22 Oktober 2021
Neurologi
Masses in the fourth ventricle: Progressive lethargy, headache, nausea, and vomiting; multiple cranial-nerve palsies
(primarily VI-X), as well as cerebellar dysfunction
In children who present before closure of cranial sutures, enlarging head circumference secondary to obstructive
hydrocephalus
Supratentorial ependymomas: Increased intracranial pressure manifested as headache, nausea, vomiting, and
cognitive impairment
After gross total resection (GTR) of an intracranial WHO grade II ependymoma, limited field fractionated external
beam radiotherapy (LFFEBRT) can be considered
Postoperative LFFEBRT is recommended for WHO grade II ependymoma when subtotal resection is noted on
postoperative MRI and for grade III anaplastic ependymoma regardless of extent of resection [10] ; if postoperative
spinal MRI or LP findings are positive, craniospinal radiation therapy is indicated regardless of grade or extent of
resection
For recurrent ependymoma, if a patient has not received radiation therapy, such therapy should be administered; if a
patient has received radiation therapy, then chemotherapy, radiation therapy, or supportive care should be
considered [9]
Outline
KUIS*
92. Orang yang tidak dapat/sukar menyimpan memori jangka Panjang:
A. Amnesia undergrade
B. Amnesia postgrade
C. Amnesia vektograde
D. Amnesia anterograde
E. Amnesia retrograde
• Indikasi EEG
• Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, KECUALI
apabila bangkitan bersifat fokal untuk menentukan adanya fokus
kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Faktor resiko berulangnya KD
• Faktor risiko :
• Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
• Usia kurang dari 12 bulan
• Suhu tubuh kurang dari 39oC saat kejang
• Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan
terjadinya kejang.
• Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam
kompleks.
• Semua faktor risiko ada, kemungkinan berulang 80%
• Tidak ada faktor risiko kemungkinan berulang 10-15%
Outline
KUIS*
104. Obat antiepilepsi yang memiliki aktivitas kerja yang paling luas adalah :
A. Fenobarbital
B. Gabapentine
C. Valproate
D. Karbamazepin
E. Fenitoin
• Tapering midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam setelah pemberian midazolam, maka
pemberian midazolam dapat diturunkan secara bertahap dengan kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat
dihentikan setelah 48 jam bebas kejang.
• Midazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU, namun disesuaikan dengan kondisi
rumah sakit
• Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam keadaan tidak kejang, maka dapat
diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV dilanjutkan dengan pemberian rumatan bila diperlukan.
Outline
KUIS*
117. Seorang pasien Perempuan berusia 42 tahun dibawa oleh keluarganya karena
mengalami penurunan kesadaran setelah sebelumnya mengeluh nyeri kepala hebat
secara tiba-tiba. Os muntah-muntah. Pada pemeriksaan Fisik : sensorium Sopor, TD
180/110 mmHg. HR/Pols 90 x/menit, regular. Pada pemeriksaan neurologi : Kaku
Kuduk positip, Babinski positip pada kedua kaki. Pemeriksaan penunjang apakah yang
dapat membuktikan penyebab kaku kuduk pada kasus ini ?
A. Transcranial Dopler
B. Lumbal Punksi
C. EEG
D. MRI Brain
E. Head CT Scan dengan contrast