Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN MATERI ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

DISUSUN OLEH:

NAMA : ANDI MOH. RIDHO PETTALOLO

NIM : G20121034

PRODI : MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS TADULAKO

JUMAT, 12 NOVEMBER 2021


DEFINISI

Pengertian manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah


makhluk yang berakal budi / mampu menguasai makhluk lain. Manusia akan
menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni proses pada masa bayi,
anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia (lansia) (WHO, 2014).

Pengertian Manusia Menurut Para Ahli


 Ludwing Binswanger,Manusia adalah makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk mengada, suatu kesadaran bahwa ia ada dan mampu
mempertahankan adanya di dunia (Bagus Takwin, 2007).
 Thomas Aquinas, Manusia adalah suatu substansi yang komplit yang terdiri
dari badan dan jiwa (Hardono Adi, 1996).
 Marx, Manusia adalah entitas yang dapat dikenali dan diketahui (Erich
Fromm, 2001).
 Spinoza, Goethe, Hegel, dan Marx, Manusia adalah makhluk hidup yang
harus produktif, menguasai dunia di luar dirinya dengan tindakan
mengekpresikan kekuasaan manusiawinya yang khusus, dan menguasai
dunia dengan kekuasaannya ini. Karena manusia yang tidak produktif
adalah manusia yang reseptif dan pasif, dia tidak ada dan mati (Ibid).
 Betrand Russel, Manusia adalah maujud yang diciptakan dalam keadaan
bersifat mencari keuntungannya sendiri (Suparman Syukur, 2004).
 Jujun S. Suriasumantri: Manusia adalah makhluk yang mempunyai
kedudukan among (unique) di dalam ekosistem, namun juga amat
tergantung pada ekosistem itu dan ia sendiri bahkan merupakan bagiannya
(Jujun S. Suriasumantri, 2006).
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-
sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian. Atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hahikatnya. Misalnya nilai etik, yakni
nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang berkaitan
dengan akhlak, benar salah yang dianut sekelompok manusia (KBBI, 2012).

Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada


benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan ini mencakup
setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas apriori. Ketergantungan tidak hanya
mengacu pada objek yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan,
manusia, dan sebagainya, namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai
(Risieri Frondizi, 2001).

Moral adalah suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap individu
dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat dan
menghormati antar sesama.Pendapat lain mengatakan arti moral adalah sesuatu
yang berhubungan dengan prinsip-prinsip tingkah laku; akhlak, budi pekerti,
dan mental, yang membentuk karakter dalam diri seseorang sehingga dapat
menilai dengan benar apa yang baik dan buruk (M.Prawiro, 2019).

Moral adalah produk yang dihasilkan oleh budaya dan agama yang
mengatur cara berinteraksi (perbuatan, perilaku, dan ucapan) antar sesama
manusia. Dengan kata lain, istilah moral merujuk pada tindakan, perilaku
seseorang yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada di suatu
masyarakat (M.Prawiro, 2019).
 Menurut Maria Assumpta, pengertian moral adalah aturan aturan (rule)
mengenai sikap (attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai
manusia (M.Prawiro, 2019).
 Menurut Russel Swanburg, arti moral adalah suatu pernyataan dari
pemikiran yang berhubungan dengan keantusiasan seseorang dalam bekerja
dimana hal itu dapat merangsang perilaku seseorang tersebut (M.Prawiro,
2019).
 Menurut Elizabeth B. Hurlock, pengertian moral adalah suatu kebiasaan,
tata cara, dan adat dari suatu peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya dalam masyarkat (M.Prawiro, 2019).
 Menurut Maria J Wantah, pengertian moral adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kemampuan dalam menentukkan benar atau salah serta
baik atau buruknya suatu perilaku pada diri seseorang (M.Prawiro, 2019).
 Menurut Imam Sukardi, pengertian moral adalah karakter yang dicirikan
sebagai sesuatu yang baik dalam masyarakat melalui nilai-nilai yang
diterapkan bersama (M.Prawiro, 2019).

Memahami pengertian hukum merupakan hal yang sangat penting untuk


dipelajari oleh para mahasiswa hukum. Meskipun penting, cukup sulit untuk
menjelaskan pengertian hukum karena hukum memiliki sifat yang tidak konstan
atau tidak tetap. Hukum diturunkan dari norma-norma yang berkembang di
masyarakat yang bersifat dinamis. Masyarakat senantiasa mengalami
perkembangan dan kepentingan antara kelompok masyarakat yang satu belum
tentu sama dengan kelompok masyarakat lainnya, sehingga suatu aturan hukum
yang berlaku di sebuah kelompok masyarakat belum tentu sesuai dengan
kelompok masyarakat lainnya. Setiap ahli hukum memiliki pendapatnya
masing-masing mengenai pengertian hukum. Pengertian hukum yang
dikemukakan oleh seorang ahli hukum belum tentu sesuai dengan pandangan
ahli hukum yang lain, sehingga sangat sulit untuk memberikan definisi yang
pasti mengenai apakah yang dimaksud dengan hukum (Wibowo T.Tunardy,
2021).

 Arthur Lehman Goodhart, seorang ahli hukum dan pengacara Amerika


Serikat memberikan definisi Hukum adalah semua peraturan yang
digunakan oleh pengadilan (Wibowo T.Tunardy, 2021).

 E.M. Meyers, pengarang buku De Algemene Begrien van het Burgerlijk


Recht menjelaskan bahwa Hukum adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditunjukkan kepada tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang menjadi pedoman bagi enguasa-penguasa negara dalam
melakukan tugasnya (Wibowo T.Tunardy, 2021).

 Karl Max menjelaskan bahwa Hukum adalah cerminan dari hubungan


hukum ekonomis suatu masyarakat di dalam suatu tahap perkembangan
tertentu (Wibowo T.Tunardy, 2021).
HAKIKAT FUNGSI PERWUJUDAN NILAI,MORAL, DAN HUKUM
Terdapat beberapa bidang filsafat yang ada hubungannya dengan cara
manusia mencari hakikat sesuatu, satu di antaranya adalah aksiologi (filsafat
nilai) yang mempunyai dua kajian utama yakni estetika dan etika. Keduanya
berbeda karena estetika berhubungan dengan keindahan sedangkan etika
berhubungan dengan baik dan salah, namun karena manusia selalu berhubungan
dengan masalah keindahan, baik, dan buruk bahkan dengan persoalan-persoalan
layak atau tidaknya sesuatu, maka pembahasan etika dan estetika jauh
melangkah ke depan meningkatkan kemampuannya untuk mengkaji persoalan
nilai dan moral tersebut sebagaimana mestinya.

Menurut Bartens ada tiga jenis makna etika, yaitu:

 Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
 Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral (kode etik).
 Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik dan yang buruk (filsafat
moral).

Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam
suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.

Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu


kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada
dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat
dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia

Nilai erat hubungannya dengan manusia, dalam hal etika maupun estetika.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila
dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya. Kedua,
memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif, artinya nilai sangat tergantung
pada subjek yang menilainya.

Dua kategori nilai itu subjektif atau objektif:

Pertama, apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau
kita mendambakannya karena objek itu memiliki nilai Kedua, apakah hasrat,
kenikmatan, perhatian yang memberikan nilai pada objek, atau kita mengalami
preferensi karena kenyataan bahwa objek tersebut memiliki nilai mendahului
dan asing bagi reaksi psikologis badan organis kita (Frondizi, 2001, hlm. 19-
24).

Nilai di Antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder

Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpanya objek tidak dapat
menjadi ada, sama seperi kebutuhan primer yang harus ada sebagai syarat hidup
manusia, sedangkan kualitas sekunder merupakan kualitas yang dapat ditangkap
oleh pancaindera seperti warna, rasa, bau, dan sebagainya, jadi kualitas
sekunder seperti halnya kualitas sampingan yang memberikan nilai lebih
terhadap sesuatu yang dijadikan objek penilaian kualitasnya.

Perbedaan antara kedua kualitas ini adalah pada keniscayaannya, kualitas


primer harus ada dan tidak bisa ditawar lagi, sedangkan kualitas sekunder
bagian eksistesi objek tetapi kehadirannya tergantung subjek penilai. Nilai
bukan kualitas primer maupun sekunder sebab nilai tidak menambah atau
memberi eksistensi objek. Nilai bukan sebuah keniscayaan bagi esensi objek.
Nilai bukan benda atau unsur benda, melainkan sifat, kualitas, yang dimiliki
objek tertentu yang dikatakan “baik”. Nilai milik semua objek, nilai tidaklah
independen yakni tidak memiliki kesubstantifan.

Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan

Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan


sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil sebuah keputusan,
nilai memiliki polaritas dan hierarki, yaitu:

 Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai
(polaritas) seperti baik dan buruk, keindahan dan kejelekan.
 Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.

Ada beberapa klasifikasi nilai yaitu klasifikasi nilai yang didasarkan atas
pengakuan, objek yang dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan
yang akan dicapai, hubungan antara pengembangan nilai dengan keuntungan,
dan hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih baik.

Sedangkan Max Scheller berpendapat bahwa hierarki terdiri dari, nilai


kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, dan nilai kerohanian. Dan masih banyak lagi
klasifikasi lainnya dari para pakar, namun adapula pembagian hierarki di
Indonesia (khususnya pada masa dekade Penataran P4), yakni, nilai dasar, nilai
instrumental, dan yang terakhir nilai praksis.

Makna Nilai bagi Manusia

Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang dapat mendorong
manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik
manusia karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai
lebih dipandang sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin
diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan.
Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral

Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta terputusnya


komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak, mengakibatkan
merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai moral anak. Keluarga bisa
jadi tidak lagi menjadi tempat untuk memperjelas nilai yang harus dipegang
bahkan sebaliknya menambah kebingungan nilai bagi si anak.

Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral

Setiap orang yang menjadi teman anak akan menampilkan kebiasaan yang
dimilikinya, pengaruh pertemanan ini akan berdampak positif jika isu dan
kebiasaan teman itu positif juga, sebaliknya akan berpengaruh negatif jika sikap
dan tabiat yang ditampikan memang buruk, jadi diperlukan pula pendampingan
orang tua dalam tindakan anak-anaknya, terutama bagi para orang tua yang
memiliki anak yang masih di bawah umur.

Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu

Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam menjalin


hubungan dengan anak-anak adalah memberi tahu sesuatu kepada mereka:
memberi tahu apa yang harus mereka lakukan, kapan waktu yang tepat untuk
melakukannya, di mana harus dilakukan, seberapa sering harus melakukan, dan
juga kapan harus mengakhirinya. Itulah sebabnya seorang figur otoritas (bisa
juga seorang public figure) sangat berpengaruh dalam perkembangan nilai
moral.

Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Setiap orang berharap pentingnya memerhatikan perkembangan nilai anak-


anak. Oleh karena itu dalam media komunikasi mutakhir tentu akan
mengembangkan suatu pandangan hidup yang terfokus sehingga memberikan
stabilitas nilai pada anak. Namun ketika anak dipenuhi oleh kebingungan nilai,
maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar bagi peserta
didiknya dengan pendekatan klarifikasi nilai.

Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan berpikir dan


lebih berorientasi pada upaya-upaya untuk mengklarifikasi nilai moral sangat
dimungkinkan bila melihat eratnya hubungan antara berpikir dengan nilai itu
sendiri, meskipun diakui bahwa ada pendekatan lain dalam pendidikan nilai
yang memiliki orientasi yang berbeda.

Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral

Munculnya berbagai informasi, apalagi bila informasi itu sama kuatnya


maka akan mempengaruhi disonansi kognitif yang sama, misalnya saja
pengaruh tuntutan teman sebaya dengan tuntutan aturan keluarga dan aturan
agama akan menjadi konflik internal pada individu yang akhirnya akan
menimbulkan kebingungan nilai bagi individu tersebut.

Manusia Dan Hukum

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak


mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa atau di luar masyarakat.
Maka manusia, masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa
dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya
kepastian dalam pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini
bukan saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan
mempertegas lembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya.

Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the
living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan
pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan
dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi
societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa
dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama
masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen
perekat” atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang
berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.

Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk


suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah
tatanan sosial (social order) yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan
mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia
membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si
pengatur(kekuasaan).

Hubungan Hukum Dan Moral

Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa
moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma
moral dan perundang-undangan yang immoral harus diganti.

Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral
tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya mungkin ada hukum yang
bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti
terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral.

KEADILAN, KETERTIBAN, DAN KESEJAHTERAAN

Keadilan adalah pengakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.


Pengakuan atas hak hidup individu harus diimbangi melalui kerja keras tanpa
merugikan pihak lain, karena orang lain punya hak hidup seperti kita. Jadi kita
harus member kesempatan pada orang lain untuk mempertahankan hidupnya.
Prinsipnya keadilan terletak apada keseimbangan atau keharmonisan antara
menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Tindakan-tindakan yang menuntut
hak dan lupa pada kewajiban merupakan pemerasan. Sedangkan tindakan yang
hanya menjalankan kewajiban tanpa menuntut hak berakibat pada mudah
diperbudak atau dipengaruhi orang lain.

Jadi keadilan bila disimpulkan adalah :

 Kesadaran adanya hak yang sama bagi setiap warga Negara


 Kesadaran adanya kewajiban yang sama bagi setiap warga Negara
 Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang
merata.
Ciri-ciri keadilan adalah :

 Tidak memihak
 Sama hak
 Sah menurut hokum
 Layak dan wajar
 Benar secara moral
Sedangkan akibat dari ketidakadilan adalah
 Kehancuran : diri, keluarga, perusahaan, masyarakat, bangsa dan Negara
 Kezaliman yaitu keadaan yang tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak
orang lain, sewenang-wenang merampas hak orang lain demi keserakahan
dan kepuasan nafsu.
Macam-macam Keadilan :

Keadilan Legal (keadilan moral)

Dalam suatu komunitas yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan


menurut sifat dasar yang paling cocok baginya (the man behind the gun). Rasa
keadilan akan terwujud bila setiap individu melakukan fungsinya sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, keadilan tidak akan terjadi bila ada intervensi
pada pihak lain dalam melaksanakan tugas kemasyarakatan dan hal ini dapat
memicu pertentangan, konflik dan ketidakserasian.

Keadilan Distributive

Keadilan akan terlaksana bila hal yang sama diperlukan secara sama dan hal
yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama diperlakukan secara tidak sama
(justice is done when equals are treated equally). Contoh : gaji pegawai lulusan
smu dan sarjana harus dibedakan.

PROBLEMATIKA NILAI, MORAL, DAN HUKUM DALAM


MASYARAKAT DAN NEGARA

Terbentuknya nilai dari hubungan yang bersifat ketergantungan sikap


manusia terhadap nilai dari suatu maka manusia akan berbuat sesuatu yang
merupakan modal dasar dalam menjalin kehidupan manusia. Dengan menilai
dapat menentukan moral seseorang, apakah baik buruknya sepanjang niali itu
dalam arti positif berarti perubahan bermoral , begitu juga sebaliknya jika nilai
itu dalam arti negatif berarti perbuatan yang amoral. Perbuatan yang bersifat
amoral inilah yang dijadikan problema dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

Tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara damai, ditinjau dari aspek
lahiriah yaitu untuk mencapai ketertiban atau kedamaian, dan jika di tinjau dari
aspek batiniah yaitu untuk mencapai ketenangan atau ketentraman. Statu contoh
adalah masalah perkawinan. Semua orang tahu bahwa tujuan dari perkawinan
adalah untuk menciptakan keluarga sakinah mawadah warahmah, akan tetapi
kenyataan-kenyataan yang ada banyak problem yang terjadi dalam keluarga,
misalnya: terjadi kekerasan dalam rumah tangga, seorang suami tidak
bertanggung jawab pada anak dan istri dan lain sebagainya. Dengan nilai dari
perkawinan tidak terwujud sebagaimana yang kita dambakan.
Secara hukum suatu perkawinan itu dapat diakui oleh negara apanila
dilakukan dihadapan catatan sipil (untuk penduduk non Islam) dan tercatat di
Kantor Urusan Agama (KUA, untuk penduduk Islam), namur kenyataannya
masih banyak istilah kawin sirih (kawin di bawah tangan), bahkan ada juga
yang dikenal dengan “kawin kontrak”. Problema yang demikian harus
diperhatikan dan perlu dipikirkan secara arif dan bijaksana baik oleh kalangan
masyarakat awam maupun oleh pemerintah, karena sifat perkawinan yang
demikian ini sangat merugikan bagi kaum perempuan dan nasib anak-anak.

Karena dengan perkawinan sirih dan perkawinan sirih dan perkawinan


kontrak ini, dengan begitu mudah kaum laki-laki untuk meninggalkannya,
bahkan ingin terlepas dari tanggung jawabnya.

Perkawinan itu apabila dilakukan menurut prosedur atau menurut aturan-


aturan yang ada dalam suatu masyarakat, maka orang yang melaksanakan
perkawinan demikian dikatakan yang bermoral. Juga sebaliknya jika
perkawinan yang dilakukan tidak melalui prosedur atau tidak dilakukan sesuai
dengan aturan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu maka perkawinan itu
dikenal dengan cara tidak bermoral. Maka yang perlu kita ketahui dalam hal ini
di samping hukum dasar yang tertulis ada hukum yang tidak tertulis, yaitu
misalnya “hukum adat perkawinan” yang setiap daerah mempunyai adat
masing-masing.

Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat untuk terwujudnya apa


yang dikatakan ketertiban atau keamanan, dan ketenangan atau ketentraman
maka harus patuh lepada hukum yanng berlaku dan mennjalani nilai-nilai yang
ada di masyarakat dengan baik dan sempurna.

Anda mungkin juga menyukai