Anda di halaman 1dari 45

17

BAB III
URAIAN PROSES

3.1 Bahan Baku

Bahan baku yang diperoleh PKS PT.SOCFIN INDONESIA Kebun Sei


Liput Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh merupakan hasil dari kebun milik
perusahaan sendiri yang diolah menjadi Minyak Sawit Kasar (CPO) dan Inti Sawit
(Kernel). Raw Material (Bahan Baku) yang digunakan untuk memproduksi Minyak
Sawit Kasar (CPO) adalah Tandan Buah Segar (TBS) yang diperoleh dari pohon
kelapa sawit yang telah berumur lebih dari 3 tahun. Varietas kelapa sawit yang telah
dibudidayakan hingga saat ini PT. Socfin Indonsia Kebun Sei Liput adalah tenera.

3.2 Proses Produksi Pengolahan Kelapa Sawit

Dalam menjalankan suatu pabrik diawali dengan mempersiapkan bahan


baku untuk dijadikan bahan produksi dan bahan sampingan. Jadi untuk pabrik
kelapa sawit PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput yang diproses adalah Tandan
Buah Segar (TBS) dengan tujuan memperoleh hasil produksi yang maksimal dan
berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung relative panjang dan membutuhkan
Boiler dan control yaitu mulai dari pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) ke
pabrik sampai menghasilkan minyak sawit dan hasil sampingan. Proses pengolahan
minyak kelapa sawit terbagi atas beberapa tahap yang dilakukan dibeberapa stasiun.
Adapun Flow Sheet pengolahan minyak kelapa sawit pada PT. Socfin Indonesia
Kebun Sei Liput dapat dilihat di Lampiran No 3 Flow Sheet MKS (Minyak Kelapa
Sawit) POM SEI LIPUT dan Lampiran No 4 Flow Sheet IKS (Inti Kelapa Sawit)
POM SEI LIPUT. Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan pada proses
pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput
yaitu:

17
18

3.2.1 Weight Bridge (Jembatan Timbang)


Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah, bertujuan untuk
mengetahui jumlah TBS (Tandan Buah Segar) yang masuk, dan berat tandan rata-
rata. Dari penimbangan juga dapat diketahui berapa besar jumlah produksi TBS
yang dicapai dari setiap afdeling. Timbangan tersebut berkapasitas 40 ton dengan
menggunakan Sistem Indicator Display (dengan pengendalian di dalam operator.
Dimana tujuan jembatan timbang untuk menjamin bahwa bahan yang ditimbang
(diantaranya TBS, kernel dan CPO) di Weight Bridge (Jembatan Timbang) di PKS
tidak ada kesalahan dalam penimbangan yang dilakukan secara benar dan teliti.
Jembatan Timbangan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Jembatan Timbangan

3.2.2 Loading Ramp (Tuangan Buah)


Buah yang telah ditimbang dikirim ke Loading Ramp (Tuangan Buah).
Loading ramp merupakan rangkaian proses awal dari pengolahan kelapa sawit
sebelum memasuki proses selanjutnya. Fungsi dari Loading Ramp adalah sebagai
tempat penampungan sementara Tandan Buah Segar (TBS). Tempat mensortasi
TBS, memudahkan masuknya TBS kedalam Conveyor dan untuk memisahkan
kotoran yang menempel pada buah kelapa sawit seperti pasir, tanah, ranting dan
daun-daunan yang terbawa dari kebun sehingga dapat mengurangi kadar kotoran
yang terdapat pada buah sawit tersebut. Oleh karena itu pada stasiun ini, lantai
dipasang kisi-kisi Ramp (Besi) yang berfungsi untuk memudahkan terpisahnya
kotoran (pasir) dari TBS. Lantai atas loading ramp memiliki kemiringan berkisar
28° dengan jarak antar kisi ialah satu cm. Di PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput
19

memiliki 8 pintu Loading Ramp untuk menampung TBS sebelum disalurkan ke


Conveyor. Loading Ramp dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut:

Gambar 3.2 Loading Ramp

3.2.3 Fresh Fruit Bunch (FFB) Incline Conveyor FFB


Incline Conveyor adalah alat yang berfungsi untuk memuat dan mengangkut
TBS dari Loading Ramp ke FFB Scrapper Conveyor Horizontal No.2. Di PT.
Socfin Indonesia (Socfindo) Kebun Sei Liput memiliki 2 buah Conveyor yaitu FFB
Incline Conveyor No.1 dan FFB Scrapper Conveyor Horizontal No.2 untuk
mendistribusikan kedalam stasiun perebusan. Fresh Fruit Bunch (FFB) Incline
Conveyor FFB dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut:

Gambar 3.3 Fresh Fruit Bunch (FFB) Incline Conveyor FFB


20

3.2.4 Sterilizer (Perebusan)


Sterilizer merupakan salah satu alat pengolahan buah kelapa sawit yang
memanfaatkan tekanan Steam (Uap Panas) dari ex turbin untuk merebus Tandan
Buah Segar dalam suatu bejana bertekanan. Sterilizer (Perebusan) adalah tahapan
pertama dari tingkat pengolahan kelapa sawit. Tujuan dilakukannya tahap
perebusan yaitu :
a. Menghentikan aktivitas enzim.Tandan Buah Segar (TBS) yang dipanen
terdapat enzim oksidase dan lipase yang bersifat merugikan dan akan tetap
bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan, enzim tersebut dapat
dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara
pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim lipase
bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian
memecahkan kembali menjadi Asam Lemak Bebas (ALB). Aktivitas enzim
semakin tinggi apabila buah. mengalami kememaran (luka). Untuk
mengurangi aktivitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran
buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif
lagi pada suhu 50° C. Oleh sebab itu perebusan pada suhu 140°C akan
menghentikan kinerja enzim.
b. Melepaskan buah dari spiklet minyak dan inti sawit yang terdapat dalam
buah berfungsi untuk mempermudah, buah agar dapat dilepaskan dari
spiklet atau melunakkan brondolan untuk memudahkan pelepasan /
pemisahan daging buah dan Biji Sawit (Nut) di Digester.
c. Menurunkan kadar air Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar
air buah dan inti yaitu dengan cara penguapan baik pada saat perebusan
maupun sebelum pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan
penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong yang
mempermudah proses pengempaan. Interaksi penuruan kadar air dan panas
dalam buah akan menyebabkan minyak sawit antara sel dapat bersatu dan
mempunyai viskositas (ketebalan) yang rendah sehingga mudah keluar dari
dalam sel sewaktu proses pengempaan berlangsung.
21

d. Pemecahan emulsi minyak dan Pericarp (Dinding Buah) berbentuk emulsi


dapat lebih mudah keluar sel jika berubah dari fase emulsi menjadi minyak.
Perubahan ini terjadi dengan bantuan pemanasan, yang mengakibatkan
penggabungan fraksi yang memiliki polaritas yang sama dan berdekatan,
sehingga minyak dan air masing-masing terpisah. Peristiwa ini akan
mempermudah minyak keluar dari pericarp. Penetrasi uap yang sempurna
pada pericarp, terutama pada buah yang paling dalam, akan mempertinggi
efesiensi ekstraksi CPO.
Membantu proses pelepasan inti dari cangkang Perebusan yang sempurna
akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar air biji yang turun hingga 15%
akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap. Maka ini terjadi inti
yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu fermentasi di dalam Nut Silo,
sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan
inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan
inti yang mengandung kotoran lebih kecil Steam (Uap) yang digunakan untuk
perebusan ini di supply dari Boiler yang kemudian disalurkan kedalam Sterilizer
menggunakan pipa. Pola perebusan yang umum digunakan ada dua yaitu Double
Peak (Dua Puncak) dan Triple Peak (Tiga Puncak). Jumlah puncak dalam
perebusan ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap keluar.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, maka perlu diperhatikan cara perebusan. Metode
perebusan yang digunakan oleh PT.Socfin Indonesia Sei Liput. Sungai liput adalah
dengan sistem Triple Peak (Tiga Puncak). Adapun prinsip dari Triple Peak adalah
tiga kali pemasukan uap (Blow Down). Dengan memerlukan waktu pada puncak
pertama dan kedua masing-masing 2 menit dan pada puncak ketiga memerlukan
waktu 45 menit. Pada PT. Socfindo memiliki 15 unit Sterilizer yang dapat
digunakan pada proses pengolahan TBS. Sterilizer dapat dilihat pada Gambar 3.3
berikut:
22

Gambar 3.4 Sterilizer

3.2.5 Threshing Station (Stasiun Penebah)


1. Stripper
Striper berfungsi untuk melepaskan brondolan dari janjangan buah dengan
cara memutarkan 180 derajat kemudian membanting TBR (Tandan Buah Rebus).
Alat ini berupa mesin berbentuk drum berkisi– kisi yang berputar dengan kecepatan
23 rpm, serta mendorong janjangan kosong ke Empty Bunch Conveyor dan
brondolan akan terjatuh melalui kisi–kisi Stiper ke Conveyor Under Striper.
Stripper dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut:

Gambar 3.5 Stripper

2. Empty Bunch Conveyor dan Inclined Empty Bunch Conveyor


Tandan kosong yang keluar dari Striper menuju ke Empty Bunch Conveyor dan
diangkut dengan kecepatan dan daya tertentu sesuai kapasitas pabrik ke Inclined
Empty Bunch Conveyor. Apabila beban Conveyor terlalu berat (Over Load) bisa
23

mengakibatkan Conveyor rusak. Empty Bunch Conveyor dan Inclined Empty


Bunch Conveyor dapat dilihat pada Gambar 3.6 berikut:

(a)

(b)
Gambar 3.6 (a).Empty Bunch Conveyor (b) Inclined Empty Bunch Conveyor

4. Conveyor Under Striper


Conveyor Under Striper adalah alat angkut bahan berbentuk screw yang
berputar berfungsi untuk menampung brondolan yang terpipil dari Stripper dan
kemudian mangangkut brondolan menuju Fruitless Elevator.

5. Fruites Elevator
Setelah brondolan terpisah oleh tandannya, lalu buah tersebut distribusikan
ke stasiun press dan dimasukkan kedalam Digester. Untuk mendistribusikan buah
tersebut digunakan Fruites Elevator untuk membawa buah sawit tersebut ke atas
24

agar masuk ke digester. PT.Socfin Indonesia Kebun Sei Liput. Fruites Elevator
dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut:

Gambar 3.7 Fruites Elevator

3.2.6 Pressing Station (Stasiun Pengempaan)


Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari daging buah,
dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumat dilakukan dalam Digester,
sedangkan pengempaan dilakukan dalam Screw Press.

1. Pelumatan (Digester)
Tujuan pelumatan agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan
sel-sel yang mengandung minyak, sehingga minyak ini dapat diperas pada proses
pengempaan. Pelumatan dilakukan dalam Digester yang berbentuk silinder, disini
terdapat 3 unit Digester, masing-masing berkapasitas 3 ton. Didalam digester
dipasang pengaduk yang berputar pada sumbunya sehingga diharapkan sebagian
besar daging buah terlepas dari bijinya. Pada pengadukan dilakukan pemanasan
untuk memudahkan pelumatan buah dengan menggunakan air panas bertemperatur
sekitar 90-950C.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pelumatan adalah sebagai
berikut:
a. Digester harus selalu penuh, agar tekanan yang ditimbulkan dapat
mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang sempurna.
25

b. Minyak terbentuk pada proses pelumatan harus dikeluarkan melalui Screen


Base Plate, karena bila minyak dan air terbentuk tidak dikeluarkan maka
akan dapat bertindak sebagai bahan pelumas sehingga gesekan akan
berkurang.
Digester dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut:

Gambar 3.8 Digester

2. Pressing (Pengempaan)
Screw Press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar
dari daging buah dan biji. Alat ini berupa sebuah tabung berlubang – lubang yang
di dalamnya terdapat dua buah screw yang ujungnya terdapat konus yang dapat
maju – mundur secara hidrolis.
PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Kebun Sei Liput memiliki 3 unit Screw
Press dengan kapasitas olahnya 12 ton/jam dan tekanan pressnya 50-60 Psi. Screw
Press berfungsi untuk mengeluarkan minyak dari mesokrap dengan cara di press.
Di press dengan menggunakan tekanan yang dihasilkan oleh Hydrolic Cone dengan
tekanan 50 Psi atau ampere beban motor 30 ampere. Oleh tekanan Screw yang
ditahan oleh Cone, daging buah diperas sehingga melalui lubang – lubang worm
Screw Press minyak dipisahkan dari serabut dan biji.
Tekanan pada Press harus dijaga agar tidak terjadi losses. Di dalam press
dilakukan penambahan air dengan suhu 90-95oC air ini berfungsi untuk
26

mempermudahkan proses press-an dan untuk mengurangi kekentalan minyak hasil


press-an. Screw Press dapat dilihat pada Gambar 3.9 berikut:

Gambar 3.9 Screw Press

3. Vibrating Screen (Ayakan Getar)


Vibrating Screen adalah suatu alat ayakan yang terdiri dari 2 lapisan screen
dengan ukuran masing-masing 30 mess untuk top screen dan 40 mess untuk Bottom
Screen, yang digetarkan dengan kecepatan 1500 revolutions per minute (rpm).
Proses penyaringan memakai Vibrating Screen bertujuan untuk memisahkan Non-
Oil Solid (NOS) yang berukuran besar seperti serabut, pasir, tanah, kotoran-kotoran
lain yang terbawa dari Desanding Device. NOS yang tertahan pada ayakan akan
dikembalikan ke digester melalui fruit elevator, sedangkan minyak ditampung ke
Crude Oil Tank.

3.2.7 Clarification Station (Stasiun Pemurnian Minyak)


1. Crude Oil Tank (COT)
Minyak yang keluar dari Oil Vibrating Screen ditampung sementara
di dalam Crude Oil Tank (COT) sebelum dipompakan Continuous Settling Tank
(CST). Pada COT ini minyak dipanaskan dengan steam menggunakan sistem pipa
pemanas dan suhu dipertahankan 85-95 oC. 51 Crude Oil Tank befungsi sebagai
penurunan kadar NOS pada minyak. Di tangki ini minyak diendapkan. Pada bagian
atas adalah minyak akan di pompakan menuju Continuous Settling Tank. Crude Oil
Tank dapat dilihat pada Gambar 3.10 berikut:
27

Gambar 3.10 Crude Oil Tank

2. Continuous Settling Tank (CST)


Continuous Settling Tank (CST) adalah tempat pemisahan pertama antara
minyak dengan Sludge dengan cara pengendapan. Agar pengendapan dapat
berlangsung sempurna maka diberi pengaduk dengan kecepatan 2,5 rpm, dan
Retention Time / masa tinggal yaitu 7-8 jam setelah dari COT, suhu harus dijaga
90-95oC, ketebalan pengutipan minyak melalui skimmer pada CST sebaiknya
dilakukan pada ketebalan minyak 30-50 cm agar minyak yang dikutip bersih di Oil
Tank. Pada pemisahan minyak dan sludge yang terjadi pada CST, minyak yang
telah dipisahkan dialirkan menuju Oil Tank dan sludge dialirkan ke Sludge Tank
untuk pemisahan minyak kembali. Dikarenakan sludge masih mengandung
minyak. Continuous Settling Tank dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut:

