DISUSUN OLEH:
NIM : G20121034
PRODI : MATEMATIKA
Moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap individu
dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat dan
menghormati antar sesama.Pendapat lain mengatakan arti moral adalah sesuatu
yang berhubungan dengan prinsip-prinsip tingkah laku; akhlak, budi pekerti,
dan mental, yang membentuk karakter dalam diri seseorang sehingga dapat
menilai dengan benar apa yang baik dan buruk (M.Prawiro, 2019).
Moral adalah produk yang dihasilkan oleh budaya dan agama yang
mengatur cara berinteraksi (perbuatan, perilaku, dan ucapan) antar sesama
manusia. Dengan kata lain, istilah moral merujuk pada tindakan, perilaku
seseorang yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada di suatu
masyarakat (M.Prawiro, 2019).
Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan aturan (rule)
mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai
manusia (M.Prawiro, 2019).
Menurut Russel Swanburg, arti moral adalah suatu pernyataan dari
pemikiran yang berhubungan dengan keantusiasan seseorang dalam bekerja
dimana hal itu dapat merangsang perilaku seseorang tersebut (M.Prawiro,
2019).
Menurut Elizabeth B. Hurlock, pengertian moral adalah suatu kebiasaan,
tata cara, dan adat dari suatu peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya dalam masyarkat (M.Prawiro, 2019).
Menurut Maria J Wantah, pengertian moral adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kemampuan dalam menentukkan benar atau salah serta
baik atau buruknya suatu perilaku pada diri seseorang (M.Prawiro, 2019).
Menurut Imam Sukardi, pengertian moral adalah karakter yang dicirikan
sebagai sesuatu yang baik dalam masyarakat melalui nilai-nilai yang
diterapkan bersama (M.Prawiro, 2019).
Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat
moral).
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam
suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila
dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya. Kedua,
memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat tergantung
pada subjek yang menilainya.
Pertama, apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau
kita mendambakannya karena objek itu memiliki nilai Kedua, apakah hasrat,
kenikmatan, perhatian yang memberikan nilai pada objek, atau kita mengalami
preferensi karena kenyataan bahwa objek tersebut memiliki nilai mendahului
dan asing bagi reaksi psikologis badan organis kita (Frondizi, 2001, hlm. 19-
24).
Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat
menjadi ada, sama seperi kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidup
manusia, sedangkan kualitas sekunder merupakan kualitas yang dapat ditangkap
oleh pancaindera seperti warna, rasa, bau, dan sebagainya, jadi kualitas
sekunder seperti halnya kualitas sampingan yang memberikan nilai lebih
terhadap sesuatu yang dijadikan objek penilaian kualitasnya.
Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai
(polaritas) seperti baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.
Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas
pengakuan, objek yang dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan
yang akan dicapai, hubungan antara pengembangan nilai dengan keuntungan,
dan hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih baik.
Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat mendorong
manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik
manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai
lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin
diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan.
Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan yang
dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif jika isu dan
kebiasaan teman itu positif juga, sebaliknya akan berpengaruh negatif jika sikap
dan tabiat yang ditampikan memang buruk, jadi diperlukan pula pendampingan
orang tua dalam tindakan anak-anaknya, terutama bagi para orang tua yang
memiliki anak yang masih di bawah umur.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the
living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan
pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan
dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi
societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa
dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama
masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen
perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang
berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.
Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa
moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma
moral dan perundang-undangan yang immoral harus diganti.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral
tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang
bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti
terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral.
Tidak memihak
Sama hak
Sah menurut hokum
Layak dan wajar
Benar secara moral
Sedangkan akibat dari ketidakadilan adalah
Kehancuran : diri, keluarga, perusahaan, masyarakat, bangsa dan Negara
Kezaliman yaitu keadaan yang tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak
orang lain, sewenang-wenang merampas hak orang lain demi keserakahan
dan kepuasan nafsu.
Macam-macam Keadilan :
Keadilan Distributive
Keadilan akan terlaksana bila hal yang sama diperlukan secara sama dan hal
yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama diperlakukan secara tidak sama
(justice is done when equals are treated equally). Contoh : gaji pegawai lulusan
smu dan sarjana harus dibedakan.
Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek
lahiriah yaitu untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari
aspek batiniah yaitu untuk mencapai ketenangan atau ketentraman. Statu contoh
adalah masalah perkawinan. Semua orang tahu bahwa tujuan dari perkawinan
adalah untuk menciptakan keluarga sakinah mawadah warahmah, akan tetapi
kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang terjadi dalam keluarga,
misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga, seorang suami tidak
bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain sebagainya. Dengan nilai dari
perkawinan tidak terwujud sebagaimana yang kita dambakan.
Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui oleh negara apanila
dilakukan dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat di
Kantor Urusan Agama (KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya
masih banyak istilah kawin sirih (kawin di bawah tangan), bahkan ada juga
yang dikenal dengan “kawin kontrak”. Problema yang demikian harus
diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan bijaksana baik oleh kalangan
masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat perkawinan yang
demikian ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak.