Anda di halaman 1dari 11

1

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PUSTAKAWAN DENGAN PEMUSTAKA DALAM


MEMBERI LAYANAN JASA DI PERPUSTAKAAN

Oleh : Daryono
(Pustakawan Madya Perpustakaan Universitas Bengkulu)

Abstrak

Profesi pustakawan pada bagian layanan yang berhubungan langsung dengan


pemustaka selalu melakukan aktivitas komunikasi terutama komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi digunakan sebagai alat komunikasi antara dua individu atau
sedikit individu yang saling berinteraksi sehingga dapat saling mengerti. Komunikasi
antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antar komunikator
(pustakawan) dengan komunikan (pemustaka) dalam pemberian layanan di perpustakaan.
Tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk belajar diri sendiri, mempengaruhi sikap,
perilaku, dan memberi bantuan kepada orang lain. Manfaat komunikasi antarpribadi
dapat menjalin hubungan yang positif dan menghindari persepsi negatif antara
pustakawan dengan pemustaka dan antar sesama pustakawan. Komunikasi antarpribadi
yang efektif dapat terbentuk melalui lima faktor yaitu: keterbukaan (openness), empati
(empathy), dukungan (supportiveness), rasapositif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
Pustakawan harus dapat menunjukkan sikap sebagai penyaji informasi dan membantu
para pemustaka. Sebagai pustakawan harus menghindari persepsi pustakawan sebagai
pengawas ruang tetapi harus memulai berkomunikasi dengan pemustaka dengan sikap yang
positif, bersedia menyapa, dan siap membantu.

KATA KUNCI : Komunikasi Antarpribadi, Pustakawan, Pemustaka

A. PENDAHULUAN

Kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar


yang harus dimiliki seorang manusia, sehingga orang sering beranggapan bahwa kemampuan
berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seorang manusia seiring
dengan pertumbuhan baik fisik maupun mentalnya. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-
hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia dengan manusia lain mulai bangun tidur
sampai akan tidur lagi, baik komunikasi dengan teman, relasi, atau orang-orang yang menjadi
obyek dalam pekerjaannya sesuai dengan profesi masing-masing. Salah satu profesi yang
sebagian besar aktivitasnya berhadapan langsung dan berkomunikasi dengan orang lain
adalah pustakawan. Seorang pustakawan yang bertanggungjawab untuk menyediakan akses
informasi kepada para pencari informasi atau pengunjung perpustakaan, maka pustakawan
dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif. Luthfiati Makarim (2006:16)
dalam hasil penelitian menyatakan bahwa salah satu kriteria pustakawan yang diidamkan
pengguna perpustakaan, khususnya Perpustakaan Nasional RI adalah “memiliki
kemampuan komunikasi interpersonal yang baik serta kepribadian yang matang sehingga

2
mampu membangun hubungan positif dengan orang lain, dalam hal ini adalah pemustaka.
(Makarim, 2006:16).
Seorang pustakawan sebagai pelayan kebutuhan jasa informasi yang dibutuhkan
oleh para pemustaka atau pengunjung perpustakaan sudah barang tentu harus melakukan
komunikasi baik komunikasi antarpribadi maupun komunikasi organisasi dalam
memberikan layanan. Keberadaan perpustakaan di lingkungan pendidikan merupakan
sarana penunjang penting bagi terselengaranya proses pembelajaran di lembaga tersebut.
Terlebih di lingkungan perguruan tinggi sebagai salah satu penunjang dalam Tri Dharma
Perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
Sesuai dengan lembaga induknya yaitu Kementerian Riset Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi maka perguruan tinggi bukan saja sebagai proses pembelajaran
mahasiswa dan dosen saja, akan tetapi juga berfungsi sebagai pengembangan ilmu dan
teknologi yang bermanfaat untuk kemanusiaan. Salah satu komponen penting dalam
perpustakaan adalah pustakawan yang sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan
kepada pemustaka sampai mampu memberikan kepuasan terhadap pemustaka. Namun
keadaan yang banyak dijumpai menunjukkan bahwa pustakawan masih banyak yang belum
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Ada suatu stigma yang menyatakan bahwa
pustakawan adalah orang-orang yang berkaca mata tebal, judes, dan tidak senang dengan
keributan dalam perpustakaan. Stigma tersebut tentu saja harus dihilangkan oleh pustakawan
dengan cara mempelajari bagaimana cara berkomunikasi yang baik.
Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi harus mampu menyediakan
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Perpustakaan memiliki peranan dan
fungsi terhadap kemajuan pengetahuan masyarakat melalui pelayanan yang ada di
perpustakaan disamping komponen-komponen pendukung lainnya. Pelayanan perpustakaan
merupakan ujung tombak dan sebagai tolak ukur keberhasilan dari kegiatan-kegiatan yang
ada di perpustakaan karena dalam pelayanan perpustakaan dapat telihat sejauh mana
perpustakaan tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsinya. Ada lima fungsi perpustakaan
yaitu: fungsi simpan saji karya, fungsi pusat sumber daya manusia, fungsi pusat belajar dan
penelitian, fungsi rekreasi, dan fungsi pengembangan kultural (Suwarno, 2011:27)

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi Secara Umum
Komunikasi dalam bahasa Inggris communication, berarti sama atau memiliki makna
pengertian bersama. Komunikasi sebagai suatu proses pengiriman atau penyampaian pesan
3
baik verbal (dengan kata-kata) maupun non verbal (dengan gerakan) oleh seseorang kepada
orang lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau prilaku baik langsung maupun tidak
langsung. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) komunikasi diartikan sebagai
”pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami”. Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan
(lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah
perilaku, perubahan dalam pengetahuan, dan sikap. Sedikitnya terdapat empat unsur
utama dalam model komunikasi yaitu sumber (source), pesan (message), saluran
(channel) dan penerima ( receiver).
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal)
Secara kontekstual komunikasi antarpribadi digunakan sebagai alat komunikasi antara
dua individu atau sedikit individu yang mana saling berinteraksi antar kedua belah pihak
sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan. Komunikasi antarpribadi
mempunyai banyak definisi sesuai dengan presepsi para ahli, diantaranya adalah yang
dikemukakan oleh DeVito menyatakan: “interpersonal communication is defined as
communication that takes place between two persons who have a clearly established
relationship; the people are in some way connected.” (DeVito, 1992:11). Menurut DeVito
komunikasi antarpribadi (interpersonal) adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang
yang telah memiliki hubungan yang jelas, yang terhubungkan dengan beberapa cara. Jadi
komunikasi antarpribadi misalnya komunikasi yang terjadi antara dokter dengan pasan,
penjual dengan pembeli, pustakawan dengan pemustaka dan sebagainya.
Menurut Mulyana (2002:73), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Dari definisi di atas maka
dapat dikemukakan pengertian yang sederhana, bahwa komunikasi antarpribadi adalah
proses penyampaian dan penerimaan pesan antar pustakawan dengan pemustaka dalam
transaksi layanan pemustaka baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. PEMBAHASAN
1. Tujuan Komunikasi Antarpribadi Pustakawan
Komunikasi antar pribadi memiliki beberapa tujuan sesuai dengan yang dikemukakan
oleh De Vito “The five major purposes of interpersonal communication are to learn about
self, others, and the world; to relate to others and to form relationship; to influence or
4
control the attitudes and behaviours of others; to play or enjoy oneself; to help others.”
(DeVito, 1995:15). Tujuan komunikasi antarpribadi menurut De Vito adalah untuk belajar diri
sendiri, tentang orang lain, dan bahkan belajar tentang dunia. Belajar diri sendiri artinya
sebagai pustakawan sebelum memberikan pelayanan harus mengetahui kepribadian diri
sendiri terlebih dahulu bahwa sebagai pustakawan mempunyai kewajiban untuk memberi
pelayanan informasi kepada pemustaka sebaik-baiknya dan pustawakan harus siap membantu
kebutuhan informasi yang diperlukan pemustaka. Sedangkan mengetahui orang lain sebagai
pustakawan juga harus memahami sedikit banyak kepribadian pemustaka yang akan dilayani
terlebih di sebuah perguruan tinggi dimana pemustakanya sangat heterogen baik mahasiswa,
tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan.
Komunikasi antarpribadi yang dilakukan pustakawan dengan pemustaka, maka
kita dapat mengetahui siapa mereka dan juga dapat mengetahui bagaimana pendapat
mereka tentang pustakawan dan perpustakaan, sehingga kitapun menjadi tahu seperti apa
kita. Semakin banyak pustakawan berkomunikasi dengan pemustaka, maka kita semakin
banyak mengenal orang dan kita juga semakin mengenal diri kita sendiri. Seterusnya
semakin banyak pustakawan berkenalan dengan pemustaka maka semakin banyak
pengetahuan kita tentang lingkungan di sekitar kita dan bahkan tentang dunia.
Tujuan komunikasi antarpribadi yang kedua untuk memengaruhi sikap dan
perilaku orang lain. Dalam hal ini kegiatan komunikasi antarpribadi pustakawan ditujukan
untuk memengaruhi agar pemustaka memiliki sikap, pendapat dan atau perilaku yang
sesuai dengan kehendak pustakawan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan. Tujuan
komunikasi antarpribadi yang ketiga adalah untuk membantu orang lain. Sebagai contoh
ketika seorang pemustaka bekonsultasi dengan seorang pustakawan, atau kita yang
mendengarkan seorang pemustaka yang mengeluhkan sesuatu. Komunikasi antarpribadi
yang demikian merupakan bentuk komunikasi bertujuan untuk menolong orang lain
memecahkan masalah yang dihadapinya dengan bertukar pikiran.
Selain tujuan seperti yang telah dikemukakan di atas komunikasi antarpribadi juga
memiliki beberapa manfaat. Manfaat pertama dapat menjalin hubungan yang baik dan
positif antara pustakawan dan para pemustaka yang sedang berkunjung ke perpustakaan.
Manfaat kedua komunikasi antarpribadi dapat berguna juga untuk menjalin hubungan yang
baik antar pustakawan serta dapat menghindari konflik yang mungkin terjadi antara
pustakawan. Manfaat ketiga komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan
kemanusiaan dan bermasyarakat diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Jika
pustakawan melakukan komunikasi antarpribadi dengan pemustaka dengan baik maka
5
pustakawan akan terhindar dari persepsi yang negatif seperti pustakawan judes, tidak ramah,
pendiam, tidak suka keributan dan lain-lain sehingga para pemustaka merasa senang dengan
pelayanan yang tepat dan ramah.
2. Menciptakan Komunikasi Antarpribadi Pustakawan yang Efektif
Jika dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi maka aktivitas
komunikasi yang dilakukan di perpustakaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi
internal dan eksternal. Komunikasi internal merupakan komunikasi yang dilakukan antara
pustakawan dengan pustakawan, antara pustakawan dengan pimpinan. Sedangkan
komunikasi eksternal adalah komunikasi dengan pihak luar perpustakaan seperti dengan
media masa, pihak-pihak yang berkepentingan dengan perpustakaan termasuk komunikasi
dengan pemustaka atau pengunjung perpustakaan dan lain-lain. Perpustakaan perlu
mengelola komunikasi baik internal maupun eksternal dengan baik untuk menciptakan
suasana yang kondusif di perpustakaan.
Pemustaka adalah orang-orang yang datang ke perpustakaan dengan tujuan dan
harapan ingin memperoleh informasi apa yang dikehendaki dengan cepat, tepat dan
menyenangkan. Oleh karena itu pustakawan yang bertugas pada bagian layanan pemustaka
diharapkan menguasai teknik komunikasi antarpribadi yang sederhana dan efektif, yang akan
menimbulkan saling pengertian dan saling menguntungkan antara pustakawan dengan
pemustaka. Dalam komunikasi yang paling penting adalah terjadinya hubungan yang serasi
dan harmonis serta saling pengertian. Berkomunikasi dengan orang lain sebaiknya kita mulai
belajar mengenali mood orang yang kita ajak berkomunikasi, memiliki keahlian
berkomunikasi, bersikap jujur, tidak pandang bulu, bersedia mendengar orang lain, dan
bersedia mengakui kekurangan diri sendiri, serta bersedia membantu. Komunikasi yang
efektif adalah mencoba mengerti dan melakukan tindakan untuk memberi kepuasan
pemustaka, sehingga penunjung perpustakaan bisa lebih meningkat.
DeVito (1992) yang dikutip oleh Komariah (2009) memandang komunikasi
antarpribadi yang efektif berdasarkan humanistic model dan pragmatic model. Humanistic
model (soft approach) menunjukkan bahwa kualitas komunikasi antarpribadi
yang efektif ditentukan oleh 5 faktor yaitu:
a. Keterbukaan (openness) yaitu kemampuan menanggapi dengan senang hati informasi
yang diterima dalam menghadapi komunikasi antarpribadi. Tiga aspek keterbukaan
dalam komunikasi antar pribadi yaitu: (1) komunikator (pustakawan) harus terbuka
kepada komunikannya (pemustaka). Misalnya pustakawan memperkenalkan diri dan
menawarkan kepada pemustaka untuk menanyakan apa yang dibutuhkan pemustaka.
6
(2) Mengacu pada kesediaan komunikator (pustakawan) untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang dari komunikan (pemustaka). Apabila ada pengunjung
perpustakaan yang diam atau kebingungan maka pustakawan harus memperlihatkan
keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap pengunjung tersebut. (3)
Kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator (pustakawan) mengakui
bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan bertanggung
jawab terhadap ucapannya dan pesan yang diberikan kepada komunikan (pemustaka).
b. Empati (empathy) maksudnya adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa
yang sedang dialami orang lain pada suatu keadaan tertentu. Jika dikaitkan dengan
layanan di perpustakaan dimana pustakawan mengetahui kesusahan atau kesulitan
yang dirasakan oleh pemustaka ketika mencari informasi yang dibutuhkan.
c. Dukungan (supportiveness) merupakan hubungan antar pribadi yang efektif bilamana
terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan
bersikap deskriptif bukan evaluasi, spontan bukan strategik, artinya sudah menjadi
kepribadian seorang pustakawan secara spontan untuk membantu pemustaka.
d. Rasapositif (positiveness) yaitu seorang pustakawan harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong para pengunjung perpustakaan lebih aktif berpartisipasi,
dan menciptakan situasi komunikasi yang kondusif agar interaksi antara pustakawan
dengan pemustaka menjadi lebih efektif.
e. Kesetaraan (equality) maksudya adalah penerimaan dan persetujuan terhadap orang
lain yang menjadi lawan bicara. Harus disadari bahwa semua orang bernilai dan
memiliki sesuatu yang penting yang bisa diberikan pada orang lain. Kesetaraan
dalam komunikasi antarpribadi harus ditunjukan dalam proses pergantian peran
sebagai pembicara dan pendengar. Jika dihubungkan dengan layanan perpustakaan
adalah proses pergantian peran pustakawan dengan pemustaka, yaitu pustakawan
merubah diri seakan-akan menjadi pemustaka.
3. Peran Pustakawan dalam Komunikasi Antarpribadi
Sebuah perpustakaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka akan
informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka maka sudah menjadi tugas pustakwan untuk
menyediakan sumber-sumber informasi tersebut di perpustakaan. Secara umum fungsi
perpustakaan adalah berfungsi sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi
dimana pengunjung bisa mendapatkan kebutuhan informasi melalui koleksi yang tersedia di
perpustakaan, fungsi rekreasi dimana pengunjung yang datang ke perpustakaan bisa
mendapatkan hiburan dari bahan perpustakaan yang sifatnya untuk hiburan, fungsi
7
pendidikan dimana perpustakaan merupakan sarana pendidikan non formal dan informal,
dan fungsi kultural, dimana perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan
mengembangkan apresiasi budaya bangsa. Kelima fungsi tersebut merupakan tugas pokok
atau kewajiban sebagai pustakawan, dan tidak akan terlaksana tanpa kehadiran pustakawan.
Pustakawanlah yang akan merealisasikan kelima fungsi perpustakaan yang ada kepada
pemustaka karena tanpa pustakawan, perpustakaan hanya menjadi pusat dokumentasi atau
gudang. Tugas pokok pustakawan adalah melayani pemustaka dengan berbagai
karakteristiknya sehingga pustakawan dituntut untuk mengenal komunikasi antarpribadi.
Menurut Untari (2013) Komunikasi antarpribadi dapat membantu pustakawan untuk
mengenali sifat pemustaka, sehingga pustakawan dapat menghindari terjadinya kegagalan
dalam memberikan layanan kepada pemustaka.
Sapril (2011:10) Baik buruknya suasana perpustakaan tercermin melalui komunikasi
langsung antara pustakawan dan pemustaka karena pustakawan adalah pelaku langsung
kegiatan pelayanan, sehingga kualitas pustakawan akan berpengaruh pada kualitas layanan
perpustakaan. Salah satu unsur pelayanan yang baik terhadap pemustaka yang berkunjung
ke perpustakaan adalah kemampuan berkomunikasi antar pribadi pustakawannya. Oleh
karena itu komunikasi antarpribadi sangat menentukan peran pelayanan pustakawan, karena
dalam melaksanakan tugasnya pustakawan akan melakukan komunikasi langsung dengan
para pemustaka. Keterampilan pustakawan dalam melakukan komunikasi antarpribadi akan
menentukan keberhasilan pustakawan tersebut dalam melaksanakan tugasnya.
Pustakawan harus dapat menunjukkan sikap bahwa pustakawan siap menyajikan
dan membantu para pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan. Pustakawan harus
berusaha dan menghindari bahwa pustakawan itu bukan seorang pengawas ruang baca dan
menghindari larangan-larangan yang tidak terlalu penting kepada para pengunjung.
Pustakawan harus memulai berkomunikasi dengan para pengunjung perpustakaan dengan
sikap yang positif bersedia menyapa pengunjung dengan kata-kata yang baik disertai
dengan senyuman yang manis. Dengan demikian maka para pengunjung yang datang ke
perpustakaan merasa dihargai dan sebaliknya mereka juga akan menghargai pustakawan.
Pustakawan yang mampu melakukan komunikasi antarpribadi yang baik maka dapat
membuat pemustaka merasa nyaman dan memiliki pengalaman yang baik di perpustakaan
sehingga dengan senang hati mereka akan menceritakan pengalaman baiknya tersebut
kepada teman-temannya. Menurut Andayani dan Afiatin (1996: 11). Pada kenyataannya,
seringkali kegiatan komunikasi antarpribadi diabaikan dan dianggap kurang penting oleh
pustakawan. Pustakawan menganggap bahwa pada saat pemustaka datang ke perpustakaan,
8
pemustaka hanya membutuhkan pelayanan yang baik dan menyenangkan dari pustakawan,
tidak lebih dari itu. Padahal selain melakukan kegiatan di perpustakaan, pemustaka juga
ingin didengarkan keluhan dan harapannya terhadap pustakawan, yang mana hal tersebut
dapat diketahui oleh pustakawan melalui kegiatan komunikasi antarpribadi yang dilakukan
oleh pustakawan dengan pemustaka.
Watzlawick, Beavin, dan Jackson dalam Surbakti (2008:4) mengemukakan lima
aksioma dasar mengenai komunikasi antarpribadi yaitu:
a. Pustakawan tidak bisa berkomuniaksi, karena pada saat berkomunikasi pustakawan
akan senantiasa mempengaruhi persepsi pemustaka.
b. Setiap percakapan betapapun singkatnya meliputi dua pesan, yaitu sebuah pesan isi
dan sebuah pesan hubungan. Bila pustakawan dan pemustaka saling berinteraksi
melalui suatu kegiatan komunikasi, masing- masing akan mengaitkan informasi pada
yang lain dan secara bersamaan, masing-masing juga akan membalas informasi
tersebut pada tingkat yang lebih tinggi.
c. Interaksi dalam berkomunikasi selalu diorganisasikan ke dalam pola-pola yang
mempunyai arti oleh para komunikator yaitu pustakawan, yang disebut dengan
pengelompokan.
d. Dalam berkomunikasi, baik pustakawan dan pemustaka cenderung akan
menggunakan kode-kode digital (bahasa) dan kode- kode analog (seperti: ekspresi
wajah, atau emosi dalam suara). Meskipun kode-kode digital dan analog berada satu
sama lain, keduanya digunakan bersama-sama dan tidak dapat dipisahkan dalam suatu
komunikasi antarpribadi yang sedang berlangsung
e. Komunikasi antarpribadi berhubungan dengan pencocokan ataupun pengkaitan
pesan- pesan dalam suatu interaksi

D. PENUTUP
Perpustakaan merupakan suatu institusi yang menyediakan jasa layanan informasi
dalam bentuk bahan perpustakaan kepada pengunjung yang datang maka harus mampu
menyediakan informasi-informasi relevan yang dibutuhkan oleh pemustaka. Agar dapat
memberikan layanan jasa di perpustakaan dengan baik maka dituntut adanya pustakawan
yang berkualitas. Pustakawan yang berkualitas ditentukan oleh faktor latar belakang
pendidikannya, kepribadiannya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan
pustakawan berkomunikasi dengan pemustaka. Kemampuan berkomunikasi dalam hal
ini selain berkomunikasi verbal juga mempunyai kemampuan komunikasi antarpribadi
9
kepada pustakawan. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dan
terjadi secara langsung. Kemampuan berkomunikasi antarpribadi pustakawan dalam
memberikan layanan jasa di perpustakaan merupakan faktor yang sangat penting karena
aktivitas pustakawan selalu berhadapan langsung dengan para pemustaka yang akan
mencari informasi. Oleh karena itu pustakawan harus memiliki keterampilan komunikasi
antarpribadi yang baik dan efektif.
Terciptanya komunikasi antar pribadi yang baik dan efektif adalah adanya hubungan
yang baik antara komunikator dengan komunikan dalam hal ini pustakawan dan pemustaka.
Terbangunnya komunikasi antar pribadi yang baik dan efektif dapat menghindari suasana
yang tidak sehat di lingkungan perpustakaan. Sebaliknya suasana di lingkungan
perpustakaan yang baik dan kondusif akan menjadikan suasana menjadi sejuk dan nyaman
baik bagi pustakawan maupun pemustakanya, maka salah satu kunci keberhasilan bagi
seorang pustakawan adalah membangun komunikasi antarpribadi yang baik dan efektif.