Gambar 3.11 Continuous Settling Tank

3. Oil Tank
Minyak dari CST menuju ke Oil Tank untuk ditampung sementara waktu,
sebelum dialirkan ke Vacum Dryer. Dalam Oil Tank juga terjadi pemanasan (90 -
95 oC) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Pada Oil Tank dilakukan
28

pengablasan yang dilakukan 1 x 2 jam agar menghindari lumpur yang berasal dari
CST. Oil Tank dapat dilihat pada Gambar 3.12 berikut:

Gambar 3.12 Oil Tank

4. Vacuum Drayer
Minyak yang keluar dari Oil Tank masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak melalui pompa Oil Tank dipompakan ke
Vacuum Drayer. Disini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah, hal ini akan mempermudah
pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih
tinggi dari air akan turun kebawah dan kemudian minyak di pompakan ke Daily
Tank (Tangki Harian) yang akan dibawa ke mobil tangki, bila Daily Tank penuh
dan minyak masih berlebih, maka minyak akan di alirkan ke Stock Tank. Vacuum
Drayer dapat dilihat pada Gambar 3.13 berikut:

Gambar 3.13 Vacuum Drayer


29

5. Sludge Tank
Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian CST dialirkan ke
Sludge Tank untuk mengendapkan lumpur (campuran air dan NOS) dari minyak
untuk mempercepat pengendapan lumpur, Sludge dipanaskan (80–90oC) dengan
menggunakan uap yang dialirkan dengan menggunakan pipa heating coil steam
sehingga densitas minyak menjadi lebih besar dan lumpur halus melekat pada
minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki. Lumpur yang mengendap
di Blow Down tiap selang waktu tertentu kemudian di alirkan ke Fat Pit melalui
saluran pembuangan. Sludge yang keluar dipompakan menuju Balancing Tank.
Dari Balancing Tank ini minyak (yang masih mengandung lumpur halus) menuju
Decanter. Sludge Tank dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut:

Gambar 3.14 Sludge Tank

6. Balance Tank
Tangki ini berfungsi untuk menampung sementara sludge dari Sludge Tank
sebelum masuk ke Decanter. Selain tempat penampungan sementara Balance Tank
juga berfungsi untuk menstabilkan pemasukan umpan kedalam decanter agar tidak
terjadi over flow. Balance Tank dapat dilihat pada Gambar 3.15 berikut:
30

Gambar 3.15 Balance Tank

7. Decanter
Kegunaan Decanter adalah untuk memisahkan serat-serat halus (non- oil
solid) yang terkandung dalam Crude Oil (Minyak Kasar) dari Sludge Tank. Jadi
tujuan utama pengoperasian Decanter adalah untuk memisahkan Sludge menjadi
light phase, heavy phase dan solid. Lalu untuk light phase akan dimasukkan
kembali ke continuous tank, sedangkan solid akan diaplikasikan menjadi pupuk
lapangan, dan heavy phase akan dimasukkan ke Water Phase Tank sebelum
lumpurnya dibuang ke fat-pit. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memeliki
3 unit Decanter, dimana pada saat operasi pabrik yang digunakan 2 unit sedangkan
1 unit stanby. Decanter dapat dilihat pada Gambar 3.16 berikut:

Gambar 3.16 Decanter


31

8. Oil Collecting Tank


Oil Collecting Tank merupakan bak tempat penampungan minyak yang
berasal dari:
a. Bak Decantasi
b. Vertikal Fat-pit
c. Oil Phase Decanter
d. Fat - pit
Dari oil colletting tank ini minyak akan di pompakan ke Continuous Settling
Tank untuk di proses ulang. Oil Collecting Tank dapat dilihat pada Gambar 3.17
berikut:

Gambar 3.17 Oil Collecting Tank

9. Bak Decantasi
Bak Decantasi merupakan bak penampungan heavy fase yang berasal dari:
a. Overflow dari Vertical fat-pit
b. Overflow dari Air Decanter
Minyak yang ada di dalam Bak Decantasi ini masih mengandung kadar air
sebesar 91,74 %, NOS 7,43 %, dan Minyak 0,83 %. Didalam bak ini minyak
tersebut di pisahkan dan di diamkan sampai keadaan air dan minyak terpisah.
Minyak tersebut nantinya akan di teruskan kedalam Oil Collecting Tank. Losses
yang dapat terjadi pada Bak Decantasi adalah:
1. Minyak pada lumpur Bak Decantasi basah max 0,65%
2. Minyak pada lumpur Bak Decantasi kering max 18,00%
Bak Decantasidapat dilihat pada Gambar 3.18 berikut:
32

Gambar 3.18 Bak Decantasi

10. Fat Pit


Uap diinjeksikan pada Fat Pit sebagai pemanas untuk mempermudah proses
pemisahan minyak dengan lumpur. Minyak yang keluar dari Fat Pit akan diambil
kembali oleh operator dan akan dituang kedalam kolam strimer. Kemudian
ditampung pada sebuah Bak collecting Kolam Fat Pit, dan kemudian dipompakan
kembali ke Continous Tank untuk kemudian dimurnikan lagi. Fat pit dapat dilihat
pada Gambar 3.19 berikut:

Gambar 3.19 Fat pit


11. Daily tank
Minyak yang berasal dari Vacuum Dryer, kemudian di pompakan ke Daily
Tank (Tangki Harian) untuk dikirim. Sebelum pengiriman dilakukan Pengujian
Mutu Minyak Sawit. Minyak yang dihasilkan dari daging buah ini berupa minyak
kasar atau disebut juga Crude Palm Oil (CPO). Pada PT. Socfin Indonesia
33

(Socfindo) Kebun Sei Liput terdapat 1 unit Daily Tank dengan kapasitas yaitu
sebesar 50 ton. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada Daily Tank adalah:
a. Kebersihan Daily Tank harus dibersihkan secara rutin minimal 1 bulan
sekali.
b. Kondisi steam coil harus diperiksa secara rutin, karena kebocoran steam coil
dapat menaikkan kadar air pada CPO.
c. Temperatur Daily Tank 50-60oC.
Daily Tank dapat dilihat pada Gambar 3.20 berikut:

Gambar 3.20 Daily Tank


12. Stock Tank
Stock Tank (Tangki Timbun) berfungsi untuk menampung Crude Palm Oil
(CPO) yang berasal dari Daily Tank. Stock Tank memilliki kapasitas 500 ton.
Berikut dapat dilihat gambar stock tank pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput.
Stock Tank dapat dilihat pada Gambar 3.21 berikut:

Gambar 3.21 Stock Tank


34

3.2.8 Kernel Plant Station (Stasiun Pengolahan Inti)


Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari
cangkangnya dan sebelum diolah di pabrik Penggolahan Inti Sawit. Pengolahan Inti
pada dasarnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pemisahan serabut dari biji
b. Pemeraman biji
c. Pemisahan inti dari cangkangnya
d. Pengeringan

1. Cake Breaker Conveyer (CBC)


Ampas kempa dari Screw Press yang terdiri dari serat dan biji yang masih
mengempal masuk ke CBC. CBC merupakan Conveyor yang berbentuk ribbon
blade yang berputar pada poros. CBC berfungsi memecah gumpalan-gumpalan
ampas kempa (untuk mempermudah pemisahan biji dan serat) dan membawanya
ke Depericarper. Cake Breaker Conveyer dapat dilihat pada Gambar 3.22 berikut:

Gambar 3.22 Cake Breaker Conveyer

2. Depericarper
Depericarper atau Nut Pollishing Drum adalah suatu alat untuk
memisahkan biji dari serat yang masih melekat. Drum berputar pada dinding –
dinding dan poros drum diberi plat dengan putaran 17 – 20 rpm. Biji yang berada
dalam drum pemisah tersebut akan berputar bersamaan dengan getaran drum dan
keluar melalui kisi drum. Biji-biji yang keluar tersebut akan jatuh kedalam Nut
35

Conveyor dan akan dibawa menuju Wet Nut Elevator untuk diangkut menuju nut
silo. Depericarper dapat dilihat pada Gambar 3.23 berikut:

Gambar 3.23 Depericarper

3. Wet Nut Elevator


Wet Nut Elevator adalah timba untuk membawa biji naik dan masuk ke
dalam Nut Silo, dimana Wet Nut Elevator ini memiliki timba – timba sebanyak 22
buah dengan kapasitas 4 kg/timba. Wet Nut Elevator dapat dilihat pada Gambar
3.24 berikut:

Gambar 3.24 Wet Nut Elevator

4. Nut Silo
Fungsi dari alat ini adalah untuk tempat pemeraman biji, hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar air sehingga inti lebih mudah terlepas dari cangkangnya.
Nut Silo juga yang berfungsi untuk menurunkan pengaruh Pectin (yang berfungsi
sebagai lem perekat) yang terdapat antara cangkang dan inti. Nut keluar secara
36

teratur sedikit demi sedikit melalui Dry Nut Conveyor yang terletak pada dasar Nut
Silo ke Ripple Mill. Nut Silo dapat dilihat pada Gambar 3.25 berikut:

Gambar 3.25 Nut Silo

5. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke Ripple Mill untuk dipecah sehingga inti terpisah
dari cangkang. Biji yang masuk melalui bagian atas rotor baru akan mengalami
penggilasan dengan Ripple Plate sehingga biji pecah dan keluar ke Cracked
Mixture Conveyor. Kecepatan putarnya 1400 rpm. disini terdapat 2 unit Ripple Mill
dengan kapasitas setiap unit 2-3 ton/jam. Setelah dipecahkan, inti yang masih
bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke Cracked Mixture Conveyor. Cracked
Mixture Conveyor adalah alat angkut bahan berbentuk screw yang berputar
berfungsi untuk membawa inti dan cangkang dari bawah Ripple Mill untuk dibawa
ke Claybath. Ripple Mill dapat dilihat pada Gambar 3.26 berikut:

Gambar 3.26 Ripple Mill


37

6. Winowing Separating
Winowing Separating Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana
fraksi-fraksi yang lebih ringan akan diserap oleh separating Column Fan. Fraksi-
fraksi ringan yang dihisap terdiri dari cangkang dan serabut akan dibawa ke Shell
Bin melalui Fibre Conveyor. Fraksi yang berat turun kebawah dan masuk ke
Claybath. Biji utuh hasil pemisahan pada Shell Grading dikembalikan ke Ripple
Mill untuk dipecahkan kembali. Winowing Separating dapat dilihat pada Gambar
3.27 berikut:

Gambar 3.27 Winowing Separating

7. Claybath
Claybath adalah alat berbentuk bak untuk pemisahan inti dan
cangkang dengan menggunakan bantuan lumpur. Lumpur dapat tersespensi dalam
air dan memiliki berat jenis larutan diatas 1, tergantung dengan konsentrasi tanah
liat yang dilarutkan. Larutan ini dapat digunakan untuk memisahkan 2 kelompok
padatan yaitu inti dan cangkang yang memiliki berat jenis (BJ) yang berbeda. maka
untuk memisahkan inti dan cangkang dibuat Berat Jenis larutan 1.130 g/ml
sehingga inti akan mengapung dan cangkang akan tenggelam. Inti yang terapung
akan diteruskan ke Vibrating Kernel sedangkan cangkang yang tenggelam akan
diteruskan ke Shell Grading. Claybath dapat dilihat pada Gambar 3.28 berikut:
38

Gambar 3.28 Claybath

8. Vibrating Screen
Vibrating Screen berfungsi sebagai pengayak hasil olahan kernel ,dan biji
pecah yang keluar dari Claybath agar air atau lumpur tidak terikut. Alat ini
dipasangkan sebuah poros yang panjang yang tidak simetris dan diputar oleh
Electromotor dan dibagian luar body Vibrating ini ditumpu oleh 4 buah pegas,
sehingga saat beroperasi menimbulkan getaran. Kernel yang diayak akan masuk ke
Penumatic Wet Kernel transport, standart kernel kotoran vibrating 8,00%.
Penumatic Wet Kernel sebagai media transport kernel menuju Kernel Dryer dengan
cara hembusan blower. Vibrating Screen dapat dilihat pada Gambar 3.29 berikut:

Gambar 3.29 Vibrating Screen


9. Shell Grading
Shell Grading adalah sebuah drum yang berputar dan memiliki lubang–
lubang disepanjang sisi–sisinya, yang berfungsi sebagai pemisahan cangkang
berdasarkan ukuran. Cangkang yang masuk kedalam Shell Grading hasil dari
pemisahan kernel dan cangkang melalui timba – timba pada Claybath. Sehingga
39

untuk memisahkannya, cangkang tersebut diputar dengan kecapatan 33 rpm, untuk


losses pada Shell Grading maksimal 1%. Shell Grading dapat dilihat pada Gambar
3.30 berikut:

Gambar 3.30 Shell Grading

10. Kernel Dryer


Inti yang masih mengandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7%.
Inti yang berasal dari Winowing Separating ini melalui Penumatic Wet Kernel
Transport di distribusikan ke dalam dua unit Kernel Dryer untuk dilakukan proses
pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan cara menghebuskan udara panas
dengan blower dihembuskan ke dalam Silo. Kernel Dryer dibagi dalam tiga
tingkatan suhu (udara panas) yang berbeda, yaitu berturut-turut dari atas kebawah
adalah 70 oC, 60 oC dan 50 0C. Kernel Dryer dapat dilihat pada Gambar 3.31
berikut:

Gambar 3.31 Kernel Dryer


40

3.3 Unit Pengolahan Air


1 Sungai Tamiang
Air yang digunakan oleh PT. Socfindo Kebun Sei Liput berasal dari sungai
tamiang. Air yang berasal dari sungai masih mengandung kekeruhan yang tidak
stabil sehingga diperlukan pengolahan selanjutnya untuk memurnikan air dan
kandungan air yang dianggap dapat menghambat proses pengolahan dan keperluan
domestik. Dimana air tersebut dipompakan dengan menggunakan Pompa di dalam
air dan akan dialirkan ke dalam Clarifier Tank. Sungai Tamiang dapat dilihat pada
Gambar 3.32 berikut:

Gambar 3.32 Sungai Tamiang

2. Clarifier Tank
Clarifier Tank merupakan tempat untuk memisahkan padatan yang
tersuspensi didalam air dengan cara koagulasi dan flokulasi. Air dari reservoir
sebelum masuk Clarifier dicampur terlebih dahulu dengan koagulan dan flokulan
agar terjadi proses. Koagulasi adalah pemisahan padatan yang tersuspensi didalam
air melalui proses kimia. Flokulasi adalah proses penggabungan partikel kecil
sehingga membentuk partikel yang lebih besar dengan kecepatan pengendapan
yang lebih besar. PH air diclarifier diatur agar sesuai untuk keperluan pabrik dan
perumahan. Koagulan dan flokulan yang dipakai di PT. Socfindo Kebun Sei Liput
adalah tawas. Pemberian Al2SO4 dilakukan dengan menginjeksikan melalui pipa
inlet sebelum ke Clarifier Tank. Dosis pemberian tawas sangat tergantung oleh
mutu air tersebut. Setiap 1 jam dilakukan Blow Down untuk membuang lumpur
41

yang mengendap didasar Clarifier Tank, sedangkan endapan yang melayang akan
ikut masuk ke Water Basin untuk selanjutnya dilakukan pengendapan. Clarifier
Tank dapat dilihat pada Gambar 3.33 berikut:

Gambar 3.33 Clarifier Tank

3. Settling Bak Water Basin


Settling Bak Water Basin merupakan bak atau tempat sedimentasi
(pengendapan). Dalam hal ini air yang masuk terlebih dahulu diinjeksi dengan
bahan kimia penjernih seperti: Al2SO4 (Aluminium Sulfida atau Tawas). N (Nalco)
– 3376, N–8173 PILV. Pembubuhan Al2SO4 tergantung pada kondisi air sungai,
seandainya air sedang tidak keruh pembubuhannya berkisar 25 ppm, tetapi apabila
kondisi air sungai keruh pembubuhannya 2,5 kg/jam. Kapasitas pengolahan
air/Water Treatment 40 ton/jam. Settling Bak Water Basin dapat dilihat pada
Gambar 3.34 berikut:

Gambar 3.34 Settling Bak Water Basin


42

4. Water Tower Tank


Water Tower Tank berfungsi sebagai tempat penimbunan air hasil
penyaringan dari Sand Filter dan akan di salurkan menuju:
a. Keperluan untuk pengolahan.
b. Air umpan Boiler.
c. Perumahan – perumahan karyawan.
d. Kebutuhan air bersih untuk karyawan dan masyarakat.
Dengan menggunakan gaya gravitasi, air tersebut akan dibagi–bagikan
kedalanm masing – masing saluran. Di PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Kebun Sei
Liput memiliki 2 tanki Water Tower Tank dengan masing-masing kapasitas 30 m³.
Air yang berada di dalam Tower Tank ini telah memenuhi syarat untuk di konsumsi.
Sedangkan untuk air umpan Boiler, air harus dilakukan proses lanjutan. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan zat – zat atau partikel yang larut
dalam air yang dapat mengakibatkan:
a. Kerak pada pipa Boiler
b. Terjadi korosi
c. Terjadi kapasitas (pembuihan) di dalam Boiler, dsb
Hal – hal tersebut nantinya akan sangat mempengaruhi penurunan kualitas
uap yang dihasilkan oleh Boiler. Maka untuk keperluan air umpan akan dimasukan
kedalam Sand Filter Tank. Water Tower Tank dapat dilihat pada Gambar 3.35
berikut:

Gambar 3.35 Water Tower Tank


43

3. Sand Filter
Sand Filter berfungsi untuk menyaring kotoran yang melayang dengan
menggunakan pasir biasa dengan isi pasir ¾. Sand Filter tempat penyaringan air
yang berasal dari Water Tower Tank, air tersebut di pompakan masuk kedalam Sand
Filter dengan tekanan 3,2 bar. Didalamnya, air tersebut akan tersaring melalui
media penyaringan, dengan tekanan air keluar dari Sand Filter sebesar 2,4 bar, air
yang telah dilakukan penyaringan ini akan diteruskan kedalam Anion dan Kation
Tank. Jika air yang masuk ke dalam Sand Filter sangat kotor maka pergantian harus
lebih cepat, dengan cara sirkulasi injeksi. Sand Filter dapat dilihat pada Gambar
3.36 berikut:

Gambar 3.36 Sand Filter

4. Tangki Penukaran Kation


Untuk air umpan Boiler, air yang digunakan berasal dari Water Tower yang
dipompakan ke tangki penukar kation. Tangki penukar kation ini berisi resin kation
bersifat asam yang berfungsi menghilangkan atau mengurangi kesadahan yang
disebabkan oleh garam, Ca2+ dan Mg2+ dalam air untuk menghilangkan atau
mengurangi alkalinitas dari garam alkali, dan mengurangi zat-zat padatan terlarut
yang menyebabkan kerak pada Boiler.
Pada proses ini terjadi penukaran ion antara kation-kation Ca2+ dan Mg2+
serta ion dalam air dengan kation H dalam Resin. Pada suatu saat resin ini akan
jenuh, maka untuk regenerasi atau mengaktifkan kembali resin harus diinjeksikan
larutan asam sulfat (H2SO4) ke dalam tangki selama 24 jam. Tangki Penukaran
Kation dapat dilihat pada Gambar 3.37 berikut:
44

Gambar 3.37 Tangki Penukaran Kation

5. Tangki Penukar Anion


Tangki Penukar Anion ini berisi resin doulite A-101 (berwarna coklat
muda). Fungsi tangki penukar ion adalah:
a. Menyerap asam-asam H2SO4, H2CO3, H2SiO2 yang terbentuk pada tangki
penukar kation yang menyebabkan pH menjadi tinggi.
b. Menghilangkan sebagian besar atau semua garam-garam mineral sehinga
air yang dihasilkan hampir tidak mengandung garam-garam mineral. Pada
suatu saat resin anion akan mengalami degradasi (Penurunan) fungsional,
maka untuk meregenerasi kembali resin tersebut kedalam tangki
diinjeksikan larutan NaOH.
Tangki Penukaran Anion dapat dilihat pada Gambar 3.38 berikut:

Gambar 3.38 Tangki Penukaran Anion


45

6. Feed Water Tank


Air yang berasal dari tangki penukar anion dikumpulkan dalam feed water
tank dan dipanaskan dengan menggunakan steam hingga temperatur 80-85OC
pemanas bertujuan untuk mempermudah pelepasan gas pada Dearator. Feed Water
Tank dapat dilihat pada Gambar 3.39 berikut:

Gambar 3.39 Feed Water Tank

7. Dearator Tank
Daerator adalah alat untuk melepaskan kandungan oksigen dari dalam air.
Kapasitas 6500 kg. air dari feed tank dipompakan masuk ke daerator tank. Disini
terjadi pemanasan dan pelepasan kandungan oksigen dalam air. Pemanasan ini
bertujuan agar oksigen mudah telepas dari ikatan air. Oksigen yang terkandung
dalam air akan menyebabkan korosi pada pipa-pipa dan tabung boiler. Dari
Daerator tank air akan dialirkan ke Vacum Daerator. Dearator Tank dapat dilihat
pada Gambar 3.40 berikut:

Gambar 3.40 Dearator Tank


46

3.4 Power Plant (Pembangkit Tenaga)


Pembangkit tenaga pada PT. Socfindo Kebun Sei Liput menggunakan dua
sistem, yaitu sistem Turbin dan sistem Diesel. Beberapa komponen utama pada
sistem ini adalah Boiler (Boiler), Turbin, Main Switchboard dan BPV.
1. Boiler
Untuk mendapatkan uap dan tenaga listrik yang digunakan dalam proses
pengolahan, maka air yang berasal dari Tangki Dearator diproses dalam Boiler.
Bahan bakar yang digunakan berasal dari pengolahan kelapa sawit berupa Fibre
(Serabut) dan cangkang. Pada PT. Socfindo Kebun Sei Liput Boiler yang digunakan
adalah Boiler takuma tipe N-750. Flowsheet Boiler dapat dilihat pada Gambar 3.41
berikut:

Gambar 3.41 Flowsheet Boiler

2. Turbin Uap
Uap yang dihasilkan Boiler untuk menggerakkan sudu-sudu turbin dan
untuk menggerakkan Generator yang porosnya dikopel dengan poros roda gigi.
Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan digunakan untuk
menggerakkan motor-motor dalam proses pengolahan. Turbin Uap dapat dilihat
pada Gambar 3.42 berikut:

Gambar 3.42 Turbin Uap


47

3. Back Pressure Vessel (BPV)


Sisa uap yang dihasilkan oleh sisa turbin dikumpulkan dalam suatu instalasi
yang disebut BPV. Untuk menambahkan tekanan pada PBV ini diinjeksikan uap
kering yang berasal dari Boiler. Uap ini akan digunakan untuk proses pengolahan
pada alat-alat yang memerlukan uap, seperti pada:
1. Sterilizing Station
2. Pressing Station
3. Clarificasition Station
4. Kernel Plant Station
5. Water Treatmant Station
Back Pressure Vessel dapat dilihat pada Gambar 3.43 berikut:

Gambar 3.43 Back Pressure Vessel

4. Main Switchboard
Main switchboard adalah panel box yang berfungsi untuk membagi-bagi
daya listik sesuai kebutuhan dengan kebutuhan proses dan untuk mengontrol dan
menyingkronkan frekuensi antara Generator. Main Switchboard dapat dilihat pada
Gambar 3.43 berikut:

Gambar 3.42 Main Switchboard


48

3.5 Laboratorium
1 Peranan Laboratorium
Peranan laboratorium didalam pabrik kelapa sawit adalah melakukan fungsi
kontrol kualitas dan mengontrol kinerja alat yang berdampak pada hasil proses
pengolahan. kontrol kualitas yang dilakukan adalah menganalisa data parameter
mutu material yang terjadi pada proses produksi dari kualitas TBS, hasil produksi
(MKS/IKS) hingga kualitas limbah pembuangan. Kontrol kualitas produksi
meliputi:
1. Crude Palm Oil
a. FFA (Free Fatty Acid) atau ALB (Asam Lemak Bebas)
b. Moisture (M) / Kadar air
c. Dirt / Kadar kotoran
d. Dobi

2. Kernel
a. Kadar air
b. Cangkang total
c. Kadar inti pecah
d. Kotoran

3. Limbah
a. Padatan total dan Padatan tersuspensi
b. Oil dan Grease
c. COD

Kontrol proses/Titik pengambilan sampel meliputi:


1. Crude Palm Oil
a. Sterilizer condensate/Rebusan
b. Press cake/Ampas press
c. Oil produksi
d. Crude Oil
49

e. Water Decanter 1, 2, dan 3


f. Solid Decanter 1,2 dan 3
g. Vertical Fat-Fit
h. Bak Decantasi
i. Buangan Fat-Fit
2. Kernel
a. Fibre cyclone
b. Separating coulomb
c. Ripple mill 1 dan 2
d. Winowing separating / Cracked mixture separating coulomb
e. Claybath / Ex Claybath separator to Vibrating karnel
f. Kernel dryer 1 dan 2
g. Kernel bin 1 dan 2
h. Kernel produksi to expedisi IKS

3. Air
a. Raw water
b. Pre-softener
c. After-softener
d. Feed water Boiler

4. Effluent
a. pH
b. Temperature

3.6 Pengolahan Limbah


1. Pengolahan Limbah Cair
Limbah Cair yang dihasilkan di PT. Socfin Kebun Sei Liput dialirkan
menuju kolam limbah untuk diproses agar aman bagi lingkungan. PT. Socfin
Kebun Sei Liput sendiri mempunyai 1 cooling pond dan 5 buah Kolam limbah.
50

a. Cooling Pond
Cooling Pond merupakan Kolam yang berfungsi sebagian Kolam
pendinginan, limbah yang keluar dari fat-pit dialirkan ke Kolam satu dengan tujuan
untuk mengurangi suhu limbah cair dari 70-80°C menjadi sekitar 40-45°C,
sehingga bakteri mesophic dapat berkembang dengan baik. Di dalam Kolam No 1
limbah cair dibiarkan mengendap selama satu malam.

b. Kolam No 1 dan No 2
Secara umum Kolam Limbah No 1 dan No 2 mempunyai fungsi yang sama
keduanya bersifat Anaerobic. Anaerobic adalah suatu metabolisme tanpa
menggunakan oksigen dan dilakukan pada bakteri Anerobic. Kolam Limbah No 1
digunakan sebagai kolam pencampuran memiliki kapasitas 11.985 m3.
Limbah cair yang telah mengalami pendinginan selama 1 malam dialirkan
ke Kolam Limbah No 1, lalu dicampur dengan lumpur yang diambil dari Kolam
Limbah No 2 dengan perbandingan 1:1 atau 1:2. Pencampuran ini bertujuan agar
bakteri yang telah aktif pada lumpur yang berasal dari Kolam Limbah No 2 dapat
bercampur dengan limbah cair tersebut sehingga proses pengaktifan bakteri bisa
lebih cepat. 129. Setelah itu limbah dari Kolam Limbah No 1 di alirkan ke Kolam
Limbah No 2 untuk dilakukan proses secara Anaerobic lebih lanjut, Kolam Limbah
No 2 memiliki kapasitas 7.837 m³.

c. Kolam No 3
Kolam Limbah No 3 merupakan kolam Fakultatif. Kolam Fakultatif adalah
kolam yang di desain untuk mendegradasi air limbah yang beban nya tidak terlalu
tinggi. Kolam Limbah No 3 memiliki kapasitas 7.837 m³. Limbah dari Kolam
Limbah No 2 dialirkan ke Kolam Limbah No 3 secara gravitasi. Di dalam Kolam
Limbah No 3 ini terjadi proses penguraian bahan organik oleh bakteri Fakultatif.

d. Kolam No 4
Limbah yang telah diolah di Kolam No 3, secara over flow mengalir ke
Kolam dan pada Kolam No 4 terdapat aerator yang berfungsi untuk memperbesar
51

kontak antara oksigen dan air. Dengan demikian konsentrasi zat organik di dalam
limbah diharapkan menurun. Kolam No. 4 memiliki kapasitas 16. 560 m³.

e. Kolam No 5
Kolam No 5 merupakan tempat tahap akhir terjadinya proses pengolahan
limbah, yakni terjadi proses pengendapan bahan organik. Setelah itu limbah yang
telah memenuhi standar mutu yang dinyatakan oleh perusahaan bisa langsung
dialirkan ke sungai. Kolam No 5 memiliki kapasitas 4.000 m³.

2. Pengelolaan Limbah Padat


Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS), abu Boiler, fiber, limbah padat tandan kosong
kelapa sawit ini berasal dari stripper dimana tandan dan buah sudah terpisah.
Sedangkan fiber dihasilkan dari hasil sisa pembuangan bahan bakar Boiler,
sedangkan abu Boiler berasal dari hasil pembakaran Shell (Cangkang) dan fiber
pengolahan limbah padat ini dilakukan dengan cara diangkat ke kebun untuk
dijadikan pupuk.

3. Pengelolaan Limbah Gas


Limbah gas yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit adalah asap yang
berasal dari dapur pembakaran Boiler (hasil pembakaran fiber) melalui cerobong
asap. Analisa Limbah gas dilakukan satu tahun sekali untuk mengetahui kadar
karbon yang dibuang ke lingkungan.
52

BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1 Pendahuluan
4.1.1 Judul Tugas Khusus
Dalam melaksanakan tugas Kerja Praktek di PT. Socfindo Kebun Sei Liput,
penulis mengambil objek pengamatan tugas khusus pada stasiun Perebusan, judul
tugas khusus adalah “Menganalisis Kondensat Keluaran Sterilizer Pada Stasiun
Perebusan di PT. Socfindo Kebun Sei Liput”.

4.1.2 Latar Belakang Tugas Khusus


Masalah yang sering terjadi pada alat sterilizer jika perebusan tidak berjalan
dengan baik adalah sebagai berikut:
1. Kadar ALB yang dihasilkan masih tinggi.
2. Brondol sawit tidak terlepas dari tandannya.
3. Pada saat memasuki alat theresser akan didapatkan jumla buah balen yang
banyak.
Sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap sterilizer agar tercapainya
kualitas CPO dan kinerja produksi yang baik. Apabila pada proses perebusan tidak
berjalan dengan baik maka kualitas MKS dan IKS yang dihasilkan akan berkurang
dan perlu adanya analisa losses yang terjadi pada kondensat sterilizer agar apabila
proses perebusan berjalan kurang baik akan diketahui dan ditingkatkan kinerja
sterilizer tersebut.

4.1.3 Tujuan Tugas Khusus


Adapun tujuan dari tugas ini adalah untuk Menganalisis Kadar Kondensat
keluaran Sterilizer, seperti Kadar Minyak, Air dan Kotoran oleh PT. Socfindo
Kebun Sei Liput untuk pengolahan.

52
53

4.1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus

Sesuai dengan tugas khusus yang diambil, maka tempat pelaksanaan tugas
khusus di PT. Socfindo Kebun Sei.Liput, Aceh Tamiang, pada tanggal 12 Juli – 28
Agustus 2021.

4.2 Landasan Teori


4.2.1 Pengertian Sterilizer
Sterilizer adalah bejana uap yang digunakan untuk merebus TBS. Untuk
menjaga tekanan dalam perebusan agar tidak melebihi tekanan kerja yang dizinkan,
maka alat perebus diberi katup pengamanan (Safety Valve). Perebusan TBS
menggunakan media pemanas yang merupakan uap basah sisa pembuangan turbin
uap dengan tekanan sekitar 3 kg/cm2 , dan suhu sekitar 145oC (Baldani dan Ta’ali,
2020).

4.2.2 Fungsi Sterilizer


Adapaun fungsi dari alah sterilizer adalah sebagai berikut:
a. Menghentikan aktifitas enzim lipase dan oksidase yang dapat menaikkan
asam lemak bebas.
b. Membantuk melepaskan buah dari spiklet.
c. Menurunkan kadar air.
d. Pemecahan emulsi.
e. Membantu proses pemecahan kantong minyak di dalam perikarp.
f. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

4.2.3 Prinsip Kerja Sterilizer


Menurut Baldani dan Ta’ali (2015), berdasarkan posisinya, mesin perebusan
terdiri dari dua jenis, yaitu horizontal dan vertikal. Jika perebusan dilakukan secara
vertikal, maka akan mengurangi biaya perawatan pabrik. Hal ini disebabkan karena,
perebusan ini tidak menggunakan lori sebagai tempat merebusnya. Jadi, TBS dari
Loading Ramp akan diangkut menggunakan Conveyor lalu dimasukkan ke sterlizer.
Apabila Sterilizer dalam keadaan kosong, maka Feeder Chute (Tutup Bagian Atas)
54

akan memutar menuju Sterilizer dan Feeder Gate (Pintu Sterilizer) akan membuka.
Akibatnya TBS masuk ke dalam sehingga Sterilizer terisi penuh. Setelah terisi
penuh Feeder Chute Sterilizer akan di tutup kembali. Kapasitas Sterilizer pada PT.
Socfindo Kebun Sei.Liput, Aceh Tamiang adalah 2,8 dan 3 ton dalam satu bejana.
Pada perusahaan ini terdapat 15 unit Sterilizer.
Sterilizer pada PT socfindo Sei Liput menggunakan system 3 peak. Pada
sterillizer melalui 3 peak, di mana fungsi yang terjadi pada setiap peak adalah
sebagai berikut:
1. Puncak Pertama (I peak)
a. Membuang udara yang teperangkap didalam sterilizer.
b. Mengurangi keaktifan (aktivitas) enzim asam lemak bebas.
2. Puncak Kedua (2 peak)
a. Mengurangi kadar air dari buah.
b. Proses awal sterilisasi.
3. Puncak Ketiga (3 peak)
a. Proses Sterilisasi sempurna.
b. Melekangkan antara cangkang dan kernel supaya tidak menyatu untuk
memudahkan pemecahan biji.
Gambar dari alat sterilizer dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Sterilizer

4.3 Permasalahan
Adapun permasalahan yang diambil dari tugas khusus ini adalah apakah
kadar losses yang terkandung pada kondensat sterilizer dalam kadar yang
memenuhi standar yang baik.
55

4.3.1 Metodelogi Tugas Khusus


Metode yang digunakan dalam pelaksanaan praktek lapangan di PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput yaitu metode orientasi, studi pustaka, analisa data,
sampling dan pengukuran.
1. Metode Orientasi
Metode Orientasi dilakukan penulis dalam melakukan pengumpulan data
dengan pengamatan langsung terhadap sampel ablas rebusan hasil keluaran
Sterilizer. Selanjutnya penulis melakukan Tanya jawab kepada staff, karyawan dan
tekniker yang ada di PT Socfindo Sei Liput.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk penelusuran literatur yang relevan dengan
topik atau masalah yang sedang diteliti mengenai analisa kondensat pada alat
Sterilizer. Literatur dapat dieroleh dari karya ilmiah, laporan penelitian, jurnal, dan
sumber-sumber lain.
3. Sampling dan Pengukuran
Data yang di sampling meliputi % Air, % Minyak, % NOS, % Lumpur
kering dan Berat air pada kondensat keluaran Sterilizer. Pengambilan sampling
dilakukan sebanyak 6 kali dengan jangka waktu 6 hari mulai tanggal 2 Agustus
2021 sampai 7 Agustus 2021.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran, dianalisis dan diolah untuk
selanjutnya dilakukan pembahasan sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Netto Ekstraksi
a. %Minyak = × 100 (%) .......................... (4.1)
Netto Basah
Berat Air
b. %Air = × 100 (%) ................................. (4.2)
Netto Basah
c. %NOS = % Lumpur Kering - % Minyak ....................... (4.3)
Netto Kering
d. % Lumpur Kering = ×100 (%) ................................. (4.4)
Netto Basah
e. Berat Air = Netto Basah – Netto Kering ............................ (4.5)
56

4.3.1.1 Alat-Alat
Adapun alat yang digunakan pada analisa ini yaitu:
1. Kertas Saring
2. Oven
3. Neraca Digital
4. Hot Plate
5. Peralatan Ekstraksi Soclet
6. Cawan Porselin
7. Balon Glass
8. Penjepit

4.3.1.2 Bahan
1. Sampel Ablas Rebusan
2. Hexane

4.3.1.3 Alat Pelindung Diri


1. Safety Helmet
2. Baju Lab
3. Sepatu Safety
4. Masker
5. Sarung Tangan

4.3.1.4 Prosedur Kerja


1. Ambil Sampel pada Ablas Rebusan.
2. Ditimbang Cawan Porselin kosong dengan Neraca Analitik.
3. Masukkan 25 ml sampel Ablas Rebusan kedalam Cawan Porselin,
kemudian ditimbang kembali.
4. Dimasukkan Cawan yang sudah berisi kedalam Oven dan tunggu selama 4
jam.
5. Setelah 4 jam Cawan Porselin dikeluarkan dari Oven dan tunggu hingga
dingin.
57

6. Setelah dingin timbang kembali untuk mendapatkan hasil berat kering.


7. Sampel yang telah ditimbang kemudian dikikis dan di letakkan diatas kertas
saring untuk dibungkus.
8. Masing-masing sampel yang telah dibungkus, kemudian diberikan tanda
sesuai dengan kode Cawan Porselin.
9. Setalah itu dimasukkan larutan Hexane kedalam Balon Glass.
10. Masukkan sampel kedalam alat ekstraksi.
11. Buka keran saluran air ketika melakukan kegiatan ekstraksi.
12. hidupkan Hot Plate dengan api nomor 2 agar Balon Glass terhindar dari
kerusakan karena suhu yang terlalu panas.
13. Tunggu ekstraksi selama 4 jam.
14. Dimasukkan sampel yang telah di ekstraksi kedalam Oven selama 15 menit
hingga sampel kering.
15. Kemudian setelah dikeluarkan dari Oven. sampel ditimbang kembali untuk
mendapatkan hasil Bruto, Tarra dan Netto ekstraksi.

4.4 Hasil dan Pembahasan


4.4.1 Hasil
Hasil perhitungan kadar kondensat pada keluaran Sterilizer dapat dilihat
dari Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Kadar Kondensat
Kadar
Berat
% %Lumpur Rata
No Hari ke % Air % NOS Air
Minyak Kering rata
(gr)
(%)
1 28 Juli 90,38 1,37 8,35 23,21 9,72 30,8
2 29 Juli 94,94 1,13 3,93 16,97 5,06 29.3
3 1 Agustus 94,85 1,16 3,99 27,05 5,15 31.7
4 3 Agustus 94,94 1,02 4,04 21,26 5,06 30,2
5 6 Agustus 93,76 1,16 5,08 22,58 6,24 30,5
6 7 agustus 95,68 1,19 3,12 20,64 4,31 31,1
58

4.4.2 Pembahasan
Sterilizer adalah bejana uap yang digunakan untuk merebus TBS. Untuk
menjaga tekanan dalam perebusan agar tidak melebihi tekanan kerja yang dizinkan,
maka alat perebus diberi katup pengamanan (Safety Valve). Perebusan TBS
menggunakan media pemanas yang merupakan uap basah sisa pembuangan turbin
uap dengan tekanan sekitar 3 kg/cm2 , dan suhu sekitar 145oC (Baldani dan Ta’ali,
2020).
Proses perubusan bertujuan mengurangi asam lemak bebas pada TBS, asam
lemak bebas yang diizinkan sesaui dengan Standar Nasional Indonesia adalah 5%.
Untuk mengatahui kadar AlB yang dihasilkan dilakukan analisa terhadap kondensat
sterilizer. Hasil anlisa ALB yang dilakukan selama 6 hari berkisar 2,6-3 % hal
tersebut sudah masuk Standar Nasional Indonesia.selain analisa ALB juga
dilakukan analisa kondensat sterilizer.
Analisa kadar kondensat keluaran Sterilizer didapatkan hasil yang dapat
dilihat pada Tabel 4.1. Pada hari pertama didapatkan hasil % Air adalah 90,381%,
%Minyak adalah 1,366 %, % NOS adalah 8,354 %, %Lumpur Kering adalah 9,72
% dan Berat Air adalah 23,21 gr. Hingga hari keenam hasil yang diperoleh untuk
% Air adalah 95,680%, %Minyak adalah 1,19 %, %NOS adalah 3,12 %, %Lumpur
Kering adalah 4,31 % dan berat air adalah 20,64 gr. Dapat kita lihat % Air, %
Minyak, % NOS, % Lumpur Kering dan Berat Air mengalami kenaikan dan
penurunan. Menurut Sulaiman (2018) Besar dan kecilnya kadar NOS yang
diperoleh dipengaruhi oleh kurangnya filtrasi yang dilakukan saat penerimaan buah
dari kebun dan disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti curah hujan. Curah
hujan mengakibatkan Tandan Buah Sawit ketika dipanen mengandung lumpur
karena keadaan kebun, dan juga dapat mempengaruhi kadar air pada kondensatnya
hal ini sejalan dengan pendapat darmali bahwa kadar NOS yang terkandung
dipengaruhi oleh kebersihan pemanen.
Kadar minyak dipengaruhi oleh lama perebusan, Menurut Rahardja dan
Sopyan (2012), tingginya persentase oil loss di kondensat adalah sebagai akibat
waktu perebusan yang terlalu lama. Jika waktu proses deaerasi kurang optimal,
maka persentase oil loses di empty bunch akan meningkat. Jadi, proses perebusan
59

buah merupakan proses yang dapat menentukan losses minimal yang terjadi.
Namun apabila tandan buah segar melewati proses perebusan yang lama akan
menjadikan proses perebusan menjadi hangus. Hal yang menandakan tandan buah
segar hangus ketika melewati perebusan adalah tercium bau yang menyengat dari
TBS. oleh karena itu dalam melakukan perebusan harus dalam pengamatan dan
dilakukan dengan stabil agar mendapatkan hasil minyak dengan kualitas yang baik.
Kadar rata-rata losses minyak selama 6 hari adalah 1,17% akan ini menunjukkan
kecilnya losses minyak yang ada pada kondensat sterilizer sekaligus
menggambarkan bahwa sterilizer dalam kinerja yang baik.
Berdasarkan hasil analisis losses minyak yang dilakukan oleh Nurul
Fadillah (2018) dengan variasi waktu rebusan 100, 105 dan 110 menit, menyatakan
bahwa perebusan dengan waktu 110 menit memiliki kehilangan minyak tertinggi
sebesar 0,84%. Hal inimenguatkan bahwa waktu perebusan sangat memoengaruhi
banyaknya losses pada kondensat sterilizer.
60

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Nilai rata rata % Air yang terkandung pada kondensat Sterilizer adalah
94,09 %.
2. Nilai rata rata % Minyak yang terkandung pada kondensat Sterilizer adalah
1,17 %.
3. Nilai rata rata % NOS yang terkandung pada kondensat Sterilizer adalah
4,75 %.
4. Nilai rata rata % Lumpur kering yang terkandung pada kondensat Sterilizer
adalah 5,92 %.
5. Nilai rata rata Berat Air yang terkandung pada kondensat Sterilizer adalah
21,65 gr.

5.2 Saran
Pada stasiun perebusan hendaknya menjaga waktu perebusan agar Crude
Oil Palm yang dihasilkan semakin baik dan terhindar dari losses minyak yang
berlebih.

60
56
61

DAFTAR PUSTAKA

Baldani. A.M., dan Ta’ali. 2020. Perancangan Sistem Kontrol Sterilizer Vertical
Kelapa Sawit Berbasis Arduino UNO. Jurnal Teknik Elektro dan
Vokasional (JTEV), Vol. 06, No. 02. Hal: 87- 98.

Darmali 2018. Faktor Yang mempengaruhi losses minyak. Dilihat pada:


https://docplayer.info/70957272-Tinjauan-pustaka-dari-tempurung-dan-
serabut-nos-non-oil-solid-kasar-kemudian-dialirkan-kedalam-tangki-
minyak-kasar-crude-oil-tank-dan.html

Fadhilla. 2018. Pengaruh Tekanan Steam padaPerebusan Tandan Buah Segar


(TBS) terhadap Kehilangan Minyak pada Air Kondensat Distasiun
Sterilizer PTPN IV Adolina. Univeristas Sumatera Utara: Medan

Hasibuan. 2015. Proses Perebusan Tipe Horizontal Untuk Mendapatkan Nilai


Efisiensi: Jambi

Hikmawan Oksya. 2019. Efisiensi Keja Sterilizer Pabrik Kelapa Sawit Tipe
Horizontal Dengan Kapasitas 30 Ton/Jam. PTKIM: Medan

Kartimin, 1984. Garis–Garis besar Mesin Kelapa Sawit, Lembaga Pendidikan


Perkebunan Medan.

Kataren, S.,1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Edisi ke satu,
UI Press, Jakarta.

Naibaho 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa


Sawit: Medan

Rahardja, I.B., dan M. Sopyan. 2012. Efektivitas Proses Pembuangan Udara


Melalui Pipa Condensate pada Stasiun Rebusan (Sterilizer) di Pabrik
Kelapa Sawit. Jurnal Citra Widya Edukasi (JCWE). Vol. 4 No. 2. Hal: 15-
24.

Sulaiman. 2018. Pengaruh Temperatur terhadap Efisiensi Sterilizer. Universitas


Gajah Mada

Anda mungkin juga menyukai