BAB III
URAIAN PROSES
17
18
(a)
(b)
Gambar 3.6 (a).Empty Bunch Conveyor (b) Inclined Empty Bunch Conveyor
5. Fruites Elevator
Setelah brondolan terpisah oleh tandannya, lalu buah tersebut distribusikan
ke stasiun press dan dimasukkan kedalam Digester. Untuk mendistribusikan buah
tersebut digunakan Fruites Elevator untuk membawa buah sawit tersebut ke atas
24
agar masuk ke digester. PT.Socfin Indonesia Kebun Sei Liput. Fruites Elevator
dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut:
1. Pelumatan (Digester)
Tujuan pelumatan agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan
sel-sel yang mengandung minyak, sehingga minyak ini dapat diperas pada proses
pengempaan. Pelumatan dilakukan dalam Digester yang berbentuk silinder, disini
terdapat 3 unit Digester, masing-masing berkapasitas 3 ton. Didalam digester
dipasang pengaduk yang berputar pada sumbunya sehingga diharapkan sebagian
besar daging buah terlepas dari bijinya. Pada pengadukan dilakukan pemanasan
untuk memudahkan pelumatan buah dengan menggunakan air panas bertemperatur
sekitar 90-950C.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pelumatan adalah sebagai
berikut:
a. Digester harus selalu penuh, agar tekanan yang ditimbulkan dapat
mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang sempurna.
25
2. Pressing (Pengempaan)
Screw Press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar
dari daging buah dan biji. Alat ini berupa sebuah tabung berlubang – lubang yang
di dalamnya terdapat dua buah screw yang ujungnya terdapat konus yang dapat
maju – mundur secara hidrolis.
PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Kebun Sei Liput memiliki 3 unit Screw
Press dengan kapasitas olahnya 12 ton/jam dan tekanan pressnya 50-60 Psi. Screw
Press berfungsi untuk mengeluarkan minyak dari mesokrap dengan cara di press.
Di press dengan menggunakan tekanan yang dihasilkan oleh Hydrolic Cone dengan
tekanan 50 Psi atau ampere beban motor 30 ampere. Oleh tekanan Screw yang
ditahan oleh Cone, daging buah diperas sehingga melalui lubang – lubang worm
Screw Press minyak dipisahkan dari serabut dan biji.
Tekanan pada Press harus dijaga agar tidak terjadi losses. Di dalam press
dilakukan penambahan air dengan suhu 90-95oC air ini berfungsi untuk
26
3. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke Oil Tank untuk ditampung sementara waktu,
sebelum dialirkan ke Vacum Dryer. Dalam Oil Tank juga terjadi pemanasan (90 -
95 oC) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Pada Oil Tank dilakukan
28
pengablasan yang dilakukan 1 x 2 jam agar menghindari lumpur yang berasal dari
CST. Oil Tank dapat dilihat pada Gambar 3.12 berikut:
4. Vacuum Drayer
Minyak yang keluar dari Oil Tank masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak melalui pompa Oil Tank dipompakan ke
Vacuum Drayer. Disini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah, hal ini akan mempermudah
pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih
tinggi dari air akan turun kebawah dan kemudian minyak di pompakan ke Daily
Tank (Tangki Harian) yang akan dibawa ke mobil tangki, bila Daily Tank penuh
dan minyak masih berlebih, maka minyak akan di alirkan ke Stock Tank. Vacuum
Drayer dapat dilihat pada Gambar 3.13 berikut:
5. Sludge Tank
Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian CST dialirkan ke
Sludge Tank untuk mengendapkan lumpur (campuran air dan NOS) dari minyak
untuk mempercepat pengendapan lumpur, Sludge dipanaskan (80–90oC) dengan
menggunakan uap yang dialirkan dengan menggunakan pipa heating coil steam
sehingga densitas minyak menjadi lebih besar dan lumpur halus melekat pada
minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki. Lumpur yang mengendap
di Blow Down tiap selang waktu tertentu kemudian di alirkan ke Fat Pit melalui
saluran pembuangan. Sludge yang keluar dipompakan menuju Balancing Tank.
Dari Balancing Tank ini minyak (yang masih mengandung lumpur halus) menuju
Decanter. Sludge Tank dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut:
6. Balance Tank
Tangki ini berfungsi untuk menampung sementara sludge dari Sludge Tank
sebelum masuk ke Decanter. Selain tempat penampungan sementara Balance Tank
juga berfungsi untuk menstabilkan pemasukan umpan kedalam decanter agar tidak
terjadi over flow. Balance Tank dapat dilihat pada Gambar 3.15 berikut:
30
7. Decanter
Kegunaan Decanter adalah untuk memisahkan serat-serat halus (non- oil
solid) yang terkandung dalam Crude Oil (Minyak Kasar) dari Sludge Tank. Jadi
tujuan utama pengoperasian Decanter adalah untuk memisahkan Sludge menjadi
light phase, heavy phase dan solid. Lalu untuk light phase akan dimasukkan
kembali ke continuous tank, sedangkan solid akan diaplikasikan menjadi pupuk
lapangan, dan heavy phase akan dimasukkan ke Water Phase Tank sebelum
lumpurnya dibuang ke fat-pit. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memeliki
3 unit Decanter, dimana pada saat operasi pabrik yang digunakan 2 unit sedangkan
1 unit stanby. Decanter dapat dilihat pada Gambar 3.16 berikut:
9. Bak Decantasi
Bak Decantasi merupakan bak penampungan heavy fase yang berasal dari:
a. Overflow dari Vertical fat-pit
b. Overflow dari Air Decanter
Minyak yang ada di dalam Bak Decantasi ini masih mengandung kadar air
sebesar 91,74 %, NOS 7,43 %, dan Minyak 0,83 %. Didalam bak ini minyak
tersebut di pisahkan dan di diamkan sampai keadaan air dan minyak terpisah.
Minyak tersebut nantinya akan di teruskan kedalam Oil Collecting Tank. Losses
yang dapat terjadi pada Bak Decantasi adalah:
1. Minyak pada lumpur Bak Decantasi basah max 0,65%
2. Minyak pada lumpur Bak Decantasi kering max 18,00%
Bak Decantasidapat dilihat pada Gambar 3.18 berikut:
32
(Socfindo) Kebun Sei Liput terdapat 1 unit Daily Tank dengan kapasitas yaitu
sebesar 50 ton. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada Daily Tank adalah:
a. Kebersihan Daily Tank harus dibersihkan secara rutin minimal 1 bulan
sekali.
b. Kondisi steam coil harus diperiksa secara rutin, karena kebocoran steam coil
dapat menaikkan kadar air pada CPO.
c. Temperatur Daily Tank 50-60oC.
Daily Tank dapat dilihat pada Gambar 3.20 berikut:
2. Depericarper
Depericarper atau Nut Pollishing Drum adalah suatu alat untuk
memisahkan biji dari serat yang masih melekat. Drum berputar pada dinding –
dinding dan poros drum diberi plat dengan putaran 17 – 20 rpm. Biji yang berada
dalam drum pemisah tersebut akan berputar bersamaan dengan getaran drum dan
keluar melalui kisi drum. Biji-biji yang keluar tersebut akan jatuh kedalam Nut
35
Conveyor dan akan dibawa menuju Wet Nut Elevator untuk diangkut menuju nut
silo. Depericarper dapat dilihat pada Gambar 3.23 berikut:
4. Nut Silo
Fungsi dari alat ini adalah untuk tempat pemeraman biji, hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar air sehingga inti lebih mudah terlepas dari cangkangnya.
