Anda di halaman 1dari 4

PELAYANAN KEGIATAN DALAM DAN LUAR GEDUNG PROGRAM GIZI

1. Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi. Penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan,
dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.
Pedoman Pengelolaan Program Gizi di Puskesmas dibuat dengan tujuan memberikan
penjelasan pada pelaksana gizi di tingkat puskesmas agar dapat dijadikan pedoman dalam
mengelola program gizi di puskesmas dan juga sebagai bentuk pertanggung jawaban
pelaksana dalam mengelola program gizi
2. Tujuan
Upaya Perbaikan Gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku
sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan sesuai dengan perkembangan masalah gizi, pentahapan dan prioritas
pembangunan nasional.
3. Manfaat
Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi keluarga untuk meningkatkan status
gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
4. Sasaran
1. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
 balita yang ditimbang berat badannya
 balita gizi buruk yang mendapat perawatan
2. Indikator Penunjang
 balita mendapat kapsul vitamin A
 bayi 0 – 6 bulan mendapat ASI Ekslusif
 ibu hamil mendapat Fe 90 tablet
 Rumah Tangga yang mengonsumsi garam beriodium
 Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk gizi darurat
 Kabupaten dan Kota melaksanakan surveilans gizi
5. Kegiatan dalam Gedung
kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif,
dankuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam
puskesmas.  Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua)  jenis yaitu:
a. pelayanan  gizi  rawat  jalan
 Obat penyakit
 Penambahan energy dan protein 20-25% di atas AKG (angka kecukupan gizi)
b. pelayanan  gizi  rawat  inap.
 Penerapan 10 langkah dan 5 kondisi tatalaksanaan anak gizi buruk
 Obat penyakit
 Penambahan energy dan protein 20-25% di atas AKG (angka kecukupan gizi)
6. Kegiatan Luar gedung
 Kurang Energi Protein (KEP)
Strategi utama penanggulangan masalah gizi kurang adalah pencegahan dan
peningkatan pengetahuan melalui kegiatan edukasi masyarakat tentang asuhan
gizi khususnya makanan bayi dan anak, pemantauan pertumbuhan di posyandu
suplementasi gizi, pemberian makanan tambahan pemulihan kepada anak gizi
kurang serta tatalaksana kasus gizi buruk.
a. Cakupan Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S)
b. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
c. Perawatan Gizi Buruk
 Kurang Vitamin A (KVA)
Strategi penanggulangan kurang vitamin A dilaksanakan secara komprehensif,
terdiri dari pemberian suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan
Februari dan Agustus, penyuluhan gizi seimbang untuk meningkatkan konsumsi
bahan pangan sumber vitamin A dan fortifikasi pangan.
 Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)
Indikator untuk memantau masalah GAKI saat ini adalah Ekskresi Iodium dalam
Urin (EIU) sebagai refleksi asupan iodium, cakupan rumah tangga mengonsumsi
garam beriodium dan pencapaian 10 indikator manajemen.
Upaya penanggulangan masalah GAKI mengutamakan kegiatan promosi garam
beriodium. Untuk daerah-daerah endemik masalah GAKI, upaya yang dilakukan
yaitu menjamin garam yang dikonsumsi adalah garam beriodium melalui
penyusunan peraturan daerah yang mengatur pemasaran garam beriodium.
 Anemia Gizi Besi (AGB)
Program penanggulangan anemia gizi pada ibu hamil telah dikembangkan sejak
tahun 1975 melalui distribusi Tablet Tambah Darah (TTD). TTD merupakan
suplementasi gizi mikro khususnya zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu
hamil untuk mencegah kejadian anemia gizi besi selama kehamilan. Penelitian
terakhir membuktikan bahwa pemberian tablet Fe di Indonesia dapat menurunkan
kematian neonatal sekitar 20%.
Salah satu intervensi inovatif lainnya dalam pencegahan anemia pada balita
adalah melalui pemberian Taburia pada balita usia 6-59 bulan dengan prioritas
usia 6-24 bulan yang akan dilaksanakan secara bertahap di seluruh Indonesia
7. Kegiatan terintegrasi dengan
a. Edukasi Gizi
Untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengacu pada
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.
Dengan sasaran Posyandu, Institusi Pendidikan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya
Kesehatan Kerja (UKK)
b. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
Untuk  memantau  status  gizi  Balita menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau
Buku KIA.
Sasaran kegiatannya adalah kader Posyandu.
c. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
Untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan pemberian vitamin A melalui pembinaan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan
pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik
Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas
d. Pengelolaan  Pemberian  Tablet  Fe untuk  Ibu Hamil dan Ibu Nifas
Meningkatkan  keberhasilan  pemberian Fe untuk kelompok masyarakat yang rawan
menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, danpemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia
gizi besi.
Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas

Anda mungkin juga menyukai