Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“PROSTISTUSI ONLINE SEBAGAI KEJAHATAN


KEMANUSIAAN TERHADAP ANAK”

Disusun Oleh :

NAMA : Rifky
NIM : 2005016047
KELAS : B 2020
PRODI : Pendidikan Biologi
MATA KULIAH : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
DOSEN PENGAMPUH : Drs. Made Ngurah Partha, M. Si

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah g berjudul “Prostistusi
Online Sebagai Kejahatan Kemanusiaan Terhadap Anak” tepat waktu.

Makalah “Prostistusi Online Sebagai Kejahatan Kemanusian Terhadap Anak”


disusun guna memenuhi tugas dari bapak Drs. Made Ngurah Partha, M. Si pada
mata kuliah “Ilmu Sosial dan Budaya Dasar” di Universita Mulawarman. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Prostistusi Online khususnya pada anak dibawah umur.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku Dosen


pengampuh mata kuliah ISBD. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Berau, 9 Desember 2020

Rifky
2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................1
DAFTAR ISI ............................................................................................................2
BAB 1 ......................................................................................................................3
Pendahuluan .............................................................................................................3
A. Latar Belakang ................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................5
C. Tujuan ..............................................................................................................6
BAB 2 ......................................................................................................................7
Pembahasan ..............................................................................................................7
A. Prostitusi Online ..............................................................................................7
B. Respon Masyarakat dan Penyebab Terjadinya Prostitusi Online ....................8
C. Peran Lembaga Keluarga ...............................................................................11
D. Peran Lembaga Sekolah ................................................................................14
E. Anak-anak, Internet, dan Kejahatan Prostitusi ..............................................16
F. Kejahatan Prostitusi dan Pertanggungjawaban ..............................................18
BAB 3 ....................................................................................................................20
Penutup ..................................................................................................................20
A. Kesimpulan ....................................................................................................20
B. Saran ..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................22
3

BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hadirnya Smartphone yang beredar di Indonesia dengan berbagai jenis dan
tipe semakin memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi atau
berkomunikasi melalui jejaring sosial. Era baru telah dimulai dengan
komunikasi berbasis data seluler. Setiap pengguna smartphone tentunya
memiliki aplikasi sosial media, line dan whatsapp adalah beberapa contoh dari
aplikasi media sosial yang terhubung melalui internet dan dan amat popular di
Indonesia.

Bahkan dapat mengalahkan pamor aplikasi sosial media lainnya yang


sejenis, dan perlahan – lahan mulai menggeser popularitas dari blackberry
messanger(BBM) sebagai aplikasi yang berbasis dari send message sending
(sms) yang populer pada masanya. Fitur – fitur baru yang terdapat pada
aplikasi sosial media line dan whatsapp tersebut semakin memudahkan
penggunanya untuk berkomunikasi. Mulai dari fitur video call, group
message, voice note, story, serta emoticon yang di tawarkan sangat beragam.
Line dan Whatsapp yang awalnya digunakan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara global, kini digunakan sebagai sarana untuk memasarkan
transaksi seks dalam modus operandi yang baru.

Prostitusi Online menjadi salah satu bentuk kejahatan yang berkembang


karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Semakin berkembangnya
teknologi menyebabkan semakin merebaknya bisnis prostitusi karena dapat
memanfaatkan sarana internet dalam bertransaksi dan penawaran prostitusi.
Kelebihan menggunakan teknologi komputer dan internet, transaksi untuk
kegiatan prostitusi tidak perlu lagi bertemu di tempat-tempat Pekerja Seks
Komersial biasa menjajakan diri seperti di tempat lokalisasi ataupun di pinggir
jalan. Hal tersebut tentunya memberikan keamanan baik bagi pengguna jasa
maupun Pekerja Seks Komersial, sehingga penggunaan internet sebagai sarana
4

pemasaran bagi Pekerja Seks Komersial maupun mucikari guna menjaring


pelanggan menjadi semakin populer. Dengan menggunakan media internet
memberikan keleluasaan bagi seseorang untuk bertransaksi tanpa perlu
bertemu secara langsung. Dalam perkembangannya terdapat berbagai macam
sarana internet yang digunakan dalam kegiatan prostitusi online, seperti
menggunakan media sosial, website, blog, maupun forum online. Modus yang
digunakan yakni dengan menawarkan dan memasang foto-foto Pekerja Seks
Komersial lengkap dengan data diri dan info kontak yang setiap saat dapat
dihubungi oleh konsumen baik melalui telepon seluler maupun surat
elektronik.
5

B. Rumusan Masalah

1) Apa itu prostistusi online?


2) Apa peran Orangtua terhadap anak mengenai prostistusi online?
3) Bagaimana peran sekolah terhadap seorang anak mengenai prstistusi
online?
4) Fakto anak terjerumus ke prostistusi online
6

C. Tujuan

1) Mengetahui apa itu prostistusi online


2) Peran-peran orangtua mengawasi anaknya agar terhindar dari prostistusi
online
3) Peran-peran pihak sekolah terhadap siswa agar terhindari dari prostistusi
onlone
4) Mengetahui factor apa sajah yang membuat anak terjerumus ke prostistusi
online
7

BAB 2

Pembahasan
A. Prostitusi Online

Prostitusi online adalah gabungan dua kata yaitu prostitusi dan online.
Pengertian prostitusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah-hadiah sebagai suatu
transaksi perdagangan. Prostitusi diartikan juga sebagai pelacuran.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 703). Pengertian lain
prostitusi berasal dari bahasa Latin yaitu pro-situare yang berarti membiarkan
diri berbuat zina, melakukan perbuatan persundalan, pencabulan,
pergendakan. Dalam bahasa Inggris prostitusi disebut prostitution yang artinya
pelacuran, persundalan atau ketunasusilaan. Orang yang melakukan perbuatan
prostitusi disebut pelacur yang dikenal juga dengan WTS atau Wanita Tuna
Susila. (Kartini Kartono, 1997: 177). Selanjutnya Kartini Kartono
memberikan definisi pelacuran adalah sebagai berikut:

1) Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan


gejala jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian
banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan
pembayaran.
2) Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola
organisasi impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak
terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali
dengan banyak orang atau Promiskuitas, disertai eksploitasi seks yang
impersonal tanpa afeksi sifatnya.
3) Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan
badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan
upah. (Kartini Kartono, 1997: 185).

Fenomena prostitusi online ini merupakan inovasi baru bagi para


penyedia jasa tersebut, yang secara konvensional praktek prostitusi biasa
8

dilakukan dilokalisasi melalui perantara induk semang para pelacur atau


dikenal dengan istilah germo atau mucikari yang menghubungkan para
pekerja seks komersial dengan orang yang memakai jasanya. Selain itu
prostitusi secara konvensional juga biasa dilakukan para pekerja seks
komersial dengan menunggu pelanggannya di pingir-pinggir jalan atau
tempat lainnya. Penggunaan media online sebagai penghubung ini jelas
lebih memudahkan baik bagi induk semang para pelacur tesebut, pekerja
seks komersial itu sendiri, maupun para pemakai jasa pelacuran, karena
melalui media online tersebut lebih banyak kemudahan yang didapatkan.

B. Respon Masyarakat dan Penyebab Terjadinya Prostitusi Online


Penggunaan teknologi internet telah membentuk masyarakat dunia baru
yang tidak lagi dihalangi oleh batas-batas teritorial suatu negara yang
dahulu ditetapkan sangat esensial sekali, yaitu “dunia mayantara” (dunia
yang tanpa batas) atau “realitas virtual” (virtual reality). sebagai bentuk
kejahatan yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi
informasi dan telekomunikasi, yaitu kejahatan yang berkaitan dengan
aplikasi internet yang dalam istilah asingdisebut Cyber Crime.7 (Barda
Nawawi Arief, 2006: 19) Catatan sejarah menunjukkan, beberapa kasus
dugaan pornografi gagal dihukum karena saksi ahli di pengadilan berhasil
meyakinkan hakim bahwa melanggar kesusilaan, sekalipun terbukti, tidak
berarti pornografi.
Berikut adalah mata rantai dalam praktek prostitusi di dunia maya:
1) Mucikari
Mucikari berperan sebagai penghubung kedua pihak ini dan akan
mendapat komisi dari penerimaan PSK yang persentasenya dibagi
berdasarkan perjanjian. Mucikari biasanya amat dominan dalam
mengatur hubungan ini, karena banyak PSK yang “berhutang budi”
kepadanya. Banyak PSK yang diangkat dari kemiskinan oleh
mucikari, walaupun dapat terjadi eksploitasi oleh mucikari kepada
“anak asuh”nya. Seperti ini pula mucikari dalam dunia prostitusi
9

online, mereka hanya sebagai penghubung antara pekerja seks


komersial dengan mereka lelaki hidung belang.
2) Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial (PSK) adalah seseorang yang menjual
jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang atau
disebut pelacur. Pekerja seks komersial sebutan yang diperhalus
dari sebutan pelacur selain itu ada pula sebutan wanita tunasusila
yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Praktek
prostitusi dimanapun pekerja seks komersial inilah yang menjadi
obyek eksploitasi utama dari mata rantai praktek prostitusi. PSK
dalam dunia online ada macamnya, ada yang secara langsung tanpa
mucikari menawarkan diri dan ada yang memang menggunakan
pihak lain dalam hal ini adalah mucikari.
3) Pihak-pihak lain
Disinilah bedanya prostitusi yang pada umumnya ada dengan
prostitusi melalui media online. Ada pihak-pihak lain yang secara
tidak langsung mendukung adanya praktek asusila ini. Pihak-pihak
ini adalah mereka yang menyediakan media-media yang digunakan
oleh pekerja seks komersial untuk mempromosikan dirinya. Karena
menggunakan media online seperti website, forum, aplikasi dan
lainnya maka para pemilik dari website atau forum ini lah yang
menjadi pihak yang secara tidak langsung mendukung adanya
praktek prostitusi online ini. Tidak sampai disitu, pemilik server8
tempat para pemilik website ataupun forum menempatkan data-
data mereka agar dapat diakses oleh siapa saja. Jadi sangat luas
bagaimana mata rantai dari praktek prostitusi online ini sampai
bisa terjadi.
4) Pihak penyewa jasa PSK
Dari semua pihak yang telah disebutkan, pihak penyewa inilah
yang menjadi titik bagaimana bisa transaksi prostitusi online ini
bisa terjadi. Walaupun tentu pihak lain itu juga memberikan
10

dorongan hingga terjadinya praktek prostitusi ini. Namun pihak


penyewa inilah yang menjadi target bagi pemilik website atau
forum prostitusi online untuk menyewa PSK darinya. Setiap
pelacur memiliki berbagai asalan untuk menerjuni profesi sebagai
pelacur. Untuk menelusuri latar belakang seseorang menyambangi
pekerjaan prostitusi sangatlah sulit dimanapun, karena masalah
yang melingkupinya sudah jelas dan saling erat berkaitan dari
sebab yang satu kesebab yang lainnya. Namun faktor-faktor yang
ada dapat dibedakan secara garis besarnya, diantaranya:9 (Endang
Sedyaningsih, 1999: 70)
a) Faktor Moral atau Akhlak
i. Adanya demoralisasi atau rendahnya faktor moral,
ketakwaan individu dan masayarakat serta ketidak
ketaawaan terhadap ajaran agamanya.
ii. Standar Pendidikan dalam keluarga mereka pada
umumnya rendah
iii. Berkembangnya pornografi secara bebas dan liar.
b) Faktor Ekonomi
Adanya kemiskinan dan keinginan untuk meraih
kemewahan hidup, khususnya dengan jalan pintas dan
mudah. Tanpa harus memiliki keterampilan khusus, walau
kenyataannya mereka buta huruf, pendidikan rendah,
berpikiran pendek sehingga menghalalkan pelacuran.
c) Faktor Sosiologis
i. Ajakan dari teman-teman sedaerahnya yang sudah
lebih dahulu terjun ke dunia pelacuran.
ii. Karena pengalaman dan pendidikan mereka sangat
minim, akhirnya mereka dengan mudah terbujuk
dan terkena tipuan dari pria. Terutama dengan
menjanjikan pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi
11

