Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN TUGAS TUTON

Tugas Tutorial 3

IDIK4017/Pembaharuan dalam Pembelajaran

Vincentius Rachmat Jogor


031085019
Pendidikan Kimia
UPBJJ Kota Malang

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2021.2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas tutorial
kedua ini. Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kuliah masa 2021.2. Penulis
mencari jawaban dari persoalan yang diberikan pada tugas tutorial kedua ini dengan
menggunakan referensi dari Buku Materi Pokok IDIK4017 sebagai sumber utama dan
jurnal-jurnal serta tulisan-tulisan yang diperoleh dari internet. Penulis juga
mendiskusikan maksud dari persoalan dengan rekan mahasiswa lain sehingga tidak
mengalami kesalahan dalam memahami soal.

Penulis berterima kasih kepada tutor pembimbing mata kuliah IDIK4017 yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan dalam menjawab setiap persoalan serta materi-
materi inisiasi yang bersesuaian pada sesi tuton.

Semoga dengan pembahasan tugas tutorial kedua yang disusun ini, penulis dapat
memperoleh hasil yang baik sehingga dapat lulus mata kuliah IDIK4017 dengan nilai
memuaskan.
PEMBAHASAN

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran e-learning:


a. Selective Model

Digunakan jika jumlah komputer di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya satu unit
komputer). Dalam model ini, guru harus memilih salah satu alat atau media yang tersedia
yang dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran. Jika guru menemukan bahan
e-learning yang bermutu dari internet maka guru hanya dapat menunjukkan bahan
pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan demonstrasi saja. Contoh pembelajaran
mengenai dampak pencemaran hidup, guru mengambil sumber berupa video atau film
pendek yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan dari internet, kemudian
memutarnya melalui laptop guru yang disambungkan dengan layar proyektor sehingga
semua siswa di kelas dapat menyaksikan dan memahami materi yang disampaikan.

b. Sequential Model

Model berurutan digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya


hanya dua atau tiga komputer). Siswa dalam kelompok kecil bergiliran menggunakan
komputer untuk mencari sumber informasi dari pelajaran yang disampaikan. Siswa
menggunakan bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari informasi
baru. Misalnya siswa diberi pertanyaan pemancing mengenai dampak pencemaran
lingkungan, kemudian siswa dibentuk dalam kelompok sesuai jumlah unit komputer yang
ada di sekolah, masing-masing kelompok mencari sumber informasi mengenai dampak
pencemaran dari internet, bisa berupa artikel, jurnal, karya ilmiah, atau video dengan tema
masing-masing kelompok berbeda. Kemudian setiap kelompok diminta untuk
menyampaikan informasi yang mereka dapat di depan kelas untuk ditanggapi oleh
kelompok lain bersama guru.

c. Static Station Model

Model statis digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas seperti pada
sequential model. Di dalam model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang
berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan
oleh satu atau dua kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, sedangkan kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Misalnya pada percobaan IPA Terapan
mengenai konstanta pegas, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok
yang melakukan percobaan menentukan konstanta pegas menggunakan virtual lab dari
internet, sedangkan kelompok yang lainnya melakukan percobaan menggunakan pegas
dan beban nyata yang telah disiapkan guru di laboratorium/kelas.

d. Laboratory Model

Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang


dilengkapi dengan jaringan internet dimana siswa dapat menggunakannya secara lebih
leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan oleh
seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri. Misalnya penggunaan LMS
(Learning Management System) pada pembelajaran masa pandemi, dimana siswa dapat
mengakses LMS melalui gawai yang mereka miliki masing-masing, mencari sumber
yang sesuai dengan rujukan dari modul yang diberikan di LMS, menyelesaikan persoalan
yang diberikan di LMS secara mandiri.

2. Tahapan dalam pembelajaran multimedia:


a. Persiapan awal
1) Menyiapkan rencana pembelajaran
2) Mengumpulkan data-data yang diperlukan, gambar, atau film/slide (jika
dimungkinkan ada)
3) Menyiapkan perangkat komputer (software yang diperlukan)
b. Pembuatan presentasi untuk pembelajaran
1) Tidak harus semua materi yng akan diajarkan perlu diinformasikan semua dalam
presentasi. Dibutuhkan jiwa seni bagi seorang guru dalam membuat rancangan
presentasi pembelajaran
2) Presentasi mencakup pokok-pokok materinya saja
3) Menyisipkan gambar-gambar, film atau suara jika diperlukan
4) Sebaiknya pada akhir presentasi dibuatkan soal-soal atau tugas-tugas untuk siswa.
c. Pelaksanaan
1) Sebelum pelajaran dimulai, guru menyiapkan tempat presentasi.
2) Menyiapkan perangkat-perangkat yang dibutuhkan misalnya komputer, LCD
proyektor, screen proyektor, microphone, dan pengeras suara
3) Pelaksanaan pembelajaran
4) Penilaian dalam bentuk posttest

Contoh pelaksanaan pembelajaran multimedia:

Mata Pelajaran: IPA Terapan

Tingkat: X (sepuluh)

Program Keahlian: Akomodasi Perhotelan dan Tata Boga

Materi: Pegas dan Hukum Hooke

Tujuan pembelajaran: siswa dapat menentukan konstanta pegas dan menggambar grafik
hubungan beban dan pertambahan panjang.

1) Tahap persiapan:

Menyiapkan perangkat laptop yang digunakan dan mencoba peramban yang akan
digunakan

Menguji koneksi ke https://phet.colorado.edu/in/simulations/masses-and-springs-basics


sebagai laboratorium virtual.

Membuat petunjuk pelaksanaan percobaan

2) Pembuatan presentasi:

Membuat presentasi tentang hubungan pegas, beban, dan pertambahan panjang serta
menyisipkan video tentang penggunaan pegas dan macam-macam pegas

3) Pelaksanaan:

Siswa diminta untuk mengakses alamat laboratorium virtual yang diberikan, kemudian
melakukan percobaan secara virtual sesuai petunjuk percobaan yang diberikan. Petunjuk
percobaan dapat diakses melalui Google Classroom.
Sesudah selesai percobaan, siswa diminta membuat laporan hasil pengamatan yang berisi
konsep dasar, cara kerja, hasil pengamatan, dan pembahasan dari pertanyaan yang
diberikan di petunjuk percobaan. Laporan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

3. Contoh soal untuk mengukur aspek kognitif


a. Kompetensi dasar: siswa dapat membedakan larutan yang bersifat asam, basa, atau
netral dari data percobaan yang diberikan
1. Tiga buah larutan A,B, dan C diuji menggunakan larutan indicator, diperoleh data
sebagai berikut:

Trayek Larutan
Indikator Warna Larutan A Larutan B
pH C
Metil merah 4,4 – 6,2 Merah ke kuning Kuning Merah Kuning
Metil jingga 3,1 – 4,4 Merah ke kuning Kuning Merah Kuning
Bromtimol
6,0 – 7,6 Kuning ke biru Kuning Kuning Biru
biru
8,3 – Tak berwarna ke Tak Tak
Fenolftalein Merah
10,0 merah berwarna berwarna
Dari data tersebut, perkirakan nilai pH dari masing-masing larutan dan sifatnya!

2. Kompetensi dasar: siswa dapat menentukan nilai pH larutan jenuh

Tentukan pH dari larutan jenuh Mg(OH)2 yang memiliki Ksp = 2 x 10-12 !

b. Menurut saya pengukuran aspek afektif lebih tepat menggunakan teknik laporan diri,
dimana siswa diberi beberapa pertanyaan yang memandu siswa untuk mengenal
dirinya misalnya saya senang dengan pelajaran IPA Terapan, saya memahami materi
yang disampaikan, penyampaian guru dapat dipahami dengan jelas dan sebagainya.
Diperlukan kejujuran siswa dalam menjawab kuesioner tersebut, namun saya yakin
dengan pendekatan ke siswa yang baik dan dapat diterima oleh siswa, para siswa saya
bisa bersikap jujur dan terbuka tanpa merasa takut untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan. Di sisi lain saya bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan serta potensi
masing-masing siswa yang sebenarnya.
4. Content validity dan construct validity dapat dicapai melalui penyusunan berdasarkan
ketentuan atau teori, sedangkan criterion validity dan face validity dapat diketahui
melalui pengalaman. Content validity diperoleh dengan melihat soal yang membentuk
tes yang diberikan. Jika soal yang diberikan menggambarkan isi materi yang
diberikan di kelas dan sesuai dengan kisi-kisi, maka content validity telah terpenuhi.
Construct validity dicapai apabila soal-soal yang diberikan mengukur setiap aspek
berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator yang disampaikan di kurikulum. Criterion validity dipenuhi jika soal yang
diberikan sesuai dengan pengalaman siswa sehari-hari. Face validity terpenuhi jika
tampilan soal memiliki keterbacaan tinggi, menarik, dan mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

1. BMP IDIK4017
2. http://cobah-ajah.blogspot.com/2012/06/bentuk-bentuk-validitas.html
3. http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569339/pendidikan/(4)+Validitas+Instrumen.pd
f

Malang, 13 Desember 2021

Vincentius Rachmat Jogor

Anda mungkin juga menyukai