Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALIS FARMASI


Percobaan : 2
Judul Percobaan :
ANALISIS KADAR BKO (BAHAN KIMIA OBAT) DALAM SAMPEL JAMU
PEGAL LINU YANG BEREDAR DI DAERAH UNGARAN DAN
SEKITARNYA

Kelas : C
Golongan/Kelompok : 4/2
Dosen Pembimbing :
1. Anita Kumala Hati, S.Farm., M.Si., Apt
2. Tri ………………….., M.Si., Apt
Nama Kelompok:
1. Gita Syefira Salsabila (052191166)
2. Filmon Fankari (052191167)
3. Eni Faristin (052191168)
4. Lalu Zamrul Muttaqin (052191170)
5. Endang Diana (052191172)
6. Violita Bella Dina (052191173)
Tanggal Praktikum : 27 Maret 2020
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
PEMBAGIAN JOBDISK...........................................................................iii
BAB I TINJAUAN PUSTAKA...................................................................4
A. Definisi Jamu.............................................................................4
B. Bahan Kimia Obat (BKO) ........................................................4
C. Paracetamol................................................................................8
D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)...............................................8
E. Spektrofotometri UV-Vis...........................................................8
BAB II METODE KERJA.........................................................................10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................13
BAB V KESIMPULAN.............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................19
LAMPIRAN...............................................................................................20
I. PEMBAGIAN JOBDISK
No Nama Jobdesk
1. Cover dan daftar isi
2. Eni Faristin Tinjauan pustaka
3. Violita Bella Dina Metode kerja
4. Hasil dan Pembahasan
5. Kesimpulan
6. Daftar pustaka dan lampiran

II.JUDUL PRAKTIKUM
“Analisis Kadar BKO (Bahan Kimia Obat) Dalam Sampel Jamu Pegal Linu Di
Daerah Ungaran Dan Sekitarnya”

III.TANGGAL PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Jum’at, 27 Maret 2020
Waktu : 12.30 WIB - selesai
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Jamu

Seiring dengan perkembangan zaman penyembuhan dengan menggunakan


obat tradisional banyak dicari oleh masyarakat. Popularitas dan perkembangan obat
tradisional telah meningkat seiring dengan slogan back to nature, hal itu dibuktikan
oleh semakin banyaknya industri jamu dan farmasi yang memproduksi obat
tradisional. Obat tradisional menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1992 adalah
bahan atau ramuan atau bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara
turuntemurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Bagi
masyarakat, obat tradisional yang bagus adalah yang memberikan reaksi cepat
terhadap penyakit yang diderita dengan harga yang terjangkau

Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan.
Pengertian jamu dalam Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat. Secara umum jamu relatif lebih aman dibandingkan dengan obat
bahan kimia bila cara pemilihan dan penggunaannya secara baik dan benar. Obat
bahan alam dan jamu dapat diperoleh secara bebas, yang umumnya tidak disertai
informasi ataupun peringatan yang cukup, berbeda dengan obat konvensional yang
diperoleh dengan resep dokter atau disertai berbagai peringatan (Dewoto, 2007).

1.2 Bahan Kimia Obat (BKO)


Obat tradisional kemasan yang diproses secara modern juga sering
menimbulkan masalah bagi konsumen, seperti penambahan bahan berbahaya atau
bahan kimia obat. Walaupun bukan berarti obat tradisional yang diproses oleh
industri rumah tangga bebasa dari permasalahan ini, tetapi memang kasus pemalsuan
obat tradisional, juga penambahan bahan kimia obat lebih banyak terjadi pada obat
tradisional yang dikemas secara modern. Oleh karena itu, konsumen harus berhati-
hati dalam memilih obat tradisional, termasuk herbal, baik yang dibuat oleh industri
rumah tangga atau dikemas secara modern.
Bahan Kimia Obat (BKO) adalah senyawa sintetis atau bisa juga produk
kimiawi yang berasal dari bahan alam yang umumnya di gunakan pada pengobatan
modern. Penggunaan BKO pada pengobatan modern selalu disertai dosis/takaran,
aturan pakai yang jelas dan peringatan-peringatan akan bahaya dalam penggunaannya
demi menjaga keamanan penggunanya.
Saat ini Badan POM masih menemukan beberapa produk obat tradisional
yang di dalamnya dicampuri bahan kimia obat (BKO). BKO di dalam obat tradisional
inilah yang menjadi selling point bagi produsen. Hal ini kemungkinan disebabkan
kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya mengonsumsi bahan kimia obat secara
tidak terkontrol baik dosis maupun cara penggunaannya/bahkan semata-mata demi
meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang
bereaksi cepat pada tubuh. Konsumen yang tidak menyadari adanya bahaya dari obat
tradisional yang dikonsumsinya, apalagi memperhatikan adanya kontraindikasi
penggunaan beberapa bahan kimia bagi penderita penyakit tertentu maupun interaksi
bahan obat yang terjadi apabila pengguna obat tradisional sedang mengonsumsi obat
lain.
Tujuan penambahan BKO dalam obat tradisional umumnya untuk
menghilangkan gejala sakit dengan segera (seperti pada pegal linu). Umumnya BKO
yang digunakan obat keras (daftar G) yang sebagian besar menimbulkan efek
samping ringan sampai berat seperti iritasi saluran pencernaan, kerusakan hati/ginjal,
gangguan penglihatan atau gangguan ritmik irama jantung. Pada efek samping ringan,
gangguan atau kerusakan yang terjadi bersifat sementara/reversible. Pada efek
samping berat bisa terjadi gangguan/kerusakan permanen pada jaringan/organ sampai
kematian. Banyaknya produk jamu tradisional membuat pemerintah kesulitan
melakukan pengawasan secara rutin. Hal tersebut memberi celah adanya
kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh sebagian produsen yang kurang baik
seperti misalnya penambahan bahan kimia obat dengan tujuan agar jamu yang
dikonsumsi segera dirasakan efeknya oleh konsumen sehingga akan menyebabkan
tingginya permintaan.

1.3 Paracetamol

Kimia obat yang biasanya ditambahkan pada jamu atau obat tradisional adalah
parasetamol. Parasetamol sangat berguna dalam pengobatan demam setelah asam
asetilsalisilat yang telah digunakan sebelumnya dan di banyak negara telah digunakan
sebagai alternatif dari aspirin dan phenasetin (Levent et al, 2007).

a. Monografi Paracetamol

Paracetamol (Acetaminophen) mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak


lebih dari 101,0 % C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Tabel 1. Monografi paracetamol (Farmakope edisi III)

Pemerian hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau rasa pahit
Kelarutan larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%)P, dalam 13 bagian aseton P dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut
dalam larutan alkali hidroksida
Titik lebur 1690-1720 C
Penyimpanan dalam wadah tertutup
Khasiat/kegunaan Analgetik dan antipiretik
Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin. Dengan menurunkan kadar prostaglandin di dalam tubuh, tanda
peradangan seperti demam, nyeri akan berkurang.

Table 2. Paracetamol
Golongan Analgetik antipiretik
Kategori Obat bebas
Indikasi Obat pereda nyeri dan penurun panas
Keamanan pada Obat minum dan suppositoria
bumil dan busui Kategori B : studi pada binatang percobaan tidak
memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun
belum ada studi terkontrol pada wanita hamil
Infus dan suntik
Kategori C : studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin,
namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
yang diharapkan melebihi besarnya resiko terhadap
janin. Paracetamol dapat terserap ke dalam ASI. Bila
Anda sedang menyusui, lebih baik berkonsultasi
terlebih dahulu
Bentuk obat Tablet, kaplet, sirup, drop, infus, dan suppositoria
Dosis DM Dewasa Paracetamol = 4 g sehari (Drug
Reference for Health Professions
Efek samping Pengunaan jangka lama dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan hati. Reaksi Hipersensitifitas
Kontraindikasi Penderita gangguan fungsi hati yang berat, penderita
hipersensitif terhadap obat ini.

1.4 Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan campuran analit
dengan mengelusi analit melalui suatu lempeng kromatografi lalu melihat
komponen/analit yang terpisah dengan penyemprotan atau pengecetan. Penjerap yang
paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme
sorpsi-desorpsi (perpindahan analit dari fase diam ke fase gerak dan sebaliknya) yang
utama pada KLT adalah partisi dan adsorpsi (Gandjar & Rohman, 2012).
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah,
demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan
yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua
laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Adnan, 1997).

1.5 Spektrofotometri UV-Vis


Prinsip spektrofotometri UV-Vis adalah analisis didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu laju larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube. Sistem konjugasi mengakibatkan penyerapan sinar UV-Vis
terjadi pada panjang gelombang yang lebih panjang dari sistem yang dialami sistem
tak tekonjugasi. Makin banyak ikatan rangkap terkonjugasi, makin kecil energi yang
diperlukan untuk mengalami transisi, sehingga absorbsi akan semakin bergeser ke
panjang gelombang yang lebih besar (Setiono & Dewi, 2013).
Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode yang digunakan untuk
menguji sejumlah cahaya yang diabsorpsi pada setiap panjang gelombang
di daerah UV dan Tampak. Dalam instrumen ini suatu sinar cahaya
terpecah sebagian cahaya diarahkan melalui sel transparan yang
mengandung suatu larutan senyawa tetapi mengandung pelarut. Ketika
radiasi elektromagnetik dalam daerah UV-Vis melewati suatu senyawa
yang mengandung ikatan rangkap, sebagian dari radiasi biasanya diabsorpsi
oleh senyawa. Hanya beberapa radiasi yang diabsorpsi tergantung pada panjang
gelombang dari radiasi dalam struktur senyawa. Panjang gelombang cahaya UV dan
tampak jauh lebih pendek dari pada panjang gelombang radiasi infra merah.
Spektrum nampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) -700 nm
(Merah). Sedangkan spektrum Ultraviolet berjangka dari 100 ke 400 nm
(Fessenden, 1984).

BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat Dan Bahan

Alat Lempeng KLT silica GF254


Bejana kromatografi (chamber)
Gelas ukur 5 ml, 10 ml, 100 ml
Corong gelas
Kertas saring
Aluminium foil
Vial 10 ml
Penangas air
Lampu UV 254 nm dan 366 nm
Pipet tetes
Spatel logam
Batang pengaduk
Sprektrofotometer UV-Vis
Bahan Sampel jamu pegal linu
Baku pembanding paracetamol
Etanol
Kloroform

2.2 Cara Kerja

Deskripsi produk dan uji organoleptic

Produk jamu pegal linu dideskripsikan masing-masing meliputi komposisi. Khasiat


dan dosisnya serta diuji secara organoleptis meliputi bentuk, warna, dan rasanya.

A. Pembuatan larutan uji

Sampel jamu pegal linu ditimbang sebanyak 2 gram


Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 40 ml etanol

Dihomogenkan selama 30 menit kemudian disaring

Filtrat diuapkan di atas penangas air sampai kering

Tambahkan 5 ml etanol ad larut. Gunakan untuk penotolan KLT

Larutkan dengan 5 ml etanol, kemudian diencerkan sebanyak 20 kali.

B. uji kualitatif dengan metode kromatograi lapis tipis (BPOM RI, 1995)

1. Pembuatan eluen

Diperoleh eluen terbaik yaitu Kloroform : ethanol (90:10)

Cara pembuatannya sebagai berikut: 9 ml Kloroform dan 5 mL etanol diukur


masing-masing dalam gelas ukur, kemudian dimasukkan ke dalam chamber
untuk dijenuhkan.

2. Persiapan fase diam


Plat KLT diaktifkan dengan cara pemanasan pada oven selama 30 menit pada
suhu 120oC,

kemudan diberi garis dengan pensil dengan jarak 1 cm dari tepi bawah dan
jarak perambatan 5cm.

Skala masing-masing untuk tempat penotolan larutan uji adalah 1,5 cm.
3. Pengerjaan kromatografi lapis tipis
a. Fase diam : silika GF254

b. Fase gerak : Kloroform p.a : Ethanol p.a

c. Penjenuhan : kertas saring

d. Volume penotolan : 15μL

e. Jarak rambat : 5 cm

f. Penampak bercak : sinar UV 254 nm dan 366 nm

C. Analisis kuantitatif parasetamol dengan spektrofotometer UV-Vis

1. Pembuatan larutan baku induk


Baku pembanding parasetamol ditimbang seksama 100 mg, dilarutkan dalam
etanol hingga volume tepat 100,0 mL (1000 ppm)

2. Pembuatan larutan baku seri


Larutan baku seri dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm sebanyak
masing-masing 100 ml dengan cara mengencerkan dari larutan baku induk.

3. Penentuan panjang gelombang maksimum


Larutan baku (salah satu seri larutan) diukur serapannya pada panjang
gelombang antara 200 nm–400 nm.

Panjang gelombang maksimum tersebut digunakan untuk menentukan kurva


baku dan pengukuran larutan uji.

4. Pembuatan kurva
Larutan baku seri dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum dan dibuat persamaan
regresinya.

5. Pengukuran larutan uji


Filtrat hasil preparasi sampel, masukkan dalam labu takar 100ml. Tambahkan
etanol sampai tanda batas, dihomogenkan. Kemudian Larutan uji diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum, lalu kadar dalam sampel
dihitung berdasarkan persamaan garis regresinya.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Identifikasi Kualitatif menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Jarak rambat fase gerak 5 cm
Dikatakan sampel Jamu C mengandung paracetamol, karena nilai Rf sampel
Jamu C yaitu 3,2cm setara dengan Rf baku paracetamol yaitu 3,4cm yang
mempunyai selisih sebesar 0,2.
Identifikasi Kuantitatif menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis
1. Data Panjang Gelombang Maksimum
Λmaks = 244,8 nm
2. Data Operating Time

Operating time yang didapat pada rentang


menit ke-20 sampai menit ke -30 dengan
absorbansi sebesar 0,453

3. Data Kurva Kalibrasi


a = 0,2321
b = 0,0606
R = 0,996
Y = bx + a
Y = 0,0606x + 0,2321

4. Data Penetapan Kadar Sampel Jamu C


Λ Jamu C = 0,543 nm
Y = bx + a
Y = 0,0606x + 0,2321
0,543 = 0,0606x + 0,2321
0,543 – 0,2321 = 0,0606x
0,3109 =x
0,0606
X = 5,13 ppm

%Kadar Jamu C =
Konsentrasi ( ppm ) x Faktor Pengenceran
x 100 %
Bobot sampel x 10 x 1000

5,13 ppm x 10 51,3


= x 100 %=¿ = 0,1026%
5 g x 10 x 1000 50.000

BAB IV

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Checker : DRPH (Drug Reference For Health Professions)

Aryasa.I.W.T.dkk, 2018, Penentuan Kadar Paracetamol Pada Obat dan Jamu


Tradisional Menggunakan Metode Spektrofotometri UV/Vis. Jurnal Media Sains 2:
Vol.48-53, Bali.

Dinkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta


https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/144/BAHAYA-BAHAN-KIMIA-
OBAT-BKO-YANG-DIBUBUHKAN-KEDALAM-OBAT-TRADISIONAL-
JAMU-.html

Saputra.S.A, 2015, Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Jamu Pegel Linu Seduh
Dan Kemasan Yang Dijual Di Pasar Bandar,Kota Kediri

Anda mungkin juga menyukai