Anda di halaman 1dari 1

Sumber : https://repository.usu.ac.

id/handle/123456789/20609

TANTANGAN ILMU ADMINISTRASI

Perkembangan ilmu administrasi sebagai disiplin ilmu tidak terlepas dari hakekat manusia
sebagai mahkluk yang bersifat inquisitive, yang selalu berfikir untuk mencari dan menemukan
kebenaran dari waktu ke waktu, from cradle to cradle manusia berusaha menemukan kebenaran
baru. Karenanya sosok ilmu administrasi menjadi amat dinamis sejalan dengan upaya dan
penemuan kebenaran baru tersebut. Pada masa-masa lalu, ilmu administrasi dipandang sebagai
normative science yang menekankan “what should be”, namun perkembangan saat ini,
pandangan tadi mengalami demistifikasi, dan para pakar melihat ilmu administrasi sebagai
policy science yang menggabungkan pertanyaan “what should be” dengan “what is” dalam
bentuk pertanyaan “what is probable” demikian selanjutnya; Moeljarto (2003; 11). Selain alasan
itu ilmu administrasi sebagaimana dengan ilmu-ilmu sosial lainya memiliki sifat iconoclastic,
bahwa setiap keberadaan teori senantiasa akan mendapatkan kritikan untuk mencapai tingkat
validitas dan relevansi yang lebih tinggi. Untuk melihat perkembangan ini Irfan Islamy:
mengkatagorikan aspek perkembangan ilmu administrasi atas “administrative technology vs
administrative ideology”. Dalam perkembangannya kedua aspek administrasi ini sangat jelas
mengalami ketimpangan. Kita telah merasakan laris manisnya ilmu administrasi yang
berkosentrasi pada administrative technology yang lebih bersifat applied seperti: human
resourches management, e-commerce, e-government, organization learning, strategic planning,
balance score card, benchmarking (Irfan Islamy; 2006). Dalam proses meningkatkan kinerja
administrasi, perkembangan ini tidak salah, tetapi pelu perhatian pada keseimbangannya dengan
administrative ideology sebagai pure science yang lebih ideologi dan filosofis, seperti:
government ethics, democratic public administration, welfare economics dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai