dari pembelajaran serta pentingnya bisa mengulang ingatan
siswa dari pelajaran sebelumnya. Siswa SMPN 1 Cikande menerapkan kebiasaan menulis
untuk mengerjakan tugas di kelas dengan waktu yang telah ditentukan 20 menit sudah selesai.
Selebihnya pendidik selalu memberikan motivasi baik diawal pembelajaran maupun diakhir
pembelajaran. Apabila pendidik memiliki semangat yang tinggi maka peserta didik pun akan
bersemangat. Solusi selanjutnya yaitu tetap berkomunikasi dengan orang tua murid dengan
mengajak kerja sama bagaimana cara memulihkan kondisi semangat belajar siswa baik di
rumah maupun di sekolah.

Dari pengalaman diatas kita sebagai pendidik atau guru tentunya ingin mencerdaskan
anak bangsa. Pendidik harus bisa merubah gaya belajar siswa pada saat pembelajaran offline.
Tugas kita sebagai pendidik yaitu mengembalikan rasa semangat siswa agar muncul rasa
percaya diri dan berani mengekspresikan karyanya, agar peserta didik menjadi pelajar
Indonesia yang berkualitas dan berdaya guna bagi bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai