Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN

INDUSTRI HILIR ALUMINIUM DI KUALA TANJUNG


(STUDI KASUS PADA PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS)

GELADIKARYA

Oleh:
Muhammad Ridwan
NIM 087007066

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Geladikarya : ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR


ALUMINIUM DI KUALA TANJUNG (STUDI KASUS PADA
PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS)

Nama : MUHAMMAD RIDWAN

NIM : 087007066

Program Studi : Magister Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Teknologi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng


Ketua

Drs. Irwan Djanahar, Ak. MAFIS


Anggota

Ketua Program Studi Direktur

Prof.Dr.Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof.Dr.Ir.Rahim Matondang, MSIE


NIP. 195011061978021001 NIP. 195281519800631001

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Geladikarya yang berjudul:

“ ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR

ALUMINIUM DI KUALA TANJUNG (STUDI KASUS PADA PT ASAHAN

ALUMINIUM ALLOYS) ”

Adalah benar hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan, judul yang dimaksud

belum pernah dimuat atau dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang

dipergunakan telah dinyatakan secara jelas.

Medan, 5 Januari 2012

(Muhammad Ridwan)
087007066

ii

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN EKSEKUTIF

Industri aluminium adalah industri logam dasar disamping industri besi,

tembaga dan lain-lain yang sangat dibutuhkan terutama pada infrastruktur dan

pendukung sektor industri lainnya. Perkembangan industri ini dimulai dengan

beroperasinya produsen aluminium primer PT Inalum pada tahun 1982 dengan

kapasitas terpasang 225.000 ton per tahun.

Dalam rangka meningkatkan nilai tambah aluminium, Pemerintah melalui

Otorita Asahan akhirnya mendirikan PT Asahan Aluminium Alloys (PT AAA)

yaitu industri antara yang menghubungkan industri primer dengan industri hilir

aluminium. Sejak didirikan tahun 2000 hingga saat ini industri tersebut masih

belum beroperasi. Kondisi ini tentu saja merugikan mengingat industri hilir

masih mengimpor produk industri antara dalam bentuk log/billet/alloy sebelum

dilakukan proses ekstrusi untuk mendapatkan produk akhir.

Penelitian dilakukan dengan menganalisa potensi industri hilir aluminium

di Kuala Tanjung dianalisa menggunakan teori Diamond Porter dengan keempat

komponen sebagai berikut: faktor kondisi, kondisi permintaan, strategi, struktur

dan persaingan antarperusahaan serta industri terkait dan pendukung.

Peran Pemerintah baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat

juga dipertimbangkan dalam analisa potensi. Pemerintah kabupaten Batu Bara

telah mengusulkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diusulkan terletak di

Dua Kecamatan yaitu Sei Suka dengan luas wilayah 17.147 Ha dan Kecamatan

Medang Deras dengan luas wilayah 6.547 Ha. Lahan yang digunakan sebagai

iii

Universitas Sumatera Utara


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah seluas ± 1000 Ha. Selain itu,

pemerintah pusat melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI), telah menetapkan Kuala Tanjung dan Batam

ditetapkan sebagai Global Hub untuk Koridor Ekonomi Sumatera. Hal ini akan

mendorong penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan oleh industri yang ada di

Kuala Tanjung.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, penulis berkesimpulan bahwa

kawasan industri Kuala Tanjung memiliki potensi yang besar bagi pengembangan

industri hilir aluminium dengan keunggulan seperti: potensi pembelian bahan

baku aluminium cair dan biaya transportasi bahan baku yang murah. Selain itu

dengan beroperasinya industri hilir PT AAA akan meningkatkan Pendapatan

Daerah Regional Bruto Kabupaten Batu Bara melalui nilai tambah dari industri

pengolahan aluminium maupun dari multiflier investasi pada industri aluminium

hilir tersebut.

Akhirnya potensi pengembangan industri hilir di kawasan industri Kuala

Tanjung perlu ditindaklanjuti dengan pembangunan industri hilir dengan PT

Inalum sebagai sentral industri aluminium. Selain itu industri terkait dan

pendukung industri hilir perlu terus dikembangkan guna meningkatkan nilai

tambah industri hilir aluminium.

iv

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Alur Dua Pangkalan Brandan, Kecamatan Sei Lepan,

Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara, pada 15 Mei 1972, sebagai anak

kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Alm. Abdul Wahid dan Almh. Umi

Kalsum Siregar.

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1985 tamat dari Sekolah Dasar Negeri 050757 Alur Dua Pangkalan

Brandan, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara

2. Tahun 1988 tamat dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pangkalan

Brandan, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara

3. Tahun 1991 tamat dari Sekolah Menengah Atas Negeri Pangkalan Brandan,

Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara

4. Tahun 1998 tamat dari Program S1 Jurusan Mesin Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara, Propinsi Sumatera Utara

5. Tahun 2008 mengikuti Program Pascasarjana Magister Manajemen,

Universitas Sumatera Utara, Propinsi Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan

1. Tahun 1998~2000 sebagai Engineer PT Truba Jurong Engineering, Tanjung

Enim Lestari – Musi Project, Tanjung Enim, Sumatera Selatan

2. Tahun 2000~2001 sebagai Engineer PT Truba Jurong Engineering, Riau

Andalan Pulp and Paper Project, Pelalawan, Riau

Universitas Sumatera Utara


3. Tahun 2001~2008 sebagai Staff PT Indonesia Asahan Aluminium, Kuala

Tanjung, Batu Bara, Sumatera Utara

4. Tahun 2008~2011 sebagai Pengawas Koperasi Karyawan Inalum, Kuala

Tanjung, Batu Bara, Sumatera Utara

5. Tahun 2008~sekarang sebagai Junior Manager PT Indonesia Asahan

aluminium, Kuala Tanjung, Batu Bara, Sumatera Utara

vi

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadhirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya akhirnya Geladikarya ini dapat diselesaikan dengan judul :

“ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR


ALUMINIUM DI KUALA TANJUNG
(STUDI KASUS PADA PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS)”

Geladikarya ini dibuat dalam rangka penyelesaian tugas akhir program


Magister Manajemen, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.
Di dalam penulisan Geladikarya ini, penulis banyak mendapat arahan,
bimbingan, saran maupun petunjuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA (K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi
Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT selaku Sekretaris Program


Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga M.Eng dan Drs. Irwan Djanahar
Ak. MAFIS Selaku dosen Pembimbing

6. Seluruh Dosen dan Pegawai yang telah banyak berjasa selama perkuliahan
penulis

vii

Universitas Sumatera Utara


7. Direksi dan Staf Pimpinan PT Inalum Kuala Tanjung, yang banyak
mendorong penulis dalam menyelesaikan pendidikan pasacasarjana

8. Bapak Ir. Herman Sudarto dan Staf Pimpinan PT Asahan Aluminium


Alloys Kuala Tanjung yang mendukung penulis dalam menyelesaikan
Geladikarya ini

9. Istriku tercinta Kordiana Sari, SE yang terus menerus memberikan


dorongan kepada penulis

10. Anak-anakku tersayang Ridho Fathurrahman, Yusuf Rifqi dan Hanif


Akbar yang selalu menghibur dan memberikan inspirasi kepada penulis

11. Rekan-rekan Mahasiswa Program Magister Manajemen Sekolah


Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya Executive Class
angkatan XIII dan XIV terutama Bambang Irianto, Ismadi YS dan Jevi
Amriyang tak henti-hentinya mendukung penulis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala koreksi, kritik dan
saran serta bantuan yang diberikan sehingga Geladikarya ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Medan, 5 Januari 2012

(Muhammad Ridwan)
087007066

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN GELADIKARYA .................................................. i

LEMBAR PENYATAAN....................................................................................ii

RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP..............................................................................................v

KATA PENGANTAR ........................................................................................vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................4
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ...........................................5
1.5.1 Batasan Penelitian....................................................................5
1.5.2 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................5

BAB II. KERANGKA TEORITIS


2.1. Industri Hilir Aluminium ..................................................................6
2.2. Teori Diamond Porter........................................................................8
2.3. Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi ...........12

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL............................................................15

BAB IV. METODE PENELITIAN


4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................16
4.2 Sumber dan Jenis Data .....................................................................16
4.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................17
4.4 Analisis Data .....................................................................................17

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB V. DESKRIPSI KAWASAN KUALA TANJUNG DAN
PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Batubara ............................................18
5.2 Perekonomian Daerah ......................................................................19
5.3 Pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung ............................24
5.4 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) ...........................................................26
5.5 Deskripsi PT Asahan Aluminium Alloys..........................................28
5.5.1 Jenis usaha ................................................................................29
5.5.2 Lokasi dan Proses Produksi......................................................30

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1 Kondisi Industri Aluminium di Indonesia.........................................32
6.1.1 Permintaan dan Penawaran Aluminium ...................................34
6.1.2 Distribusi Industri Hilir Secara Geografi..................................35
6.1.3 Pemain Utama Industri Hilir.....................................................36
6.2 Analisis Potensi Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung...........38
6.2.1 Faktor Kondisi ..........................................................................38
6.2.2 Strategi, Struktur dan Persaingan Antarperusahaan .................40
6.2.3 Industri Terkait dan Pendukung ...............................................41
6.2.4 Kondisi Permintaan ..................................................................42
6.3 Analisis Manfaat Ekonomis PT Asahan Aluminium Alloys ..............
di Kuala Tanjung ..............................................................................44
6.3.1 Estimasi Operasional PT AAA.................................................45
6.3.2 Perhitungan Nilai Tambah PT AAA ........................................46

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan .......................................................................................49
7.2 Saran .................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................51

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Tabel 1.1 Bentuk Produk Aluminium 1


2. Tabel 2.1 Multiplier Berbagai Sektor 14
3. Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian 16
4. Tabel 5.1 Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Batu Bara ADHK 2000-2007 19
5. Tabel 5.2 Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten
Batu Bara 2002-2007 20
6. Tabel 5.3 PDRB Batubara dan Sumatera Utara
Menurut Lapangan Usaha 20
7. Tabel 5.4 Rasio Elektrifikasi 24
8. Tabel 5.5 Komposisi Kepemilikan Saham PT AAA 29
9. Tabel 6.1 Perdagangan Aluminium Indonesia 33
10. Tabel 6.2 Permintaan Aluminium di Indonesia Tahun 2010 34
11. Tabel 6.3 Penawaran Aluminium di Indonesia Tahun 2010 35
12. Tabel 6.4 Lokasi Industri Hilir Aluminium di Indonesia 36
13. Tabel 6.5 Pemain Utama Industri Hilir Aluminium
di Indonesia 36
14. Tabel 6.6 Kondisi Infrastruktur di Indonesia 39
15. Tabel 6.7 Komponen Keunggulan Bersaing
Diamond Porter Industri Hilir Aluminium 42

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Gambar 1.1 Realisasi Penjualan Domestik PT Inalum Tahun


Fiskal 2010 2
2. Gambar 2.1 Pohon Produksi Aluminium 7
3. Gambar 2.2 Rantai Nilai Produksi Aluminium 8
4. Gambar 2.3 Diagram Diamond Porter 10
5. Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual 15
6. Gambar 5.1 Peta Kabupaten Batu Bara 18
7. Gambar 5.2 Global Hub Kuala Tanjung 28
8. Gambar 5.3 Alur Proses Produksi di PT AAA 31
9. Gambar 6.1 Struktur Industri Aluminium 40
10. Gambar 6.2 Model Diamond Porter Industri Hilir Aluminium
di Kuala Tanjung 43
11. Gambar 6.3 Posisi PT AAA Dalam Industri Aluminium 44

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks

1. Lampiran 1 PT Asahan Aluminium Alloys - Proyeksi Laba Rugi


2. Lampiran 2 PT Asahan Aluminium Alloys - Proyeksi Aliran Arus Kas
Masuk dan Peningkatan Kapasitas

xiii

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri aluminium adalah industri logam dasar disamping industri besi,

tembaga dan lain-lain yang sangat dibutuhkan terutama pada infrastruktur dan

pendukung sektor industri lainnya seperti: mesin, suku cadang otomotif, badan

pesawat terbang, konstruksi, komponen dan perangkat elektronik serta peralatan

rumah tangga.

Aluminium dihasilkan pabrik peleburan aluminium melalui proses terhadap

bahan baku berupa alumina didalam tungku yang dikenal sebagai pot reduksi.

Produk yang dihasilkan berupa aluminium primer yang selanjutnya akan diproses

lanjut menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi seperti: batangan ingot, pelet,

butiran, serbuk, slab/pelat, billet/pipa pejal dan pipa berlubang seperti Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Bentuk Produk Aluminium


Primary Sector Semi-Finished Product End Product
Extruded Profile Machine product
Frames
Pipes tubes
Primary aluminium
Aluminium alloy Coil, sheet, plates Tile containers floor
Melted aluminium & alloy Cans
Household items
Foils Packages wrappings
Thin foils
Rod Bars Unshielded cable
Shielded cable
Fittings wires
Flakes

Forging castings

Aluminium powder

(Sumber: Aluminiun Handbook 2:1999)

Universitas Sumatera Utara


PT. Inalum adalah salah satu produsen aluminium primer dalam bentuk ingot

dengan kapasitas terpasang 225.000 ton per tahun. Jenis produk sesuai kesepakatan

antara pihak Jepang dan Indonesia hanya terbatas dalam bentuk ingot saja. Saat ini

produk yang dihasilkan sekitar 250.000 ton per tahun dimana penjualan produk

sesuai dengan proporsional saham, 60% diekspor ke Jepang dan 40% untuk

kebutuhan dalam negeri. Realisasi penjualan domestik PT Inalum pada tahun fiskal

2010 seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1:

Jabodetabek
Medan
64% Surabaya

17%

19%

Gambar 1.1 Realisasi Penjualan Domestik PT Inalum Tahun Fiskal 2010


(Sumber: PT Inalum K. Tanjung)

Industri hilir aluminium sebagian besar berlokasi di Pulau Jawa dan sebagian

di Sumatera Utara. Sebagian industri hilir aluminium tersebut melebur ingot untuk

diubah bentuk menjadi billet/alloy dilanjutkan proses ekstrusi untuk mendapatkan

produk akhir. Sementara sebahagian lainnya mengimpor billet/alloy kemudian

melakukan proses ekstrusi untuk mendapatkan produk akhir.

Tahun 2013 adalah periode yang penting bagi industri aluminium di

Indonesia sehubungan berakhirnya masa kerja sama antara pemegang saham

Pemerintah Indonesia dan konsorsium perusahaan Jepang. Dengan perubahan

pengelolaan PT Inalum akan terbuka peluang industri hilir aluminium dalam negeri

Universitas Sumatera Utara


untuk menyerap sebahagian atau keseluruhan 60% produk ingot yang selama ini

diekspor ke Jepang guna menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih

tinggi baik untuk produk dalam negeri maupun produk orientasi ekspor.

Dalam rangka pengembangan industri aluminium sebagai salah satu jenis

industri yang bersifat strategis dan sekaligus guna meningkatkan nilai tambah pabrik

PT Inalum, pada tahun 1980-an Pemerintah memutuskan membangun satu pabrik

paduan aluminium (aluminium alloy casthouse) dengan billet dan foundry alloy

sebagai produk utamanya. Industri tersebut adalah PT Asahan Aluminium Alloy di

Kuala Tanjung sebagai industri antara yang akan menjembatani antara industri hulu

aluminium dengan industri hilir aluminium namun hingga kini industri tersebut

masih belum beroperasi.

Kenyataan:

 Industri hilir aluminium mengimpor bahan baku billet/alloy

 Telah berdiri industri hilir aluminium yang menghasilkan billet/alloy

di Kuala Tanjung namun sejak didirikan masih belum beroperasi

Harapan:

 Sebagian bahan baku billet/alloy berasal dari industri antara yang ada

di dalam negeri

 Beroperasinya industri hilir aluminium PT Asahan Aluminium

Alloys di Kuala Tanjung.

Dari uraian di atas pembahasan akan difokuskan pada permasalahan potensi

pengembangan industri hilir aluminium pada daerah Kuala Tanjung bila

beroperasinya PT Asahan Aluminium Alloys.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi pengembangan industri hilir aluminium dengan

beroperasinya PT Asahan Aluminium Alloys di Kuala Tanjung

2. Bagaimana manfaatnya secara ekonomis beroperasinya industri hilir PT

Asahan Aluminium Alloys di Kuala Tanjung

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui potensi ekonomis pengembangan industri hilir

aluminium di Kuala Tanjung

2. Untuk mengetahui manfaat secara ekonomis beroperasinya industri hilir

PT Asahan Aluminium Alloys di Kuala Tanjung

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Sebagai dokumen yang dapat digunakan untuk memperkaya kajian

dalam pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung pada

khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

2. Bagi Peneliti

Untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan manajemen yang

diterima pada sekolah pasca sarjana, program Magister Manajemen

Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi Masyarakat

Memahami dan mendukung pengembangan industri aluminium di

Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1. Batasan Penelitian

1. Pembahasan Industri hilir aluminium dibatasi hanya pada industri

antara (semi finished product) dalam bentuk billet dan foundry alloy

yang akan dikembangkan di Kuala Tanjung.

2. Penelitian hanya mengkaji ulang kelayakan ekonomis dengan asumsi

estimasi harga bahan baku, produk serta nilai asset berdasarkan kondisi

pada tahun 2010

3. PT Asahan Aluminium Alloys beroperasi dengan bahan baku berupa

aluminium cair dari PT Inalum (asumsi setelah Perjanjian Induk

berakhir pada tahun 2013 PT Asahan Aluminium Alloys memperoleh

sebahagian dari 60% produk ingot yang selama ini diekspor ke Jepang

dalam bentuk aluminium cair)

1.5.2 Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian dilakukan dengan pendekatan Manajemen Strategis, Analisis

Lingkungan Usaha, Ekonomi Makro, Akuntansi Manajemen dan

Manajemen Keuangan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
KERANGKA TEORITIS

2.1 Industri Hilir Aluminium

Industri aluminium terdiri dari industri primer, industri antara dan industri

hilir. Industri primer adalah industri peleburan alumina menjadi aluminium. Bentuk

produk yang dihasilkan pabrik peleburan adalah sebagai berikut (Aluminium

Handbook 2:1999):

1. Aluminium ingot tanpa bahan tambahan. Ingot ini akan dilebur kembali sebelum

dicetak menjadi produk akhir. Berat yang umum 25 kg per batang, sedangkan

dalam ukuran besar 500 kg hingga 2 ton.

2. Aluminium ingot dengan bahan tambahan. Ingot ini juga dilebur kembali

sebelum dicetak menjadi produk akhir. Berat yang umum per tumpuk 500

hingga 1000 kg.

3. Pelet, butiran dan serbuk. Pelet berukuran diameter 3 hingga 20 mm, butiran

berukuran diameter 0.5 hingga 3 mm sedangkan serbuk berdiameter kurang dari

0.5 mm.

4. Bentuk tertentu seperti slab/pelat dengan berat 50 kg hingga 13 ton (berukuran

2500 x 600 x 3900 mm), billet/pipa pejal dan pipa berlubang dengan diameter

hingga 500 mm dan panjang 3900 mm serta berat 2 ton, persegi dengan panjang

tertentu dan wire bars/batangan kabel seberat 80 kg.

5. Aluminium cair dimana pengiriman cairan aluminium ke pencetakan dan pabrik

menggunakan kontainer yang diisolasi panas secara khusus atau menggunakan

kendaraan khusus.
6

Universitas Sumatera Utara


Dari kelima bentuk produk aluminium sektor primer di atas, selanjutnya akan

diproses lanjut oleh industri antara menjadi produk setengah jadi ataupun oleh

industri hilir menjadi produk jadi yang dapat digunakan oleh konsumen,

misalnya: frame, pipa, kaleng, bahan bangunan dan lain-lain seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.1 Pohon Industri Aluminium.

Gambar 2.1. Pohon Industri Aluminium

(Sumber: http://www.kemenperin.go.id)

Nilai tambah dari setiap kegiatan proses di atas terlihat pada rantai nilai

produksi aluminium seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 rantai nilai produksi

aluminium. Dari gambar tersebut, nilai tambah (added value) dari produk primer ke

produk setengah jadi sebesar 10 ~100% sedangkan nilai tambah dari produk primer

ke produk jadi sebesar 60 ~ 325%

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Rantai Nilai Produksi Aluminium

(Sumber: http://www.scielo.br/scielo.php)

2.2 Teori Diamond Porter

Secara umum klaster dapat didefinisikan sebagai hubungan interaksi dan

fungsional dari beberapa pelaku yang dikonsentrasikan pada letak geografis, jenis

industri maupun ketersediaan sumber daya alam tertentu sehingga sering disebut

Universitas Sumatera Utara


dengan klaster industri (Doeringer dan Terkla, 1995). Menurut Porter: (Porter, 1998)

beberapa keuntungan kompetititf dari pendekatan klaster yaitu:

- Efisiensi : kedekatan geografis akan berdampak terhadap pengurangan biaya

dalam operasionalisasi (transportasi dan komunikasi) dan biaya produksi, serta

memungkinkan efisiensi lainnya seperti pembiayaan bersama (cost sharing) dan

pembagian risiko (risk sharing)

- Produktif: sebagai dampak adanya spesialisasi (specialized labor pool,

specialized input supplier, and technological supplier) maka para pelaku dapat

memfokuskan pada kompetensi masing-masing). Dalam banyak hal ini juga

dapat meningkatkan produktivitas.

- Inovatif: merupakan output dari interaksi sinergis oleh para aktor, termasuk

didalamnya keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga penelitian akan

meningkatkan kemampuan kolektif.

Beberapa teknik riset menganalisa bentuk klaster menurut Organisation for

Economic Co-Operation and Development (OECD 1999, Dedy Saputra dkk) yaitu:

1. Input-output analysis, memfokuskan pada hubungan interaksi antara industri

yang terdapat pada rantai nilai ekonomi.

2. Graph analysis, didasarkan pada teori grafik, mengidentifikasi hubungan

kelompok dan jaringan lainnya antarperusahaan atau grup industri.

3. Correspondence analysis, misalnya analisa faktor, analisa komponen utama,

penilaian multi-dimensional dan korelasi. Teknik ini bertujuan mengidentifikasi

kelompok usaha atau industri yang memiliki inovasi yang sejenis.

4. Qualitative case study Porter yang dikenal dengan Diamond Porter, digunakan

secara luas dalam pendekatan kompetitif dan pengembangan ekonomis.

Universitas Sumatera Utara


Bentuk diagram Diamond Porter digunakan sebagai dasar kerangka untuk

mengilustrasikan faktor-faktor penentu keunggulan nasional seperti ditunjukkan

pada Gambar 2.3:

Gambar 2.3. Diagram Diamond Porter

(Sumber: Porter,1998)

Teori klasik perdagangan internasional menyatakan bahwa keunggulan

komparatif adalah hibah (pemberian) termasuk tanah, sumber daya alam, tenaga

kerja, dan ukuran penduduk setempat. Michael E Porter berpendapat bahwa suatu

bangsa dapat menciptakan faktor yang lebih maju seperti tenaga kerja terampil,

teknologi yang kuat dan basis pengetahuan, dukungan pemerintah dan budaya.

Peranan masing-masing komponen pada Diamond Porter dijelaskan sebagai berikut:

10

Universitas Sumatera Utara


l. Kondisi Faktor

- Sebuah negara sendiri menciptakan faktor penting, bukan diwariskan. seperti

sumber daya yang terampil dan basis teknologi. Faktor-faktor produksi seperti

tenaga kerja tidak terlatih dan bahan baku dapat dengan mudah dimiliki oleh

setiap perusahaan yang akhirnya tidak memiliki nilai kompetitif. Negara-

negara yang memiliki sumber daya terbatas seringkali membuat mereka

menjadi kompetitif dan inovatif.

2. Kondisi Permintaan

- Penerimaan yang baik sebuah produk oleh pasar lokal akan berdampak

terhadap daya saing produk tersebut. Konsumen secara aktif memberikan

masukan terhadap kualitas yang dapat memacu industri lokal meningkatkan

kualitas produksinya. Dengan membawa citra tersebut dalam konteks

internasional, maka industri lokal menjadi kompetitif dalam pasar global.

3. Industri Pendukung dan Terkait

- Ketika industri pendukung lokal yang kompetitif; perusahaan menikmati input

biaya yang lebih efektif dan inovatif.

- Dukungan industri terkait dan industri inti akan meningkatkan daya saing

industri.

4. Strategi, Struktur dan Persaingan antar Perusahaan

- Kondisi lokal mempengaruhi strategi perusahaan, misalnya kondisi pasar

modal. Negara dengan sistem permodalan jangka pendek cenderung

menginvestasikan dana mereka pada industri yang dibiayai oleh investasi

jangka pendek seperti komputer. Sedangkan negara dengan sistem permodalan

jangka panjang cenderung menginvestasikan dana mereka pada industri yang

dibiayai oleh investasi jangka panjang seperti farmasi.


11

Universitas Sumatera Utara


- Struktur perusahaan sangat dipengaruhi oleh pola manajemen. Sebagai contoh,

perusahaan Jerman cenderung hirarkis. perusahaan Italia cenderung lebih kecil

dan dijalankan seperti perusahaan keluarga.

- Persaingan antar perusahaan akan meningkatkan kinerja industri tersebut.

Persaingan antar pelaku industri akan mempercepat akselerasi inovasi yang

pada akhirnya secara akumulatif meningkatkan daya saing klaster tersebut.

Peran pemerintah dalam model adalah:

- Mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja mereka, misalnya dengan

menegakkan standar produk yang ketat.

- Merangsang permintaan awal untuk produk lanjutan.

- Fokus pada penciptaan faktor khusus.

- Merangsang persaingan lokal dengan membatasi kerja sama langsung dan

menegakkan peraturan antitrust.

2.3 Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi

Untuk mengetahui pengaruh pengembangan suatu kawasan terhadap

pertumbuhan ekonomi ada beberapa metode penilaian yang digunakan antara lain:

1. Analisis biaya manfaat

2. Analisis nilai tambah

3. Metode multiflier.

Analisis biaya-manfaat (Cost Benefit Analysis-CBA), kadang disebut analisis

manfaat-biaya (Benefit Cost Analysis-BCA), adalah pendekatan pengambilan

keputusan ekonomi, digunakan terutama dalam pemerintahan dan bisnis. CBA

digunakan dalam penilaian apakah yang diusulkan proyek, program atau kebijakan
12

Universitas Sumatera Utara


layak dilakukan, atau untuk memilih antara beberapa alternatif yang ada. Termasuk

membandingkan total biaya yang diharapkan pada setiap pilihan dengan total

manfaat yang diharapkan (www.wikipedia.com). Salah satu metoda yang digunakan

adalah Discounted Cash Flow yaitu metode untuk memberi peringkat proposal

investasi yang menggunakan konsep nilai waktu dari uang (Eugene F, 2001) dengan

beberapa indikator yang digunakan yaitu:

- Margin pendapatan bersih yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan

- Internal Rate of Return (IRR) yaitu tingkat pengembalian investasi yang

dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai

sekarang arus masuk kas dimasa mendatang terhadap biaya proyek

- Return On Invesment (ROI) yaitu laba bersih dibagi investasi

- Payback period yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan bagi pendapatan

investasi bersih untuk menutup biayanya

Pengertian nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu

komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun

penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat

didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan

input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara

nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup

komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan

balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al, 1987).

M =NP-NB, dimana:

M =marjinal (tenaga kerja, input lain, balas jasa pengusaha)

NP = nilai produk NB = nilai bahan baku

13

Universitas Sumatera Utara


NT= M x Q, dimana:

NT = nilai tambah Q = jumlah produk

Multiplier investasi menggambarkan seberapa besar peningkatan nilai

tambah perekonomian secara keseluruhan (Produk Domestik Bruto) yang terjadi

sebagai akibat dari adanya tambahan investasi di suatu sektor seperti ditunjukkan

pada Tabel 2.1. Metode perhitungan multiplier mengikuti pendekatan Cuihong

(2000).

Tabel 2.1 Multiplier Berbagai Sektor


Multiflier
No Sektor
investasi
1 Industri Makanan dan Minuman 3.025
2 Sektor Listrik, Gas & Air Minum 2.728
3 Industri Barang dari Karet 2.575
4 Industri Logam dasar besi dan baja 2.352
5 Sektor Bangunan 2.235
6 Industri Produk Kimia 2.215
7 Industri lainnya 2.182
8 Industri Pemintalan, Textile, Kulit & Pakaian 2.118
9 Sektor Restaurants & hotels 2.075
10 Industri Produk Kayu 2.066
11 Industri Kertas dan Produk Kertas 2.065
12 Sektor Pengangkutan 2.000
13 Industri Semen dan galian bukan logam 1.857
14 Industri mesin,mesin listrik,alat2 & perlengkapan listrik 1.745
15 Industri alat pengangkutan 1.663
16 Sektor Lainnya 1.599
17 Sektor Pemerintahan umum dan pertahanan 1.514
18 Industri Rokok 1.419
19 Sektor Perdagangan 1.404
20 Sektor Jasa Keuangan, sewa & business services 1.346
Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan,Kehutanan &
21 1.289
Perikanan
22 Sektor Pertambangan (non migas) 1.246
23 Sektor Komunikasi 1.201
24 Sektor pertambangan migas dan refinery 1.177
Sumber: Outlook Ekonomi Indonesia 2008 – 2013

Dari tabel di atas terlihat bahwa multiflier investasi terbesar pada sektor

industri makanan dan minuman sebesar 3,025 sedangkan pada sektor industri logam

dasar besi dan baja sebesar 2,352. Hal ini berarti setiap peningkatan investasi di

sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar Rp 1 milyar akan menghasilkan

peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar Rp 2,352 milyar.


14

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Untuk mengembangkan industri hilir aluminium yang terintegrasi di Kuala

Tanjung diperlukan analisis potensi pengembangan industri hilir aluminium di

Kuala Tanjung dan terkait dengan pengoperasian PT Asahan Aluminium Alloys

diperlukan analisis manfaat secara ekonomis. Untuk mengetahui analisis potensi

pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung diperlukan analisis

komponen Diamond Porter. Untuk mengetahui analisis manfaat secara ekonomis

dilakukan dengan Cost Benefit Analysis dan analisa Nilai Tambah.

Kerangka Konseptual digambar secara skematik seperti pada Gambar 3.1 :

1. Faktor kondisi

2. Strategi, Struktur dan Persaingan


antar perusahaan
Potensi Pengembangan Industri
Komponen Hilir Aluminium
Diamond Porter di Kuala Tanjung
3. Industri terkait dan pendukung

Pengembangan Industri
4. Kondisi permintaan Aluminium yang terintegrasi
di Kuala Tanjung

1. Cost Benefit Analysis


- Marginal Pendapatan Bersih
- IRR
- ROI
- Payback Period Manfaat beroperasinya PT
Asahan Aluminium Alloys
1. Pendekatan multiplier investasi
- Total investasi
- Faktor multiflier investasi
2. Nilai Tambah
2. Pendekatan nilai tambah dengan
harga jual dan marginal cost
- Marginal
- Jumlah produksi

Gambar 3.1 : Skema Kerangka Konseptual

15

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Pendekatan ini memberikan gambaran yang tentang industri hilir aluminium saat ini

melalui pengumpulan data, menginterpretasikan data tersebut sehingga diperoleh

gambaran yang jelas untuk pengembangan industri tersebut.

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Asahan Aluminium Alloys, Kuala Tanjung

Kabupaten Batu Bara.

B. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 12 minggu sejak Agustus 2011.

Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Minggu ke-


0 2 4 6 8 10 12
1. Pengajuan topik/usulan geladikarya xx xx xx
2. Kolokium xx
3. Pengumpulan dan analisis data xx xx xx xx xx xx
4. Penyusunan draft laporan geladikarya xx xx xx xx
5. Seminar perusahaan xx
6. Penyusunan laporan akhir xx xx
7. Sidang geladikarya xx

4.2 Sumber dan Jenis Data

Data atau informasi yang digunakan berupa data sekunder. Data sekunder

diperoleh dari laporan, jurnal, buletin, maupun proseding aluminium serta website

lembaga konsultan tentang industri aluminium.

16

Universitas Sumatera Utara


4.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi dokumentasi beberapa

perusahaan aluminium di Indonesia atau secara elektronik dengan fasilitas internet

dari laporan, buletin, jurnal tentang industri aluminium dan observasi langsung pada

PT. Asahan Aluminium Alloys di kawasan industri Kuala Tanjung.

4.4 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan

perangkat analisis deskriptif.

Untuk mengetahui analisis potensi pengembangan industri hilir aluminium di

Kuala Tanjung diperlukan analisis komponen Diamond Porter meliputi: Faktor

Kondisi; Strategi, Struktur dan Persaingan antarperusahaan; Industri Terkait dan

Pendukung serta Kondisi Permintaan. Data pendukung yang diperlukan diperoleh

melalui survey industry hilir aluminium nasional.

Untuk mengetahui analisis manfaat secara ekonomis dilakukan dengan Cost

Benefit Analysis dan analisa Nilai Tambah. Dengan metode cost benefit analysis

diperoleh margin pendapatan bersih, IRR, ROI dan payback period. Sedangkan

analisa nilai tambah dilakukan dengan pendekatan multiflier investasi dan

pendekatan nilai tambah dengan harga jual dan marginal cost.

17

Universitas Sumatera Utara


BAB V
DESKRIPSI KAWASAN KUALA TANJUNG DAN
PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS

5.1 Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara

Kuala Tanjung terletak di kabupaten Batu Bara yang merupakan salah satu

kabupaten di propinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007

dengan letak astronomis 2003’00’’-3026’00’’ LU dan 99001-100000 BT seperti

ditunjukkan pada Gambar 5.1. Kabupaten Batu Bara merupakan pemekaran dari

kabupaten Asahan, terletak di sebelah timur pulau Sumatera dengan jarak tempuh

± 100 Km dari kota Medan.

Gambar 5.1 Peta Kabupaten Batu Bara

Batas-batas administratif kabupaten Batu Bara yaitu sebelah utara : kabupaten

Serdang Bedagai; sebelah selatan : kabupaten Asahan; sebelah barat : kabupaten

Simalungun dan sebelah timur : selat Malaka. Luas kabupaten Batu Bara 90.496 Ha

yang terdiri dari 7 kecamatan serta 100 desa/kelurahan definitif.


18
Universitas Sumatera Utara
5.2 Perekonomian Daerah

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi disajikan melalui pendapatan daerah regional bruto

(PDRB) atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha seperti pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batu Bara ADHK 2000-2007

Sektor 2003 2004 2005 2006 2007 2008


Pertanian 4.15 2.56 0.18 1.01 3.72 3.06
Penggalian 1.79 2.34 1.75 1.72 1.36 3.21
Industri Pengolahan 4.21 4.70 2.99 4.18 4.95 5.22
Listrik dan Air Minum 23.84 6.78 6.30 5.73 1.21 5.20
Bangunan 10.59 0.25 4.38 6.43 3.47 5.76
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 4.94 3.63 1.70 3.83 1.46 3.65
Angkutan dan Komunikasi 4.32 5.28 4.22 5.83 10.06 6.29
Keuangan Perusahaan dan
Jasa Perusahaan 1.79 5.68 7.82 9.93 11.14 5.28
Jasa – Jasa 5.11 1.80 2.22 4.83 3.70 6.97
Pertumbuhan PDRB 4.57 3.97 2.3 3.73 4.01 4.55

Sumber : bappeda.batubarakab.go.id

Pertumbuhan PDRB ditampilkan pada tabel di atas dengan rata-rata pertumbuhan

PDRB tahun 2003 – 2008 sebesar 3.86% dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun

2003 sebesar 4,57%. Khusus untuk sektor industri, rata-rata pertumbuhan sebesar

4,38% dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 5,22%.

2. Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian kabupaten Batu Bara didominasi oleh sektor industri

pengolahan yaitu pengolahan biji aluminium dan pengolahan hasil-hasil perkebunan.

Konstribusi per sektor terhadap total nilai PDRB ditampilkan pada tabel berikut:

19
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Batu Bara 2002-2007
Sektor 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian 19.70 19.88 17.40 16.06 17.34 15.30
Penggalian 0.14 0.14 0.13 0.12 0.12 0.11
Industri Pengolahan 48.12 48.71 51.14 52.20 50.94 53.14
Listrik dan Air Minum 0.73 0.72 0.75 0.75 0.70 0.70
Bangunan 1.74 1.59 1.53 1.54 1.54 1.53
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 24.32 23.71 23.51 23.73 23.77 23.54
Angkutan dan Komunikasi 2.38 2.31 2.58 2.57 2.68 2.61
Keuangan Perusahaan dan
Jasa Perusahaan 1.27 1.29 1.31 1.34 1.35 1.34
Jasa – Jasa 1.61 1.65 1.66 1.68 1.56 1.72
Jumlah 100 100 100 100 100 100

Sumber : bappeda.batubarakab.go.id

Tabel 5.2 menunjukkan struktur perekonomian Kabupaten Batu Bara ditopang

oleh sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian.

Sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun masih mendominasi struktur

perekonomian kabupaten tersebut.

Tabel 5.3 PDRB Batubara dan Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha

Batubara Sumatera Utara


Sektor 2007 2008 2007 2008
juta Rp % juta Rp % juta Rp % juta Rp %
Pertanian 1,043,723 16.09 1,075,606 15.86 23,860,333 23.91 25,300,873 23.83
Penggalian 7,784 0.12 8,138 0.12 1,227,445 1.23 1,305,920 1.23
Industri Pengolahan 3,366,638 51.9 3,542,854 52.24 23,610,852 23.66 24,302,853 22.89
Listrik dan Air Minum 41,515 0.64 43,404 0.64 738,463 0.74 775,058 0.73
Bangunan 114,816 1.77 121,396 1.79 6,556,352 6.57 7,092,314 6.68
Perdagangan, Hotel dan
1,578,882 24.34 1,636,468 24.13 18,381,737 18.42 19,514,480 18.38
Restoran
Angkutan dan Komunikasi 138,168 2.13 146,489 2.16 9,081,097 9.1 9,884,647 9.31
Keuangan Perusahaan dan
92,112 1.42 96,981 1.43 6,716,020 6.73 7,474,534 7.04
Jasa Perusahaan
Jasa – Jasa 103,788 1.6 111,223 1.64 9,609,996 9.63 10,521,681 9.91
Total 6,487,427 100 6,782,558 100 99,782,294 99.99 106,172,360 100

Sumber : bappeda.batubarakab.go.id

Sektor industri pengolahan menunjukkan peranan yang semakin besar

terhadap PDRB, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran berfluktuasi dan

cenderung menurun pada kisaran 25% ke 23% seperti terlihat pada Tabel 5.3. Sektor
20
Universitas Sumatera Utara
pertanian merupakan sektor ke-3 paling dominan dalam pembentukan PDRB, peranan

sektor ini dari tahun ke tahun rata-rata menyumbang sekitar 19 %. Pada tahun 2008,

sektor industri; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian, memberikan peranan

sebesar 92 % dalam pembentukan nilai total PDRB atas dasar harga berlaku.

Sumbangan ketiga sektor tersebut masing-masing sebesar 51%, 24% dan 17%.

4. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Batu Bara (termasuk Asahan) berdasarkan hasil Sensus

Penduduk (SP) 2000 adalah 935.855 jiwa termasuk penduduk yang bertempat tinggal

tidak tetap dan termasuk urutan ketiga terbesar se-Sumatera Utara setelah Kabupaten

Deli Serdang dan Kota Medan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun

1990 -2000 berdasarkan angka terakhir SP 2000 adalah 0,58 % per tahun.

Jumlah penduduk Batu Bara keadaan Bulan Juni Tahun 2008 diperkirakan

sebesar 380.570 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 421 jiwa per km2. Sebagian

besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 77,11 % dan

sisanya 22,89 % tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 85.364

rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,5 jiwa,

sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 sebesar 1,80 %. Bila dilihat

per kecamatan maka Kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan dengan jumlah

penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 22,85 % sedangkan

Kecamatan Sei Balai adalah yang terkecil yaitu 7,63 %. Untuk Kecamatan terpadat

urutan pertama adalah Kecamatan Medang Deras dengan kepadatan mencapai 705

jiwa per km2 disusul dan yang terjarang adalah Kecamatan Sei Suka yaitu 311 jiwa

per km2.

21
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan PT Inalum dan industri / kontraktor yang terkait yang umumnya

bermukim di kecamatan Medang Deras dan Sei Suka juga berpengaruh kepada

kualitas tenaga kerja. Sebagian tenaga kerja yang ada di industri aluminium primer

adalah putra daerah Kuala Tanjung. Dengan keahlian di bidang industri aluminium

primer, tenaga kerja kerja yang ada di daerah ini tentu saja siap tempa untuk bekerja

di industri hilir aluminium.

5. Sumber Daya Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku menyebabkan industri hilir aluminium melakukan

impor. Bahan baku tersebut pada umumnya diimpor dari China, Dubai dan lain-lain.

Akibatnya impor tesebut biaya produksi cukup tinggi sehingga harga produk juga

tinggi.

Pada tahun 2013 akan berakhir masa kerja sama antara pemegang saham

Pemerintah Indonesia dan konsorsium perusahaan Jepang, sehingga akan terbuka

peluang industri hilir aluminium dalam negeri untuk menyerap sebahagian atau

keseluruhan 60% produk ingot yang selama ini diekspor ke Jepang. Dengan bahan

baku yang berasal dari dalam negeri maka biaya produksi akan menjadi lebih rendah.

Konsumsi energi listrik yang dibutuhkan oleh industri hilir aluminium bila

menggunakan bahan baku aluminium primer sekitar 700~840 kWH/ton produk.

Salah satu keunggulan industri hilir yang ada di Kuala Tanjung adalah peluang untuk

menggunakan aluminium cair sebagai bahan bakunya. Akibatnya industri yang ada

dapat menghemat energi listrik yang digunakan untuk mencairkan bahan baku

sehingga industri unggul dalam biaya produksi.

22
Universitas Sumatera Utara
6. Jalan Raya

Jalan merupakan sarana yang sangat penting untuk memperlancar dan

mendorong roda perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningkatkan mobilitas

penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di seluruh Kabupaten Batu Bara pada tahun 2008 mencapai 523,02 km

yang terbagi atas jalan negara (47,88 km), jalan propinsi (48,34 km) dan jalan

kabupaten (426,8 km). Untuk jalan kabupaten sebagian besar permukaannya adalah

batu yaitu sebesar 36,2 %, disusul 22,3 % tanah, 19 % aspal, 21 % hotmix dan 1,5 %

kerikil. Akses jalan ke kawasan indusri Kuala Tanjung baik mengingat banyak

industri yang tumbuh di jalan tersebut. Hal ini menyebabkan potensi pengembangan

indutrri semakin besar bila dikembangkan di Kuala Tanjung.

7. Listrik

Kebutuhan listrik penduduk kabupaten Batu Bara sebagian besar dipasok oleh

PLN Ranting Tanjung Tiram. Tingkat perbandingan jumlah penduduk yang

menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah dikenal sebagai

Rasio Elektrifikasi. Infrastruktur listrik di daerah yang ada di Sumatera Utara telah

terinterkoneksi dengan rasio elektrifikasi Sumatera Utara 78.2% (Indonesia = 63.5%).

Rasio elektrifikasi provinsi/daerah/wilayah di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 5.4

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa Rasio Elektrifikasi Sumatera Utara 78,2%

(lebih tinggi dibanding rata-rata Indonesia tahun 2008 sebesar 63,5%). Infrastruktur

listrik di daerah yang ada di Sumatera Utara telah terinterkoneksi satu dengan

lainnya. Jaringan listrik PLN di Kuala Tanjung telah terinterkoneksi dengan jaringan

listrik yang ada di PT Inalum. Interkoneksi ini membuat kondisi listrik di Kuala

Tanjung menjadi lebih baik.

23
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Rasio Elektrifikasi

Tahun
No Provinsi/Daerah/Wilayah
2003 2008 2013
1 Batam 68.7 96.0 100.0
2 Tarakan 66.0 87.9 100.0
3 Sumatera Utara 67.1 78.2 93.2
4 Sumatera Barat 60.5 72.9 94.3
5 Bangka Belitung 57.8 71.7 87.1
6 Nangro Aceh Darussalam 56.2 69.8 86.5
7 Jawa-Bali-Madura 59.5 67.3 77.3
8 Kalimantan Timur 49.8 65.4 91.1
9 Maluku and Maluku Utara 48.3 64.3 89.7
10 Kalimantan Tengah dan Selatan 51.1 61.2 73.6
11 Kalimantan Barat 43.3 57.3 78.9
12 Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara 53.7 55.7 58.1
13 Sulawesi Utara. Sulawesi Tengah. dan Gorontalo 46.2 53.5 63.0
14 Lampung 34.0 50.7 78.7
15 Sumatera Selatan. Jambi dan Bengkulu 38.6 49.9 65.8
16 Riau 38.5 47.1 56.9
17 Papua 27.4 34.0 42.6
18 Nusa Tenggara Barat 28.4 33.1 40.7
19 Nusa Tenggara Timur 22.4 28.7 37.2
Total Indonesia 54.8 63.5 75.2
http://www.oocities.org/markal_bppt/publish/slistrk/slmuch.pdf

PLN telah meluncurkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)

tahun 2010~2019 yang merupakan rencana strategis penyediaan listrik nasional. Di

dalam RUPTL, rata-rata pertumbuhan kelistrikan nasional sebesar 9,2% per tahunnya.

Pertumbuhan kelistrikan di Jawa Bali diprediksi sebesar 8,92% per tahun, Indonesia

Barat 10,2% per tahun dan Indonesia Timur mencapai 10,6% per tahun.

(www.esdm.go.id)

5.3 Pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung

Kawasan industri Kuala Tanjung berada di kabupaten Batu Bara. Kabupaten

Batu Bara terletak di sebelah timur pulau Sumatera, mempunyai jarak tempuh sekitar

100 km dari kota Medan. Di kawasan strategis tersebut telah berdiri beberapa

24
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, antara lain : PT Inalum, PT Multimas Nabati Asahan dan PT Domba

Mas. Disamping perusahaan – perusahaan yang sudah eksis beroperasional ada juga

perusahaan – perusahaan yang sedang melakukan pembangunan di kawasan strategis

tersebut, antara lain : PT Citra Raya Perkasa Abadi bergerak dibidang pengolahan

aspal, PT Gunung Pantara Barisan bergerak dibidang pengolahan semen dan PT.

Ranyza Energi bergerak dibidang pembangkit listrik tenaga uap.

Dalam rangka pengembangan kawasan industri (klaster industri) tersebut,

Pemerintah kabupaten Batubara telah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar

lahan seluas ± 1000 Ha di kecamatan Sei Suka dan Medang Deras dapat

dimanfaatkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). KEK adalah kawasan

tertentu dimana diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan,

perizinan, keimigrasian dan ketenagakerjaan. Selain ketentuan tersebut KEK juga

perlu di dukung dengan ketersediaan infrastruktur yang handal serta badan pengelola

yang profesional sesuai dengan standar internasional.

Adapun tujuan pembentukan KEK antara lain: peningkatan investasi,

penyerapan tenaga kerja, peningkatan penerimaan devisa sebagai hasil dari

peningkatan ekspor, peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal dan peningkatan

kualitas sumber daya manusia melalui alih teknologi (bappeda.batubarakab.go.id/)

Sebanyak 65 daerah diusulkan oleh Kementerian dan Lembaga dan

pemerintah daerah menjadi Kawasan Ekonomi Khusus antara lain kawasan industri

Kuala Tanjung dan kawasan industri Labuhan Angin di Sumatera Utara. Pemerintah

akan memilih tujuh daerah dari hasil verifikasi dan seleksi tahap awal. Selanjutnya,

dari tujuh daerah itu akan dipilih menjadi dua daerah yang ditetapkan menjadi

kawasan ekonomi khusus. Daerah ekonomi khusus tersebut diperkirakan baru dapat

diterapkan 2014. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

25
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, yang menyebutkan operasionalisasi

kawasan ekonomi khusus harus sudah berlaku minimal tiga tahun setelah ditetapkan.

Untuk tahap awal pendirian kawasan ekonomi khusus, pemerintah akan

memprioritaskan daerah yang berada di daerah strategis dengan jalur perdagangan.

Daerah tersebut juga harus memiliki kesiapan infrastruktur dasar seperti pelabuhan,

jalan, dan energi, dan telah mendapatkan persetujuan dari stakeholder di daerahnya.

Fasilitas fiskal yang akan diberikan pemerintah dalam suatu kawasan ekonomi berupa

insentif pajak penghasilan bagi badan usaha. Fasilitas lainnya adalah penangguhan

bea masuk, pembebasan cukai, tidak dipungut pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah untuk barang kena pajak, dan tidak dipungut pajak

penghasilan impor. Sedangkan fasilitas non-fiskal berupa kemudahan perizinan dan

prosedur dalam berinvestasi. (www.indonesiafinancetoday.com)

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diusulkan Pemerintah kabupaten Batu

Bara terletak di Dua Kecamatan yaitu Sei Suka dengan luas wilayah 17.147 Ha dan

Kecamatan Medang Deras dengan luas wilayah 6.547 Ha. Lahan yang digunakan

sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah seluas + 1000 Ha, disebabkan di

daerah tersebut telah berdiri perusahaan – perusahaan industri berskala besar seperti

PT Inalum, PT Multi Mas Nabati, PT Domba Mas dan masing-masing perusahaan

tersebut telah memiliki pelabuhan khusus yang dapat digunakan untuk ekspor/impor

hasil-hasil produknya.

5.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI)

Pemerintah telah menetapkan Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dimana telah ditetapkan visi / arah


26
Universitas Sumatera Utara
pembangunan ekonomi Indonesia hingga 2025 yaitu Mewujudkan Masyarakat

Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur yang diwujudkan melalui 3 (tiga)

misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:

1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta

distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan

SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di

dalam maupun antarkawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta

integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan

perekonomian nasional.

3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun

pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju

innovation-driven economy

Sejalan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI), Kuala Tanjung dan Batam ditetapkan sebagai Global Hub untuk

Koridor Ekonomi Sumatera seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2.

Dengan ditetapkannya Kuala Tanjung sebagai salah satu Global Hub, maka

pemerintah akan mendorong infrastruktur ekonomi yang mendukung pengembangan

kawasan ini menjadi kawasan industri modern.

27
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2. Global Hub Kuala Tanjung

(Sumber: Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)

5.5 Deskripsi PT. Asahan Aluminium Alloys

PT Asahan Aluminium Alloys (PT AAA) didirikan dalam rangka

pengembangan industri aluminium sebagai salah satu industri yang bersifat strategis.

Proyek ini akan meningkatkan nilai tambah produk pabrik peleburan Aluminium di

Kuala Tanjung (PT Inalum). Pada tahun 1980-an Pemerintah menugaskan Otorita

Asahan untuk mewujudkan pembangunan pabrik paduan aluminium dengan produk

berupa billet dan foundry alloys. (K.L.H Notosuwarso, 2003)

Hasil studi kelayakan yang dilakukan oleh M+F Engineering Consultants yang

berkantor di Zurich Swiss selesai pada Juni 1988. Hasil studi menunjukkan bahwa

proyek tersebut layak dibangun dengan tingkat pengembalian modal (rate of return
28
Universitas Sumatera Utara
on capital) sekitar 10-12% atau setingkat dengan pengembalian modal industri sejenis

di luar negeri.

Izin pendirian PT AAA dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA)

berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia pada Agustus 1988. Komposisi saham

pada awal pendirian, 60% PT Aldevco dan 40% Inter Asia Commodities Ltd, dengan

modal dasar USD 11,2 juta.

Pembangunan pabrik PT AAA dimulai pada tahun 1990 dan rampung pada

tahun 2002 dengan total investasi sebesar USD 32,9 juta serta komposisi kepemilikan

saham seperti pada Tabel 5.5:

Tabel 5.5 Komposisi Kepemilikan Saham PT AAA

PERSENTASE
No. PEMEGANG SAHAM
(%)
1 Inter Asia Commodities Ltd. 40.18
2 Prayogo Pangestu 15.29
3 PT. Setiabhakti Mayapersada 14.8
4 PT. Aldevco 9.91
5 PT. PP. Berdikari 9.91
6 Mohamad Hasan 9.91
TOTAL 100
(Sumber: KLH Notonegoro, 2003)

5.5.1 Jenis usaha

PT. AAA adalah industri antara aluminium yang memproduksi billet dan

foundry dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Billet Bermutu Tinggi

Produk billet berbentuk silinder padat dengan kapasitas : 50.000 ton/tahun

dicetak dengan menggunakan Wagstaff Airslip Casting dengan diameter : 152 – 302
29
Universitas Sumatera Utara
mm dan panjang : 380 – 1250 mm dan 6 m. Billet (380 – 1250 mm) dikemas dalam

tumpukan piramida atau kotak serta berat maks. 1500 kg/bundle. Sedangkan Log

Billet (6 m) dikemas dalam tumpukan kotak serta berat maks. 6000 kg/bundle.

2. Foundry alloy

Produk aluminium alloy berbentuk balok dengan kapasitas : 20.000 ton/tahun

(Tahap Lanjut)

5.5.2 Lokasi dan Proses Produksi

Lokasi PT AAA sangat strategis karena terletak di Kawasan Ekonomi Khusus

Kuala Tanjung dan berdampingan dengan pabrik peleburan aluminium PT INALUM

di kabupaten Batu Bara, Propinsi Sumatera Utara.

Bahan baku yang digunakan pada proses produksi PT AAA adalah aluminium

cair (PT Inalum) dan aluminium skrap. Fasilitas Casthouse dibangun di atas tanah

seluas 10 Ha dengan luas gedung casthouse 7.740 m2 serta luas sarana penunjang

2.720 m2.

Bahan baku berupa aluminium cair dan skrap dimasukkan ke dalam melting

furnace. Selanjutnya dilakukan pembersihan kotoran pada permukaan seperti kerak

oksidasi ataupun partikel lainnya. Setelah dilakukan pengambilan sample, aluminium

cair dipindahkan ke holding furnace dan dilakukan penambahan bahan tambahan

pendukung sesuai jenis alloy yang diinginkan. Aluminium cair dibersihkan kembali

dan dilakukan pengambilan sampel. Kemudian aluminium cair dialirkan melalui

degassing dan filtering untuk membersihkan gas-gas yang terjebak dalam cairan dan

dilakukan pencetakan. Produk di-treatment dalam dapur homogenisasi, didinginkan,

30
Universitas Sumatera Utara
dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan akhirnya produk siap untuk dijual. Alur

proses produksi digambarkan sebagai berikut:

Melting Furnace Holding Furnace Degassing & Filtering

Cooling Homogenizing Billet Casting

Sawing Ready for Sale

Gambar 5.3 Alur Proses Produksi di PT AAA

31
Universitas Sumatera Utara
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi dokumentasi beberapa

perusahaan aluminium di Indonesia atau secara elektronik dengan fasilitas internet

dari laporan, buletin, jurnal tentang industri aluminium. Hasil survei industri

aluminium nasional diperoleh dari institusi yang bergerak dalam riset pasar dan

industri (Dataindo Inti Swakarsa - DIS). Untuk analisa nilai tambah dilakukan

pengumpulan data dan observasi langsung pada PT. Asahan Aluminium Alloy di

kawasan industri Kuala Tanjung.

6.1 Kondisi Industri Aluminium di Indonesia

Peleburan aluminium sebagai kegiatan industri adalah kegiatan termuda dan

terbesar pada industri logam bukan-besi, karena baru dimulai hanya sekitar satu abad

yang lalu. Aluminium dihasilkan pabrik peleburan aluminium melalui proses terhadap

bahan baku berupa alumina didalam tungku yang dikenal sebagai pot reduksi.

Alumina ini kemudian akan direduksi melalui proses elektrolisis yang disebut proses

Hall-Héroult menjadi aluminium cair (Aluminiun Handbook 1:1999).

Industri logam dasar aluminium mulai dikembangkan di Indonesia pada awal

tahun 1982. Hal ini ditandai dengan beroperasinya pabrik peleburan aluminium PT.

Inalum, di Sumatera Utara dan satu-satunya di Asia Tenggara. Walaupun demikian,

industri hilir aluminium di Indonesia sudah ada sejak era 1970 dengan produk

utamanya aluminium ekstrusi dan plat aluminium yang mencapai total produksi

sebesar 27.500 ton pada tahun 1982/83 (Bappenas, 1983). Sementara itu, di dalam

32
Universitas Sumatera Utara
negeri sejalan dengan perkembangan industri pemakainya seperti sektor konstruksi,

industri komponen otomotif, industri peralatan rumah tangga dan lain sebagainya

kebutuhan akan aluminium terus meningkat. (http://www.datacon.co.id/Al-Stainless1-

2009.html).

Berdasarkan kajian Tim Teknis Proyek Asahan, total produksi produk hilir

aluminium yang meliputi aluminium ingot alloy, aluminium ekstrusi, aluminium

sheet, dan aluminium foil hanya 375.001 ton pada 2009. Padahal, total kebutuhan

produk hilir aluminium di dalam negeri pada saat itu mencapai 535.093 ton sehingga

terjadi defisit sekitar 29,92% atau setara 160.092 ton (Yusuf, BI 2010).

Kegiatan perdagangan aluminium Indonesia dari tahun 2006 hingga 2010

terlihat sebagai berikut:

Tabel 6.1 Perdagangan Aluminium Indonesia

IMPOR & EKSPOR KOMODITI ALUMINIUM


dalam juta US$

TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 Total

IMPOR 674.1 815.1 1,242.9 862.3 1,359.7 4,954.1

EKSPOR 862.4 868.1 865.2 527.0 771.8 3,894.5

(Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan)

Dari tabel di atas terlihat bahwa transaksi perdagangan impor dan ekspor

komoditas aluminium masih mengalami defisit. Hal ini antara lain disebabkan oleh

tingginya kebutuhan produk hilir aluminium di dalam negeri dan rendahnya nilai

tambah produk aluminium yang diekspor sementara Indonesia masih mengimpor

bahan baku aluminium primer (ingot, billet,dan lain-lain).

33
Universitas Sumatera Utara
6.1.1 Permintaan dan Penawaran Aluminium

Permintaan aluminium di Indonesia ditampilkan pada Tabel 6.2 dimana

industri otomotif merupakan industri yang paling banyak menggunakan aluminium

diikuti bahan bangunan, penggunaan rumah tangga dan kelistrikan.

Tabel 6.2 Permintaan Aluminium di Indonesia Tahun 2010

Jumlah (kg)

Prime Prime Prime


No. INDUSTRI Second Keterangan
Grade Grade Grade
Grade
(Al ingot) (Al alloy) (Al billet)
1 Automotive
OEM 112,000 A.356: Al-alloy
After market 33,600 A.356: Al-alloy
Sweeteners 35,280 Al.99.8%: Al-ingot
ADC 12(50%) AC2B
Second Grade Al-alloy 176,400
(30%)

Sub Total 35,280 145,600 176,400 Total 357.280 Ton


2 Structural
20% (sweetener- Al-
Low Player (75% volume) 20,160 100,800
ingot)
Prime grade alloy
High Player (25% volume) 33,600 6061 (10%), 6063
(90%)

Sub Total 20,160 33,600 100,800 Total 154.560 Ton


3 Home Appliances
1xxx, 8xxx: Al-ingot
Sheets & Foils 134,400
99.8%

Sub Total 134,400 Total 134.400 Ton


4 Electricity

Rod wire 100,000 1236: Al-ingot 99.8%

Conductor 4,800 1236: Al-ingot 99.8%

Sub Total 100,000 4,800 Total 104.800 Ton

TOTAL 289,840 145,600 38,400 277,200 Total 751.040 Ton

(Sumber: Abubakar Subiantoro, 2011)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa permintaan aluminium pada industri

otomotif sebesar 357.280 ton, diikuti struktur sebesar 154.560 ton, peralatan rumah

tangga sebesar 134.400 ton dan kelistrikan 104.800 ton. Jenis permintaan didominasi
34
Universitas Sumatera Utara
oleh bentuk aluminium ingot 289.840 ton, diikuti oleh secondary grade 277.200 ton,

aluminium alloy 145.600 ton dan aluminium billet 38.400 ton.

Estimasi pertumbuhan industri aluminium secara agregat sebesar 5.7%.

(DIS:2011). Abubakar Subiantoro, Ketua Asosiasi Produsen Aluminium Ekstrusi

(APRALEX) memperkirakan penawaran aluminium meliputi jenis produksi dan

kapasitas dari industri yang ditampilkan pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3 Penawaran Aluminium di Indonesia Tahun 2010

Kapasitas (MT/th)
Jenis Produksi
2006 2010
Aluminium ingot primer 225,000 225,000
Aluminium secondary alloy ingot 165,000 180,000
Aluminium ekstrusi 120,000 150,000
Aluminium sheet 116,000 160,000
Aluminium foil 20,000 40,000
Aluminium rod 114,000 114,000
Total 760,000 871,010
(Sumber: Abubakar Subiantoro, 2011)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan kapasitas terpasang

industri aluminium sebesar 14,61% dari 760.000 ton pada tahun 2006 menjadi

871.010 ton pada tahun 2010. Kenaikan kapasitas produksi sebesar 3,65% per tahun.

6.1.2 Distribusi Industri Hilir Secara Geografi

Lokasi industri hilir alauminium di Indonesia ditampilkan pada Tabel 6.4.

Dari Tabel 6.4 dapat dilihat bahwa industri hilir aluminium sebagian besar tersebar di

daerah Jawa sebanyak 64 industri sementara di Sumatera Utara hanya 11 industri.

35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.4 Lokasi Industri Hilir Aluminium di Indonesia
Jumlah industri Tenaga kerja Kapasitas
Lokasi
(perusahaan) (orang) (ton)
JABODETABEK 50 18,396 162,393
BANDUNG 3 426 2,340
SURABAYA 11 5,085 88,745
MEDAN 11 2,790 48,530
Total 75 26,697 302,008
(Sumber : PT Inalum)

6.1.3 Pemain Utama Industri Hilir

Pemain utama industri hilir aluminium di Indonesia seperti ditampilkan pada

Tabel 6.5:

Tabel 6.5 Pemain Utama Industri Hilir Aluminium di Indonesia

KAPASITAS
NAMA PERUSAHAAN PRODUK LOKASI
(TON)

PT Starmas Inti Aluminium Al.Extr, AlSheet, Al.Foil 36,000 Tangerang

PT Tembaga Mulia Semanan Electric Wire, Copper wire 13,200 Jakarta

PT Alumindo Light Metal IndonesiaAl.Sheet, Coil, Sircle 85,600 Surabaya

PT Indonesia Smelting TechnologySecondary Al.Molten 21,600 Surabaya

PT Indal Aluminium Al.Extrussion 6,300 Surabaya

PT Inti Bumi Al.Slab, Al.Sheet,Al.Foil 24,000 Medan


(Sumber: PT Inalum)

PT Alumíndo Light Metal Industry Tbk. (ALMI) didirikan pada 1978

dan mulai beroperasi pada 1983. ALMI merupakan anak perusahaan Grup

Maspion yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Pada awal operasionalnya

kapasitas produksi ALMI sebesar 12.000 ton aluminium sheet per tahun.

Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, secara bertahap ALMI

meningkatkan kapasitas produksinya. Saat ini kapasitas produksi aluminium

sheet mencapai 70.000 ton per tahun. Dengan demikian, ALMI tercatat
36
Universitas Sumatera Utara
sebagai produsen aluminium sheet terbesar di Indonesia, bahkan juga tercatat

sebagai produsen terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Produk aluminium sheet terutama digunakan sebagai bahan dasar

industri peralatan dapur dan rumah tangga, peralatan listrik dan bahan

bangunan. Grup Maspion memiliki beberapa bidang bisnis diantaranya

produk-produk peralatan rumah tangga seperti panci, teflon, termos plastik,

kulkas, kompor gas, pompa air, kipas angin dan lain-laini. Grup ini juga

bergerak di bidang konstruksi, material industri dan properti.

Pada 1985 ALMI mulai merintis pasar di luar Grup Maspion yaitu

dengan menawarkan produk aluminium ke pedagang besar aluminium dan

pada 1987 sekitar 100 ton aluminium sheet dieskpor ke Singapura.

Pada 1998 ALMI menambah mesin baru merk VAI dari Austria

dengan investasi sebesar US$ 15 juta. Mesin tersebut memiliki speed 1.500

meter/ menit, mesin ini juga mampu menghasilkan produk yang kualitasnya

benar-benar diakui pelaku industri aluminium. ALMI juga telah berhasil

meraih sertifikasi ISO 9002 dari Lloyd's Register dan disesuaikan menjadi

ISO 9001:2000, yang membuktikan bahwa kualitas produk-produk yang

dihasilkan telah melalui standar baku proses dan telah mendapat pengakuan

international.

Menurut rencana pada tahun 2009, ALMI akan melakukan ekspansi

dengan meningkatkan kapasitas produksi aluminium sheet menjadi 144.000

ton per tahun. Ekspansi kapasitas ini dilakukan melalui penambahan mesin

separator dan doubler.

Selain memproduksi aluminium sheet, sejak awal beroperasinya ALMI

juga produksi aluminium foil dengan kapasitas 4.800 ton per tahun. Kini

37
Universitas Sumatera Utara
ALMI meningkatkan kapasitas produksi aluminium foil menjadi 15.600 ton

per tahun. Produk aluminium foil untuk memenuhi kebutuhan bahan baku

industri kemasan.

6.2 Analisis Potensi Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung

Potensi Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung dianalisa dengan teori

Diamod Porter dengan komponen sebagai berikut:

6.2.1 Faktor kondisi

1. Bahan Baku

PT Inalum yang terletak di Kuala Tanjung merupakan satu-satunya

industri primer aluminium di Indonesia dengan produksi saat ini sekitar

250.000 ton per tahun. Pasokan bahan baku industri hilir aluminium nasional

sebahagian sangat tergantung dari pasokan aluminium ingot PT Inalum. Dari

75 perusahaan industri hilir aluminium tersebut, 58 diantaranya dipasok oleh

PT Inalum.

PT ALMI sebagai pemain utama industri hilir aluminium masih

mengimpor 77% dari bahan bakunya. Saat ini, 77% bahan baku Alumindo

dipasok dari Rio Tinto Alcan-Canada, Southern Aluminium Industry-China

dan Vedanta Aluminium Ltd-India. Akibat besarnya bahan baku impor

tersebut, biaya bahan baku mencapai 80% dari total beban pokok pendapatan

Alumindo.Keberadaan industri hilir di Kuala Tanjung sangat kompetitif dari

sisi biaya transportasi sumber bahan baku.

2. Sumber Daya Manusia

38
Universitas Sumatera Utara
Industri hilir adalah industri yang padat modal dengan jumlah tenaga

kerja sebesar 150-200 orang. Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada 11

industri hilir aluminium yang ada di Sumatera Utara sebanyak 2.700 orang.

Industri aluminium primer PT Inalum saat ini menyerap sekitar 2.000 orang

tenaga kerja. Tenaga kerja kerja tersebut umumnya berasal dari berbagai

daerah di Sumatera Utara.