yang akhirnya dijebloskan ke tempat-tempat


pelacuran.
d) Faktor Psikologis
Hubungan keluarga yang berantakan, terlalu menekan dan
mengalamai seksual dalam keluarga serta adanya
pengalaman traumatis (luka jiwa) dan rasa ingin balas
dendam yang diakibatkan oleh hal-hal seperti kegagalan
dalam perkawinan, dimadu, dinodai oleh kekasihnya yang
kemudian ditinggalkan begitu saja.
e) Faktor kemalasan
Faktor kemalasan biasanya diakibatkan oleh psikis dan
mental yang rendah, tidak memiliki norma agama dan
susila menghadapi persaingan hidup. Hanya dengan modal
fisik, kecantikan sehingga dengan mudah mengumpulkan
uang.
f) Faktor Biologis
Adanya nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi
dalam kepribadian yang tidak merasa puas mengadakan
relasi seks dengan satu istri/suami.
g) Faktor Yuridis
Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran
serta tidak ada larangan terhadap orang-orang yang
melakukan relasi seks sebelum pernikahan atau diluar
pernikahan akan tetapi dilarang dalam undang-undang
adalah mucikari dan germo.
h) Faktor Pendukung
Adanya media atau alat pendukung dalam melakukan
kegiatan prostitusi sangat mempengaruhi mereka yang
bekerja dibidang ini. Dengan adanya teknologi pendukung
seperti internet dan handphone membuat seseorang dengan
mudah dapat bertransaksi prostitusi.
12

C. Peran Lembaga Keluarga


Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa keluarga memiliki
banyak fungsi positif, misalnya pengaturan keturunan, sosialisasi atau
pendidikan, ekonomi atau unit produksi, pelindung atau proteksi,
penentuan status, pemeliharaan dan afeksi (Norma dan Sudarso, 2014:
214). Keluarga adalah miniatur mini masyarakat. Sebelum terjun ke
tengah-tengah masyarakat, anak lebih dulu „ditempah‟ dalam lingkungan
keluarga. Tetapi, penggambaran di atas adalah adalah kondisi ideal
sebuah keluarga. Tidak bisa dipungkiri apabila gambaran ideal tersebut
jarang terjadi dalam masyarakat. Banyak kasus menunjukkan kegagalan
keluarga menjalankan fungsi-fungsi di atas, sehingga memunculkan istilah
anak atau remaja broken home. Prostitusi online yang melibatkan anak
atau remaja bisa dikatakan adalah produk-produk broken home
tersebut.Broken home bisa berwujud anak-anak atau remaja dari orangtua
yang berkonflik atau terlalu sibuk bekerja, sehingga kurang mempedulikan
kebutuhan dan perkembangan anak-anaknya. Tulisan ini tidak membahas
tentang faktor-faktor penyebab anak atau remaja broken home, tetapi lebih
menyoroti tentang peran lembaga keluarga dalam mencegah prostitusi
online. Penelitian yang dilakukan oleh Jacky Chau Khiu Cheung, Tak yan
Lee, dan Jessica Chi mei Li(2017, Juni 15)yang berjudul Family centered
Prevention of Adolescent Girls andBoys Prostitution menghasilkan
beberapa saran bagi para orangtua untuk mencegah anak-anak terjerumus
ke dalam praktik prostitusi , antara lain yakni : menciptakan hubungan
orangtua anak yang efektif ( penuh perhatian dan cinta ), meminta bantuan
tenaga profesional pada saat mengalami krisis keluarga, pemberian
pendidikan parenting serta dukungan dari pihak sekolah.
Penelitian di atas membahas pencegahan prostitusi secara umum.
Dikarenakan pembahasan di jurnal ini lebih spesifik tentang prostitusi
online, perlu diketahui lebih dahulu latar pemahaman keluarga Indonesia
13

tentang praktik prostitusi online. Karena prostitusi online berkaitan dengan


internet, maka penting untuk melihat karakteristik demografi pengguna
internet di Indonesia. Menurut hasil riset nasional yang dilakukan Asosiasi
Penyedia Jasa Internet Indones (APJII) dan Pusat Kajian Komunikasi
Universitas Indonesia (UI), mayoritas pengguna internet di Indonesia
berada dalam rentang usia 18-25 tahun. Jumlah golongan pengguna muda
usia ini bahkan hampir setengah (49%) dari total jumlah pengguna internet
di Indonesia yang mencapai 88,1 juta di tahun 2014 kemarin(Liputan 6,
2016, Desember 20).Internet memang memiliki magnet yang cukup kuat,
terutama bagi anak dan remaja. Dikarenakan banyaknya hal menarik yang
bisa diperoleh dari teknologi informasi tersebut, orang sering melupakan
ataupun kurang paham tentang sisi negatif internet. Banyak kasus
kejahatan yang memanfaatkan internet, mulai dari penipuan, pornografi
sampai penculikan. Di era globalisasi saat ini, memang tidak mungkin
melarang anak untuk tidak “bersentuhan‟ internet. Larangan tersebut
justru akan membuat anak gagap teknologi dan tertinggal arus informasi.
Yang harus dilakukan orangtua adalah membentengi anak-anak dari
dampak negatif internet. Menurut para pakar psikologi, secara ideal, ada
beberapa cara yang perlu dilakukan oleh orangtua untuk melindungi anak-
anak dari bahaya internet :
1) Memberikan sosialisasi terhadap anak tentang dampak-dampak
negative internet
2) Membatasi jam waktu penggunaan internet
3) Mendampingi anak pada saat mengakses internet
4) Rajin mengecek situs, website atau layanan internet yang biasanya
diakses anak
5) Memiliki pasword email, facebook, twitter atau jejaring sosial yang
dimiliki anak
6) Memasang sofware kontrol pada piranti komputer
Kesimpulannya adalah untuk mencegah anak atau remaja terjerumus ke
dunia prostitusi online, maka orangtua tidak hanya dituntut memberikan
14

perhatian, kasih sayang dan dukungan, tetapi juga memiliki pengetahuan


tentang dunia internet secara keseluruhan.Bagi orangtua dengan basis
pendidikan tinggi dan tingkat ekonomi menengah ke atas, tentu hal-hal di
atas dapat mudah dilakukan. Tetapi, bagaimana dengan orangtua dengan
tingkat status sosial ekonomi yang rendah ? Orangtua sering dianggap
gagap teknologi. Bisa jadi banyak orangtua yang mengenal istilah internet,
tetapi sedikit yang paham tentang fungsi dan penggunaannya. Apalagi bagi
orangtua yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah,
internet tentu dianggap hal yang mewah. Sedangkan bagi anak dan remaja,
teknologi baru adalah hal yang menarik, sehingga selalu ingin
mempelajarinya. Maka tidak heran apabila internet tidak mengenal batasan
latar belakang sosial di kalangan anak dan remaja. Untuk hal-hal yang
berkaitan dengan internet saja banyak orangtua yang tidak paham, apalagi
mengenai prostitusi yang memanfaatkan internet.Adanya gap atau
kesenjangan pengetahuan orangtua dan anak tentang internet tentunya
menyulitkan orangtua untuk mengontrol aktifitas internet anak-anaknya,
termasuk ketika sang anak yang sudah beranjak dewasa terlibat prostitusi
online. Rendahnya tingkat ekonomi orangtua, kurangnya
kasih sayang dan minimnya kontrol orangtua terhadap aktifitas internet
anak-anaknya, pada akhirnya menjerumuskan anak ke dalam praktek
prostitusi online.Selain itu, pemahaman secara normatif akan
menyebutkan bahwa kurangnya pendidikan agama dalam keluarga adalah
faktor penyebab munculnya perilaku prostitusi online. Tetapi, pencegahan
secara spritual tentunya tidak cukup. Para orangtua perlu dibekali
pengetahuan tentang internet, misal dampak-dampak negatif internet
termasuk kejahatan-kejahatan online yang mengakibatkan anak atau
remaja sebagai korbannya, atau pemberlakuan aturan akses internet bagi
anak. Kekurangtahuan orangtua berkaitan dengan internet dapat
diambilalih oleh pihak sekolah melalui program edukasi dan sosialisasi
internet.
15

D. Peran Lembaga Sekolah


Lembaga sekolah sering dianggap sebagai „rumah kedua‟ setelah
keluarga. Sekolah adalah sarana sosialisasi anak tentang norma dan nilai
yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu, pengetahuan yang tidak
diajarkan di dalam keluarga bisa didapatkan anak dari lembaga sekolah,
termasuk yang berkaitan dengan internet.School acts as a bridge between
the family and society as a whole, preparing children for their adult
role(Haralambos and Holborn,2008: 779). Sama dengan fungsi keluarga
sebelumnya, penggambaran tersebut adalah fungsi ideal sebuah sekolah.
Lalu, bagaimana kondisi senyatanya.
Berkaitan dengan internet, kasus terungkapnya beberapa pelajar SMA
yang terlibat prostitusi online tampaknya cukup menampar dunia
pendidikan di Indonesia. Anggapan bahwa remaja SMA masih polos dan
lugu tidak lagi tepat. Dalam usia yang masih belia, remaja berseragam
abu-abu tersebut sudah terjebak dalam lingkaranprostitusi yang
memanfaatkan teknologi. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan kritis
tentang fungsi sekolah sebagai pranata ilmu. Sama halnya dengan kasus
pranata keluarga, pendapat awam pun akan menganalisis tentang
kurangnya pendidikan agama di sekolah sebagai faktor penyebab
remaja menjadi bagian prostitusi online. Jarang ada yang berpikir tentang
pentingnya bagi sekolah untuk memberikan program pendidikan internet
bagi orangtua dan murid, sebagai salah satu bentuk pencegahan tindak
prostitusi online. Hal ini perlu dilakukan, mengingat kekurangtahuan
sebagian besar orangtua tentang dunia internetSecara ideal, ada beberapa
langkah yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah dalam rangka
mengadakan program pendidikan internet :
1) Mengadakan sosialisasi tentang dampak-dampak internet pada
remaja. Wujudnya bisa berupa seminar parenting, sosialisasi di
kelas (dalam atau luar jam pelajaran), atau sosialisasi pada saat
pertemuan guru dan orangtua murid. Bahan materi tentu bisa lebih
luas, tidak hanya terkait prostitusi online saja, tetapi juga melihat
16

aspek negatif internet dari sisi lain : cyber crime, pengaruh


terhadap motivasi belajar atau kehidupan sosial remaja
2) Secara berkala dan acak, guru BK atau wali kelas mengontrol
media atau jejaring sosial sosial yang biasa diakses oleh murid.
3) Pemberian banyak aktivitas pada murid untuk mengisi waktu luang
di luar jam belajar, misal : ekstrakurikuler, outbond, camping dan
masih banyak lagi lainnya. Tujuannya adalah agar murid tidak
selalu menghabiskan waktu luangnya dengan berinternet.
Sayangnya, pelaksanaan program pendidikan internet tersebut
tentunya membutuhkan sumber daya yang cukup, baik sumber
daya manusia maupun finansial. Bagi sekolah dengan kualitas
bagus, hal tersebut bukan sesuatu yang sulit.Seandainya tidak
memiliki guru yang berkompeten untuk memberikan sosialisasi
terkait pendidikan internet, sekolah dapat mengundang psikolog
atau pakar pendidikan anak dan remaja.Tidak sulit juga bagi
sekolah mengadakan acara atau aktivitas untuk mengisi waktu
luang wali murid, dikarenakan kemampuan financiallatar belakang
ekonomi wali murid yang tinggi Tetapi, kondisinya tentu berbeda
dengan sekolah-sekolah pinggiran. Latar belakang sosial ekonomi
orangtua yang rendah membuat para siswi rawan terjerumus
prostitusi online. Rendahnya tingkat finansial sekolah juga diikuti
dengan rendahnya tingkat SDM tenaga pengajar, sehingga tidak
memungkinkan memberikan sosialisasi atau pendidikan internet
kepada siswa ataupun orangtua siswa. Pengertian pendidikan
internet tidak hanya terkait operasionalisasi internet (
menggunakan media sosial dan penelusuran melalui searching
engine ), tetapi juga meliputi masalah anak dan remaja yang
berhubungan dengan internet. Pengadaan seminar parenting
dengan mengundang psikologi atau pakar pendidikan anak
tentunya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga
tidak memungkinkan sekolah untuk melakukannya.
17

E. Anak-anak, Internet, dan Kejahatan Prostitusi


Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan internet sudah menjadi
kebutuhan. Internet digunakan banyak orang untuk berbagai kegiatan, baik
bisnis atau sosial. Internet digunakan banyak orang, dari anak-anak hingga
yang orang tua-tua. Dari mereka yang bekerja di sektor formal hingga
nonformal. Penggunaan internet tidak lagi dibatasi ruang dan waktu.
Namun, penggunaan internet banyak digunakan kepada hal-hal yang
negatif dan sepenuhnya tidak mendatangkan manfaat, baik bagi diri
pribadi serta masyarakat banyak. Parahnya, penggunaan internet yang
salah tersebut juga dilakukan oleh anak-anak yang masih dibawah umur.3
Sebanyak 39% anak mengakses pornograf di rumah pada tahun 2012 dari
penelitian sampel tersebut. Sedangkan pada tahun 2013 meningkat
menjadi 50 persen. Akibat tingginya penggunaan internet tersebut,
aktivitas anak-anak dalam internet seringkali dimanfaatkan oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab. Anak-anak tidak tahu bahwa ada
ancaman bahaya yang mengincar mereka. Fenomena banyaknya anak-
anak yang rentan terhadap bahaya internet juga terjadi di negara-negara
Eropa Salah satu kejahatan dengan menggunakan internet adalah praktik
prostitusi online. Seiring dengan semakin banyaknya penggunaan internet
di Indonesia, aktivitas prostitusi juga mengalami perkembangan. Para
pelaku mulai menggunakan situs jejaring sosial seperti facebookuntuk
melancarkan aksinya. Facebook yang awalnya digunakan untuk
pertemanan, sekarang digunakan untuk memasarkan transaksi seks. Istilah
“bisa pakai atau “bispak, cowok panggilan, cewek panggilan dan
sejenisnya merupakan istilah yang dikenal dalam dunia maya khususnya
prostitusi online untuk menunjukkan bahwa individu yang bersangkutan
menawarkan jasa seks. Kejahatan prostitusi online di Indonesia kali
pertama terungkap Mei 2003. Satuan Reskrimsus cyber crimePolda Metro
18

Jaya berhasil menangkap mucikari online,pelakunya adalah sepasang


suami istri, Ramdoni alias Rino dan Yanti Sari alias Bela. Prostitusi online
ini adalah modus baru yaitu dengan menawarkan wanita melalui sebuah
alamat situs. Pemiliknya ini memajang foto-foto wanita tersebut dengan
busana minim. Para peminat cukup menghubungi nomor HP (handphone)
para mucikari, kemudian mucikari inilah yang mengantarkan pesanan ke
kamar hotel atau ke apartemen sesuai dengan keinginan pelanggan. Kasus
lain yang berhasil diungkap adalah terbongkarnya dua situs yang
menawarkan prostitusi online. Situs berdomain gratis tersebut digunakan
oleh pelaku dalam mengoperasikan bisnis prostitusi online. Halaman
depan situs itu menampilkan foto-foto sang model. Di belakang nama para
wanita panggilan itu, terdapat angka-angka sebagai harganya. Misalnya,
Yenni bertarif 8 juta rupiah. Pola transaksinya, pelanggan dan pengelola
situs melakukan chatting menggunakan Yahoo Messenger. Kemudian,
apabila sepakat baru mucikari berhubungan langsung dengan calon
pelanggan melalui ponsel. Pola pembayaran yang digunakan adalah
DP(Downpayment) dan Cash on Delivery.8Bisnis prostitusi online yang
dibongkar adalah situs dengan domain www.wanita18theclub.com.
Wanita-wanita yang ditawarkan dalam situs tersebut berusia 18-20 tahun.
Pelaku merekrut para pelacur melalui chatting dengan wanita yang senang
internet.
Pelacur yang bergabung dengan domain ini sekitar 30 orang. Layar situs
itu memperlihatkan sepuluh wanita berpenampilan seronok yang dipasang
bergantian dan masing-masing diberi kode sesuai dengan tarifnya.
Tarifnya tergantung wajah dan usianya, untuk mahasiswi tarifnya lebih
tinggi. Tarifnya, paling murah Rp 800 ribu ada juga yang mencapai Rp 1,6
juta untuk tiga jam kencan. Harga itu di luar biaya hotel yang ditanggung
sendiri oleh pengguna. Dari tarif itu pelacur mendapat 60 persen dari
pembayaran, 40 persen untuk mucikari.
19

F. Kejahatan Prostitusi dan Pertanggungjawaban


Pertanggungjawaban pihak-pihak terkait dalam menangani persoalan
prostitusi, baik dalam bentuk konvensional atau online adalah syarat
mutlak tegaknya hukum. Roscoe Pound termasuk salah satu pakar yang
banyak menyumbangkan gagasan tentang timbulnya pertanggungjawaban.
Pound menyakini bahwa timbulnya pertanggungjawaban karena suatu
kewajiban atas kerugian yang ditimbulkan terhadap pihak lain. Pada sisi
lain, ia melihat lahirnya pertanggungjawaban tidak saja karena kerugian
yang ditimbulkan oleh suatu kesalahan tetapi juga karena suatu tindakan.
Tanggungjawab merupakan suatu refeksi tingkah laku manusia yang
terkait dengan kontrol jiwanya.
Hal itu bagian dari bentuk pertimbangan intelektual atau mentalnya. Jika
suatu keputusan telah diambil atau ditolak, maka hal itu telah menjadi
bagian dari tanggung jawab dan akibat dari pilihan seseorang. Tidak ada
alasan, mengapa hal itu dilakukan atau ditinggalkan. Keputusan tersebut
dianggap telah dipandu oleh kesadaran intelektualnya.
Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggung jawaban dalam kamus
hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah
hukum yang luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau
tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi
semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti
kerugian, ancaman, dan kejahatan. Responsibility berarti hal yang dapat
dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan,
keterampilan, kemampuan, dan kecakapan meliputi juga kewajiban
bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan. Dalam
pengertian dan penggunaan praktis, istilah liabilitymenunjuk pada
pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang
dilakukan oleh subjek hukum sedangkan istilah responsibility menunjuk
pada pertanggungjawaban politik.
20

BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan

Prostitusi online adalah gabungan dua kata yaitu prostitusi dan online.
Pengertian prostitusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah-hadiah sebagai suatu
transaksi perdagangan. Prostitusi diartikan juga sebagai pelacuran.

Mencegah anak atau remaja terjerumus ke dunia prostitusi online, maka


orangtua tidak hanya dituntut memberikan perhatian, kasih sayang dan
dukungan, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang dunia internet secara
keseluruhan.Bagi orangtua dengan basis pendidikan tinggi dan tingkat
ekonomi menengah ke atas, tentu hal-hal di atas dapat mudah dilakukan.

Lembaga sekolah sering dianggap sebagai „rumah kedua‟ setelah keluarga.


Sekolah adalah sarana sosialisasi anak tentang norma dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Selain itu, pengetahuan yang tidak diajarkan di dalam
keluarga bisa didapatkan anak dari lembaga sekolah, termasuk yang berkaitan
dengan internet.School acts as a bridge between the family and society as a
whole, preparing children for their adult role

Faktor yang membuat seorang anak masuk kedunia prostistusi ialah Faktor
Moral atau Akhlak, Faktor Ekonomi, Faktor Sosiologis, Faktor Psikologis’
Faktor kemalasan, Faktor Biologis, Faktor Yuridis, dan Faktor Pendukung
21

B. Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan.

Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada


sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.
22

DAFTAR PUSTAKA

Utami, Diyah. Dkk. 2017. Pencegahan Praktik Prostistusi Online Melalui

Lembaga Sekolah Dan Keluarga. The Journal Of Society & Media. Vol 1.
No 2

Putra, Sandika. 2018. Penanggujawaban Pidana Terhadap Pelaku Prostistusi

Secara Online Melalui Sosial Media Line Dan Whatsapp. Universitas


Udayana

Hartanto, Achmad. 2015. Penanggulangan Prostistusi Online Persepektif

Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia Dan Hukum Pidanan Islam.


Universitas Murya Kudus

Karangora, Maria. Dkk. 2015. Prostistusi Online Ditinjau Dari Persefektif Hukum

Pidana. Jurnal Transparansi Hukum

Negoro, Adi. 2014. Analisis Terhadap Prostistusi Online Ditinjau Dari Hukum

Pidana Positif Indonesia. Invantri Graham Oerba Atmadja. Vol. 3. No 1

Rhiza, Alvionita. Dkk. 2013. Kajian Yuridis Terhadap Prostistusi Online Di

Indonesia. Jurnal. Vol 2. No. 3

Humairah, Venni. 2016. Penegakan Hukum Tindak Pidaha Prostistusi Secara

Online Di Wilayah Hukum Polisi Resor Kota Pekanbaru. JOM Fakultas


Hukum. Vol. 3. No. 2

Yanto, Oksidelfa. 2016. Prostistusi Online Sebagai Kejahatan Kemanusiaan

Terhadap Anak: Telaah Hukum Islam Dan Hukum Positif. Fakultas


Hukum Universitas Pamulang, Ahkam Vol. 16. No. 2

Anda mungkin juga menyukai