REFERENSI
Andayan, Budi dan Tina Afiatin. (1996). Konsep diri, harga diri dan kepercayaan diri
remaja. Jurnal Psikologi. No. 2, hal. 23-30.
Deddy Mulyana. (2002). Ilmu komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
DeVito, Joseph A. (1992). The Interpersonal communication book. 6th ed. New
York: Harper Collins.
Komariah, Neneng. (2009). Keterampilan komunikasi interpersonal bagi pustakawan.
Bandung : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.
Makarim, Luthfiati. (2006). Pustakawan idaman pemakainya:sebuah studi di
Perpustakaan Nasional RI. Media Pustakawan: Media Komunikasi Antar
Pustakawan vol. 13 no. 3 dan 4 September-Desember hlm.16
Mustofa. (2015). Komunikasi yang cerdas kunci sukses menjadi pustakawan. Surakarta :
Perpustakaan Institut Seni Indonesia (artikel)
Nurhayati Subakti, et, al. ( 2008). Pengaruh kredibilitas pegawai dalam komunikasi
interpersonal terhadap sikap nasabah pada perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis.
Vol. 4, No. 1, hal. 1-13
Onong Uchjana Effendy. (2009). Ilmu komunikasi: teori dan praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pawito dan C Sardjono. (1994). Teori-teori komunikasi : buku pengangan kuliah Fisipol
kumunikasi massa S1 semester IV. Surakarta Universitas Sebelas Maret
Pradipta, Caesar Vioniken. (tth). Pengaruh konsep diri dalam komunikasi interpersonal
pustakawan hubungannya terhadap kepuasan pemustaka di Badan Perpustakaan dan
Kearsipan Daerah Kota Cirebon. Semarang: Universitas Diponegoro
Purwasito, Andrik. (2003). Komunikasi multikultural. Cet 1 Surakarta: Muhammadiyah
University Press
Sapril. (2011). Komunikasi interpersonal pustakawan. Jurnal Iqra’ vol. 05 No. 01 Mei
2011 hlm. 10
Suwarno, Wiji. (2011). Perpustakaan dan buku : wacana penulisan dan penerbitan.

10
Yogyakarta:Ar-Rozz
Tim Penyusun .(2005) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Untari, Dwi. (2013). Peranan komunikasi antarpribadi bagi pustakawan.
http://u.lipi.go.id/1382931569

11

Anda mungkin juga menyukai