Anda di halaman 1dari 6

Langkah-Langkah Evaluasi

Dari gambar daur evaluasi diatas tampak bahwa evaluasi secara umum meliputi langkah-
langkah berikut.
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi.
Apakah itu rencananya, sumberdaya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan
dampak suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas.
Parafrase : rencana, sumberdaya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau dampak
suatu kegiatan, dan pengaruh trhadap lingkungan yang luas merupakan data-data
yang dapat dievaluasi
2. Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi
mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan-
batasan yang dipakai agar objektif dan fokus
Parafrase : agar objektif dan fokus asumsi mengenai hasil evaluasi dan pembatasan
ruang lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai harus dilakukan di tahap
ini
3. Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau
beberapa aspek, maka dilakukan perancangan desain, yang sebenarnya mengikuti
rancangan desain riset walaupun tidak harus kaku seperti riset umumnya dalam
penerapannya. Rancangan riset ini sangat bervariasi mulai dari yang amat sederhana
sampai dengan yang sangat rumit begantung pada tujuan dan Kepentingan evaluasi
itu sendiri.
Parafrase : sesuai dengan tujuan dan kepentingan evaluasi maka dilakukan
perancangan riset yang bervariasi, dengan desain yang mengikuti rancangan desain
tetapi tidak terlihat kaku seperti penerapan riset pada umumnya
4. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah
mengembangkan instrument pengamatan atau pengukuran serta rencana analisis dan
membuat rencana pelaksanaan evaluasi.
Parafrase : Dalam menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan dilakukan
pengembangan instrumen pengamatan, pengukuran dan rencana analisis serta
pembuatan rencana pelaksanaan evaluasi
5. Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah melakukan
pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah
informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.
Parafrase : Dalam melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis dilakukan
pengumpulan data hasil pengamatan, pengukuran, dan mengolah informasi serta
mengkajinya sesuai tujuan evaluasi
6. Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses
evaluasi ini di sajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau
permintaan. Lain pihak menginginkan bentuk penyajian atau pelaporan yang
berbeda.
Parafrase : karena ada pihak yang menginginkan penyajian atau pelaporan dalam
bentuk berbeda maka informasi dari proses evaluasi ditampilkan dalam bentuk
laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan.

E. Model Evaluasi Program Kesehatan


Terdapat beberapa model evaluasi program kesehatan (Kurniati, 2016) diantaranya:
1. Precede Proceed Model (1992)
Precede Proceed Model (PPM) adalah model perencanaan yang berasal dari Johns
Hopkins University dan dirancang sebagai cara untuk mengajarkan siswa tentang
promosi kesehatan. Model ini juga dibuat untuk perencanaan, intervensi, dan
kerangka evaluasi. PPM didasarkan pada asumsi bahwa intervensi akan efektif jika
mereka (1) berasal dari masyarakat, (2) direncanakan secara menyeluruh, (3)
didasarkan pada data, (4) termasuk intervensi masyarakat melihat sebagai layak, (5 )
meliputi beberapa strategi yang disusun menjadi sebuah program kohesif, dan (6)
mengandalkan umpan balik dan kemajuan evaluasi. PRECEDE merupakan singkatan
dari “Predisposisi, Reinforcing, and Enabling Constructs in
Educational/Environmental Diagnosis and Evaluasi”. Sementara PROCEDE
singkatan dari “Policy, Regulacy, and Organizariona Constructs in Educational and
Environmental Development”. Model ini banyak digunakan dalam kegiatan praktik
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
2. RE-AIM Model (1999)
Gagasan bahwa program promosi kesehatan harus membuat sejumlah besar
perubahan dan mencapai sejumlah besar orang menyebabkan perkembangan dari
kerangka RE-AIM. RE-AIM singkatan dari Reach (Jangkauan),
Efficacy/Effectiveness (efektivitas), Adopsi, Implementasi, dan Maintenance
(Glasgow, Vogt, & Boles, 1999).
Parafrase : Perkembangan dari kerangka RE-AIM adalah akibat dari gagasan dari
promosi kesehatan yang menyebutkan kalau program promosi kesehatan harus
membuat sejumlah besar perubahan dan mencapai sejumlah besar orang

3. LOGIC Model
Manfaat dari model logika adalah Mengilustrasikan jalan pikir program atau kegiatan
secara masuk akal. Model ini memberikan perhatian intensif pada hubungan yang
paling penting antara tindakan-tindakan dan hasil. Membangun pemahaman bersama
di antara staff dan dengan para pemangku kepentingan. Membantu staff dalam
mengelola hasil dan menginformasikan desain program serta menemukan gap dalam
logika program dan bekerja untuk menyelesaikannya.
Parafrase : hubungan yang paling penting antara tindakan-tindakan dan hasil
pemangku kepentingan diberikan perhatian intensif oleh model logika, juga dalam
menolong staff hasil kelola informasi desain program, dan mendapatkan gap dalam
logika program serta bekerja untuk menyelesaikannya
Logic Model memiliki beberapa bagian yaitu :
1) Situasi
Situasi merupakan keadaan yang kompleks dari lingkungan, sosiopolitik dan
ekonomi. Situasi dapat berupa suatu masalah atau isu yang dijadikan sebagai
dasar dalam pengembangan model logika.
Parafrase : Dasar dari pengembangan model logika adalah masalah atau isu yang
merupakan keadaan kompleks dari lingkungan, sosiopolitik dan ekonomi
2) Prioritas
Setelah situasi dan masalah dianalisis, dilakukan situasi mana yang mendapat
perhatian intensif. Dengan kata lain, dalam pengembangan model logika
diperlukan prioritas dari situasi yang kompleks. Faktor dalam menentukan
prioritas antara lain visi dan misi, nilai-nilai, sumber daya, data historis dan
keahlian dan pengalaman.
Parafrase : visi dan misi, nilai-nilai, sumber daya, data historis dan keahlian dan
pengalaman menjadi faktor penentu prioritas, dimana prioritas dari situasi yang
kompleks dibutuhkan untuk pengembangan model logika
3) Masukan (Input)
Input merupakan semua sumber daya yang dikuasai organisasi dan masih perlu
diproses sehingga dapat bermanfaat dalam menghasilkan output dan outcome.
Parafrase :
Output dan outcome dihasilkan dari input yang berisi semua sumberdaya yang
dimiliki organisasi dan perlu diproses untuk diambil manfaatnya
4) Keluaran (Output)
Output merupakan produk langsung dari sebuah kegiatan dalam suatu program
yang diharapkan akan berkontribusi pada outcome. Kriteria yang harus dimiliki
output antara lain: Output dikonsumsi oleh pihak eksternal bukan internal;
Memiliki cakupan yang lebih sempit daripada outcome; Volume output akan
mempengaruhi outcome secara langsung. Sasaran dari output merupakan
pengguna dari produk atau layanan yang dihasilkan dari suatu program. Sasaran
tersebut merupakan target program yang didisain akan dicapai.
Parafrase : Pengguna dari produk atau layanan yang dibuat dari suatu program
adalah sasaran dari output, ruang lingkup output sempit dan hanya diambil oleh
pihak external yang dimana akan berkontribusi pada outcome, output juga
merupakan barang langsung dari kegiatan dalam sebuah program

5) Dampak (Outcome)
Outcome merupakan perubahan atas suatu kondisi, perilaku, sikap, pengetahuan
dan keterampilan sasaran program yang mengindikasikan kemajuan atau justru
kemunduran terhadap visi dan tujuan dari program.
Parafrase : perubahan atas suatu kondisi, perilaku, sikap, pengetahuan dan
keterampilan sasaran program yang mengindikasikan kemajuan atau justru
kemunduran terhadap visi dan tujuan dari program adalah outcome
Adapun dimensi dari outcome, antara lain:
a) Outcome berdimensi jangka pendek menunjukkan hasil perubahan
pembelajaran (learning) dan dapat dicapai dalam waktu 1 sampai dengan 3
tahun.
Parafrase : hasil perubahan pembelajaran yang dicapai dalam waktu 1-3
tahun merupakan outcome jangka pendek
b) Outcome jangka menengah menunjukkan hasil perubahan tindakan (action)
dan dapat dicapai dalam waktu 4 sampai dengan 6 tahun.
Parafrase : Dalam waktu 4-6 tahun outcome jangka menengah dapat dicapai
c) Outcome jangka panjang menunjukkan hasil perubahan kondisi dari suatu
organisasi, partisipan atau sistem secara umum.
Parafrase : kondisi dari suatu organisasi, partisipan atau sistem secara umum
yang menggambarkan hasil perubahan outcome jangka panjang
6) Asumsi
Asumsi merupakan anggapan dasar terkait dengan program dan pihak yang
terlibat di dalamnya yang mendasari dan mempengaruhi pengambilan keputusan.
Asumsi dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip, keyakinan atau ide-ide mengenai
masalah dan situasi, sumber daya dan staf, cara kerja program, hasil dari
program, basis pengetahuan, lingkungan internal dan eksternal serta partisipan.
Ketidakakuratan asumsi kerapkali menimbulkan kegagalan suatu program.
Parafrase : anggapan dasar terkait program dan pihak yang terlibat didalamnya
yang mendasari dan mempengaruhi pengambilan keputusan adalah asumsi.
Prinsip, kepercayaan, ide mengenai masalah dan situasi, sumberdaya dari cara
kerja program, hasil program, dasar pengetahuan, lingkungan internal dan
external, dan partisipan didefenisikan sebagai asumsi, biasanya kegagalan suatu
program diakibatkan dari tidak akuratnya asumsi
7) Faktor Eksternal
Faktor eksternal mencakup semua hal di luar kendali pengelola program yang
memiliki pengaruh besar dalam pencapaian outcome. Eksistensi faktor eksternal
dapat mempengaruhi keberhasilan/kegagalan dalam mencapai tujuan sebuah
program. Faktor-faktor eksternal meliputi lingkungan kultural, struktur ekonomi,
pola demografi, lingkungan politik, pengaruh media, latar belakang dan
pengalaman partisipan, perubahan peraturan, kebijakan prioritas dan sebagainya.
Parafrase : Pengaruh besar dalam pencapaian outcome adalah faktor eksternal,
kegagalan dan keberhasilan program dipengaruhi oleh faktor eksternal,
lingkungan kultural, struktur ekonomi, pola demografi, lingkungan politik,
pengaruh media, latar belakang dan pengalaman partisipan, perubahan peraturan,
kebijakan prioritas adalah komponen dari faktor eksternal

Anda mungkin juga menyukai