Anda di halaman 1dari 17

TAFSIR AYAT AL-QURAN TENTANG METODE DAN STRATEGI DAKWAH

Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Tafsir Ayat Dakwah

Dosen Pengampu : Hartiningsih, M.Ag.

Disusun Oleh:

1. Ammar Fakhri Hermawan (43010200117)

2. Siti Nikmah (43010200107)

3. Andy Akbar Firmansyah (43010200188)

FAKULTAS DAKWAH

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “METODE DAN STRATEGI DAKWAH” dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah TAFSIR AYAT DAKWAH. Selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen Hartiningsih. M.Ag. yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni, dan semua pihak
yang terkait yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 26 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.1 Latar belakang............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Tafsir QS. Al –Baqarah (2): 235................................................................................................5
2.2 Tafsir QS. An-nisa (4): 5 dan 69..............................................................................................10
2.3 Tafsir QS. Al-Isra' (17): 23,28.................................................................................................14
2.4 QS. An-Nisa (4): 94.................................................................................................................17
2.5 Tafsir QS. Al-Hujurat ayat 18..................................................................................................18
BAB III..........................................................................................................................................20
PENUTUP......................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................21
3.2 Saran........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Al-Quran merupakan wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.
sebagai pedoman hidup umat manusia. Secara bahasa, Al-Quran artinya bacaan, yaitu bacaan
bagi orang-orang yang beriman. Bagi umat Islam, membaca Al-Quran merupakan ibadah. Dalam
hukum Islam, Al-Quran merupakan sumber hukum yang pertama dan utama, tidak boleh ada
satu aturan pun yang bertentangan dengan Al-Quran, Al-Quran merupakan sumber hukum yang
pertama dalam Islam sehingga semua penyelesaian persoalan harus merujuk dan berpedoman
kepadanya. Berbagai persoalan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
harus diselesaikan dengan berpedoman pada Al-Quran. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam
Surah an-Nisa [4] ayat 59 yang artinya sebagai berikut.

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil
Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya”.

Al-Quran merupakan sumber hukum pertama yang dapat mengantarkan umat manusia
menuju kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Al-Quran akan membimbing manusia ke
jalan yang benar. Al-Quran sebagai asy-Syifa merupakan obat penawar yang dapat menenangkan
dan menenteramkan batin. Al-Quran sebagai an-Nfor merupakan cahaya yang dapat menerangi
manusia dalam kegelapan. Al-Quran sebagai al-Furqan merupakan sumber hukum yang dapat
membedakan antara yang hak dan batil. Selain itu, Al-Quran sebagai al-Huda merupakan
petunjuk ke jalan yang lurus. Al-Quran juga merupakan rahmat bagi orang yang selalu
membacanya.

Sedangkan pengertian tafsir secara istilah, yang paling cocok adalah apa yang dikutip
oleh as-Suyuthi dari az-Zarkasyi, "Ia adalah 'ilmu' untuk me mahami kitab Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan merupakan penjelasan makna-makna serta
kesimpulan hikmah dan hukum hukum. Sebagian ulama juga memberikan definisi yang hampir
sama, "la adalah ilmu yang membahas tentang redaksi-redaksi Al-Qur'an, dengan
memperhatikan pengertian-pengertiannya untuk mencapai pengetahuan tentang apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT, sesuai dengan kadar kemampuan manusia.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tafsir pada QS. Al –Baqarah (2): 235 dan hubungan dengan strategi
dakwah?
2. Bagaimana tafsir pada QS. An-Nisa' (4): 5, 69 dan hubungan dengan strategi dakwah?

3. Bagaimana tafsir pada QS. Al-Isra' (17): 23,28 dan hubungan dengan strategi dakwah?

4. Bagaimana tafsir pada QS. Al-Hujurat (49)-78 dan hubungan dengan strategi dakwah?

5. Bagaimana tafsir pada QS. An-Nisa (4): 94 dan hubungan dengan strategi dakwah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana tafsir pada QS. Al –Baqarah (2): 235 dan hubungan
dengan strategi dakwah

2.untuk mengetahui Bagaimana tafsir pada QS. An-Nisa' (4): 5, 69 dan hubungan dengan
strategi dakwah

3. Untuk mengetahui Bagaimana tafsir pada QS. Al-Isra' (17): 23,28 dan hubungan
dengan strategi dakwah

4. Untuk mengetahui Bagaimana tafsir pada QS. Al-Hujurat (49)-78 dan hubungan
dengan strategi dakwah

5.untuk mengetahui Bagaimana tafsir pada QS. An-Nisa (4): 94 dan hubungan dengan
strategi dakwah?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tafsir QS. Al –Baqarah (2): 235

‫را إال أن‬MM‫دوهن س‬MM‫وال جناح عليكم فيما عرضتم به من خطبة النساء أو أكننثر في أنفسكم علم هللا أنكم ستذكرونهـن ولكن ال تواع‬
‫وا أن هللا‬MM‫ذروة واعلم‬MM‫كم فأح‬MM‫ا في أنفس‬MM‫وا أن هللا يعلم م‬MM‫ه واعلم‬MM‫غ الكتب أجل‬MM‫تقولوا قوال معروفا ً وال تعزموا عقدة النكاح حتى يبل‬
‫غفور حليم‬

“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu
menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu
akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan
mereka secara rabasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf.
Dan janganlah kamu berazam (bertetap bati) untuk beraqad nikab, sebelum habis iddah nya.
Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah
kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha pengampun lagi Mahapenyantun”. (QS. 2:235)

Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan Dan tidak ada dosa bagi kalian meminang wanita-wanita
itu dengan sindiran atau kalian menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hati
kalian. Allah mengetahui bahwa kalian akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kalian mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan
(kepada mereka) perkara yang makruf. Janganlah kalian ber-'azam (bertetap hati) untuk berakad
nikah, sebelum habis idahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada
dalam hati kalian; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun.1

Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan tidak ada dosa bagi kalian. (Al-Baqarah: 235)
Yakni untuk melamar wanita-wanita yang ditinggal mati oleh suami mereka dalam idahnya
secara sindiran (tidak terang-terangan). Ats-Tsauri, Syu'bah,dan Ibnu Jarir serta lain-lainnya
meriwayatkan dari Mansur, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
Tidak ada dosa bagi kalian meminang wanita-wanita itu dengan sindiran. (Al-Baqarah: 235)
Yang dimaksud dengan istilah ta'rid atau sindiran ialah bila seorang lelaki mengatakan,
"Sesungguhnya aku ingin kawin, dan sesungguhnya aku ingin mengawini seorang wanita yang
anu dan anu sifatnya," dengan kata-kata yang telah dikenal.

Menurut suatu riwayat, contoh kata-kata sindiran lamaran ialah seperti, "Aku ingin bila
Allah memberiku rezeki (mengawinkan aku) dengan seorang wanita," atau kalimat yang
1
Dr Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibnu
Katsiir (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i 2004) hlm 476
bermakna; yang penting tidak boleh menyebutkan pinangan secara tegas kepadanya. Menurut
riwayat yang lain ialah, "Sesungguhnya aku tidak ingin kawin dengan seorang wanita selainmu,
insya Allah." Atau "Sesungguhnya aku berharap dapat menemukan seorang wanita yang saleh."
Akan tetapi, seseorang tidak boleh menegaskan lamarannya kepada dia selagi dia masih dalam
idahnya.

tersebut lebih menyeluruh daripada semuanya itu. Karena itulah disebutkan dalam firman
selanjutnya: kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang makruf. (Al-
Baqarah: 235) Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, As-Suddi, Ats-Tsauri, dan Ibnu
Zaid, makna yang dimaksud ialah apa yang sebelumnya diperbolehkan, yaitu melakukan lamaran
secara sindiran, seperti ucapan, "Sesungguhnya aku berhasrat kepadamu," atau kalimat-kalimat
lain yang semisal.

Yang terkait dengan etika dakwah adalah adanya pesan untuk disampaikan, Haramnya
mengkhitbah (melamar) seorang wanita yang masih dalam masa iddah (masa iddahnya belum
selesai), secara terang-terangan dengan lafadz (ucapan yang jelas) Bolehnya menawarkan diri
kepada wanita tersebut dengan sindiran (isyarat) atau ucapan-ucapan yang tidak terang-terangan
(seperti ucapan: ‘sesungguhnya saya ingin sekali menikah’, atau ‘jika masa iddahmu telah selesai
bermusyawarahlah denganku jika engkau ingin menikah’, atau ‘saya sangat senang dengan
wanita sepertimu’, atau ucapan-ucapan yang semisal). Haramnya melakukan aqad nikah terhadap
wanita yang sedang menjalani masa iddah, dan hal ini tentunya h utama keharamannya selama
khitbah (melamar) diharamkan. Dan barangsiapa yang melakukan aqad nikah dengan wanita
yang belum habis masa iddahnya maka keduanya difash (dipisahkan) dan tidak halal lagi
baginya setelah hukuman tersebut selamanya. Oleh karena itu, niatkanlah yang baik dan jangan
meniatkan hal yang buruk seperti berazam untuk mengadakan akad nikah di masa 'iddah dan
lainnya. Bagi orang yang terjatuh ke dalam dosa lalu bertobat dan kembali kepada Allah Yakni
tidak segera memberikan hukuman, padahal Dia mampu memberikan hukuman.2

2
Dr Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibnu
Katsiir (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i 2004) hlm 477
2.2 Tafsir QS. An-nisa (4): 5 dan 69

Imam Syafi'ia berkata, "Allah berfirman, (1) "Berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan
(yang kalian nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan, sampai firman-Nya: () (Sebagal
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. Juga ayat-ayat lainnya yang jumlahnya cukup banyak
di dalam al-Qur'an, yang semuanya mewanti-wanti umat manusia untuk tidak mengambil harta
orang lain tanpa kerelaan hati mereka, kecuali harta yang diwajibkan dalam Kitabullah dan
Sunah Nabi-Nya dan memiliki suatu dalil."

Allah berfirman,

‫وال تؤتوا السفهاء أمو لكم التي جعل هللا لكم فيما وأرزقوهم فيها واكشوهم وقولوا لهم قوال معروفا‬

- "Janganlah kalian serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka
yang ada dalam kekuasaan kalian) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah
mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang
baik." (QS.an-Nisa' [4]: 5)3

‫وال تؤتوا الشفها‬،

"Janganlah kalian serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada
dalam kekuasaan kalian)." (QS. an Nisa [4]: 5)

Imam Syafi'i mengatakan, "Firman-Nya, (₂) *Janganlah kalian serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan kalian).' Yang dimaksud adalah kaum
perempuan dan anak-anak kecil. Hendaklah kalian tidak membiarkan mereka menguasai harta yang
dikuasakan kepada kalian. Jadilah kalian pengawas yang selalu memantau mereka." 4

3
Al-Umm, Jilid II, hlm. 245. Juga lihat Abkám al-Qur'an, Jilid II, hlm. 93. Lihat pula al-Umm, ditahqiq
Dr. Abdul Muthalib, Jilid III, him. 637.

4
Ahkam al-Qur'an, Jilid II, hlm. 184.
Tafsir Surat An-nisa Ayat : 69
ٓ ٓ
َ ِ‫ينَ َو َحسُنَ أُ ۟و ٰلَئ‬
‫ك َرفِيقًا‬ َّ ٰ ‫صدِّيقِينَ َوٱل ُّشهَدَٓا ِء َوٱل‬
ۚ ‫صلِ ِح‬ َ ِ‫َو َمن يُ ِط ِع ٱهَّلل َ َوٱل َّرسُو َل فَأ ُ ۟و ٰلَئ‬
ِّ ‫ك َم َع ٱلَّ ِذينَ أَ ْن َع َم ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ِهم ِّمنَ ٱلنَّبِ ِّيۦنَ َوٱل‬

Arab-Latin: Wa may yuṭi'illāha war-rasụla fa ulā`ika ma'allażīna an'amallāhu 'alaihim minan-


nabiyyīna waṣ-ṣiddīqīna wasy-syuhadā`i waṣ-ṣāliḥīn, wa ḥasuna ulā`ika rafīqā

Terjemah Arti: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya.

Tafsir jalalain menyebutkan (Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul) tentang apa yang
dititahkan keduanya (maka mereka itu bersama orang-orang yang diberi karunia oleh Allah,
yaitu golongan nabi-nabi dan shiddiqin) sahabat-sahabat utama dari para nabi-nabi dan rasul-
rasul yang membenarkan dan amat teguh kepercayaan kepada mereka (para syuhada) orang-
orang yang gugur syahid di jalan Allah (dan orang-orang saleh) yakni selain dari yang telah
disebutkan itu. (Dan mereka itulah teman-teman yang sebaik-baiknya) maksudnya teman-teman
dalam surga karena dapat melihat wajah mereka, berkunjung dan menghadiri majelis mereka
walaupun tempat mereka jika dibandingkan dengan golongan-golongan lainnya lebih tinggi dan
lebih mulia.5

2.3 Tafsir QS. Al-Isra' (17): 23,28

‫ك أَاَّل تَ ْعبُد ُٓو ۟ا إِٓاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْٱل ٰ َولِ َد ْي ِن إِحْ ٰ َسنً ۚا إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِعندَكَ ْٱل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمٓا أَوْ ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا أُفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُل لَّهُ َما‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬َ َ‫َوق‬
‫قَوْ اًل َك ِري ًما‬

wa qaḍā rabbuka allā ta'budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yabluganna 'indakal-
kibara aḥaduhumā au kilāhumā fa lā taqul lahumā uffiw wa lā tan-har-humā wa qul lahumā
qaulang karīmā

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduannya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduannya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.6

Dalam tafsir Al-Wajiz disebutkan ketika dijelaskan tafsir ayat di atas, bahwa dilarang
bagi seorang anak untuk berkata kasar kepada kedua orang tua, walaupun sekadar mengucapkan
5

6
Akurat.co, Tafsir Surat Al-Isra Ayat 23 jangan pernah kasar Pada Orang Tua Sekecil Apapun,
https://akurat.co/amp/tafsir-surah-al-isra-ayat-23.com. (2 November 2021), pukul (13:55).
kata Uffin yang itu maksudnya menunjukkan pada sikap kemalasan atau keberatan hati. Seorang
anak dilarang untuk memperingatkan keduanya dengan kasar, dan hendaknya mengucapkan
perkataan yang indah dan halus kepada keduanya.

Sementara itu dalam tafsir Al-Muyassar disebutkan, bahwa seorang anak dilarang untuk
berbicara kepada mereka ucapan yang buruk, bahkan jangan pula berkata sekadar kata ah
sekaliapun ia merupakan tingkat terendah dari ucapan yang buruk.

Selain itu, janganlah muncul dari seorang anak tindakan buruk kepada mereka berdua.
Akan tetapi bersikaplah lembut kepada mereka berdua. Dan katakanlah kepada mereka berdua
selalu perkataan lembut dan tulus. Berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain) juga
diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Ketika beliau ditanya oleh Abdullah bin Mas’ud RA:

َ ِ ‫بيل هَّللا‬
:‫قال‬ ِ ‫الجها ُد في َس‬ ٌّ ‫ ثُ َّم أ‬:‫ ثُ َّم برُّ الوالِ َدي ِْن قا َل‬:‫ي؟ قا َل‬
ِ :‫ي؟ قا َل‬ ٌّ ‫ ثُ َّم أ‬:‫قال‬
َ ،‫ الصَّالةُ علَى و ْقتِها‬:‫قال‬َ ‫أيُّ ال َع َم ِل أ َحبُّ إلى هَّللا ِ؟‬
‫ ولَ ِو ا ْستَ َز ْدتُهُ لَزا َدنِي‬،‫ح َّدثَني ب ِه َّن‬

Artinya: “Amal apa yang paling dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla?”. Nabi bersabda: “Shalat pada
waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”.Nabi menjawab: “Lalu birrul
walidain”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Jihad fi sabilillah”.
Demikian yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, nampaknya beliau akan menambahkan
lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Melalui penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa ayat di atas mengingatkan kita untuk
selalu berbuat baik dan berbakti kepada orang tua. Tidak boleh bersifat atau bersikap buruk
kepada kedua orang tua, sekecil apapun. Sayangi kedua orang tua sebagaimana mereka telah
menyayangi kita di waktu kecil. 7

Tafsir Surat Al-Isra Ayat 28

‫ض َّن َع ْنهُ ُم ٱ ْبتِغَٓا َء َرحْ َم ٍة ِّمن َّربِّكَ تَرْ جُوهَا فَقُل لَّهُ ْم قَوْ اًل َّم ْيسُورًا‬ ِ ‫َوإِ َّما تُع‬
َ ‫ْر‬
7
Akurat.co, Tafsir Surat Al-Isra Ayat 23 jangan pernah kasar Pada Orang Tua Sekecil Apapun,
https://akurat.co/amp/tafsir-surah-al-isra-ayat-23.com. (2 November 2021), pukul (13:55).
Arab-Latin: Wa immā tu'riḍanna 'an-humubtigā`a raḥmatim mir rabbika tarjụhā fa qul lahum
qaulam maisụrā .

Artinya : “Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari tuhanmu
yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut”.

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Isra Ayat 28

Kemudian kepada orang yang karena suatu keadaan tidak dapat memberi bantuan kepada
orang yang memerlukan, ayat ini memberi tuntunan; dan jika engkau benar-benar berpaling dari
mereka, tidak dapat memberikan bantuan kepada keluarga dekat, orang miskin atau orang yang
sedang dalam perjalanan, bukan karena engkau enggan membantu tetapi karena keadaanmu pada
waktu itu tidak memungkinkan memberi bantuan kepada mereka, dalam arti materi atau sebab-
sebab lainnya, maka engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari tuhanmu yang
engkau harapkan, sehingga suatu waktu engkau dapat membantu mereka jika keadaanmu
memungkinkan. Dalam keadaan ini, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas, baik,
dan memberi harapan, bukan penolakan dengan kata-kata yang kasar. Dan janganlah engkau
jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu, yakni janganlah enggan mengulurkan tanganmu
memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan, dan jangan pula engkau
terlalu mengulurkannya, yakni janganlah kamu boros dalam membelanjakan harta, karena itu
kamu menjadi tercela karena kekikiranmu, dan menyesal karena keborosanmu dalam
membelanjakan harta. 8

2.4 QS. An-Nisa (4): 94

َ ‫وا لِ َم ْن أَ ْلقَ ٰ ٓى إِلَ ْي ُك ُم ٱل َّس ٰلَ َم لَسْتَ ُم ْؤ ِمنًا تَ ْبتَ ُغونَ َع َر‬
‫د‬Mَ ‫ض ْٱل َحيَ ٰو ِة ٱل ُّد ْنيَا فَ ِعن‬ ۟ ُ‫وا َواَل تَقُول‬
۟ ُ‫ض َر ْبتُ ْم فِى َسبي ِل ٱهَّلل ِ فَتَبَيَّن‬
ِ َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا إِ َذا‬
ۚ
َ ِ‫ير ۚةٌ َك ٰ َذل‬
‫ك ُكنتُم ِّمن قَ ْب ُل فَ َم َّن ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ُك ْم فَتَبَيَّنُ ٓو ۟ا إِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِيرًا‬ َ ِ‫ٱهَّلل ِ َمغَانِ ُم َكث‬

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū iżā ḍarabtum fī sabīlillāhi fa tabayyanụ wa lā taqụlụ liman


alqā ilaikumus-salāma lasta mu`minā, tabtagụna 'araḍal-ḥayātid-dun-yā fa 'indallāhi magānimu
kaṡīrah, każālika kuntum ming qablu fa mannallāhu 'alaikum fa tabayyanụ, innallāha kāna bimā
ta'malụna khabīrā

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah,
bertabayunlah (carilah kejelasan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang
mengucapkan salam kepadamu, “Kamu bukan seorang mukmin,” (lalu kamu membunuhnya)
dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia karena di sisi Allah ada harta yang
banyak. Demikianlah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya
kepadamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

8
Tafsir Web, Tafsir Surat Al-Isra Ayat 28, https://tafsirweb.com/4632-surat-al-isra-ayat-28.html. (2
November 2021), pukul (13:55).
(pada jalan allah maka telitilah) aetinya janganlah sembrono terburu nafsu, tidak terkendali.
Tetapi hendaklah teliti dan hati-hati.

· ‫َوال تَقُولُوا لِ َم ْن أَ ْلقَى إِلَ ْي ُك ُم السَّال َم لَسْتَ ُم ْؤ ِمنًا‬

( dan janganlah kamu katakan kepada oranga ynag memberi salam pada kamu: rngkau bukan
orang mukmin) areinya apabila orang telah mengucapkan salam tandanya dia meminta damai,
engkau perangi juga padahal maksud islam bukanlah semata berperang melainkan
mengutamakan damai.

· ‫ض ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا‬


َ ‫تَ ْبتَ ُغونَ َع َر‬

(karena kamu mengharapkan kehidupan dunia) ini adalah celaan yang keras tetapi dilakukan
dengan cara halus oleh tuhan. Yaitu jangan kamu terburu-burumembunuh orang yang telah
mengucapkan salam kepadamu tapi menuduhnya belum islam, karena kamu mengharapkan
dengan kematianya itu hendak merampas harta bendanya sebab dalam peperangan halal
mengambil harta rampasan kepunyaan musuh (ghanimah).

· ٌ‫فَ ِع ْن َد هَّللا ِ َمغَانِ ُم َكثِي َرة‬

(padahal disisi Allahlah harta yang banyak) areinya tidak saja dari rampasan perang kamu akan
mendapat harta. Tetapi tuhan dapat membukakan banyak pintu lain sebagai sumber dari harta itu
yang akan kamu dapat dengan usaha bersungguh-sungguh.

· ‫َك َذلِكَ ُك ْنتُ ْم ِم ْن قَ ْب ُل‬

(begitulah juga keadaan kamu dahulu) artinya bahwa orang-orang yang telah mengucapkan
islamnya diantara kaumnya yang masih kafir. Janganlah kamu bunuh mereka karena menyangka
mereka belum islam.

· ‫فَ َم َّن هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ْم‬

( maka Allah memberi karunia kepadamu) yaitu penafsiran pertama adalah denagn membukakan
jalan buat hijrah ke Madinah. Setelah terbuka pintu hijrah ke Madinah itu, bukankah orang islam
menderita setelah di makkah. Penafsiran kedua ialah bukankah kamu dahulunya kafir
penyembah berhala? Srbagi orang yang kamu tuduh masih kafir itu? Kemudian kamu diberi
petunjuk oleh Allah? Bukankah kamu masuk islam itu berbagai ragam juga.

· ‫فَتَبَيَّنُوا‬
( sebab itu telitilah) artinya jangan terburu-buru, selidikilah dan jelaskanlah sebelum melakukan
penbunuhan. Bila telah datang mengucapkan salam atau mengucapkan kalimat syahadat jangan
langsung dibunuh.9

· ‫إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِيرًا‬

( sesungguhnya Allah adlah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan) ayat terakhir ini penting
sekali untuk memberi peringatan jangan sampai terjadi tercampur aduk nafsu inginkan harta
rampasan dengan alasan yang dicari-cari untuk membunuh seseorang tang telah mengucapkan
salam.10

2.5 Tafsir QS. Al-Hujurat ayat 18

َ‫ص ۡي ۢ ٌر بِ َما ت َۡع َملُ ۡون‬ ‫هّٰللا‬ ‫ب السَّمٰ ٰو ِ اۡل‬ ‫هّٰللا‬


ِ َ‫ض‌ؕ َو ُ ب‬ِ ‫ت َوا َ ۡر‬ َ ‫اِ َّن َ يَ ۡعلَ ُم غ َۡي‬

Artinya : “Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan”.

ٌ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ ْن َجا َء ُك ْم فَا ِس‬


ٍ ‫ق بِنَبَإ‬

(hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita).

‫فَتَبَيَّنُوا‬

(maka periksalah oleh kalian) kebenaran beritanya itu, apakah ia benar atau berdusta. Menurut
suatu qiraat dibaca Fatatsabbatu berasal dari lafaz Ats Tsabat, artinya telitilah terlebih dahulu
kebenaranya.

ِ ُ‫أَ ْن ت‬
‫صيبُوا قَوْ ًما‬

(agar kalian tidak tertimpa musibah kepada suatu kaum) menjadi maf’ul dari lafadz fatabayyanu,
yakni dikhawatirkan hal tersebut akan menimpa musibah kepada suatu kaum.

‫بِ َجهَالَ ٍة‬

(tanpa mengetahui keadaanya) menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari Fa’il, yakni tanpa
sepengetahuannya.

9
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 5 (Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas, 1983) hal 270-271

10
‫فَتُصْ بِحُوا‬

(yang menyebabkan kalian) membuat kalian.

‫َعلَى َما فَ َع ْلتُ ْم‬

(atas perbuatan kalian itu) yakni berbuat kekeliruan terhadap kaum tersebut.

َ‫نَا ِد ِمين‬

(menyesal)

selanjutnya Rasulullah s.a.w, mengutus Khalid kepada mereka sesudah mereka kembali ke
negerinya. Ternyata Khalid tiada menjumpai mereka melainkan hanya ketaatan dan kebaikan
belaka, lalu ia menceritakan hal tersebut kepada nabi s.a.w.11

BAB III

PENUTUP

11
Imam Jalaluddin al-Mahdi dan Imam Jalaluddin as-Syuyuti, Tafsir Jalalain Jilid 4 (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 1999)hal 2232-2233
3.1 Kesimpulan

a) QS. Al-Baqarah ayat 235

boleh melakukan pinangan secara sindiran kepada wanita yang ditinggal mati oleh suaminya.
Hal yang sama berlaku pula terhadap wanita yang ditalak bain, yakni boleh melamarnya
dengan kata-kata sindiran. Wanita yang diceraikan, bahwa tidak boleh bagi selain suaminya
melakukan lamaran secara terang-terangan, tidak boleh pula secara sindiran.

b) QS. An-Nisa’ ayat 5

Surat An-Nisa’ ayat 5 ini ditujukan kepada orang tua, sehingga secara substansial Allah
melarang orang tua untuk memberikan harta anak-anaknya kepada mereka dalam kondisi
mereka belum mampu mengelola hartanya secara mandiri.

c) QS. Al-Isra' (17): 23,28

bahwa dilarang bagi seorang anak untuk berkata kasar kepada kedua orang tua, walaupun
sekadar mengucapkan kata Uffin yang itu maksudnya menunjukkan pada sikap kemalasan
atau keberatan hati.

yakni janganlah enggan mengulurkan tanganmu memberikan bantuan kepada orang-orang


yang membutuhkan bantuan, dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya, yakni
janganlah kamu boros dalam membelanjakan harta, karena itu kamu menjadi tercela karena
kekikiranmu, dan menyesal karena keborosanmu dalam membelanjakan harta.

d) QS. An-Nisa (4): 94

maka jadilah kalian orang-orang yang bersikap berdasarkan bukti nyata dalam perkara yang
akan kalian perbuat atau perkara yang kalian tinggalkan.

e) Tafsir QS. Al-Hujurat ayat 18

Ayat tersebut mencela para sahabat yang memanggil Nabi Muhammad SAW yang sedang
berada di dalam kamar rumahnya bersama isterinya. Memanggil Nabi Muhammad SAW
dengan cara dan dalam keadaan yang demikian menunjukkan sifat kurang hormat kepada
beliau.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan terdapat banyak kekurangan baik dari aspek penulisan maupun penggunaan
bahasanya, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca agar
kedepannya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Dr Abdullah Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibnu Katsiir
(Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i 2004)
Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin as-Syuyuti, 1999, Tafsir Jalalain Jilid 4, Bandung: Sinar Baru
Algensindo

Bahreisy Salim, Syaid Bahreisy, 2003, Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya: PT. Bina Ilmu

Hamka, 1983, Tafsir Al-Azhar Juz 5, Jakarta: PT Pustaka Panji Mas

Hasan Abdul Halim, 2006, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana

Quthb Sayyid, 2004, Tafsir Fi Zhilali Quran (Di bawah Naungan Al-quran), Jakarta: Gema Insani

Tafsir.learn-quran.co, Tafsir Al-Baqarah Ayat 235, https://www.google.com/amp/s/tafsir.learn-


quran.co/id. (1 November 2021), pukul (13:30).

Ahmad Muntaha Am, Tafsir Surat An-Nisa Ayat 5, diakses dari


(https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-an-nisa-ayat-5), pada tanggal 1 November 2021, pukul
13:50.

Tafsir.learn-quran.co,
Tafsir An-Nisa Ayat 69, https://www.google.com/amp/s/tafsir.learn-
quran.co/id. (2 November 2021), pukul (7:30).

Tafsir.learn-quran.co,
Tafsir An-Nisa Ayat 94, https://www.google.com/amp/s/tafsir.learn-
quran.co/id. (8 November 2021), pukul (5:30).

Tafsir Web,
Tafsir Surat Al-Isra Ayat 28, https://tafsirweb.com/4632-surat-al-isra-ayat-28.html. (2
November 2021), pukul (13:55).

Akurat.co,Tafsir Surat Al-Isra Ayat 23 jangan pernah kasar Pada Orang Tua Sekecil Apapun,
https://akurat.co/amp/tafsir-surah-al-isra-ayat-23.com. (2 November 2021), pukul (13:55).

Anda mungkin juga menyukai