OLEH:
B2092202003
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
Judul Penerapan PSAK No.30 Mengenai Perlakuan Akuntansi Sewa dan
Pengaruhnya Pada Laporan Keuangan PT. BFI Finance Indonesia,
Tbk
Jurnal Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi
Volume dan Halaman Volume 1 No. 2, Hal. 51-62
Tahun 2015
Penulis Asep Alipudin, Rati Pitria Ningsi (Universitas Patuan)
Reviewer Nadya Eka Putri
Tanggal 3 September 2021
Abstrak (Tujuan dan Abstrak penelitian ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Subjek Penelitian) Inggris dan berisi penjelasan singkat mengenai tujuan penelitian,
subjek penelitian, metode analisis, data, serta hasil penelitian.
Pada paragraf ini, dijelaskan bahwa penelitian dilakukan terhadap
PT. BFI Finance Indonesia, Tbk dengan tujuan untuk menentukan
perlakuan transaksi sewa yang dicatat oleh PT. BFI Finance
Indonesia selama periode leasing, membandingkan perlakuan
akuntansi sewa selama periode leasing antara yang dilakukan
oleh PT. BFI Finance Indonesia, Tbk. dengan PSAK No. 30, dan
mengetahui dampak perlakuan akuntansi sewa yang dilakukan
oleh PT. BFI Finance Indonesia, Tbk. terhadap laporan keuangan
perusahaan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan
perusahaan tersebut pada tahun 2011 – 2013.
Pendahuluan Pada lima paragraf pertama dalam bagian pendahuluan, penulis
memaparkan pentingnya aset bagi sebuah perusahaan dan
bagaimana perusahaan dapat melakukan pengadaan aset melalui
sewa atau leasing. Sewa atau leasing dapat pula menjadi sarana
mengalihkan hak untuk menggunakan suatu harta kepada kepada
pihak lain telah mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini
karena semakin menyebarnya jenis aset yang dapat disewa mulai
dari kendaraan dan alat-alat berat. Maka dari itu, telah hadir
banyak perusahaan sewa sebagai sumber pembiayaan lain
disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim
dilakukan melalui perbankan. Melihat semakin berkembangnya
kegiatan sewa, maka dirasakan adanya kebutuhan untuk
menyediakan suatu standar akuntansi keuangan yang dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk mencatat dan melaporkan
transaksi sewa dalam laporan keuangan, sehingga akan dihasilkan
suatu laporan keuangan yang wajar dan informasi yang berguna
bagi para pemakai laporan keuangan. Disinilah peran PSAK No. 30
yang mengatur kebijakan akuntansi dalam hubungan sewa atau
leasing.
Selanjutnya, penulis juga mengungkapkan informasi umum
mengenai subjek penelitian yaitu PT. BFI Finance Indonesia, Tbk,
yang merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang
pertama kali menjadi perusahaan publik di tahun 1990. BFI
memfokuskan kegiatan bisnisnya pada pembiayaan kendaraan-
kendaraan roda empat dan dua, dengan target ke masyarakat
golongan ekonomi menengah dan menengah ke bawah.
Perusahaan juga membiayai alat-alat berat melalui Sewa
Pembiayaan. Dan menjadi salah satu dari perusahaan-perusahaan
pembiayaan dengan bisnis paling beragam di negeri ini.
Pada bagian akhir pendahuluan, dijelaskan mengapa penelitian ini
penting untuk dilakukan. Pengungkapan dan pelaporan transaksi
sewa harus sesuai standar akuntansi yang berlaku (PSAK No.30)
agar informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan tersebut
akan bersifat reliabel dan dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan perusahaan untuk periode akuntansi
berikutnya.
Landasan Teori Pada bagian landasan teori, penulis menjelaskan secara umum
mengenai PSAK No.30 sebagai yang mengatur kebijakan
akuntansi baik untuk pihak lessee maupun lessor dalam
hubungannya dengan sewa. PSAK No.30 inilah yang akan menjadi
landasan atau pijakan dalam pelaksanaan penelitian.
Metode Penelitian Pada bagian metode penelitian, dipaparkan bahwa jenis
penelitian ini adalah analisis deskriptif yang menggambarkan
suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel
yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Penulis juga
menggunakan teknik penelitian non-statistik komparatif yang
digunakan terhadap penelitian dengan membandingkan data-
data dari periode setelah dan sebelum penerapan PSAK No.30.
Maka dari itu, objek penelitian ini adalah penerapan PSAK No. 30
mengenai perlakuan akuntansi sewa dan pengaruhnya pada
laporan keuangan PT BFI Finance Indonesia, Tbk.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa
laporan keuangan periode tahun 2011- 2013 tahunan yang
meliputi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi pada
perusahaan yang di ambil dari Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id) dan homepage PT BFI Finance Indonesia, Tbk.
Hasil Analisis Pada pembahasan hasil penelitian, penulis mengungkapkan
secara terperinci mengenai perlakuan akuntansi sewa PT. BFI
Finance Indonesia, Tbk, yang tergolong dalam capital lease (sewa
dari pihak lessor) berdasarkan beberapa syarat yang terdapat
dalam perjanjian sewa yang dilakukan oleh perusahaan sesuai
dengan PSAK No 30 paragraf 03, yaitu:
1. Penyewa memiliki hak opsi untuk membeli aset yang disewa
pada akhir masa sewa dengan harga yang telah disetujui bersama
pada saat dimulainya perjanjian sewa.
2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa
ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga
perolehan barang modal yang disewa serta bunganya sebagai
keuntungan perusahaan sewa.
3. Masa sewa minimum 2 tahun.
Selanjutnya, penulis mengungkapkan penjurnalan transaksi
simpanan pinjaman yang diperlakukan sebagai uang muka,
padahal simpanan jaminan bagi lessee merupakan harta yang
pada akhir masa sewa akan dipergunakan sebagai hak opsi
pembelian untuk membeli peralatan sebesar Rp. 76.368.120.
Jurnal yang tepat pada saat mencatat simpanan pinjaman adalah:
D. Pendapatan diterima dimuka Rp. 76.368.120
K. Piutang sewa Rp. 76.368.120
Selanjutnya, pada pencatatan aset lancar sewa, berdasarkan
metode capital lease, perusahaan mencatat harga perolehan
peralatan sebagai aset yang selanjutnya akan diamortisasi selama
umur ekonomisnya tanpa memisahkannya dengan aset lancar lain
yang bukan aset sewa. Namun, Menurut PSAK No.30, aset lancar
sewa dan aset lancar lainnya harus dipisah seperti bagaimana
piutang sewa harus dipisah dari piutang lainnya. Maka
pencatatan perolehan aset lancar sewa yang tepat berdasarkan
PSAK No.30 adalah
D. Piutang Pembayaran Sewa xxx
K. Peralatan Sewa xxx
Apabila perusahaan menggabungkan pencatatan aset lancar sewa
dengan aset lancar lainnya, maka perlu dilakukan koreksi untuk
mengeliminasi saldo peralatan sewa yang dikelompokkan dalam
aset lancar perusahaan :
D. Kas Rp. 305.472.624
K. Piutang Sewa Rp. 305.472.624 (untuk mencatat jurnal
reklasifikasi perolehan peralatan)
Sehingga jurnal yang seharusnya dicatat oleh perusahaan akan
berubah sebagai berikut :
D. Piutang Pembayaran Sewa Rp. 305.472.624
K. Peralatan Sewa Rp. 305.472.624
Berikutnya adalah pencatatan akumulasi depresiasi aset sewa.
Perusahaan telah menggunakan metode garis lurus dalam
menentukan beban depresiasi atas peralatan dan umur
ekonomisnya 5 tahun dan mendebet beban depresiasi peralatan
dan mengkredit akumulasi depresiasi peralatan sebesar Rp.
61.094.524 tanpa memisahkan antara peralatan sewa dan
peralatan bukan sewa. Hal ini juga tidak tepat menurut PSAK
No.30 karena seharusnya dipisah. Jurnal yang seharusnya dibuat
oleh perusahaan adalah :
D. Beban Depresiasi Peralatan Sewa Rp. 61.094.524
K. Akm.Depresiasi Peralatan Sewa Rp.61.094.524 (untuk
mencatat akumulasi depresiasi peralatan sewa)
Sedangkan pada saat melaporkan beban depresiasi peralatan
perusahaan telah mencatat pada kelompok beban usaha, hal ini
sudah tepat sehingga tidak diperlukan jurnal koreksi.
Dalam pencatatan dan penetapan beban bunga, terlihat bahwa
perusahaan menetapkan beban bunga yang dicatat pada setiap
periode saat pembayaran angsuran dengan tidak memperhatikan
nilai waktu uang (time value of money) sehingga mempunyai nilai
tetap yaitu sebesar Rp. 3.460.132, demikian juga dengan
pencatatan angsuran pokok ditetapkan dengan jumlah yang tetap
sebesar Rp. 6.364.014 . Lessor tidak menetapkan tingkat bunga
sewa sehingga tingkat bunga sewa oleh perusahaan dihitung
sebagai berikut: