Anda di halaman 1dari 24

PROSTITUSI ONLINE ANAK DIBAWAH UMUR

REVIEW ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN

MASYARAKAT

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Analisis


Kebijakan

Pendidikan Masyarakat Yang Dibimbing Oleh Lesi Oktiwati, M.


Pd.

Di susun
oleh :

Yayu Aulia 182103058

Kelas
B

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SILIWANGI

201
9

ABSTRA
K

Masalah prostitusi online anak dibawah umur merupakan masalah yang saat
ini

semakin marak. Anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak


agar

perilakunya tidak menyimpang, saat ini justru sudah mengalami pergeseran,


dimana

anak sudah harus mencari pekerjaan untuk dapat bertahan hidup. Dengan
banyak

keterbatasannya, akhirnya anak dalam mencari pekerjaan dan penghasilan


hanya

dapat melakukan pekerjaan yang mudah, seperti melakukan


prostitusi.

Analisis ini, dilakukan dengan cara mengkaji berbagai faktor penyebab


terjadinya

prostitusi online pada anak dibawah umur. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab

terjadinya prostitusi onine pada anak adalah faktor keluarga, ekonomi,


pendidikan,

lingkungan, mental dan kejiwaan, serta perdagangan orang (trafficking). Perlu


ada

perhatian khusus terhadap lingkungan dan keluarga agar anak mendapat

perkembangan yang baik, termasuk juga perhatian dari pemerintah untuk


pendidikan

anak sebagai generasi


bangsa.

Kata Kunci : Penyebab, Prostitusi online,


Anak

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas berkat rahmat dan
karunianya

penulis dapat menyelesaikan naskah akademik ini dengan


tepat waktu.

Naskah akademik ini dibuat atas dasar tugas yang diamanatkan oleh Ibu Lesi

Oktiwati, M.Pd, yang mengampu mata kuliah Analisis Kebijakan Pedidikan

Masyarakat. Dalam naskah akademik ini, penulis membahas tentang


Prostitusi dsring

(online) yang melibatkan anak dibawah umur sebagai Pekerja Seks


Komersial (PSK).

Semoga naskah akademik yang penulis buat ini dapat berrmanfaat bagi para
pembaca

dan dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis kebijakan
pendidikan

Masyarakat. penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,
karena

penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan naskah


akademik ini.

Tasikmalaya, 5 desember
2019

Penuli
s
i
i

DAFTAR ISI

ABSTRAK
.............................................................................................................. I

KATA PENGANTAR
.......................................................................................... II

DAFTAR ISI
........................................................................................................ III

ISI NASKAH REVIEW KRBIJAKAN PENDIDIKAN


..................................... 1

1. Mendefinisikan Masalah Sosial


.................................................................. 1

2. Mengumpulkan Bukti Tentang Masalah


...................................................... 3

3. Mengkaji Penyebab Masalah


....................................................................... 4

4. Mengevaluasi Kebijakan Yang


Ada............................................................. 5

5. Mengembangkan Alternatif
......................................................................... 6

6. Menelisik Kebijakan Saat Ini


....................................................................... 7

KESIMPULAN
....................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................. 9

LEMBAR BUKTI
................................................................................................ 10

iii
ISI NASKAH REVIEW KEBIJAKAN PENDIDIKAN

1. Mendefinisikan Masalah
Sosial

Tidak bisa dipungkiri pada saat ini internet adalah sesuatu yang sangat
umum

digunakan oleh segala kalangan, baik dewasa sampai anak-anak. Dalam


kehidupan

sehari-hari, penggunaan internet sudah menjadi kebutuhan. Internet


digunakan

banyak orang untuk berbagai kegiatan, baik bisnis atau sosial. Dari mereka
yang

bekerja di sektor formal hingga nonformal. Penggunaan internet tidak lagi


dibatasi

ruang dan
waktu.

Namun, penggunaan internet banyak digunakan kepada hal-hal yang negatif


dan

sepenuhnya tidak mendatangkan manfaat, baik bagi diri pribadi serta


masyarakat

banyak. Parahnya, penggunaan internet yang salah tersebut juga dilakukan


oleh

pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. diantaranya isu yang sedang


marak pada

saat ini yaitu prostitusi daring


(online).

Prostitusi atau disebut juga pelacuran adalah tindakan melakukan hubungan


seksual
dengan berganti-ganti pasangan yang bukan istri atau suaminya, yang
dilakukan

ditempat-tempat tertentu (lokalisasi, hotel, tempat rekreasi dan lain-lain),


yang pada

umumnya mereka mendapatkan uang setelah melakukan hubungan badan


(Dewi,

2012). Perkins dan Bennet dalam Koendjoro (2004), mendefinisikan


pelacuran

sebagai transaksi bisnis yang disepakati oleh pihak yang terlibat sebagai
sesuatu yang

bersifat kontrak jangka pendek yang memungkinkan satu orang atau lebih

mendapatkan kepuasan seks dengan metode yang


beraneka ragam.

Revolusi industry 4.0 mendorong perubahan di banyak bidang, tak terkecuali


dalam

bidang yang disebut sebagai “bisnis” tertua didunia, prositusi. bermodal


ponsel, paket

data, dan aplikasi percakapan, sejumlah wanita memenuhi kebutuhan hingga

kemewahan melalui jalan pintas bernama prostitusi dalam jaringan


(daring).

namun, pada hal ini prostitusi bukan hanya melibatkan kalangan dewasa
saja, tetapi

sudah melibatkan anak dibawah umur. kurangnya pendidikan, keterampilan,


dan

keterdesakan ekonomi kerap dijadikan penyebab seseorang mudah termakan


iming-
iming mendapatkan uang dengan cepat. faktor lain adalah keharmonisan
keluarga.

tidak sedikit yang terjerumus ke dalam dunia prostitusi daring berasal dari
orangtua

yang bercerai. diantaranya prostitusi daring yang terjadi di Manado, Sulawesi


Utara,

yang melibatkan anak dibawah umur sebagai pekerja seks


komersial (PSK).
2

2. Mengumpulkan Bukti Tentang


Masalah

1) Interaktif.kompas.id - Siapa sangka usia belia, ia menjadi Pekerja


Seks

Komersial secara daring. Remaja itu siap di panggil ke hotel manapun


untuk

melayani. Pacarnya, bersama seorang teman wanita dan dua teman


lelaki, siap

menjaga. Mereka mengantarnya ke konsumen, lalu menanti di luar


kamar,

sementara ribka
bertugas.

“setiap hari ada satu atau dua tamu, biasanya dari aplikasi percakapan
ini, tapi

ada juga tamu yang dicarikan teman. biasanya pebisnis yang singgah
di

manado dan sedang cari cewek,” kata ribka menjelaskan pangsa


pasarnya.

senin
(25/11/2019).

2) Interaktif.kompas.id – Sela bias saja meminta uang kepada kedua


orang

tuanya, namun, ia tak punya rekening tabungan. Artinya, ia tak akan

menerima uang dari orangtuanya kecuali pulang ke kampung halaman


karena

uang dikirimkan kesana. Di sisi lain, ia merasa tidak nyaman karena


terlalu

lama mendompleng dirumah


tantenya.

Ditengah kegundahan itu salah satu teman nongkrong memberi


tahunya

tentang sebuah aplikasi percakapan. dari situ, ia mengenal praktik


prostitusi
daring yang kemudian digunakannya untuk menghidupi diri. “waktu itu,

aplikais ini sudah mulai terkenal di manado, jadi saya ikutan” katanya.
senin

(25/11/2019
).

3. Mengkaji Penyebab
Masalah

Dalam kehidupan bermasyarakat ini memang selalu terjadi masalah -


masalah

sosial yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman,


terutama yang

berkaitan dengan pelacuran. Membicarakan pelacuran sama artinya


membicarakan

persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya,


maka

selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia


dimanapun.
Koentjoro (2004) mengatakan bahwa secara umum terdapat lima alasan
yang paling

mempengaruhi dalam menuntun seseorang menjadi seorang pekerja seks


komersial

sebagai pemicu tindakan prostitusi ysng diantaranya adalah materialisme,


modeling,

dukungan orangtua, lingkungan yang permisif, dan faktor ekonomi.


Hutabarat,dkk

(2004) dalam penelitiannya menambahkan dua faktor penyebab seseorang


menjadi

pekerja seks komersial yaitu, faktor pendorong internal dan faktor pendorong

eksternal. Faktor pendorong internal berasal dari individu seperti, rasa sakit
hati,

marah dan kecewa karena dikhianati pasangan. Sedangkan faktor pendorong

eksternal berasal dari luar individu yaitu tekanan ekonomi dan ajakan teman
yang

sudah lebih dahulu menjadi pekerja seks komersial. maka dari hal-hal ini,
tidak dapat

dipungkiri prostitusi dapat terjadi pada anak-anak dibawah


umur.

Selain disebabkan faktor keluarga, kondisi perekonomian ataupun


kemiskinan juga

menjadi salah satu faktor lahirnya tindakan prostitusi pada remaja. Aspirasi
material

seperti yang disebutkan Kuntjoro (2004) sebagai faktor munculnya tindakan

prostitusi rentan lahir dari remaja-remaja di kalangan keluarga dengan taraf

penghasilan yang rendah. Dengan kondisi serba kekurangan ataupun


kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup sebagian orang rela melakukan apa saja agar
bisa

mendapatkan uang atau apapun yang bisa digunakan untuk memenuhi


kebutuhan dan

keinginan mereka termasuk melakukan tindakan pelacuran atau


prostitusi.

4. Mengevaluasi Kebijakan Yang


Ada

Kebijakan yang sudah di buat oleh pemerintah untuk mengatasi masalah


prostitusi

ini sudah cukup banyak, diantaranya adalah sebagai


berikut:

1. Pasal 506 KUHP


berbunyi:

Barang siapa sebagai muncikari (souteneur) mengambil keuntungan


dari

pelacuran perempuan, diancam dengan pidana kurungan paling lama


satu

tahu
n.

2. Pasal 296 KUHP


berbunyi:

Barang siapa yang mata pencahariannya atau kebiasaannya yaitu


dengan
sengaja mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul dengan
orang lain

diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan
atau

pidana denda paling banyak lima belas ribu


rupiah.

3. pasal 27 ayat 1 UU No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik

(ITE) yang
berbunyi:

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hamendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi


Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar

kesusilaa
n.

4. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan


Anak.

5. UU No. 11/2009, tentang Kesejahteraan Sosial, khususnya pasal 7


ayat 1.

5
5. Mengembangkan Alternatif Yang
Ada

Dalam hal ini pemerintah wajib ikut andil dalam kesejateraan


masyarakatnya.

termasuk dalam menegakkan keadilan.


seperti:

dalam pasal 296 KUHP disebutkan bahwa “orang yang dengan sengaja
menyebabkan

atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain, dan menjadikannya


sebagai

pencarian atau
kebiasaan”.

Dengan merujuk pada pasal tersebut maka dapat dipahami bahwa dalam
prostitusi

terdapat tiga komponen, yakni pelacur (prostitute), mucikari atau germo


(pimp) dan

pelangganya (client). Namun pasal tersebut memiliki kelemahan karena tidak


semua

komponen tersebut dapat dipidana, yang dapat dipidana hanyalah mucikari


saja. maka

dalam hal ini, pemerintah perlu adanya perbaikan dalam undang undang
yang

menjerat pelaku prostitusi ini, bukan hanya memberatkan kepada pihak


mucikari saja,

tetapi kepada pihak lainnya, yang ikut serta dalam prostitusi. begitupun
kebijakan

lainnya, pemerintah harus berpilaku adil dan selalu mementingkan


kesejahteraan

rakyatny
a.

6. Menelisik Kebijakan Saat


Ini

Dengan adanya masalah-masalah tersebut, pemerintah mengadakan


kebijakan baru

untuk mengatasi hal tersebut


diantaranya :

1. Pasal 45 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU No 11


Tahun

2008 yang
isinya :

(1) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak


mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya


Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang

melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau


denda

paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar


rupiah).

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Pasal 2 Ayat (1) tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan. yang


berbunyi:

“Setiap orang yang melakukan perekrutan,


pengangkutan,penampungan,

pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan


ancaman

kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,


pemalsuan,

penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan


utang atau

memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan


dari orang

yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi


orang

tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan


pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun

dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh


juta
rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah).”

3. UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial, khususnya pasal 7


ayat (1)

(1)Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan


mengembangkan

kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara


wajar.

KESIMPULAN

Masalah-masalah sosial zaman sekarang sudah menjadi penyakit sosial dan


dikenal

masyarakat. hingga saat ini sudah menjangkiti masayarakat, dan korbannya


adalah

kaum perempuan. terutama gadis diabawah umur yang lugu dan dilihat dari
segi

emosionalnya belum stabil. berasal dari keadaannya yang berbeda-beda, dan


yang

lebih banyak terjadi karena faktor keluarga yang tidak harmonis. dengan
dilatar

belakangi hal itu, mereka menghalalkan segala cara untuk memenuhi


kebutuhannya.

dengan hal itu mereka kemudian memutuskan menjadi pekerja seks


komersial (PSK)

yang tentunya tidak terpikir sebelumnya oleh


mereka.

sulit untuk dibayangkan ada orang yang ingin hidup untuk menjadi seorang
pelacur.

Meski ada sebab-sebab lain yang mendorong seseorang itu untuk melacur,
namun

perbuatannya itu sangatlah tidak rasional. Dengan alasan apapun praktek


pelacuran

atau prostitusi tidak bisa dibenarkan, karena bertentangan dengan Undang -


Undang

dan juga bertentangan dengarn norma dan kaidah yang ada dalam
masyarakat.Secara

moral dan keagamaan memperjual belikan organ tubuh kita sebagian


ataupun

seluruhnya sudah merupakan hal yang dilarang. Desakan ekonomi atau


sulitnya

mencari pekerjaan bukanlah alasan pembenar sehingga prostitusi dapat


dimaklumi

yang akhirnya seolah-olah seperti


dilegalkan.

semoga kedepannya pemerintah bisa lebih peka terhadap gejala sosial yang
terjadi di

masyarakat, sehingga apabila terjadi sesuatu yang menyimpang, akan cepat


ditangani,

tidak menunggu berlarut-larut, masalah sudah semakin berkembang dan


membesar,

lalu baru diatasisetelah semuanya menjadi semakin


kompleks.
8

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Hanuring. dan Suparwi. Analisis mengenai prostitusi Cyber bagi para
pelaku

dan bagi para mucikari di Indonesia, Universitas Islam Batik Surakarta,

2019. diakses tanggal 5 Desember


2019.

Irwansyah, Lutfi, Kemiskinan, Keluarga Dan Prostitusi Pada Remaja.


Universitas

muhamadiyah Malang, 2016. diakses tanggal 5


desember 2019.

[Online].Tersedi
a:

https://pih.kemlu.go.id/files/UU_no_21_th_2007%20tindak%20pidana%20per
dagang

an%20orang.p
df

[Online].Tersedi
a:
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/322.
pdf

[Online].Tersedi
a:

https://pih.kemlu.go.id/files/UU_no_21_th_2007%20tindak%20pidana%20per
dagang

an%20orang.p
df

[Online].Tersedi
a:

https://badanpendapatan.riau.go.id/home/hukum/8495315769-doc-20
170202-

wa0015.p
df

[Online].Tersedi
a:

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/UU-11-2009KesejahteraanSo
sial.pdf

Prasetyadi, Kristian Oka. Menyibak Prostitusi Daring Di Manado. Kompas.id.

diakses tanggal 3 desember


2019.

9
LEMBAR BUKTI
1
0

Anda mungkin juga menyukai