Anda di halaman 1dari 9

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

KAJIAN KESULITAN BELAJAR MENULIS PADA SISWA KELAS III


SEKOLAH DASAR NEGERI 2 CIHALIMUN KEC. KERTASARI KAB. BANDUNG

Indra Nugrahayu Taufik


(Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, FKIP, Universitas Bale Bandung)

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Analisis Kesulitan Belajar Menulis pada Siswa Kelas III Sekolah
Dasar Negeri 2 Cihalimun Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung”. Penelitian ini
mengambil permasalahan mengenai kesulitan belajar menulis pada siswa kelas III di sekolah
dasar.Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Kesulitan belajar menulis yang
berat disebut juga agrafia. Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara
membuat huruf atau simbol-simbol matematika. Disgrafia serng dikaitkan dengan kesulitan
belajar membaca atau disleksia karena kedua jenis kesulitan tersebut sesungguhnya saling
terkait. Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah umum yang muncul dan perlu
ditindaklanjuti adalah dengan mengimplementasikan model pembelajaran menulis sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah seperti apakah kesulitan menulis yang dialami siswa dan faktor-faktor apakah yang
menyebabkan siswa sulit menulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau
mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis dengan menggunakan berbagai model
menulis. Secara lebih khusus tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan
menulis siswa SD kelas III dan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa sulit
menulis.

Kata Kunci: analisis, kesulitan, belajar, menulis, disgrafia, agrafia

A. PENDAHULUAN mewicara dan menyimak. Baik menulis


Sekolah sebagai lembaga maupun keterampilan lainnya memiliki
pendidikan merupakan salah satu modal fungsi untuk manusia dalam
siswa untuk memajukan pembangunan, mengkomunikasikan pesan melalui bahasa.
karena lembaga pendidikan bertujuan Pesan yang menjadi isi sebuah tulisan itu
mengembangkan pengetahuan dan potensi dapat berupa ide, kemauan, keinginan,
yang dimiliki siswa. Lembaga pendidikan perasaan, ataupun informasi tentang
sangat berperan berkaitan dengan sesuatu.
pentingnya meningkatkan prestasi belajar Pada dasarnya setiap orang
siswa terhadap kualitas pendidikan, salah memiliki potensi untuk menulis namun
satunya pada pengajaran bahasa Indonesia tidak setiap orang dapat menyampaikan
yang bertujuan agar siswa terampil pesan melalui tulisan. Siswa di sekolah
berbahasa; terampil menyimak, berbicara, dasar memiliki potensi yang sama untuk
membaca dan terampil menulis (Tarigan, menulis, namun tidak setiap siswa
1987: 2). memiliki keterampilan menulis yang sama.
Kemampuan menulis tidak berdiri Halliday dalam Tompkins (1994)
sendiri, melainkan saling berhubungan menyatakan”Learning language, learning
dengan kemampuan lain, yaitu membaca, about language, and learning through

35
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

language as the three component in the Atas dasar itulah penulis memilih
langage arts.” Untuk itu, menurut judul Analisis Kesulitan Belajar Menulis
Tompkins (1994), “These components can pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar
be rephrases to describe the role of writing Negeri Cihalimun 2 Kec. Kertasari Kab.
in the elementary grades: (1) learning to Bandung.
write; (2) learning about written language; Menelisik rumusan masalah di atas,
(3) learning through writing.” Jadi, fokus maka penelitian ini bertujuan untuk
pembelajaran menulis di SD adalah (1) mengetahui atau mendeskripsikan
belajar untuk menulis, (2) belajar tentang kemampuan siswa dalam menulis dengan
tulisan, dan(3) belajar melalui tulisan. menggunakan berbagai model menulis.
Berdasarkan hasil tulisan siswa yang Secara lebih khusus tujuan penelitian ini
penulis identifikasi, ternyata siswa tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
mempunyai kesulitan-kesulitan dalam 1) mendeskripsikan kemampuan menulis
memproduksi tulisan grafemis sebagai siswa SD kelas III;
berikut: 2) mengetahui faktor-faktor yang
1) tidak bisa menulis F, f, V, v, Q, q, X, x, menyebabkan siswa sulit menulis.
Z, Secara teoretis, penelitian ini
2) ada tulisan grafemis yang tertukar bermanfaat sebagai uji empirik terhadap
seperti d menjadi b atau sebaliknya; m strategi menulis di sekolah dasar dengan
menjadi n atau sebaliknya; berbagai macam model menulis.
3) Adanya pengurangan tulisan grafemis Secara praktis, hasil penelitian ini
ketika guru mendiktekan tulisan ng, bermanfaat khususnya bagi para guru
ny, menjadi g dan y misalnya pada sekolah dasar, lembaga LPTK, dalam hal
kata dengan degan, misalnya ini PGSD, dan para pengembang
misalya; kurikulum bahasa Indonesia sebagai upaya
4) Adanya penambahan tulisan grafemis meningkatkan kemampuan siswa dalam
h, y, misalnya saya  sayah, ia  iya menulis.
Berdasarkan hasil wawancara,
faktor-faktor penyebab ketidakmampuan B. TINJAUAN PUSTAKA
menulis tersebut disebabkan oleh: Pada bagian ini akan dijelaskan
1) kurangnya (jarang dipakai) frekuensi ihwal kesulitan belajar menulis. Penjelasan
kemunculan tulisan grafemis seperti V, lebih rincinya di bawah ini
v, Q, q, X, x, Z, z, sehingga mereka
ada yang tidak bisa menulis dan ada Ihwal Kesulitan Belajar
pula yang tertukar dengan tulisan Abdurrahman (2003: 6)
grafemis lain seperti V dengan P, Q menjelaskan bahwa definisi kesulitan
dengan K, Z dengan J dan S, X dengan belajar pertama kali dikemukakan oleh The
S ( pada kata, Xilofon dan Xilem). United States Office of Education (USOE)
2) kemiripan tulisan grafemis seperti d pada tahun 1977 yang dikenal dengan
menjadi b atau sebaliknya, m menjadi Public Law (PL) 94-142, yang hampir
n atau sebaliknya; identik dengan definisi yang dikemukakan
3) secara psikologis kurang konsentrasi oleh The National Advisory Committee on
dalam menyimak, Handicapped Children pada tahun 1967.
4) faktor lain yang tidak kalah penting Definisi tersebut seperti dikutif oleh
ialah minimnya perhatian orang tua Hallahan, Kauffman, dan Llioyd (1985:
terhadap siswa sehingga motivasi 14) seperti berikut ini.
belajar mereka kurang. Kesulitan belajar khusus adalah
suatu gangguan dalam satu atau lebih dari

36
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

proses psikologis dasar yang mencakup bidang studi matematika. Gangguan


pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran tersebut intrinsik dan diduga disebabkan
atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat.
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin
mendengarkan, berpikir, berbicara, terjadi bersamaan dengan adanya kondisi
membaca, menulis, mengeja, atau lain yang menganggu (misalnya gangguan
berhitung. Batasan tersebut mencakup sensoris, tunagrahita, hambatan sosial, dan
kondisi-kondisi seperti gangguan emosional) atau berbagai pengaruh
perceptual, luka pada otak, disleksia, dan lingkungan (misalnya perbedaan budaya,
afasia perkembangan. Batasan tersebut pembelajaran, yang tidak tepat, faktor-
tidak mencakup anak-anak yang memiliki faktor psikogenetik), berbagai hambatan
problema belajar yang penyebab utamanya tersebut bukan penyebab atau pengaruh
berasal dari adanya hambatan dalam langsung (Hammil et al., 1981: 336).
penglihatan, pendengaran, atau motorik, Meskipun definisi yang
hambatan karena tunagrahita, karena dikemukakan oleh NJCLD memiliki
gangguan emosional, atau karena kelebihan-kelebihan bila dibandingkan
kemiskinan lingkungan, budaya, atau dengan definisi yang dikemukakan PL 94-
ekonomi. 142, the Board of the Association for
Meskipun definisi USOE Children and Adulth with Learning
merupakan definisi resmi yang digunakan Disabities (ACALD) tidak menyetujui
oleh pemerintah Amerika Serikat, tetapi definisi tersebut, dan karena itu mereka
banyak kritik yang diarahkan pada definisi mengemukakan definisi seperti dikutif oleh
tersebut karena berbagai alasan. Lovitt Lovitt (1989: 7) berikut ini.
(1988: 6) mengemukakan lima macam Kesulitan belajar khusu adalah
kriktik, yaitu (1) berkenaan dengan suatu kondisi kronis yang diduga
penggunaan istilah “anak”, (2) proses bersumber neurologis yang secara selektif
psikologi dasar, (3) pemisahan mengeja menganggu perkembangan, integrasi,
dari ekspresi pikiran dan perasaan secara dan/atau kemampuan verbal dan/atau
tertulis, (4) adanya berbagai kondisi yang nonverbal.
digabungkan menjadi satu, dan (5) Kesulitan belajar khusus tampil
pernyataan bahwa kesulitan belajar dapat sebagai suatu kondisi ketidakmampuan
terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi yang nyata pada orang-orang yang
lain. Jika kajian tentang kesulitan belajar memiliki inteligensi rata-rata hingga
tersebut mencakup orang dewasa maka superior yang memiliki sistem sensoris
akan terjadi suatu perdebatan yang luas yang cukup, dan kesempatan untuk belajar
dan terjadi kesalahpahaman. yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut
Sebagai konsekuensi dari adanya bervariasi dalam perwujudan dan
berbagai kritik terhadap definisi PL 94-142 derajatnya.
tersebut maka The National Joint Kondisi tersebut dapat berpengaruh
Committee for Learning Disabilities terhadap harga diri, pendidikan, sosialisasi,
(NJCLD) mengemukakan definisi sebagai dan/atau aktivitas kehidupan sehari-hari
berikut. sepanjang kehidupan.
Kesulitan belajar menunjuk pada Dari ketiga definisi kesulitan
kelompok kesulitan yang dimanifestasikan belajar di atas, di samping memiliki
dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam perbedaan juga memiliki titik-titik
kemahiran dan penggunaan kemampuan kesamaan, yaitu (1) kemungkinan adanya
mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, disfungsi neurologis, (2) adanya kesulitan
menulis, menalar, atau kemampuan dalam dalam tugas-tugas akademik, (3) adanya

37
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

kesenjangan antara prestasi dengan berhubungan dengan membaca, mewicara,


potensi, dan (4) adanya pengeluaran dari dan menyimak. Baik menulis, membaca,
sebab-sebab lain. mewicara, maupun menyimak memiliki
Ketiga definisi juga fungsi untuk manusia dalam
mengindikasikan bahwa kesulitan belajar mengomunikasikan pesan melalui bahasa.
dapat berwujud sebagai suatu kekurangan Lerner (1985: 413) mengemukakan
dalam satu atau lebih bidang akademik, bahwa menulis adalah menuangkan ide
baik dalam mata pelajaran yang spesifik dalam suatu bentuk visual. Soemarmo
seperti membaca, menulis, matematika, Markam (1989: 7) menjelaskan bahwa
dan mengeja; atau dalam berbagai menulis adalah mengungkapkan bahasa
keterampilan yang bersifat lebih umum dalam bentuk simbol gambar. Menulis
seperti mendengarkan, berbicara, dan adalah sebagai suatu aktivitas kompleks
berpikir. Definisi yang dikemukakan oleh yang mencakup gerakan lengan, tangan,
ACALD menyatakan bahwa kesulitan jari, dan mata secara terintegrasi. Menulis
belajar dapat muncul dalam bentuk juga terkait dengan pemahaman bahasa dan
penyesuaian sosial atau vokasional, kemampuan berbicara (Abdurrahman,
keterampilan kehidupan sehari-hari, atau 2003: 224). Tarigan (1986:21)
harga diri. Ketiga definisi mengemukakan mendefinisikan menulis sebagai
bahwa anak berkesulitan belajar melukiskan lambang-lambang grafis dari
memperoleh prestasi belajar jauh di bawah bahasa yang dipahami oleh penulisnya
potensi yang dimilikinya. Potensi maupun orang-orang lain yang
umumnya diukur dengan tes inteligensi, menggunakan bahasa yang sama dengan
biasanya menggunakan WISC-R penulis tersebut. Menurut Poteet seperti
(Weschsler Intelligence Scale for Children- dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:
Riviced). Prestasi belajar umumnya diukur 239), menulis merupakan penggambaran
dengan tes prestasi belajar. visual tentang pikiran, perasaan, dan ide
Menurut Abdurrahman (2003: 9) di dengan menggunakan simbol-simbol
Indonesia belum ada definisi yang baku sistem bahasa penulisnya untuk keperluan
tentang kesulitan belajar. Para guru komunikasi atau mencatat.
umumnya memandang semua siswa yang Dari beberapa definisi tentang
memperoleh prestasi belajar rendah disebut menulis yang dikemukakan dapat
siswa berkesulitan belajar. Dalam kondisi disimpulkan bahwa “menulis merupakan
seperti itu, kiranya dapat dipertimbangkan salah satu komponen sistem komunikasi
untuk mengadopsi definisi yang yang menggambarkan pikiran, perasaan,
dikemukakan oleh ACALD untuk dan ide ke dalam bentuk lambang-
digunakan dalam dunia pendidikan di lambang bahasa grafis dan dilakukan untuk
Indonesia. keperluan mencatat dan
Dari ketiga definisi kesulitan mengomunikasikan pesan melalui bahasa”.
belajar di atas, peneliti mengindikasikan
bahwa kesulitan belajar yang dialami Ihwal Kesulitan Belajar Menulis
subjek yang diteliti, berwujud sebagai Pada esensinya, setiap anak didik
suatu kekurangan di bidang akademik mempunyai beberapa kesulitan dalam
dalam mata pelajaran yang spesifik yaitu belajar. Pada tingkat dasar, khususnya
kesulitan dalam menulis. mata pelajaran bahasa Indonesia, dalam hal
ini keterampilan berbahasa, anak didik
Ihwal Menulis tidak sedikit yang mengalami kesulitan
Djuanda dkk. (2006: 297) belajar baik, menyimak, membaca,
mengemukakan bahwa menulis berbicara, atau menulis. Kasus yang

38
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ditangani oleh penulis merupakan kasus jari-jari untuk menulis sebagai respons
anak yang mempunyai kesulitan dalam terhadap rangsangan yang diterima.
menulis. Pelajaran menulis mencakup (1)
Abdurrahman (2003: 225) menulis dengan tangan, (2) mengeja, dan
menjelaskan bahwa proses belajar menulis (3) menulis ekspresif (Lovitt, 1989: 225).
pada hakikatnya suatu proses Menulis dengan tangan disebut juga
neurofisiologis. Russel dan Wanda (1986: menulis permulaan; dan karena menulis
16-21) mengemukakan adanya pembagian terkait erat dengan membaca, maka
otak ke dalam empat Lobus yakni: (1) pelajaran membaca dan menulis di kelas-
lobus frontalis, (2) lobus parietalis, (3) kelas permulaan sekolah dasar sering
temporalis, dan (4) lobus occipitalis. Lobus disebut juga pelajaran membaca dan
frontalis terletak di bagian depan, menulis permulaan. Mengenai menulis
dilindungi oleh tulang dahi. Fungsi lobus ekspresif, Hallahan, Kauffman, dan Lloyd
frontalis adalah sebagai pusat pengertian, (1985: 235) menyebutnya mengarang atau
koordinasi motorik, dan yang berhubungan komposisi.
dengan watak dan tabiat. Lobus perietalis
terletak di bagian atas, dilindungi oleh C. METODE DAN DESAIN PENELITIAN
tulang-tulang ubun. Fungsi lobus perietalis Penelitian ini bersifat deskriptif
adalah untuk menerima dan kualitatif dengan menggunakan metode
menginterpretasikan rangsangan sensoris, penelitian studi kasus terhadap siswa kelas
kinestetis, orientasi ruang, penghayatan III SDN Cihalimun II Kec. Kertasari Kab.
tubuh (body emage) , dan taktil lobus Bandung tahun ajaran 2010/2011.
temporalis terletak pada bagian samping, Desain penelitian ini menggunakan
dilindungi oleh tulang pelipis. Adapun desain kasus kelompok. Secara
fungsi lobus temporalis adalah sebagai keseluruhan, desain studi kasus bisa
pusat pengertian pembicaraan, dibenarkan dalam kondisi-kondisi tertentu
pendengaran, asosiasi pendengaran, yakni (a) kasus tersebut mengetengahkan
memori, pengecap, dan penciuman. Lobus suatu uji penting tentang teori yang ada,
occipitalis terletak di bagian belakang, (b) merupakan suatu peristiwa yang langka
dilindungi oleh tulang belakang kepala. atau unik, atau (c) berkaitan dengan tujuan
Fungsi lobus occiptalis adalah sebagai penyingkapan (Yin, 2002).
pusat penglihatan dan asosiasi penglihatan. Tahap penting dalam pendesainan
Pada saat menulis akan terjadi peningkatan dan penyelenggaraan kasus kelompok
aktivitas pada susunan saraf pusat dan adalah menentukan unit analisis kasus itu
bagian-bagian organ tubuh. Rangsangan sendiri. Definisi yang operasional
dari lingkungan diterima oleh alat indra dibutuhkan, dan beberapa tindakan
dan selanjutnya diteruskan ke susunan pencegahan harus diambil sebelum
saraf pusat melalui ke cortex di daerah kesepakatan penuh keseluruhan studi kasus
lobus occipitalis, lobus temporalis, lobus tersebut tercapai guna meyakinkan bahwa
parietalis, dan lobus frontalis; kemudian kasus tersebut memang relevan dengan isu
kembali ke saraf-saraf spinal yang keluar dan pertanyaan-pertanyaan fokus
dari sumsum tulang belakang. Saraf-saraf penelitiannya.
spinal tersebut selanjutnya meneruskan Langkah-langkah dalam penelitian ini
rangsangan motorik melalui sistem antara lain:
piramidal dari otak untuk selanjutnya 1) melakukan pengamatan/observasi;
berhubungan dengan sumsum tulang 2) melakukan wawancara dengan guru
belakang yang berfungsi untuk dan siswa;
mengaktifkan otot-otot lengan, tangan, dan

39
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

3) menyuruh para siswa membuat lain seperti Q dengan K, Z dengan J


karangan bebas sebagai prates; dan S, X dengan S ( pada kata, Xilofon
4) mengidentifikasi kesalahan-kesalahan dan Xilem).
dalam karangan tersebut; 2) kemiripan tulisan grafemis seperti d
5) memberi perlakuan sebanyak tiga kali menjadi b atau sebaliknya, m menjadi
pertemuan kepada siswa; n atau sebaliknya;
6) menyuruh siswa membuat karangan 3) secara psikologis kurang konsentrasi
sebagai pascates. dalam menyimak,
Subjek penelitian adalah siswa 4) faktor lain yang tidak kalah penting
kelas III Sekolah Dasar Negeri Cihalimun ialah minimnya perhatian orang tua
2 Kec. Kertasari Kab. Bandung berjumlah terhadap siswa sehingga motivasi
35 siswa dengan rincian 18 siswa belajar mereka kurang.
perempuan dan 17 siswa laki-laki. Adapun Kemampuan menulis tidak berdiri
mayoritas pekerjaan orang tua sebagai sendiri, tetapi saling berhubungan dengan
buruh tani. kemampuan lain, yaitu membaca,
Intrumen penelitian ini menggunakan berbicara, dan menyimak. Baik menulis
instrumen informal yang dikembangkan maupun keterampilan lainnya memiliki
oleh Poteet (Lovitt, 1989:225). Instrumen fungsi untuk manusia dalam
berupa daftar cek untuk mengukur mengkomunikasikan pesan melalui media
kemampuan siswa dalam menulis bahasa. Pesan yang menjadi isi sebuah
permulaan. tulisan itu dapat berupa ide, kemauan,
keinginan, perasaan, maupun informasi
tentang sesuatu.
D. PEMBAHASAN Pada dasarnya setiap orang
Berdasarkan hasil tulisan siswa memiliki potensi untuk menulis, namun
yang penulis identifikasi, ternyata siswa tidak setiap orang dapat menyampaikan
tersebut mempunyai kesulitan-kesulitan pesan melalui tulisan. Siswa di sekolah
dalam memproduksi tulisan grafemis dasar memiliki potensi yang sama untuk
sebagai berikut: menulis, namun tidak setiap siswa
1) tidak bisa menulis F, f, Q, q, X, x, Z, memiliki keterampilan menulis yang sama.
2) ada tulisan grafemis yang tertukar Misalnya, siswa yang dijadikan kasus ini,
seperti d menjadi b atau sebaliknya; m mendapat kesulitan dalam keterampilan
menjadi n atau sebaliknya; menulis.
3) Adanya pengurangan tulisan grafemis Berdasarkan hasil tulisan siswa
ketika guru mendiktekan tulisan ng, yang penulis identifikasi, ternyata siswa
ny, menjadi g dan y misalnya pada tersebut mempunyai kesulitan-kesulitan
kata dengan degan, misalnya dalam memproduksi tulisan grafemis
misalya; sebagai berikut:
4) Adanya penambahan tulisan grafemis 1) tidak bisa menulis F, f, Q, q, X, x, Z,
h, y, misalnya saya  sayah, ia  iya 2) ada tulisan grafemis yang tertukar
Berdasarkan hasil wawancara, seperti d menjadi b atau sebaliknya; m
faktor-faktor penyebab ketidakmampuan menjadi n atau sebaliknya;
menulis tersebut disebabkan oleh: 3) Adanya pengurangan tulisan grafemis
1) kurangnya (jarang dipakai) frekuensi ketika guru mendiktekan tulisan ng,
kemunculan tulisan grafemis seperti ny, menjadi g dan y misalnya pada
Q, q, X, x, Z, z, sehingga mereka ada kata dengan degan, misalnya
yang tidak bisa menulis dan ada pula misalya;
yang tertukar dengan tulisan grafemis

40
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

4) Adanya penambahan tulisan grafemis sehingga menjadi 50 menit setiap


h, y, misalnya saya  sayah, ia  iya hari, empat hari dalam seminggu.
Faktor-faktor penyebab b. Menempatkan anak dalam suasana
ketidakmampuan menulis tidak lepas dari kehidupan yang gemar menulis.
kemampuan keterampilan lainnya. Guru hendaknya menciptakan
Misalnya secara psikologis kurang suasana kelas yang menggemari
konsentrasi dalam menyimak, dan siswa menulis melalui interaksi
tersebut jarang berbicara karena pemalu. koperatif dalam menyelesaikan
Kurang memahami suatu bacaan yang pekerjaan-pekerjaan menulis.
telah dibacanya. Dalam penyusunan ide Berbagai bahan dan buku
kurang diksi yang dikuasainya. Juga hendaknya ditempatkan di suatu
kurang motivasi belajar dari orang tuanya, tempat yang memudahkan anak
serta kurangnya fasilitas belajar di rumah. untuk menggunakannya sehingga
Masalah-masalah yang dialami menulis tidak lagi merupakan
siswa masih mungkin untuk diatasi. suatu tugas tetapi sudah menjadi
Adapun alternatif pemecahan yang kebutuhan anak-anak.
mungkin untuk ditempuh adalah sebagai c. Biarkan anak memilih topik
berikut. tulisannnya sendiri.
1) Siswa harus sering diberi motivasi Belajar menulis akan sangat
belajar baik oleh guru maupun orang berhasil jika anak diberi
tuanya dengan bersabar. kebebasan untuk memilih topik
2) Siswa diberi buku bacaan yang yang hendak ditulis. Jika anak
menarik dan di dalam buku tersebut membutuhkan lebih banyak
terdapat frekuensi yang sering informasi tentang apa yang
memunculkan huruf-huruf yang jarang hendak ditulis, guru hendaknya
ditemui seperti F, f, Q, q, X, x, Z, z. menyediakan sumber informasi
3) Diberi motivasi gemar membaca yang cukup.
karena dengan banyak membaca akan d. Model penulisan dan berpikir
bertambah penguasaan hurufnya. strategis.
4) Guru maupun orang tuanya harus Guru memberikan model proses
memberi stimulus agar siswa dapat kognitif yang terlibat dalam
berani berbicara dan mendapatkan jati penulisan.
dirinya. e. Mengembangkan berpikir
5) Siswa harus banyak latihan menulis. reflektif.
Solusi yang diberikan kepada siswa Anak disuruh menulis sesuai
dengan cara memberikan perlakuan yaitu dengan standar kebenaran guru.
dengan cara remedial. Adapun jenis Pengajaran dapat perluas dengan
pengajaran remedial menulis permulaan memberikan kepada anak
adalah berikut ini. kebebasan untuk mengemukakan
1) Pembelajaran dalam proses menulis. pikiran dan perasaannya, yang
a. Memberi kesempatan kepada anak mungkin berbeda dari standar
untuk banyak menulis. kebenaran guru.
Anak berkesulitan belajar yang f. Transfer kepemilikan dan kontrol
menulis rata-rata hanya selama 10 penulisan siswa.
menit dalam sehari. Dari rata-rata Tujuan proses penulisan adalah
menulis seperti itu hendaknya transfer kepemilikan dan
ditingkatkan sedikit demi sedikit, mengontrol siswa. Pada saat
siswa belajar untuk

41
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

menginternalisasikan yang menyusun kalimat- kalimat tersebut


diajarkan oleh guru, mereka menjadi suatu cerita yang logis dan
harus secara sedikit demi sedikit sistematis.
mengambil tanggung jawab atas Berdasarkan hasil wawancara,
tulisan mereka sendiri dan harus faktor-faktor penyebab ketidakmampuan
mampu bekerja tanpa pengarahan menulis tersebut disebabkan oleh:
guru. 1) kurangnya (jarang dipakai) frekuensi
2) Memberikan motivasi secara kemunculan tulisan grafemis seperti
bertingkat. Q, q, X, x, Z, z, sehingga mereka ada
Agar siswa berani mengekspresikan yang tidak bisa menulis dan ada pula
pikiran dan perasaannya dalam bentuk yang tertukar dengan tulisan grafemis
tulisan penulisan hendaknya diberikan lain seperti Q dengan K, Z dengan J
secara bertingkat. Penilaian diarahkan dan S, X dengan S ( pada kata, Xilofon
pada ide dan teknik penulisannya. dan Xilem).
Bagi anak yang masih banyak 2) kemiripan tulisan grafemis seperti d
melakukan kesalahan, penilaian menjadi b atau sebaliknya, m menjadi
diarahkan pada salah satu n atau sebaliknya;
keterampilan, misalnya pemakaian 3) secara psikologis kurang konsentrasi
huruf kapital atau penggunaan tanda dalam menyimak,
baca saja. 4) faktor lain yang tidak kalah penting
3) Tulisan pribadi dan tulisan fungsional. ialah minimnya perhatian orang tua
Tulisan pribadi bertujuan untuk terhadap siswa sehingga motivasi
mengembangkan ide dan belajar mereka kurang.
mengekspresikannya ke dalam bentuk
tulisan. Dalam tulisan fungsional Tindak Lanjut
tujuannya adalah agar orang lain Untuk melakukan tindak lanjut,
memahami isi tulisan, dan karena itu setelah melakukan prates, siswa diberi
teknik penulisannya harus sempurna. perlakuan agar ada peningkatan dalam
4) Memberikan masukan sebanyak- mencurahkan gagasannya melalui tulisan
banyaknya. serta benar dalam menata tulisan secara
Siswa dapat menulis dengan baik, sistematis. Adapun perlakuan itu adalah
mereka memerlukan bahan untuk berikut ini.
ditulis. Pembicaraan guru dengan 1) Siswa diberi kesempatan untuk banyak
siswa tentang pengalaman mereka menulis, misalnya kata dan kalimat
dapat meningkatkan siswa untuk dalam penempatan huruf, ukuran
menulis permulaan. kemiringan, dan tanda baca hendaknya
5) Melengkapi kalimat. diperhatikan.
Tugas melengkapi kalimat merupakan 2) Menciptakan suasana kelas yang
suatu metode menulis yang menggemari menulis melalui interaksi
bermanfaat. Guru menyediakan kooperatif dan menyelesaikan
kalimat yang tidak lengkap dan siswa pekerjaan-pekerjaan menulis.
diminta untuk melengkapi kalimat 3) Siswa diberi kesempatan dan
tersebut. kebebasan untuk memilih topik yang
6) Menggabungkan berbagai kalimat. hendak ditulis.
Menulis beberapa kalimat yang 4) Siswa diberi model pembelajaran
terpisah-pisah tetapi kalimat-kalimat untuk melanjutkan cerita.
tersebut dapat disusun menjadi suatu 5) Siswa diberi motivasi secara bertahap,
cerita. Selanjutnya anak diminta untuk agar berani mengekspresikan perasaan

42
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

dan pikirannya. Sebelum penilaian Berdasarkan pernyataan di atas, dalam


diarahkan kepada ide dan teknik penelitian ini siswa mengalami kesulitan
penulisan, terlebih dahulu diarahkan dalam tugas-tugas akademik, khususnya
kepada pemakaian huruf capital dan mata pelajaran bahasa Indonesia.
penggunaan tanda baca. Berdasarkan data yang ada, diambil dari
6) Siswa diberi tugas untuk melengkapi hasil tes kemampuan dasar (TKD).
kalimat, karena metode ini sangat
bermanfaat.
7) Siswa diberi tugas untuk PUSTAKA RUJUKAN
menggabungkan berbagai kalimat. Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan
Menulis beberapa kalimat yang Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
terpisah-pisah tetapi kalimat tersebut Jakarta: Rineka Cipta.
dapat disusun menjadi suatu cerita. Akhdiah, S.,S. Ridwan, dan M.C. Arsyad.
Selanjutnya, siswa diminta untuk 1986. Pembinaan Kemampuan
menyusun kalimat-kalimat tersebut Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
menjadi suatu cerita yang logis dan Erlangga.
sistematis. Djuanda, Dadan, Noi Resmini, dan Dian
Indihadi.2006. Pembinaan dan
Pengembangan Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.
E. SIMPULAN Bandung: UPI PRESS.
Di dalam penyusunan penelitian ini Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Flores:
disadari masih harus membutuhkan waktu Nusa Indah.
yang panjang untuk dapat membuat Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian
simpulan yang sempurna. Simpulan yang dalam Pengajaran Bahasa dan
tersusun dalam penelitian ini hanyalah Sastra. Yogyakarta:
merupakan sebagian kecil dari sebuah IKAPI.
simpulan yang utuh untuk menghasilkan Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian
sebuah penelitian yang akurat. Namun, Pendidikan: Kompetensi dan
penelitian ini akan menjadi sebuah Praktiknya. Yogyakarta: Bumi
motivasi untuk melakukan banyak hal bagi Aksara.
perkembangan dunia pendidikan, Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana.
khususnya yang berhubungan dengan Bandung: Angkasa.
keterampilan menulis. Tompkins, Gail E. 1994. Teaching
Kesulitan belajar secara umum dapat Balancing Process and Product.
dikemukakan beberapa kriteria yakni: (1) New York: Mac Millan College
kemungkinan adanya disfungsi otak; (2) Publisher.
kesulitan dalam tugas-tugas akademik; (3) Tompkins, Gail E & Kenneth Hoskisson.
prestasi belajar yang rendah jauh di bawah 1991. Language Arts: Content and
kapasitas inteligensi yang dimiliki; dan (4) Teaching Strategies. New York: Mac
tidak memasukkan sebab-sebab lain seperti Millan Publishing Company.
karena tunagrahita, gangguan emosional, Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus: Desain
hambatan sensoris, ketidaktepatan & Metode. Jakarta: PT Rajagrafindo
pembelajaran, atau karena kemiskinan Persada.
budaya (Abdurrahman, 2003:14).

43

Anda mungkin juga menyukai