3. Infrastruktur fisik

Kondisi infrastruktur di Indonesia ditampilkan pada Tabel 6.6:

Tabel 6.6 Kondisi Infrastruktur di Indonesia

KATEGORI SKOR POSISI


Populasi dengan sanitasi yang baik (%) 55 4 dari 6 di Asean
Populasi dengan sumber air bersih (%) 77 7 dari 9 di Asean

Jaringan telepon tetap (per 1000 penduduk) 58 6 dari 10 di Asean

Pengguna telepon selular (per 1000 penduduk) 213 6 dari 10 di Asean

Pengguna internet (per 1000 penduduk) 73 6 dari 10 di Asean

Tingkat elektrifikasi (%) 54 7 dari 9 di Asean


(Sumber: OEI 2009-2014)

Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam menunjang industri

yang akan dibangun. Kondisi infrastruktur Indonesia pada tahun 2008

ditunjukkan pada tabel di atas.

Di daerah Kuala Tanjung terdapat infrastruktur Dermaga C yang

digunakan untuk umum dan dapat disandari kapal berbobot 3.000 DWT. Hal

ini akan memudahkan kegiatan ekspor impor maupun pengadaan bahan baku

pendukung industri hilir tersebut. Pemerintah melalui MP3EI telah

mencanangkan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan internasional. Hal ini akan

39
Universitas Sumatera Utara
ditopang dengan infrastruktur listrik, jalan dan lain yang mendukung program

pemerintah tersebut.

4. Teknologi

Teknologi yang terpasang pada industri hilir aluminium di Indonesia

umumnya adalah teknologi pada tahun 70-an. Industri hilir aluminium dengan

produk ekstrusi khususnya billet tidak dilengkapi fasilitas homogenisasi

sehingga billet yang dihasilkan memiliki structure as cast. Akibatnya

extrudability rendah dan permukaan profil ekstrusi relatif kasar.

Teknologi yang terpasang pada industri hilir aluminium yang ada di

Kuala Tanjung adalah teknologi tahun 90-an yang dilengkapi dengan fasilitas

homogenisasi merupakan salah satu keunggulan industri di daerah tersebut.

Teknologi ini masih update hingga saat ini.

6.2.2 Strategi, Struktur dan Persaingan Antarperusahaan

Struktur industri aluminium ditinjau dari struktur pasar dan

karakteristik produk digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6.1 Struktur Industri Aluminium

40
Universitas Sumatera Utara
Persaingan antar perusahaan rendah karena jumlah produsen yang

banyak dengan barang yang mirip. Strategi yang diterapkan umumnya strategi

biaya rendah sehingga efisiensi menjadi sangat penting

Industri hilir aluminium nasional tergabung dalam Asosiasi

Perusahaan Aluminium Extruksi (APRALEX). Melalui asosisasi ini terjalin

interaksi antar perusahaan, pertukaran informasi tentang pasar dan bahan

baku, masukan / usulan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan industri

aluminum.

6.2.3 Industri Terkait dan Pendukung

Keberadaan industri primer PT Inalum di Kuala Tanjung tentu saja

membuka peluang bagi industri hilir aluminium. Posisi PT Inalum yang

kompetitif dapat menyebabkan industri hilirnya juga memiliki daya saing

yang kuat.

Industri hilir saat ini yang ada di kota Medan 11 industri, sedangkan di

Kuala Tanjung hanya 1 industri yaitu PT Asahan Aluminium Alloys yang

masih belum beroperasi.

Industri pendukung bagi industri hilir aluminium hampir sama dengan

industri primer yang selama ini mendukung kegiatan PT Inalum. Keberadaan

industri hilir aluminium tentu saja akan oleh industri pendukung yang ada

seperti: industri batu tahan api, flux dan pihak-pihak yang terkait dengan

operasional laiinya. Namun sejauh ini belum banyak penelitian tentang

pengembangan industri hilir aluminium.

41
Universitas Sumatera Utara
6.2.4 Kondisi Permintaan.

Permintaan dalam negeri terhadap aluminium industri hilir dalam

negeri cukup tinggi. Tingginya tingkat permintaan menyebabkan konsumen

dalam negeri tidak terlalu menuntut sehingga kualitas permintaan dalam

level potensi sedang.

Berdasarkan uraian di atas potensi industri hilir aluminium ditabulasikan

dalam Tabel 6.7 seperti berikut:

Tabel 6.7 Komponen Keunggulan Bersaing Diamond Porter Industri Hilir Aluminium

LEVEL POTENSI
KOMPONEN ITEM
Nasional * Kuala Tanjung
Kondisi faktor Sumber bahan baku Rendah Tinggi
Sumber daya manusia Sedang Tinggi
Teknologi Sedang Tinggi
Infrastruktur jalan Sedang Tinggi
Infrastruktur listrik Tinggi Tinggi
Strategi, struktur dan Strategi perusahaan Sedang Tinggi
persaingan antar perusahaan Struktur dan persaingan Tinggi Rendah
Industri terkait dan Industri terkait Tinggi Tinggi
pendukung Industri pendukung Sedang Tinggi
Kondisi permintaan Ukuran market dalam negeri Tinggi Tinggi
Kualitas permintaan Sedang Sedang
(Catatan: * survey oleh DIS 2011)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan industri hilir

aluminium di Kuala Tanjung memiliki potensi yang tinggi (besar) dengan keunggulan

pada komponen kondisi faktor khususnya sumber bahan baku dan teknologi.

Selanjutnya kondisi klaster industri antara aluminium di Kuala Tanjung dapat

digambarkan dengan model Diamond Porter sebagai berikut:

42
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.2 Model Diamond Porter Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung

Dari Gambar 6.2 dapat dilihat bahwa keunggulan industri hilir aluminium di

Kuala Tanjung terutama dari kondisi faktor yaitu kemudahan dalam memperoleh

bahan baku aluminium cair dan infrastruktur industri yang tersedia. Selain itu

keunggulan lainnya adalah rencana pengembangan Kuala Tanjung sebagai

pelabuhan internasional sesuai program MP3EI akan mendorong tumbuhnya industri

hilir aluminium lainnya.

43
Universitas Sumatera Utara
6.3 Analisis Manfaat Ekonomis PT Asahan Aluminium Alloys di Kuala Tanjung

PT AAA belum beroperasi sejak didirikan. Hasil wawancara penulis dengan

pengelola perusahaan tersebut diketahui beberapa masalah yang dihadapi

diantaranya:

1. Kekurangan dana untuk penyediaan infrastruktur, peralatan dan modal

kerja hingga dapat beroperasi secara komersial

2. Belum ada kesepakatan untuk penyediaan sumber daya energi listrik

dari PT Inalum sebanyak 4 MW yang akan digunakan untuk

mengoperasikan peralatan dan fasilitas penunjang

3. Belum ada kesepakatan untuk pembelian bahan baku molten cair yang

berasal dari 40% produk PT Inalum yang digunakan untuk penjualan

domestik.

Posisi PT AAA dalam industri hilir aluminium ditunjukkan pada

gambar berikut:

10 ~ 100% 60 ~ 325%
Added Value

Gambar 6.3 Posisi PT AAA Dalam Industri Aluminium


44
Universitas Sumatera Utara
PT AAA adalah industri antara, yaitu industri yang menjembatani

industri aluminium primer dengan industri hilir aluminium dengan billet

aluminium sebagai produk utamanya. Kebutuhan domestik billet aluminium

Indonesia mencapai 36.000 ton pada tahun 2009 dengan pertumbuhan 4% per

tahun dan kebutuhan tersebut seluruhnya dipenuhi melalui ekspor billet

aluminium dari China, Dubai dan lain-lain.

6.3.1 Estimasi Operasional PT AAA

Dari data investasi awal, kondisi fasilitas saat ini dilakukan rekalkulasi

terhadap feasibility secara ekonomis untuk menjalankan PT AAA tersebut.

Perhitungan dilakukan dengan asumsi sebagai berikut;

Harga aluminium : 2.326 US$/T dengan recycle scrap 35%

Harga produk billet : 2.834 US$/T

Harga produk foundry : 3.000 US$/T

Acquisition : 18,076,777 US$

Additional investment : 10,000,000 US$

Working capital : 16,427,621 US$

Total capital requirement : 44,504,397 US$

Sales/year : 202,164,000 US$

COGS/year : 161,754,205 US$

Income/year : 40,409,795 US$

Net income/year : 30,307,346 US$ US$

Nilai asset : nilai perolehan dikurangi depresiasi tahun 2001~2010, maka

Nilai asset : 18,076,777 US$.

45
Universitas Sumatera Utara
Dari Lampiran 1 dan Lampiran 2 ditampilkan kelayakan investasi secara

ekonomis sebagai berikut:

- Margin pendapatan bersih : 15%

- IRR : 51%

- ROI : 63%

- Payback period : 2 tahun 4 bulan

Jika dibandingkan IRR pada saat studi kelayakan, IRR yang diperoleh

dari hasil perhitungan peneliti jauh lebih atraktif dibanding studi kelayakan

awal. Hal ini disebabkan oleh utilitas pabrik pada 10 tahun sejak berproduksi

masih rendah yaitu sebesar 10 ~ 50%. Sementara dengan perhitungan yang

dilakukan oleh peneliti, utilitas pabrik 55% pada tahun pertama dan 100%

pada tahun kelima karena berdasarkan kondisi permintaan produk aluminium

billet dan foundry alloys pada tahun 2010 sebesar 77% dari kapasitas

terpasang. Dengan tingkat pertumbuhan permintaan sebesar 5.7%, maka

permintaan akan lebih besar dari kapasitas terpasang dalam waktu 5 tahun ke

depan.

6.3.2 Perhitungan Nilai Tambah PT AAA

1) Pendekatan multiplier investasi

Diketahui bahwa:

Nilai investasi awal = 32.9 juta US$

Investasi tambahan dan modal kerja = 26.4

Akuisisi = 20

Total investasi = 46.4 juta US$

46
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel multiplier berbagai sektor diketahui untuk sektor industri logam

dasar besi dan baja, faktor multiplier investasi sebesar 2.352. Metode

perhitungan multiplier mengikuti pendekatan Cuihong (2000) diperoleh

multiplier investasi sebesar:

= 46.4 x 2.352

= 109.13 juta US$

2) Pendekatan nilai tambah dengan harga jual dan marginal cost

M =NP-NB, dimana:

M = marjinal (tenaga kerja, input lain, balas jasa pengusaha)

NP = nilai produk

NB = nilai bahan baku

NT= M x Q, dimana:

NT = nilai tambah

Q = jumlah produk

Dengan proyeksi harga billet 2.843 US$ per ton dan harga bahan baku 2.311

US$ per ton dan proyeksi harga foundry alloys 3.000 US$ per ton dan harga

bahan baku 2.311 US$ per ton diperoleh:

Mbillet = 2.843 – 2.311 = 532 US$

NTbillet= 532 x 50.000 = 26,60 juta US$ per tahun

Mfoundry = 3.000– 2.311 = 689 US$

NTfoundry= 689 x 20.000 = 13,78 juta US$ per tahun

47
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, nilai tambah yang dihasilkan dari operasional PT Asahan

Aluminium Alloys yang mengkonversi aluminium cair menjadi aluminium

billet dengan kapasitas produksi sebesar 50.000 ton billet per tahun dan 20.000

ton foundry alloy per tahun sebesar 26,60 + 13,78 = 40,38 juta US$ per tahun

48
Universitas Sumatera Utara
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Kawasan industri Kuala Tanjung memiliki potensi yang besar bagi

pengembangan industri hilir dalam menunjang pengembangan industri

aluminium nasional. Hal ini antara lain disebabkan :

- Potensi pembelian bahan baku berupa aluminium cair sebagai insentif

langsung bagi industri hilir aluminium dalam bentuk biaya operasional

(energi listrik) yang lebih murah.

- Biaya transportasi bahan baku yang lebih murah bagi produk orientasi

ekspor.

- Kemudahan distribusi bahan baku menyebabkan rendahnya biaya

penyimpanan bahan baku.

- Pelaksanaan MP3EI koridor Sumatera khususnya Global Hub Kuala

Tanjung dimana Pemerintah akan meningkatkan infrastruktur ada

sehingga akan menunjang industri yang ada di Kuala Tanjung..

2. Manfaat secara ekonomis beroperasinya industri hilir PT AAA akan

menunjang pengembangan ekonomi kabupaten Batu Bara melalui peningkatan

Pendapatan Daerah Regional Bruto kabupaten Batu Bara dengan nilai tambah

terhadap pengembangan ekonomi sebesar:

- 109,13 juta US$ (dengan metode Multiplier Investasi)

- 40,38 juta US$/tahun (dengan metode pendekatan nilai tambah dengan

harga jual dan marginal cost).

49
Universitas Sumatera Utara
7.2 Saran

1. Potensi pengembangan industri hilir di kawasan industri Kuala Tanjung perlu

ditindaklanjuti dengan pembangunan industri hilir dengan PT Inalum sebagai

sentral industri aluminium. Industri terkait dan pendukung industri hilir juga

perlu terus dikembangkan guna meningkatkan nilai tambah industri hilir

aluminium.

2. Potensi industri hilir yang ada (PT AAA) dapat dikembangkan dengan

pembangunan industri ekstrusi terpadu dengan memproduksi aluminium ingot

sekunder berbahan baku aluminium primer dan skrap serta foundry.

3. Para pihak yang berkepentingan (stakeholder), diharapkan dapat memperkuat

dukungan terhadap operasional PT AAA melalui integrasi industri primer dengan

industri hilir akan lebih memperkuat struktur industri aluminium nasional.

50
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Aluminium Verlag, “Aluminiun Handbook 2. Forming, Casting, Surface Treatment,


Recycling and Ecology”, 1999, Aluminium-Zentrale e.V., first edition,
Germany

Aluminium Verlag, “Aluminiun Handbook 1. Fundamental and Materials”, 1999,


Aluminium-Zentrale e.V., first edition, Germany

Bappenas, “Laporan Perkembangan Industri” 1983, www.bappenas.go.id/get-file-


server/node/6823/ -

Cuihong, Yang, 2000, “Study on Multiplier Effect of China Township and Village
Enterprises on National Economy, Institute of Systems Science. Chinese
Academy of Sciences. Paper submitted to the 13th International Conference on
Input-Output Technique, August 21-25, 2000, Macerata, Italy.

DedySaputra dkk, “Studi Klaster Pengolahan Kakao”, Pusat Penelitian


Pengembangan Iptek LIPI, Jakarta, 2006

Doeringer, P.B., dan Terkla, D.G. 1995, “Business Strategy and Cross-industri
Clusters”, Economic Development Quarterly, Vol.9, No.3, 225_237, SAGE
Publications

Dataindo Inti Swakarsa (DIS), “Basic Non-Ferrous Metal Manufacturing in


Indonesia, Indonesia Industry Report and Market Research”, 2011

Eugene F Brigham dan Joel F Houston, 2001, “Manajemen Keuangan “ Erlangga,


Jakarta

Hayami Y., Thosinori, M., dan Masdjidin S. 1987, “Agricultural Markerting and
Processing in Upland Java: A prospectif From A Sunda Village”, Bogor.

K.L.H Notosuwarso, “Pembangunan Pabrik Aluminium Alloys Casthouse Kuala


Tanjung – Sumatera Utara”, PT Asahan Aluminium Alloys 2003

Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 “Masterplan


Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025”,
Jakarta

OECD Proceedings, “Boosting Innovation: The Cluster Approach”, OECD,1999,


Paris

Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2013, Edisi Juli 2008 Economy, Institute of
Systems Science. Chinese Academy of Sciences.

51
Universitas Sumatera Utara
Porter M. E., 1998,” The Competitive Advantage of Nations”. The Free Press, New
York.

Subiantoro, Abubakar. 2011, ”Seminar Pertumbuhan Industri Aluminium Indonesia”,


Asosiasi Produsen Aluminium Ekstrusi Indonesia, Jakarta

Yusuf W. J., “RI defisit produk hilir aluminium” Harian Bisnis Indonesia, 12 Jun
2010

http://www.bappeda.batubarakab.go.id/

http://www.datacon.co.id/Al-Stainless1-2009.html

http://www.indonesiafinancetoday.com/read/15527/65-Daerah-Diusulkan-Jadi-
Kawasan-Ekonomi-Khusus

http:// www.kemenperin.go.id

http://www.scielo.br/scielo.php/

http://www.wikipedia.com/

http://www.oocities.org/markal_bppt/publish/slistrk/slmuch.pdf

http://www.esdm.go.id/berita/listrik/

52
Universitas Sumatera Utara
PT. ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS 16,427,621 400.00 0.92 399.08 LAMPIRAN 1
Proyeksi Laba Rugi (US $) 2,576,358 0.2290%

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Keterangan / Tahun Operasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rugi Laba
Rencana Penjualan ton 40,000 45,000 55,000 60,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000
Billet 40,000 45,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000
Foundry 5,000 10,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000

93,510,565 104,877,340 127,910,892 139,277,668 161,911,489 161,932,294 161,936,605 162,069,280 161,754,203 161,754,203 161,754,205 161,754,207 161,754,209 161,754,211 161,754,213 161,754,215 161,754,217 161,754,219 161,754,221 161,754,223
Harga Pokok Penjualan US Dollar 2,338 2,331 2,326 2,321 2,313 2,313 2,313 2,315 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311
Margin Keuntungan 662 669 674 679 687 687 687 685 689 689 689 689 689 689 689 689 689 689 689 689
Harga Jual Billet 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843
Harga Jual Foundry 4,639 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000
Penerimaan Penjualan Billet 61.29% 113,731,200 127,947,600 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 billet
Foundry - - 15,000,000 30,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 foundr
Total Penjualan 113,731,200 127,947,600 157,164,000 172,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000

1. Biaya Produksi
- Variabel 90,726,480 102,067,290 124,748,910 136,089,720 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340
- Tetap 2,344,790 2,344,790 2,644,790 2,644,790 2,560,255 2,560,255 2,564,566 2,564,566 2,249,489 2,249,489 2,249,490 2,249,491 2,249,492 2,249,493 2,249,494 2,249,495 2,249,496 2,249,497 2,249,498 2,249,499
Sub total 93,071,270 104,412,080 127,393,700 138,734,510 161,331,595 161,331,595 161,335,906 161,335,906 161,020,829 161,020,829 161,020,830 161,020,831 161,020,832 161,020,833 161,020,834 161,020,835 161,020,836 161,020,837 161,020,838 161,020,839
Laba (Rugi) kotor 20,659,930 23,535,520 29,770,300 33,429,490 40,832,405 40,832,405 40,828,094 40,828,094 41,143,171 41,143,171 41,143,170 41,143,169 41,143,168 41,143,167 41,143,166 41,143,165 41,143,164 41,143,163 41,143,162 41,143,161
2. Biaya Non Produksi
- Variabel 207,727 233,692 285,624 311,590 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522
- Tetap 231,568 231,568 231,568 231,568 216,372 237,177 237,177 369,852 369,852 369,852 369,853 369,854 369,855 369,856 369,857 369,858 369,859 369,860 369,861 369,862
Sub total 439,295 465,261 517,192 543,158 579,893 600,699 600,699 733,374 733,374 733,374 733,375 733,376 733,377 733,378 733,379 733,380 733,381 733,382 733,383 733,384
Laba (Rugi) Usaha 20,220,635 23,070,260 29,253,108 32,886,332 40,252,511 40,231,706 40,227,395 40,094,720 40,409,797 40,409,797 40,409,795 40,409,793 40,409,791 40,409,789 40,409,787 40,409,785 40,409,783 40,409,781 40,409,779 40,409,777
- - - - - - - - - - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Laba (Rugi) Sebelum Pajak 20,220,635 23,070,260 29,253,108 32,886,332 40,252,511 40,231,706 40,227,395 40,094,720 40,409,797 40,409,797 40,409,796 40,409,795 40,409,794 40,409,793 40,409,792 40,409,791 40,409,790 40,409,789 40,409,788 40,409,787
3. Pajak 25 % (*) 25% 5,055,159 5,767,565 7,313,277 8,221,583 10,063,128 10,057,926 10,056,849 10,023,680 10,102,449 10,102,449 10,102,449 10,102,449 10,102,449 10,102,448 10,102,448 10,102,448 10,102,448 10,102,447 10,102,447 10,102,447
Laba (Rugi) Bersih 15,165,477 17,302,695 21,939,831 24,664,749 30,189,383 30,173,779 30,170,546 30,071,040 30,307,348 30,307,348 30,307,347 30,307,346 30,307,346 30,307,345 30,307,344 30,307,343 30,307,343 30,307,342 30,307,341 30,307,340

Universitas Sumatera Utara


PT. ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS LAMPIRAN 2
Proyeksi Aliran Kas Masuk & Peningkatan Kapasitas (US $) 2,470,179 2,470,179 2,370,448 2,370,448 2,370,448 2,370,448 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Keterangan / Tahun Operasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Aliran Kas Masuk :


Laba Bersih 15,165,477 17,302,695 21,939,831 24,664,749 30,189,383 30,173,779 30,170,546 30,071,040 30,307,348 30,307,348 30,307,347 30,307,346 30,307,346 30,307,345 30,307,344 30,307,343 30,307,343 30,307,342 30,307,341 30,307,340
Depresiasi 2,169,879 2,169,879 2,170,179 2,170,179 2,070,448 2,070,448 2,070,448 2,070,448 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Kas Masuk (44,504,397) 17,335,356 19,472,574 24,110,010 26,834,928 32,259,832 32,244,227 32,240,994 32,141,488 32,057,569 32,057,569 32,057,568 32,057,568 32,057,567 32,057,566 32,057,565 32,057,565 32,057,564 32,057,563 32,057,562 32,057,562
Akumulasi Kas Masuk 17,335,356 36,807,929 60,917,939 87,752,867 120,012,699 152,256,926 184,497,920 216,639,409 248,696,978 280,754,547 312,812,115 344,869,682 376,927,249 408,984,815 441,042,380 473,099,945 505,157,509 537,215,072 569,272,634 601,330,196
30,446,329.03
Rencana Pembayaran Pokok 2987218.154 3512974.154 4136847.404 5023456.901 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221
Pinjaman & Peningkatan
Kapasitas :
Kas Masuk 1,914,657 1,914,657 1,914,657 2,538,463 2,508,543 2,987,218 3,512,974 4,136,847 5,023,457 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Rencana peningkatan kapasitas - - (1,667,506) - (1,637,401) (1,618,566) (2,410,276) (3,167,979) (1,080,531) - - - - - - - - - - -
Akumulasi Kas Masuk 1,914,657 3,829,314 4,076,465 6,614,927 7,486,070 8,854,722 9,957,420 10,926,289 14,869,214 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702

ROI 63
Discount rate 7.50% 7.50% 2,469,879 2,469,879 2,370,148 2,370,148 2,370,148 2,370,148 2,049,921 2,049,921 2,049,921 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251
NPV $ 2,204,810 247,832,173
IRR 6.03% 50.81%
File name : proposal2

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai