Askep Klien Dengan Penyakit Kronik
Askep Klien Dengan Penyakit Kronik
PENDAHULUAN
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan
yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam
menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?
Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah
membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan
dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ),
karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual
needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah
menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah
satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).
Sering kali, gangguan kesehatan fisik dan kesehatan jiwa berjalan beriringan. Penelitian
menunjukkan bahwa orang-orang dengan penyakit fisik yang berat atau kronis sering
memiliki masalah kesehatan jiwa. Pada saat yang sama, orang-orang dengan penyakit
gangguan jiwa berat ataupun dengan masalah penyalahgunaan obat-obatan memiliki masalah
kesehatan fisik yang tetap tidak terdeteksi atau tidak tertangani. Tahun ini, WFMH berfokus
pada hubungan gangguan kesehatan jiwa dan penyakit kronis. World Health Organization
(WHO) mencatat 4 (empat) penyakit kronis-penyakit kardiovaskuler, diabetes, kanker, dan
penyakit saluran pernafasan-yang bertanggung jawab atas 60 persen kematian di dunia.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Perasaan Memiliki
Perasaan memiliki pada individu terkait erat dengan kesehatan fisik individu.Perasaan
memiliki terbukti meningkatkan kesehatan, sedangkan tedak adanya perasaan ini
justru mengganggu kesehatan.Perasaan memiliki mendeskripsikan kebuthan dasar
psikososial manusia.Nilai mengacu pada perasaan dihargai dan merasa berguna.
b. Faktor Budaya
Menurut Biro Sensus Amerika Serikat, pada tahun 2000, penduduk AS adalah
anggota budaya dengan berbagai macam etnik, dan pada tahun 2050, populasi bukan
kulit putih akan meningkat lebih dari tiga kali lipat . komposisi masyarakat yang
berubah ini memiliki implikasi pada professional perawatan kesehatan, yang sebagian
besar adalah orang kulit putih dan tidak mengenal keyakinan dan praktik kebudayaan
yang beragam. Asuahan keperawatan yang kompeten secara budaya berarti peka
terhadap isu yang terkait denagn budaya, ras, jenis kelami, orientasi seksual, kelas
social, situasi ekonomi, dan faktor lain
c. Biologis
Nyeri
Penelitian laboratorium atas hewan dan manusia cenderung menyalahkan
pandangan nyeri sebagai sensasi diskrit.Dalam klinik spesialis nyeri, factor
rumit yang menimbulkan pengalaman nyeri untuk pasien dipertimbangkan.
2
Ketulian
Depresi merupakan reaksi yang paling sering timbul ketika mengetahui bahwa
gejala ketulian mulai terasa.pada 40% penderita gangguan pendengaran
membuat semakin sulitnya untuk berkomunikasi sehingga mempengaruhi efek
psikologi penderita.
d. Spiritual
Kematian
Kemunduran kegamaan berhubungan dengan proses penyakit menimbulkan
sikap penyangkalan, marah, dandepresi. Pada saat berhadapan dengan
penyakit yang dipresepsikan akan membawa Mereka pada kematian
2 Faktor Ekstrinsik:
a) Jaringan Sosial dan Dukungan Sosial Yang Kurang
Studi menemukan bahwa kurangnya dukungan social dapat memperburuk kesehatan
dan koping individu menghadapi penyakit yang menyerangnya.
c) Komplikasi
Faktor psikologis yang mempengaruhi masalah medis dapat di diagnosis sebagai
gangguan mental, seperti angguan depresif mayor yang mempengaruhi pemulihan
klien dari infark miokardium atau skizofernia yang memperumit masalah ginjal
kronik klien.Ansietas dan depresi dapat memperburuk berbagai penyakit dan dapat
memperpanjang periode penyembuhan. Seringkali gaya kopin tertentu dapa
menganggu kesehatan , misalnya merokok, makan berlebihan, serta perilaku seksual
yang tidak aman.Para ilmuwan telah mengetahui sejak lama bahwa orang berespons
terhadap stress baik pada tingkat psikologis maupun fisiologis. Riset selanjutnya
menunjukkan bagaiman system imun berinteraksi dengan proses neurobiologist.
Ketika seseorang mengalami stress berkepanjangan, kadar epinefrin, noeepinefrin,
dan kortisol meningkat. Pelepasan hormone stress yang terus menerus dapat merusak
neurologis dan pola fisiologis normal.
TERAPI
Sebagian besar klien yang memiliki faktor – faktor psikologis yang mempengaruhi
kondisi medis berada dalam kondisi medikal – bedah karena mereka memeriksakan
kesehatan yang berhubungan dengan kondisi fisiologis mereka.Ketika seorang klien
melaksanakan anjuran untuk terus mengikuti terapi, fokusnya ada pada bagaimana faktor –
faktor psikologis seperti ansietas dan depresi mempengaruhi berbagai terapi atau hasilnya.
Terapi Individual
Pastikan klien mendapat supervise dan intervensi medis yang tepat untuk setiap
kondisi yang di diagnosis.
Kaji emosi klien tentang situasi kehidupannya.
3
Ajarkan klien tentang stress dan bagaimana mengenali stressor kehidupan yang khas.
Fokuskan pada pembelajaran dan praktik keterampilan penatalaksanaan stres.
Minta klien mengidentifikasikan perasaan pada tubuhnya yang mengindikasikan
stress.
Minta klien mengenali hubungan antara gejala fisik dan masalah emosi.
Minta klien menghilangkan distorsi kognitif dan hal – hal negatif yang kronis.
Minta klien mengidentifikasikan dan mengevaluasi strategi koping yang digunakan
saat ini.
Rujuk klien ke kelompok terapi atau kelompok pendukung supaya klien memiliki
sebuah mekanisme untuk membeberkan perasaannya, mengatasi ansietas, dan
menguatkan keterampilan koping yang efektif.
Dorong anggota keluarga untuk mendiskusikan perasaan mereka, khususnya perasaan
marah dan tidak berdaya, yang berhubungan dengan banyaknya kebutuhan fisik dan
psikologis klien.
PENGOBATAN
Sebagian besar pengobatan yang dijalani klien ditujukan untuk meringankan gejala –
gejala fisik dan meredakan rasa nyeri yang berhubungan dengan kondisi medis
tertentu.
ASUHAN KELUARGA
Bicara dengan anggota keluarga tentang pemahaman mereka terhadap situasi klien
dan bagaimana ansietas mempengaruhi masalah fisiologis klien.
Dorong keluarga untuk mendukung penatalaksaan medis yang sedang dijalani klien.
Minta keluarga untuk mengidentifikasikan peran yang dimainkan oleh masing –
masing anggota keluarga, fokuskan pada harapan dan tanggung jawab peran klien
yang sesuai.
Identifikasikan sumber – sumber konflik dalam keluarga, bagaimana anggota keluarga
mengatasi konflik, dan bagaimana konflik ikut menyebabkan perubahan performa
peran klien.
Bersama keluarga berupaya menyelesaikan masalah dan isu – isu tekanan lain yang
sudah berlangsung lama.
Diskusikan bagaimana keluarga dapat mendukung keputusan klien untuk mengubah
gaya hidupnya.
Ajarkan keterampilan komunikasi, penyelesaian masalah, asertif, dan penatalaksanaan
stress sebagai metode penanganan masalah.
Bersama anggota keluarga mengeksplorasi bagaimana perubahan dalam diri klien
mempengaruhi kehidupan dan rutinitas keseharian mereka.
Evaluasi dukungan yang dibutuhkan keluarga untuk menghentikan penguatan akibat
sekunder dari penyakit atau perilaku lain yang bersangkutan yang di peroleh klien.
Bantu keluarga mengidentifikasikan dan memilih mekanisme koping yang sehat
untuk mengatasi stress dalam keluarga.
4
2.2 Pasien Terminal
A. Pengertian
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian
adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau mengikuti
priode sakit yang panjang.Terkadang kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu
yang tua.
Kondisi Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu.
(Carpenito ,1995 )
Pasien Terminal adalah : Pasien –psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk
,hal 282, 1999 )
Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu pendampingan dalam kehidupan ,
karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan . Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun ,
dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang
akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ).
5
2. Anger (Fase Kemarahan)
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan
meninggal. Jarang sekali ada pasien yang melakukan penyangkalan terus menerus.
Masanya tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi
kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan kemarahan.
"Mengapa ini terjadi dengan diriku?", "Mengapa bukan mereka yang sudah tua,
yang memang hidupnya sudah tidak berguna lagi?" Kemarahan ini seringkali
diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di
rumah sakit atau di rumah. Bahkan kadang-kadang ditujukan pada orang-orang
yang dikasihinya, dokter, pendeta, maupun Tuhan. Seringkali anggota keluarga
menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Umumnya mereka
tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal, meskipun normal,
sebagai ekspresi dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan pasien
adalah pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang
tersinggung oleh karena kemarahannya.
6
E. Rentang Respon
Rentang respon seseorang terhadap peyakit terminal dapat digambarkan dalam
suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan keputusasaan .
Respon adaptif Respon maladaptif
Harapan
ketidakpastian putus asa
1. Respon Adaptif
3. Respon Ketidakpastian
2. Psikososial
Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari
respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dan hasil
penelitiannya yaitu :
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu
untuk mengatur tangan
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan kemudian
mengendor
3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka / menangis
7
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk
berhubungan secara interpersnal serta akibat penolakan
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Kronik
Enam fase atau langkah dari proses keperawatan tersebut meliputi pengkajian, perumusan
diagnosis keperawatan, pengidentifikasian autoome, perencanaan , implementasi dan
evaluasi.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,psikologis,sosial,spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa factor
predisposisi, factor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien.perilaku atau kegiatan yang perlu dilakukan
oleh perawat adalah membina hubungan saling percaya dengan melakukan kontrak
dengan klien, mengkaji data dari klien dan keluarga, memvalidasi data dengan klien
mengorganisasi dan mengelompokkan data, dan menetapkan kebutuhan dan atau
masalah klien.
2. Penentuan diagnosa
Menurut Gordon, diagnose keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat
profesinal yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah
kesehatan yang dirasakan klien dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan
pengalaman mampu menolongnya.
Pernyataan diagnose terdiri dari masalah atau respon klien dan satu atau lebih factor
yang berhubungan yang mempengaruhi atau berkontribusi pada masalah atau respon
klien.tanda dan gejala atau batasan karakteristik adalah pengkajian subyektif dan
obyektif yang mendukung diagnose keperawatan; ini biasanya ditulis untuk
menkomunikasikan persepsi perawat dari factor yang berhubungan atau berkontribusi
untuk etiologinya.
Klien mengatakan perasaannya dari pada mengekspresikan perasaan tersebut melalui gejala –
gejala fisik.
Tujuan Jangka – Pendek 1 : Klien menyatakan semua perasaannya tentang stressor
psikososial.
Intervensi dan Rasional
Dorong klien untuk mendiskusikan peristiwa dan situasi kehidupan yang penuh stress
dimasa lalu dan masa kini. Meminta klien untuk meninjau kembali isu – isu dan
9
peristiwa dalam kehidupan mereka dapat meningkatkan kesadaran – diri dan
identifikasikan situasi yang bermasalah.
Minta klien mengidentifikasikan dan membicarakan perasaannya yang terkait dengan
situasi kehidupan. Klien perlu mengakui perasaannya dan tidak menolak atau
memendam perasaan tersebut.
Bantu klien untuk mulai mengeksplorasi konflik interpersonal dan perasaan yang
menyertainya. Mengungkapkan perasaan adalah langkah pertama dalam mengatasi isu
– isu hubungan yang tidak terselesaikan.
Dorong klien untuk mengkaji situasi kehidupan saat ini yang menyebabkan perasaan
yang tidak berdaya. Meminta klien mengeksplorasi situasi yang mencetuskan rasa
tidak berdaya dapat meningkatkan pemahaman bahwa mengalami rasa tidak berdaya
menghalangi koping yang efektif.
Tujuan Jangka Pendek 2 :Klien mengidentifikasikan hubungan antara stersor psikososial dan
penyakit fisik serta membuat sebuah rencana yang meningkatkan kesejahtraan pribadi.
Klien melanjutkan tanggung jawab peran yang sesuai dengan status kesehatan saat ini
dan dengan kehilangan atau keterbatasan yang baru saja terjadi.
10
Tujuan Jangka – Pendek 1 :klien mendiskusikan bagaimana masalah emosi atau fisik
mengganggu perilaku yang merupakan bagian dari performa peran fungsional.
11
3.2 Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Terminal
a) PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan
holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada
penyakit dan aspek pengobatan saja tetapi juga aspek psikososial lainnya. Salah satu
metode untuk membantu perawat dalam mengkaji psikososial pada klien terminal
yaitu dengan metode “ PERSON “
P : Personal Stranghai
Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatan/
pekerjaan
E : Emotional Reaction
Reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien
R : Respon to Stres.
Respon klien terhadap situasi saat ini atau di masa lalu.
S : Support Sistem.
Keluarga atau orang lain yang berarti
O : Optimum Health Goal
Alasan untuk menjadi lebih baik ( motivasi )
N : Nexsus
Pengkajian yang perlu diperhatikan dengan klien penyakit terminal
menggunakan pendekatan :
12
e. Mekanisme koping
1) Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang
berfungsi sebagai pelindung klien untuk memahami penyakit secara bertahap
adalah :
a) Tahap awal ( Intial Stage )
Tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “ saya harus
meninggal karena penyakit ini “
2) Regresi
Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya
3) Kompensasi
Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasan karena
penyakit yang dialami
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ancietas / cemas
2. Depresi
3. Tidak efektifnya koping individu
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan perawatan pada klien terminal :
1. Membantu klien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal.
2. Membantu keluarga memberi support pada klien
3. Membantu klien dan keluarga untuk menerima perhatian
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. KOMUNIKASI
a. Denial, pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi:
1) Listening
Dengarkan apa yang diungkapkan klien \
13
2) Silent
Mengkomunikasikan minat perawat pada klien secara non verbal
3) Broad opening
Mengkomunikasikan topik / pikiran yang sedang dipikirkan klien
b. Angger, pada tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi :
Listening: perawat berusaha dengan sabar mendengar apapun yang dikatakan klien
1) Bargaining
a) Focusing
b) Bantu klien mengembangkan topik atau hal yang penting
c) Sharing perception
d) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk
meluruskan kerancuan
2) Acceptance
a) Informing
Membantu dalam memberikan penkes tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian klien
c) Focusing
Membantu klien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama
dan menjaga agar tujuan komunikasi tercapai
PERSIAPAN KLIEN
a. Fase Denial
1) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan
suasana tenang
2) Menganjurkan klien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar
dari situasi sesungguhnya
14
2) Pertahankan hubungan klien dengan orang – orang terdekat.
BAB IV
PENUTUP
15
a. Kesimpulan
Kesehatan fisik juga dapat mempengaruhi cara individu untuk berespon terhadap stress
atau gangguan psikososial. Semakin sehat individu, semakin baik kopingnya terhadap stress
dan penyakit.Penyakit kronik pun menjadi penghambat individu untuk melakukan koping.
Semua penyakit fisik mempunyai efek psikologi. Pola respon ini dapat sehat atau tidak
sehat.Ansietas dandepresi merupakan respon yang lazim dan jelas, tetapi dapat sangat
bervariasidalam derajat dan ketepatan.
Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari respon-
respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dan hasil penelitiannya yaitu :
a. Respon kehilangan
1) Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah , keakutan, cara tertentu
untuk mengatur tangan
2) Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan kemudian
mengendor
3) Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka / menangis
16