Nut Silo juga yang berfungsi untuk menurunkan pengaruh Pectin (yang berfungsi
sebagai lem perekat) yang terdapat antara cangkang dan inti. Nut keluar secara
36
teratur sedikit demi sedikit melalui Dry Nut Conveyor yang terletak pada dasar Nut
Silo ke Ripple Mill. Nut Silo dapat dilihat pada Gambar 3.25 berikut:
5. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke Ripple Mill untuk dipecah sehingga inti terpisah
dari cangkang. Biji yang masuk melalui bagian atas rotor baru akan mengalami
penggilasan dengan Ripple Plate sehingga biji pecah dan keluar ke Cracked
Mixture Conveyor. Kecepatan putarnya 1400 rpm. disini terdapat 2 unit Ripple Mill
dengan kapasitas setiap unit 2-3 ton/jam. Setelah dipecahkan, inti yang masih
bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke Cracked Mixture Conveyor. Cracked
Mixture Conveyor adalah alat angkut bahan berbentuk screw yang berputar
berfungsi untuk membawa inti dan cangkang dari bawah Ripple Mill untuk dibawa
ke Claybath. Ripple Mill dapat dilihat pada Gambar 3.26 berikut:
6. Winowing Separating
Winowing Separating Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana
fraksi-fraksi yang lebih ringan akan diserap oleh separating Column Fan. Fraksi-
fraksi ringan yang dihisap terdiri dari cangkang dan serabut akan dibawa ke Shell
Bin melalui Fibre Conveyor. Fraksi yang berat turun kebawah dan masuk ke
Claybath. Biji utuh hasil pemisahan pada Shell Grading dikembalikan ke Ripple
Mill untuk dipecahkan kembali. Winowing Separating dapat dilihat pada Gambar
3.27 berikut:
7. Claybath
Claybath adalah alat berbentuk bak untuk pemisahan inti dan
cangkang dengan menggunakan bantuan lumpur. Lumpur dapat tersespensi dalam
air dan memiliki berat jenis larutan diatas 1, tergantung dengan konsentrasi tanah
liat yang dilarutkan. Larutan ini dapat digunakan untuk memisahkan 2 kelompok
padatan yaitu inti dan cangkang yang memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda. maka
untuk memisahkan inti dan cangkang dibuat Berat Jenis larutan 1.130 g/ml
sehingga inti akan mengapung dan cangkang akan tenggelam. Inti yang terapung
akan diteruskan ke Vibrating Kernel sedangkan cangkang yang tenggelam akan
diteruskan ke Shell Grading. Claybath dapat dilihat pada Gambar 3.28 berikut:
38
8. Vibrating Screen
Vibrating Screen berfungsi sebagai pengayak hasil olahan kernel ,dan biji
pecah yang keluar dari Claybath agar air atau lumpur tidak terikut. Alat ini
dipasangkan sebuah poros yang panjang yang tidak simetris dan diputar oleh
Electromotor dan dibagian luar body Vibrating ini ditumpu oleh 4 buah pegas,
sehingga saat beroperasi menimbulkan getaran. Kernel yang diayak akan masuk ke
Penumatic Wet Kernel transport, standart kernel kotoran vibrating 8,00%.
Penumatic Wet Kernel sebagai media transport kernel menuju Kernel Dryer dengan
cara hembusan blower. Vibrating Screen dapat dilihat pada Gambar 3.29 berikut:
2. Clarifier Tank
Clarifier Tank merupakan tempat untuk memisahkan padatan yang
tersuspensi didalam air dengan cara koagulasi dan flokulasi. Air dari reservoir
sebelum masuk Clarifier dicampur terlebih dahulu dengan koagulan dan flokulan
agar terjadi proses. Koagulasi adalah pemisahan padatan yang tersuspensi didalam
air melalui proses kimia. Flokulasi adalah proses penggabungan partikel kecil
sehingga membentuk partikel yang lebih besar dengan kecepatan pengendapan
yang lebih besar. PH air diclarifier diatur agar sesuai untuk keperluan pabrik dan
perumahan. Koagulan dan flokulan yang dipakai di PT. Socfindo Kebun Sei Liput
adalah tawas. Pemberian Al2SO4 dilakukan dengan menginjeksikan melalui pipa
inlet sebelum ke Clarifier Tank. Dosis pemberian tawas sangat tergantung oleh
mutu air tersebut. Setiap 1 jam dilakukan Blow Down untuk membuang lumpur
41
yang mengendap didasar Clarifier Tank, sedangkan endapan yang melayang akan
ikut masuk ke Water Basin untuk selanjutnya dilakukan pengendapan. Clarifier
Tank dapat dilihat pada Gambar 3.33 berikut:
3. Sand Filter
Sand Filter berfungsi untuk menyaring kotoran yang melayang dengan
menggunakan pasir biasa dengan isi pasir ¾. Sand Filter tempat penyaringan air
yang berasal dari Water Tower Tank, air tersebut di pompakan masuk kedalam Sand
Filter dengan tekanan 3,2 bar. Didalamnya, air tersebut akan tersaring melalui
media penyaringan, dengan tekanan air keluar dari Sand Filter sebesar 2,4 bar, air
yang telah dilakukan penyaringan ini akan diteruskan kedalam Anion dan Kation
Tank. Jika air yang masuk ke dalam Sand Filter sangat kotor maka pergantian harus
lebih cepat, dengan cara sirkulasi injeksi. Sand Filter dapat dilihat pada Gambar
3.36 berikut:
7. Dearator Tank
Daerator adalah alat untuk melepaskan kandungan oksigen dari dalam air.
Kapasitas 6500 kg. air dari feed tank dipompakan masuk ke daerator tank. Disini
terjadi pemanasan dan pelepasan kandungan oksigen dalam air. Pemanasan ini
bertujuan agar oksigen mudah telepas dari ikatan air. Oksigen yang terkandung
dalam air akan menyebabkan korosi pada pipa-pipa dan tabung boiler. Dari
Daerator tank air akan dialirkan ke Vacum Daerator. Dearator Tank dapat dilihat
pada Gambar 3.40 berikut:
2. Turbin Uap
Uap yang dihasilkan Boiler untuk menggerakkan sudu-sudu turbin dan
untuk menggerakkan Generator yang porosnya dikopel dengan poros roda gigi.
Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan digunakan untuk
menggerakkan motor-motor dalam proses pengolahan. Turbin Uap dapat dilihat
pada Gambar 3.42 berikut:
4. Main Switchboard
Main switchboard adalah panel box yang berfungsi untuk membagi-bagi
daya listik sesuai kebutuhan dengan kebutuhan proses dan untuk mengontrol dan
menyingkronkan frekuensi antara Generator. Main Switchboard dapat dilihat pada
Gambar 3.43 berikut:
3.5 Laboratorium
1 Peranan Laboratorium
Peranan laboratorium didalam pabrik kelapa sawit adalah melakukan fungsi
kontrol kualitas dan mengontrol kinerja alat yang berdampak pada hasil proses
pengolahan. kontrol kualitas yang dilakukan adalah menganalisa data parameter
mutu material yang terjadi pada proses produksi dari kualitas TBS, hasil produksi
(MKS/IKS) hingga kualitas limbah pembuangan. Kontrol kualitas produksi
meliputi:
1. Crude Palm Oil
a. FFA (Free Fatty Acid) atau ALB (Asam Lemak Bebas)
b. Moisture (M) / Kadar air
c. Dirt / Kadar kotoran
d. Dobi
2. Kernel
a. Kadar air
b. Cangkang total
c. Kadar inti pecah
d. Kotoran
3. Limbah
a. Padatan total dan Padatan tersuspensi
b. Oil dan Grease
c. COD
3. Air
a. Raw water
b. Pre-softener
c. After-softener
d. Feed water Boiler
4. Effluent
a. pH
b. Temperature
a. Cooling Pond
Cooling Pond merupakan Kolam yang berfungsi sebagian Kolam
pendinginan, limbah yang keluar dari fat-pit dialirkan ke Kolam satu dengan tujuan
untuk mengurangi suhu limbah cair dari 70-80°C menjadi sekitar 40-45°C,
sehingga bakteri mesophic dapat berkembang dengan baik. Di dalam Kolam No 1
limbah cair dibiarkan mengendap selama satu malam.
b. Kolam No 1 dan No 2
Secara umum Kolam Limbah No 1 dan No 2 mempunyai fungsi yang sama
keduanya bersifat Anaerobic. Anaerobic adalah suatu metabolisme tanpa
menggunakan oksigen dan dilakukan pada bakteri Anerobic. Kolam Limbah No 1
digunakan sebagai kolam pencampuran memiliki kapasitas 11.985 m3.
Limbah cair yang telah mengalami pendinginan selama 1 malam dialirkan
ke Kolam Limbah No 1, lalu dicampur dengan lumpur yang diambil dari Kolam
Limbah No 2 dengan perbandingan 1:1 atau 1:2. Pencampuran ini bertujuan agar
bakteri yang telah aktif pada lumpur yang berasal dari Kolam Limbah No 2 dapat
bercampur dengan limbah cair tersebut sehingga proses pengaktifan bakteri bisa
lebih cepat. 129. Setelah itu limbah dari Kolam Limbah No 1 di alirkan ke Kolam
Limbah No 2 untuk dilakukan proses secara Anaerobic lebih lanjut, Kolam Limbah
No 2 memiliki kapasitas 7.837 m³.
c. Kolam No 3
Kolam Limbah No 3 merupakan kolam Fakultatif. Kolam Fakultatif adalah
kolam yang di desain untuk mendegradasi air limbah yang beban nya tidak terlalu
tinggi. Kolam Limbah No 3 memiliki kapasitas 7.837 m³. Limbah dari Kolam
Limbah No 2 dialirkan ke Kolam Limbah No 3 secara gravitasi. Di dalam Kolam
Limbah No 3 ini terjadi proses penguraian bahan organik oleh bakteri Fakultatif.
d. Kolam No 4
Limbah yang telah diolah di Kolam No 3, secara over flow mengalir ke
Kolam dan pada Kolam No 4 terdapat aerator yang berfungsi untuk memperbesar
51
kontak antara oksigen dan air. Dengan demikian konsentrasi zat organik di dalam
limbah diharapkan menurun. Kolam No. 4 memiliki kapasitas 16. 560 m³.
e. Kolam No 5
Kolam No 5 merupakan tempat tahap akhir terjadinya proses pengolahan
limbah, yakni terjadi proses pengendapan bahan organik. Setelah itu limbah yang
telah memenuhi standar mutu yang dinyatakan oleh perusahaan bisa langsung
dialirkan ke sungai. Kolam No 5 memiliki kapasitas 4.000 m³.
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Judul Tugas Khusus
Dalam melaksanakan tugas Kerja Praktek di PT. Socfindo Kebun Sei Liput,
penulis mengambil objek pengamatan tugas khusus pada stasiun Perebusan, judul
tugas khusus adalah “Menganalisis Kondensat Keluaran Sterilizer Pada Stasiun
Perebusan di PT. Socfindo Kebun Sei Liput”.
52
53
Sesuai dengan tugas khusus yang diambil, maka tempat pelaksanaan tugas
khusus di PT. Socfindo Kebun Sei.Liput, Aceh Tamiang, pada tanggal 12 Juli – 28
Agustus 2021.
akan memutar menuju Sterilizer dan Feeder Gate (Pintu Sterilizer) akan membuka.
Akibatnya TBS masuk ke dalam sehingga Sterilizer terisi penuh. Setelah terisi
penuh Feeder Chute Sterilizer akan di tutup kembali. Kapasitas Sterilizer pada PT.
Socfindo Kebun Sei.Liput, Aceh Tamiang adalah 2,8 dan 3 ton dalam satu bejana.
Pada perusahaan ini terdapat 15 unit Sterilizer.
Sterilizer pada PT socfindo Sei Liput menggunakan system 3 peak. Pada
sterillizer melalui 3 peak, di mana fungsi yang terjadi pada setiap peak adalah
sebagai berikut:
1. Puncak Pertama (I peak)
a. Membuang udara yang teperangkap didalam sterilizer.
b. Mengurangi keaktifan (aktivitas) enzim asam lemak bebas.
2. Puncak Kedua (2 peak)
a. Mengurangi kadar air dari buah.
b. Proses awal sterilisasi.
3. Puncak Ketiga (3 peak)
a. Proses Sterilisasi sempurna.
b. Melekangkan antara cangkang dan kernel supaya tidak menyatu untuk
memudahkan pemecahan biji.
Gambar dari alat sterilizer dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.3 Permasalahan
Adapun permasalahan yang diambil dari tugas khusus ini adalah apakah
kadar losses yang terkandung pada kondensat sterilizer dalam kadar yang
memenuhi standar yang baik.
55
4.3.1.1 Alat-Alat
Adapun alat yang digunakan pada analisa ini yaitu:
1. Kertas Saring
2. Oven
3. Neraca Digital
4. Hot Plate
5. Peralatan Ekstraksi Soclet
6. Cawan Porselin
7. Balon Glass
8. Penjepit
4.3.1.2 Bahan
1. Sampel Ablas Rebusan
2. Hexane
4.4.2 Pembahasan
Sterilizer adalah bejana uap yang digunakan untuk merebus TBS. Untuk
menjaga tekanan dalam perebusan agar tidak melebihi tekanan kerja yang dizinkan,
maka alat perebus diberi katup pengamanan (Safety Valve). Perebusan TBS
menggunakan media pemanas yang merupakan uap basah sisa pembuangan turbin
uap dengan tekanan sekitar 3 kg/cm2 , dan suhu sekitar 145oC (Baldani dan Ta’ali,
2020).
Proses perubusan bertujuan mengurangi asam lemak bebas pada TBS, asam
lemak bebas yang diizinkan sesaui dengan Standar Nasional Indonesia adalah 5%.
Untuk mengatahui kadar AlB yang dihasilkan dilakukan analisa terhadap kondensat
sterilizer. Hasil anlisa ALB yang dilakukan selama 6 hari berkisar 2,6-3 % hal
tersebut sudah masuk Standar Nasional Indonesia.selain analisa ALB juga
dilakukan analisa kondensat sterilizer.
Analisa kadar kondensat keluaran Sterilizer didapatkan hasil yang dapat
dilihat pada Tabel 4.1. Pada hari pertama didapatkan hasil % Air adalah 90,381%,
%Minyak adalah 1,366 %, % NOS adalah 8,354 %, %Lumpur Kering adalah 9,72
% dan Berat Air adalah 23,21 gr. Hingga hari keenam hasil yang diperoleh untuk
% Air adalah 95,680%, %Minyak adalah 1,19 %, %NOS adalah 3,12 %, %Lumpur
Kering adalah 4,31 % dan berat air adalah 20,64 gr. Dapat kita lihat % Air, %
Minyak, % NOS, % Lumpur Kering dan Berat Air mengalami kenaikan dan
penurunan. Menurut Sulaiman (2018) Besar dan kecilnya kadar NOS yang
diperoleh dipengaruhi oleh kurangnya filtrasi yang dilakukan saat penerimaan buah
dari kebun dan disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti curah hujan. Curah
hujan mengakibatkan Tandan Buah Sawit ketika dipanen mengandung lumpur
karena keadaan kebun, dan juga dapat mempengaruhi kadar air pada kondensatnya
hal ini sejalan dengan pendapat darmali bahwa kadar NOS yang terkandung
dipengaruhi oleh kebersihan pemanen.
Kadar minyak dipengaruhi oleh lama perebusan, Menurut Rahardja dan
Sopyan (2012), tingginya persentase oil loss di kondensat adalah sebagai akibat
waktu perebusan yang terlalu lama. Jika waktu proses deaerasi kurang optimal,
maka persentase oil loses di empty bunch akan meningkat. Jadi, proses perebusan
59
buah merupakan proses yang dapat menentukan losses minimal yang terjadi.
Namun apabila tandan buah segar melewati proses perebusan yang lama akan
menjadikan proses perebusan menjadi hangus. Hal yang menandakan tandan buah
segar hangus ketika melewati perebusan adalah tercium bau yang menyengat dari
TBS. oleh karena itu dalam melakukan perebusan harus dalam pengamatan dan
dilakukan dengan stabil agar mendapatkan hasil minyak dengan kualitas yang baik.
Kadar rata-rata losses minyak selama 6 hari adalah 1,17% akan ini menunjukkan
kecilnya losses minyak yang ada pada kondensat sterilizer sekaligus
menggambarkan bahwa sterilizer dalam kinerja yang baik.
Berdasarkan hasil analisis losses minyak yang dilakukan oleh Nurul
Fadillah (2018) dengan variasi waktu rebusan 100, 105 dan 110 menit, menyatakan
bahwa perebusan dengan waktu 110 menit memiliki kehilangan minyak tertinggi
sebesar 0,84%. Hal inimenguatkan bahwa waktu perebusan sangat memoengaruhi
banyaknya losses pada kondensat sterilizer.
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Nilai rata rata % Air yang terkandung pada kondensat Sterilizer adalah
94,09 %.
2. Nilai rata rata % Minyak yang terkandung pada kondensat Sterilizer adalah
1,17 %.
3. Nilai rata rata % NOS yang terkandung pada kondensat Sterilizer adalah
4,75 %.
4. Nilai rata rata % Lumpur kering yang terkandung pada kondensat Sterilizer
adalah 5,92 %.
5. Nilai rata rata Berat Air yang terkandung pada kondensat Sterilizer adalah
21,65 gr.
5.2 Saran
Pada stasiun perebusan hendaknya menjaga waktu perebusan agar Crude
Oil Palm yang dihasilkan semakin baik dan terhindar dari losses minyak yang
berlebih.
60
56
61
DAFTAR PUSTAKA
Baldani. A.M., dan Ta’ali. 2020. Perancangan Sistem Kontrol Sterilizer Vertical
Kelapa Sawit Berbasis Arduino UNO. Jurnal Teknik Elektro dan
Vokasional (JTEV), Vol. 06, No. 02. Hal: 87- 98.
Hikmawan Oksya. 2019. Efisiensi Keja Sterilizer Pabrik Kelapa Sawit Tipe
Horizontal Dengan Kapasitas 30 Ton/Jam. PTKIM: Medan
Kataren, S.,1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Edisi ke satu,
UI Press, Jakarta.