Anda di halaman 1dari 45

ALMUZAKIR 191214201

0149

TUGAS MATA KULIAH


KEPERAWATAN JIWA II

TENTANG

“MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS”

DOSEN :
SISKA DAMAIYANTI, Ners, M.kep

OLEH :
ALMUZAKIR
1912142010149

STIKes YARSI BUKITTINGGI SUMBAR


PRODI S1 KEPERAWATAN PROGSUS
T.A 2019/2020

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T, yang mana berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang
“Manajemen Pelayanan Profesional Keperawatan Jiwa Klinik Dan Komunitas “
pada mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Serta kami juga berterima kasih kepada
ibu Siska Damaiyanti,Ners.M.kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa II
STIKes YARSI SUMBAR Bukittinggi .
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan kita. Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan kami buat di masa yang akan
datang.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami
sendiri dan orang yang membacanya.Sebelumnya kami memohon maaf jika
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Bukittinggi, 9 April 2020

Penyusun

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................
Daftar isi......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................

BAB II TEORITIS.....................................................................................
A. Definisi.............................................................................................
B. Konsep Dasar Community Mental Healty Nursing.........................
C. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas...................
D. Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas............................
E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas........................................
F. Perkembangan Keperawatan Jiwa Komunitas.................................
G. Perencanaan Layanan Kesehatan Jiwa Komunitas..........................
H. Kebijakan Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas.........................
I. Pengorganisasian Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas..............
J. Upaya Kesehatan Jiwa.....................................................................
K. Keperawatan Kesehatan Masyarakat...............................................
L. Keperawatan Kesehatan Masyarakat sebagai
Upaya kesehatan Puskesmas............................................................

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN..................................................


A. Kasus................................................................................................
B. Pembahasan......................................................................................

BAB IV PENUTUP....................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

Daftar Pustaka

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini masalah kesehatan hanya terfokus pada kesehatan fisik,
sementara kesehatan jiwa tampaknya masih terabaikan. Satu sisi masyarakat
masih punya stigma negative terhadap kesehatan jiwa dan dipihak lain
pemerintah dalam program kesehatan jiwa masih menganaktirikannya.
Apapun kalaulah masalah kesehatan jiwa tidak ditangani secara serius tentu
akan berpengaruh kepada Indeks Pembangunan Manusia. Posisi kesehatan
mempunyai korelasi terhadap tingkat produktivitas masyarakat. Kesehatan
fisik tanpa kesehatan jiwa dan lingkungan yang mendukung, tidak akan dapat
menghasilkan manusia yang mumpuni dan berkualitas. Pelayanan kesehatan
jiwa di Indonesia masih sangat terbatas, belum menyentuh tingkat pelayanan
kesehetan primer, baik sarana prasarana maupun sumber daya manusianya.
Jumlah psikiater di Indonesia masih sangat terbatas sekitar 600 orang
yang harus menangani sekitar 2,4 juta ODMK di Indonesia (prediksi penderita
1% dari populasi penduduk). Penanganan ODMK saat ini baru sebatas
berpusat di RSJ yang juga masih terbatas jumlahnya. Kesenjangan dalam
akses pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat jelas sangat memprihatinkan
dalam upaya menanggulangi gangguan kesehatan jiwa. Komunitas Sehat Jiwa
(KSJ) yang berdiri tahun 31 oktober 2009, berupaya untuk ikut aktif dalam
memberi dukungan bagi ODMK dan keluarganya.
Dua hal utama yang menjadi action KSJ dalam membantu
meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat yakni kunjungan pasien dan
keluarga dan bantuan layanan dan sumber daya pengobatan. Kegiatan
Kunjungan Pasien dan Keluarga (Home Visit) ditujukan untuk membantu
memberikan edukasi keswa, membimbing pasien dalam meminum obat secara
benar berdasarkan resep dokter, dan membantu pasien dalam berlatih aktifitas
sehar-hari. Pada tahun 2011 ini tercatat kunjungan KSJ (home Visit) kepada
pasien dan keluarga rata-rata 23 kunjungan setiap minggu. Kegiatan asistensi
diarahkan untuk membantu administrasi, memantu pasien baru dan pasien

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

akut. Melalui kegiatan yang dilakukan KSJ, terbukti bahwa ODMK/ODS bisa
disembuhkan dengan 2 hal yaitu mengkonsumsi obat dengan benar dan
perlakuan yang baik dari keluarga dan masyarakat tanpa harus dirujuk ke
Rumah Sakit Jiwa. Pengobatan di lingkungan keluarga dan Masyarakat jauh
lebih efektif dan efisien, sehingga bisa menjadi sebuah model alternative bagi
penanggulangan masalah gangguan kejiwaan masyarakat di tengah kondisi
keterbatasan pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Definisi ?
B. Apa Saja Konsep Dasar Community Mental Healty Nursing ?
C. Bagaimana Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas ?
D. Bagaimana Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas ?
E. Bagaiamana Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas ?
F. Bagaimana Perkembangan Keperawatan Jiwa Komunitas ?
G. Bagaimana Perencanaan Layanan Kesehatan Jiwa Komunitas ?
H. Bagaimana Kebijakan Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas ?
I. Bagaimana Pengorganisasian Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas ?
J. Bagaimana Upaya Kesehatan Jiwa ?
K. Seperti Apa Keperawatan Kesehatan Masyarakat ?
L. Bagaimana Langkah Keperawatan Kesehatan Masyarakat sebagai Upaya
Kesehatan Puskesmas ?

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
1. Sehat Jiwa
a. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang
utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia.
b. Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang tidak hanya terbebas
dari gangguan jiwa tetapi meliputi semua aspek kehidupan yaitu sehat,
resiko dan gangguan jiwa, sehingga diperlukan pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa yang tidak hanya berfokus pada rumah sakit saja tetapi
perlu dikembangkan pada community based untuk mencapai derajat
kesehatan jiwa masyarakat.
c. Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain
d. Kesehatan jiwa adalah suatu kondiri yang memungkinkan
perkembangan optimal bagi individu secara fisik,intelektual dan
emosional sepanjang hal itu tidak bertentangn dengan kepentingan
orang lain (WHO)
e. Sehat jiwa menurut Dirjen Keswa Depkes RI (1991) adalah kondisi
yang memungkinkan berkembangnya fisik,intelektual dan emosional
seseorang secara oftimal sehingga ia mampu tumbuh dan beradaptasi
dengan lingkungannya secara wajar dengan harkat martabat manusia
f. Kesehatan jiwa deselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat
secara oftimal baik intelektual maupun emosional (pasal 24,UU
tentang kesehatan,1992). Upaya peningkatan kesehatan jiwa dilakukan
untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara oftimal,baik intelektual
maupun emosional melalui pendekatan peningkatan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

kesehatan,pencegahan dan penyembuhan penyakit dan pemulihan


kesehatan,agar seseorang dapat tetap atau kembali hidup secara
harmonis,baik dalam lingkungan keluarga,lingkungan kerja dan atau
dalam lingkungan masyarakat.
Ciri-ciri sehat jiwa :
a. Bersikap positif terhadap diri sendiri
b. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri.
c. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
d. Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang diambil
e. Mempunyai persepsi yang realistis dan menghargai perasaan perasaan
serta sikap orang lain
f. Mampu menyuaikan diri dengan lingkungan.
Ciri – ciri individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya
kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar,
mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya dapat
berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang
ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama orang lain.
2. Masalah Psikososial
Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan
individu baik yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai
pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor
penyebab terjadinya gangguan jiwa, atau (gangguan  kesehatan) secara
nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada
lingkungan sosial.
Ciri-ciri masalah psikososial, yaitu :
a. Cemas, hawatir berlebihan, takut
b. Mudah tersinggung
c. Sulit berkonsentrasi
d. Bersifat ragu-ragu merasa rendah diri
e. Merasa kecewa
f. Pemarah dan agresif

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

g. Reaksi fisik seperti jantung berdebar,, otot tegang, sakit kepala


3. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa atau penyakit mental adalah gangguan atau
penyakit yang menghalangi seseorang hidup sehat seperti yang diinginkan
baik oleh diri individu itu sendiri maupun orang lain. Istilah gangguan jiwa
sering di sebut dengan tidak sehat mental. Sehat mental atau kesehatan
jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan
itu berjalan selaras dengan orang lain. Definisi serupa juga menyebutkan
bahwa gangguan jiwa adalah keadaan tidak normal, bisa dikarenakan
faktor rohani maupun faktor jasmani (penyakit, cacat bawaan, disgungsi
organ atau akibat kecelakaan) yang membuat seseorang menjadi tidak
percaya diri, minder, gelisah, panik, frustasi maupun depresi. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa
adalah gangguan pada kejiwaan seseorang yang menyebabkan penderitaan
pada individu serta hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi gangguan jiwa
yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanaan peran.
Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab. Banyak yang belum diketahui dengan pasti dan perjalanan
penyakit tidak selalu bersifat kronis. Pada umumnya ditandai adanya
penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran dan persepsi,
serta adanya afek yang tidak wajar atau tumpul..
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan
gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu
tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010).

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Ciri-ciri gangguan jiwa, yaitu :


a. Sedih berkepanjangan
b. Tidak bersemangat dan cenderung malas
c. Marah tanpa sebab
d. Menggantung diri
e. Tidak mengenali orang
f. Bicara kacau
g. Bicara sendiri
h. Tidak mampu merawat diri
4. Factor Resiko Gangguan Jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan—somato-psiko-sosial. Dalam
mencari penyebab gangguan jiwa, unsur ini harus diperhatikan. Gejala
gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit
dan menderita tetap sebagai manusia seutuhnya (Maramis, 2010).
a. Faktor somatik (somatogenik)
Yakni akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofiiologi, dan
neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik,
serta faktor pranatal dan perinatal.
b. Faktor psikologik (psikogenik)
Terkait dengan interaksi ibu dan anak, peranan ayah, persaingan
antarsaudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan,
permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat
perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan
memengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila
keadaan ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan kecemasan,
depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
c. Faktor sosial budaya
Yaitu meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat
ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi
prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
serta pengaruh rasial dan keagamaan.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Beberapa pertanyaan di atas merupakan indikator yang harus


dipenuhi apabila perawat ingin menjadi seorang helper. Selain seorang
helper, perawat harus menyadari bahwa kemampuan terapeutik perawat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kualitas personal, komunikasi
fasilitatif, dimensi respons, dimensi tindakan, dan hambatan dalam
komunikasi. Kualitas personal, tercermin dari kemampuan perawat untuk
melakukan menganalisis diri. Apabila perawat mampu melakukan analisis
diri. Perawat diharapkan dapat menggunakan dirinya secara terapeutik
untuk membantu dan mengembangkan pengalaman bersama pasien dalam
menyelesaikan permasalahan pasien. Komunikasi fasilitatif merupakan
cerminan kemampuan perawat untuk menerapkan prinsip komunikasi dan
berbagai faktor yang memengaruhi. Komunikasi fasilitatif meliputi
perilaku verbal, perilaku nonverbal, kemampuan perawat menganalisis
masalah, dan menerapkan teknik terapeutik. Dimensi respons merupakan
reaksi perawat terhadap komunikasi yang terjadi. Dimensi respons ini
terdiri atas sikap ikhlas, hormat, empati, dan konkret. Setelah dimensi
respons, biasanya akan diikuti oleh dimensi tindakan, seperti konfrontasi,
kesegeraan, keterbukaan, emosional katarsis, dan bermain peran.
5. Falsafah Keperawatan Jiwa
Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan
jiwa antara lain sebagaiberikut (Depkes RI, 1998).
a. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu
dihargai.
b. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
c. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
d. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungansebagai manusia yang utuh.
e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
f. Semua perilaku individu adalah bermakna.
g. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi


oleh kondisigenetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang
tersedia.
i. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi
individu.
j. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sama.
k. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari pelayanan
kesehatan yangkomprehensif.
l. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan untuk kesehatan fiik dan mentalnya.
m. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan,
memaksimalkan fungsi(meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan),
dan meningkatkan aktualisasi diri.
n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan
pertumbuhan padaindividu.

B. Konsep Dasar Community Mental Healty Nursing


Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan
yang komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat
yang sehat jiwa , rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dandalam
tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).
Keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang berfokuskan pada
pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan
sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial
(resiko gangguan jiwa) dan pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa
dengan proses pemulihan.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek


kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.
a. Aspek (bio-fisik)
Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh
yag dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan
pelayanan dala rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya.
Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang akut,kronis maupun
terminal yang memberi dampak pada kesehatan jiwa.
b. Aspek psikologis
Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat
seperti ketakutan, trauma,kecemasan maupun kondisi yang lebih berat
yang memerlukakan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan
situasi tersebut.
c. Aspek social
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan
pekerjaan , tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan
dari berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan
kehidupan sosial yang memuaskan. 
d. Aspek cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat
digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang ditemukan.
e. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat
diperdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik
dan masalah kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua
jenjang pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan
kesehatan jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya
masyarakat. Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

dimasyarakat diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam


memelihara kesehatannya.

C. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas


Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang
mendukung pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan
diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup
menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya. Dalam
mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting
untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami
beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan
kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa.
Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori
kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka
berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.
1. Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
3. Berperan serta dalam pengelolaan kasus
4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh
penyakit mental - penyuluhan dan konseling
5. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang
mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan.

D. Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas


1. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya
2. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
3. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji,
negosiasi, koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

4. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok,


untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental,
termasuk pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah
psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
7. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas


Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan
keperawatan jiwa yang diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik,
dengan kondisi masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat – sakit
yag memerlukan pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer,
sekunder, dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang
komprehensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu pencegaha primer ,
sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah
terjadinya gangguan jiwa , mempertahankan dan meningkatkan kesehtan
jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa,
dan usia lanjut. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program
pendidikan kesehatan , program stimulasi perkembangan, program
sosialisasi kesehatan jiwa , manajemen stress , persiapan menjadi orang
tua.
2. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi
dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
r
e
lS
f
o
k
d
n
s
m
a
p
jiw
M
P
y
h
c
tg
u
,
3. Pencegahan Tersier

pada tahap pemulihan.

F. Perkembangan Keperawatan Jiwa Komunitas

 Dulu
ALMUZAKIR 191214201
0149

jiwa. Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan


jiwa. Target pelayanan adalah anggota masyarakat yang beresiko atau
memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa.

Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana


keperawatan adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan
adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa

Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dan dipasung


 Sekarang
o Meningkatkan Iptek
o Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
o Perlu pemahaman tentang human right
o Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

G. Perencanaan Layanan Kesehatan Jiwa Komunitas


Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat
juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dan dimana kegiatan itu akan
dilakukan. Perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan
mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan. Tanpa perencanaan, kegiatan akan
menjadi tidak terarah sehingga hasilnya tidak akan sesuai dengan yang
diinginkan.
1. Visi Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan alasan
pembentukan organisasi serta tujuan tersebut. Visi perlu dirumuskan
sebagai landasan perencanaan organisasi. Saat ini, pusat layanan
keperawatan kesehatan di komunitas adalah puskesmas. Visi
pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat 2010. Kecamatan Sehat 2010 merupakan gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yang ditandai dengan penduduknya hidup dalam
lingkungan sehat dan menunjukkan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat setinggi-tingginya.
Oleh karena itu, Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan bentuk layanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas mempunyai visi “Meningkatkan
kesehatan jiwa masyarakat, mencegah masalah kesehatan jiwa masyarakat,
memelihara kesehatan jiwa masyarakat, dan mengoptimalkan kemampuan
hidup pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat sesuai dengan
kemampuannya dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat”.
Contoh visi Desa Siaga Sehat Jiwa adalah “Masyarakat Sehat Jiwa Melalui
Desa Siaga Sehat Jiwa”.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

2. Misi Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas


Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan. Misi layanan keperawatan kesehatan
jiwa komunitas adalah pengembangan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat untuk mencapai masyakat sehat jiwa melalui Desa Siaga Sehat
Jiwa. Contoh misi Desa Siaga Sehat Jiwa adalah “Mewujudkan Kesehatan
Jiwa Masyarakat: masyarakat yang sehat tetap sehat jiwa: masyarakat yang
berisiko tidak akan mengalami gangguan jiwa: dan masyarakat yang
mengalami ganghuan jiwa menjadi mandiri dan produktif.
3. Filosofi Layanan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Filosofi adalah seperangkat nilai yang menjadi rujukan semua
kegiatan dalam organisasi dan menjadi alasan dan arahan bagi seluruh
perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari
satu. Filosofi layanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas di NAD
terkait dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat NAD, yang
notabene sangat lekat denagn syariat Islam.

H. Kebijakan Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas


Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan. Kebijakan layanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas mengacu pada kebijakan di piuskesmas atau pemerintahan.
Kebijakan untuk layanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas di puskesmas
tentang Desa Siaga Sehat Jiwa.
Rencana jangka pendek yang ditetapkan pada layanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas terdiri atas rencana bulanan dan tahunan. Perawatan
puskesmas  (CMHN) membuat rencana bulanan dan tahunan. Sedangkan
tokoh masyarakat (toma) hanya membuat rencana bulanan.
1. Rencana bulanan
adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat CMHN dan
kader kesehatan jiwa dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat
meliputi dua aspek, yaitu:

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

a. Kegiatan manajerial. Misalnya, supervisi kader dan rapat/pertemuan


b. Kegiatan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dan
keluarga terdiri atas:
1) Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat
(dikelompokkan dalam 8 tahap perkembangan), kelompok yang
berisiko mengalami masalah psikososial dan kelompok keluarga
pasien gangguan jiwa
2) Asuhan keperawatan masalah psikososial
3) Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial
4) Asuhan gangguan jiwa
5) Terapi aktivitas kelompok dan rehabilitas untuk kelompok pasien
yang mengalami gangguan jiwa.
Sedangkan recana bulanan kader kesehatan jiwa ini meliputi
beberapa kegiatan.
a. Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko, dan
gangguan.
b. Menggerakkan keluarga sehat untuk menghindari penyuluhan sehat
jiwa sesuai dengan usianya
c. Menggerakkan keluarga berisiko untuk menghadiri penyuluhan
tentang risiko masalah psikososial
d. Menggerakkan keluarga pasien gangguan jiwa untuk mengikuti
pendidikan kesehatan
e. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti TAK dan
rehabilitas.
f. Melakukan kunjungan rumah kepada pasien gangguan jiwa yang telah
mandiri
g. Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN
h. Mendokumentasikan semua kegiatan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Kegiatan kader kesehatan jiwa masyarakat di rencanakan


berdasarkan uraian tugas tersebut dan dilakukan secara bergiliran dalam
satu bulan. Sebagai contoh, minggu pertama melakukan kegiatan nomor
a,b,f, dan g; minggu kedua melakukan kegiatan nomor a,d,e,f, dan g;
minggu ketiga melakukan kegiatan nomor a,c,f, dan g; minggu ke empat
melakukan kegiatan nomor a,d,f, dan g. Menurut rencana, kader kesehatan
jiwa melakukan kegiatan satu kali per minggu.
2. Rencana tahunan perawat CMHN
Setiap akhir tahun, perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta
penyusunan rencana tahun berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup :
a. Menyusun laporan tahunan yang membahas kinerja layanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang di
laksanakan berikut hasil evaluasinya (wilayah kerja puskesmas dan
Desa Siaga Sehat Jiwa).
b. Penyegaran terkait dengan materi layanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas, terutama untuk kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan untuk mementapkan hal-hal yang belum
optimal.
c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa)
dalam bentuk rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan
informal.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan perawat
CMHN dan kader. Uraian tentang pengembangan SDM lebih lanjut dapat
dilihat pada modul pemberdayaan SDM.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

I. Pengorganisasian Layanan Keperawatan Jiwa Komunitas


Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai
suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk proses
koordinasi aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam layanan kesehatan jiwa
komunitas di Desa Siaga Sehat Jiwa menggunakan pendekatan lintas sektor
dan lintas program. Setiap perawat CMHN di puskesmas bertanggung jawab
terhadap sejumlah desa yang menjadi area binaan. Toma dan kader kesehatan
jiwa pada setiap desa bertanggung jawab terhadap sejumlah keluarga.
Pengorganisasian di Desa Siaga Sehat Jiwa terdiri atas:
1. Struktur Organisasi di Desa Siaga Sehat Jiwa
Struktur organisasi Desa Siaga Sehat Jiwa menggunakan
pendekatan lintas sektor dan lintas program. Desa Siaga Sehat Jiwa
dipimpin oleh perawat CMHN puskesmas yang bertanggung jawab
terhadap dua desa atau lebih. Toma/toga di desa berperan sebagai
penasehat atau pelindung kader kesehatan jiwa. Tiap kader kesehatan jiwa
bertanggung jawab terhadap sepuluh sampai dua puluh keluarga di desa
tempatnya tinggal, yaitu Desa Siaga Sehat Jiwa.
2. Mekanisme Pengorganisasian Desa Siaga Sehat Jiwa
Mekanisme pengorganisasian Desa Siaga Sehat Jiwa meliputi hal
berikut:
a. Wilayah kerja puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN.
Misalnya, jika ada 20 desa, masing-masing perawat bertanggung jawab
pada 10 desa.
b. Perawat CMHN bersama toma menetapkan desa yang akan di
kembangkan menjadi DSSJ.
c. Perawat CMHN bersama toma pada tingkat desa menetapkan calon
kader kesehatan jiwa dan jumlah kader yang diperlukan. Tiap kader
kesehatan jiwa (KKJ) bertanggung jawab terhadap 10-20 keluarga.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Uraian Tugas
Petugas yang melaksanakan layanan kesehatan jiwa komunitas di
Desa Siaga terdiri atas perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa
masyarakat. Uraian tugas petugas kesehatan jiwa adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan manajemen, Pendekatan manajemen meliputi perencanaan
dan pengorganisasian.
a. Perencanaan. Rencana bulanan disusun bersama perawat CMHN
dan kader kesehatan jiwa.
b. Pengorganisasian. Kegiatan pengorganisasian meliputi hal berikut:
1) Membagi wilayah kerja dan tanggung jawab bersama KKJ
2) Mendeteksi keluarga yang kondisinya sehat
3) Mendeteksi keluarga yang berisiko mengalami masalah
psikososial
4) Mendeteksi keluarga yang mengalami gangguan jiwa
2. Asuhan keperawatan, Pendekatan asuhan keperawatan meliputi
kegiatan berikut:
a. Menggerakkan keluarga sehat untuk mengikuti penyuluhan sesuai
dengan usia.
b. Menggerakkan keluarga yang berisiko mengalami masalah
psikososial untuk mengikuti penyuluhan
c. Menggerakkan keluarga pasien gangguan jiwa untuk mengikuti
penyuluhan
d. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti TAK dan
rehabilitasi
e. Melakukan kunjungan rumah kepada pasien gangguan jiwa yang
telah mandiri.
f. Merujuk kasus ke perawat CMHN
g. Mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Pengelompokan Keluarga pada Desa Siaga Sehat Jiwa


Pada Desa Siaga Sehat Jiwa, masyarakat dikelompokkan
berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu asuhan
keperawatan untuk keluarga yang sehat, keluarga yang berisiko, dan
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Keluarga yang sehat
dikelompokkan menurut usia, yaitu:
1. Keluarga dengan bayi (0-18 bulan)
2. Keluarga dengan kanak-kanak (18-36 bulan)
3. Keluarga dengan prasekolah (3-6 tahun)
4. Keluarga dengan sekolah (6-12 tahun)
5. Keluarga dengan remaja (12-18 tahun)
6. Keluarga dengan dewasa muda (18-25 tahun)
7. Keluarga dengan dewasa (25-65 tahun)
8. Keluarga dengan lansia (>65 tahun)
Demikian pula untuk keluarga yang mempunyai anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa atau berisiko mengalami gangguan jiwa
dikelompokkan sesuai dengan masalah yang dialami.
Pendidikan kesehatan diberikan kepada kelompok keluarga sehat
jiwa dan keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial dan
masalah gangguan jiwa. Tetapi aktivitas kelompok dan terapi rehabilitas
diberikan kepada kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa.
Tindakan individu diberikan kepada keluarga dan pasien gangguan jiwa.
Masing-masing perawat CMHN dan kader memiliki tanggung jawab untuk
mengelola pasien dan keluarga sesuai dengan uraian tugasnya.
Pengarahan Layanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen, yaitu
pengenjawantahan rencana kegiatan dalam bentuk tindakan guna mencapai
tujuan organisasi yang telah diterapkan sebelumnya. Istilah lain yang
digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengoordinasian dan
pengaktifan.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dengan jelas dalam bentuk


tugas-tugas yang dilaksanakan. Guna memaksimalkan kinerja kerja,
diperlukan iklim kerja yang menyenangkan, pengelolaan waktu yang
efisien, keterampilan komunikasi yang baik, pengelolaan konflik,
kolaborasi, pendelegasian dan supervisi, serta negosiasi dan advokasi
lintas program dan sektor.
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada layanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas antara lain menciptakan budaya
motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian,
melaksanakan supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan
manajemen konflik, dan melakukan advokasi serta negosiasi
1. Memberikan harapan yang jelas kepada petugas (perawat CMHN dan
kader kesehatan jiwa di Desa Siaga Sehat Jiwa)
2. Bersikap terbuka dan konsisten terhadap semua petugas yang terlibat
3. Membuat keputusan yang bijaksana
4. Menggunakan konsep kerja kelompok
5. Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan petugas dengan kebutuhan
dan tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa
6. Menghadirkan tantangan kerja sebagai peluang untuk mengembangkan
diri
7. Melibatkan petugas dalam pengambilan keputusan
8. Memastikan bahwa petugas mengetahui alasan di balik semua
keputusan dan tindakan
9. Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong sesama
petugas
10. Memberikan pujian sesering mungkin 
Di Desa Siaga Sehat Jiwa, motivasi diterapkan di semua kegiatan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas, Motivasi ini dapat diberikan oleh
Dinas Kesehatan, kepala puskesmas, fasilitator, dan khususnya perawat
HN kepada kader jiwa di Desa Siaga Sehat Jiwa Penerapan budaya
motivasi dapat dilakukan dengan cara berikut:

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

1. Budaya memuji aspek positif (reinforcement positif. Pujian yang tulus


terhadap perilaku dan hasil kerja yang positif adalah upaya
menguatkan perilaku positif pada setiap kegiatan dan interaksi. Hal ini
akan membangun hubungan saling percaya berkomunikasi secara
intensif
2. Pertemuan berkala. Perawat CMHN perlu lain yang terlibat (lintas
dengan semua kader kesehatan jiwa dan pihak program dan lintas
sektor) untuk mempererat hubungan, memahami kegiatan dan
hambatan yang dihadapi, serta memberikan pujian terhadap
keberhasilan yang dicapai. Pertemuan rutin juga berguna untuk
menyepakati cara-cara menyelesaikan masalah yang dilakukan dan
yang diperlukan. Pada berkala, diharapkan paratokohyang dituakan
dan dipandang oleh kader kesehatan jiwa dapat hadir, misalnya kepala
puskesmas, tim kesehatan jiwa dari Dinas Kesehatan anggota DPRD,
toma, toga, towa, dan lain-lain.
3. Peningkatan kemampuan Upaya kader kesehatan jiwa rencana
dilaksanakan menurut evaluasi kinerja dalam bentuk program
pelatihan berkelanjutan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
kader perlu dilakukan secara terprogram dandisesuaikan dengan
masalah yang dihadapi di lapangan. Peningkatankemampuan akan
memotivasi individu melaksanakan kegiatan yangdiharapkanEvaluasi
aktivitas pengembangan iklim motivasi dilaksanakan setiap 6bulan
dengan menggunakan instrumen evaluasi diri oleh perawat CMHN.
Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah penggunaan waktu yang dimiliki secara
optimal.Pada Desa Siaga Sehat Jiwa, manajemen waktu diterapkan dalam
bentukrencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN kesehatan
masyarakat (lihat rencana bulanan).Pelaksanaan kegiatan tepat waktu
merupakan aspek yang sangat pentingdalam menjaga kesinambungan
kegiatan. Perawat CMHN yang selalu datangtepat waktu pada setiap
kegiatan masyarakat akan memotivasi masyarakat untuk tetap berperan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

aktif pada kegiatan Desa Siaga Sehat Jiwa. Aktivitas manajemen waktu
dievaluasi melalui instrumen evaluasi perencanaan.
1. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.
Dalam organisasi, pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi
tetap berjalan untukmencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian dapat dilakukan olehperawat CMHN epada kader
kesehatan jiwa. Pendelegasian dilaksanakanmelalui proses berikut:
a. Membuat rencana tugas yang perlu diselesaikan.
b. Mengidentifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan
melak sanakan tugas.
c. Memilih kader kesehatan jiwa yang mampu melaksanakan tugas
yang didelegasikan
d. Menyampaikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuan
e. Membuat batasan waktu dan memantau penyelesaian tugas.
f. Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu, perawat CMHN harus bisa menjadi
contoh peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan
masalah yang di hadapi.
g. Mengevaluasi kinerja setelah pelaksanaan tugas dan memberikan
pujian.
h. Pendelegasian terdiri atas tugas dan kewenangan.
2. Supervise
Supervisi adalah proses pengawasan terhadap kegiatan guna
memastikanbahwa kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan tujuan
organisasi. PadaDesa Siaga Sehat Jiwa, kegiatan supervisi
dilaksanakan untuk menjaminbahwa kegiatan layanan kesehatan jiwa
sesuai dengan pedoman yang telahditetapkan. Pelaksanaan supervisi
adalah sebagai berikut:

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

a. Fasilitator nasional, fasilitator provinsi, dan Dinas Kesehatan


kabupaten/kota melakukan supervisi kepada fasilitator lokal,
perawat kader kesehatan jiwa masyarakat satu kali se bulan. Hal
yang disupervisi adalah kemampuan fasilitator local, perawat
CMHN, dan kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya
terkait aspek manajerial dan asuhan keperawatan.
b. Fasilitator lokal dan kepala puskesmas melakukan supervisi satu
kali per dua minggu terhadap perawat CMHN dan kader kesehatan
jiwa. Hal yang disupervisi adalah kemampuan perawat CMHN dan
kader dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial dan
asuhan keperawatan.
c. Perawat CMHN melakukan supervisi satu kali seminggu terhadap
kader kesehatan jiwa Hal yang disupervisi adalah kemampuan
kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek
manajerial dan asuhan keperawatan.
3. Manajemen Konflik
Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang
dan orangyang lain. Konflik dapat muncul dalam organisasi yang
dibentuk darisekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang
berbeda. Di Desa SiagaSehat jiwa, konflik dapat muncul karena
banyaknya hal yang baru yang sedangdikembangkan dan memerlukan
persamaan persepsi. Guna mengantisipasihal tersebut, perlu
dibudayakan manajemen konflik.
Cara penanganan konflik ada beberapa macam, yaitu bersaing,
berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi, dan berkompromi. Upaya
penanganankonflik yang akan diterapkan di Desa Siaga Sehat Jiwa
adalah sebuah upayayang saling menguntungkan (win-win solution),
yakni kolaborasi. Kolaborasiadalah bentuk upaya yang ditempuh untuk
memuaskan kedua belah pihakyang sedang berkonflik. Cara ini
merupakan salah satu bentuk kerja samaberbagai pihak yang terlibat
konflik dalam menyelesaikan masalah yangmereka hadapi dengan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan, dan bukan


perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satupihak pun
yang dirugikan. Untuk itu, pembudayaan kolaborasi antara pihakpihak
yang terlibat dalam proyek Desa Siaga Sehat Jiwa menjadi
prioritasutama dalam pengelolaan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pendekatan
penyelesaiankonflik yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan
melakukanklarifikasi pada pihak yang berkonflik.
b. Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik dan menyamakan
persepsi.
c. Mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah yang mungkin
ditempuh dan tidak merugikan kedua belah pihak.
d. Memilih alternatif penyelesaian masalah yang telah disepakati.
e. Menerapkan alternatif penyelesaian masalah yang dipilih
f. Mengevaluasi hasil penyelesaian konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan konflik belum berhasil, perawat CMHN dapat
berkonsultasi dengan fasilitatorPemantauan, Evaluasi, dan Analisis
DataProses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai "metode
pemeriksaan untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan menurut
rencana yang telah disepakati instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang ditentu yang bertujuan untuk menemukan kekurangan dan
kesalahan sehingga dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi"
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada
sehingga jika muncul isu dapat segera direspons untuk mencari
penyelesaian. Menurut Mockler (1984), pengendalian manajemen
adalah kegiatan sistematis yang terdiri atas langkah-langkah penentuan
standar prestasi kerja,penetapan tujuan, perencanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, dan evaluasikinerja. Hasil evaluasi kinerja
dibandingkan dengan standar yang telahditetapkan untuk mengetahui

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

pencapaian tujuan dan penyimpangan yangterjadi serta mengambil


tindakan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber
daya yang digunakan efektif dan efisien dalammencapai tujuan.
Pengendalian manajemen merupakan suatu upaya untukmemastikan
bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan rencana yangditetapkan
dan berfungsi untuk menjamin kualitas penampilan kerjaPemantauan
adalah penilaian terhadap kegiatan yang sedang dilakukan.Evaluasi
adalah pembandingan antara hasil pemantauan dan rencana kegiatan.
Analisis data adalah cara yang dilakukan untuk mengukur
danmenampilkan data yang diperoleh dari hasil evaluasi.Pemeriksaan
dilakukan terhadap kegiatan di Desa Siaga Sehat Jiwa melalui proses
yang disebut pemantauan. Hasil pemantauan tersebut kemudian
dibandingkan dengan rencana kegiatan melalui proses evaluasi. Hasil
Tujuan pembelajaran Setelah mendapat pelatihan, peserta mampu:
a. Menetapkan kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat CMHN
dan kader kesehatan jiwa.
b. Menetapkan cara mengukur pelaksanaan dan hasil kegiatan
perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa.
c. Melakukan pengukuran kinerja kesehatan jiwa komunitas, yang
meliputi:
1) Profil kabupaten, puskesmas, dan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSS)
2) Karakteristik layanan dan tenaga kesehatan di kabupaten,
puskesmasdan DSS
3) Karakteristik dan kemampuan fasilitator local
4) Karakteristik dan kemampuan perawat CMHN
5) Karakteristik dan kemampuan kader kesehatan jiwa masyarakat
6) Karakteristik dan kemampuan pasien dan keluarga

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

d. Menetapkan pencapaian kinerja kesehatan jiwa komunitas


Data profil kabupaten merupakan tanggung jawab fasilator
lokal dan super-visor di Dinkes yang merupakan kumpulan data
dari puskesmas, meliputi:
1) Luas wilayah
2) Tatanan wilayah kabupaten
3) Jumlah penduduk
4) Sarana layanan kesehatan masyarakat
5) Sarana layanan kesehatan rumah sakit
6) Layanan kesehatan lainnya
7) Distribusi tenaga kesehatan di wilayah kerja puskesmas
8) Distribusi pasien gangguan jiwa di kabupaten
9) Kinerja kabupaten dalam layanan kesehatan jiwa

J. Upaya Kesehatan Jiwa


1. Memperbaiki Wawasan dan Pemahaman Pasien
Memperbaiki wawasan dan pemahaman pasien menjadi fokus
perawat dalam pelayanan kesehatan jiwa di RSJBanda Aceh. Memahami
masalah sesuaidengan perspektif pasien dapat dilakukan dengan
mendengar aktif dan tidakmendominasi pasien dalam komunikasi. Halini
tergambar dari beberapa ucapan persertawawancara sebagai berikut: ”Saya
berusaha mendengarkan…, … kemudian mencobaberdiskusi... Dalam
diskusi dengan pasien,perawat harus mencoba memperbaikiwawasan dan
pemahaman pasien tentangpenyakitnya...”.Diskusi yang dilakukan perawat
denganpasien harus mampu menemukan masalahyang dialami pasien dan
bagaimana masalahtersebut menekan psikologisnya. Namundiskusi yang
dilakukan untuk memperbaikiwawasan dan pengetahuan pasien selama
inimasih fokus pada mengatasi dan mengontroltujuh keluhan utama
gangguan jiwa. Dalammeningkatkan wawasan dan pengetahuan,perawat
harus menggunakan bahasa yangmudah dimengerti, dan bila perlu
langsungdipraktekkan.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

2. Meningkatkan Kemandirian Pasien


Peningkatan kemandirian pasien jugamerupakan tujuan perawat
dalam pelaksanaanasuhan keperawatan. Pemenuhan kebutuhan,motivasi
dan pemberian tanggung jawabdianggap mampu meningkatkan
kemandirianpasien. Namun kegiatan ini harus dilakukansesuai
perkembangan pasien. Hal dapat dilihatdari beberapa pernyataan perawat
dalamwawancara kelompok fokus sebagai berikut:”Adalah penting untuk
meningkatkankemandirian pasien untuk menjadi mandiri, perawat harus
memberi motivasi,memenuhi kebutuhan, memberi tanggungjawab,
memberi latihan, Meningkatkan kemandirian pasien harus disesuaikan
dengan perkembangan dan kemampuanpasien…,Menurut perawat,
kemandirian pasiensangat berkaitan dengan wawasan danpengetahuan
mereka tentang penyakitnya.Perawat harus mengajarkan, melatih dan
melibatkan pasien dalam aktivitas perawatan.Meningkatkan kemandirian
pasien harusdilakukan dengan memberi tanggung jawabmelakukan
tindakan perawatan danpengobatan. Pasien harus terus
dimotivasimelakukan kegiatan secara mandiri, tanpa tergantung pada
perawat ruangan. Evaluasipenting untuk menjamin tingkat kemandirian
pasien terus berkembang setiap harinya.
3. Meningkatkan Kerjasama dengan Keluarga Pasien
Perawat yakin bahwa keterlibatankeluarga dalam perawatan pasien
di rumahsakit sangat penting bagi perkembanganpasien. Selain itu,
keterlibatan keluarga dapatmemperbaikit wawasan dan
pengetahuanmereka dalam merawat pasien di rumah. Halini dapat dilihat
dari beberapa pernyataanperawat dalam wawancara kelompok
fokussebagai berikut: ”Kita harus melibatkankeluarga dalam perawatan
dan pengobatan ..., perkembangan pasien akan lebih cepat,kalau keluarga
terlibat...,...keluarga akan memperoleh pengetahuan penting yang dapat
digunakan untuk merawat pasien di rumah,...”.Menurut perawat kerjasama
dengan keluarga diarahkan pada peningkatan pengetahuan, kesadaran dan
kemaun keluarga untuk mendukung perawatan dan pengobatan pasien di

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

rumah sakit dan perawatan pasien di rumah. Hal ini penting karena
keluarga memiliki arti dan pengaruh dalam proses kesembuhan pasien.
Keluarga harus memahami bagaimana merawat pasien dengan baik, tanpa
memprovokasi perasaan mereka.
4. Meningkatkan Kerjasama Antar Profesi
Kerjasama lintas profesi sangat pentingdalam upaya meningkatkan
kualitas pelayanan. Semua profesi yang terlibat dalamperawatan dan
pengobatan pasien harus mampu bersinergi sesui dengan peran
danfungsinya masing-masing sehingga praktekpelayanan menjadi lebih
baik. Hal ini telihat Idea Nursing Journal Aiyub, dkk dari salah satu
pernyataan perawatan dalam wawancara kelompok fokus sebagai
berikut:”Kita harus memperkuat kerja sama antaraperawat dan kelompok
profesi lain, sepertidokter, psikiater, dan psikolog untukmemperbaiki
praktek”.Permasalahan yang dihadapi dalampeningkatan kerjasama lintas
profesi adalahtingginya ego sektoral masing-masing profesitentang peran
dan tanggung jawab mereka.Memperbaiki praktek pelayananKeinginan
perawat memperbaikitkualitas pelayanan di RSJ Banda Aceh sangatbesar.
Untuk meningkatkan kualitaspelayanan, perawat menginginkan
adanyasistem reward and punsihment yang jelas.Selain itu, perawat harus
diberi kebebasan dandukungan dalam mengembangkan kualitaspelayanan.
Menyediakan apa yang dibutuhkanperawat dalam memberikan pelayanan
adalahsalah satu wujud dukungan yang diinginkanperawat. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa:pernyataan peserta wawancara kelompok fokus
sebagai berikut: ”Saya menginginkansituasi kerja yang nyaman dan pasien
dapatdirawat dengan cara yang lebihbagus,...dengan memberikan apa
yangdibutuhkan perawat ..., ... perawat akan lebihfokus pada upaya
perbaikan praktek, ...”.Perawat menginginkan adanya kombinasi Model
Praktek KeperawatanProfesional (MPKP) dengan terapilingkungan dalam
meningkatkan kualitaspelayanan. Hal dapat dimulai denganpenyusunan
Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai pedoman.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Substansi yang menjadi intipengaturan dalam Undang-


UndangKesehatan Jiwa adalah upaya kesehatanjiwa karena selama ini
belum menjadiprioritas dalam upaya kesehatan nasional.Upaya Kesehatan
Jiwa adalah setiapkegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang
optimal bagi setiapindividu, keluarga, dan masyarakatdengan pendekatan
promotif, preventif,kuratif, dan rehabilitatif yangdiselenggarakan secara
menyeluruh,terpadu, dan berkesinambungan olehPemerintah, Pemerintah
Daerah,dan/atau masyarakat. Pasal 4 UndangUndang Kesehatan jiwa
menyebutkanupaya kesehatan jiwa terdiri dari upayapromotif, preventif,
kuratif, danrehabilitatif yang harus dilaksanakansepanjang siklus
kehidupan manusia.Pelaksanaannya dilakukan di lingkungan keluarga,
lembaga, dan masyarakat. Pasal 6 sampai dengan Pasal 9 mengatur
mengenai upaya promotif yang merupakan suatu kegiatan dan/atau
rangkaian kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa yang
bersifat promosi Kesehatan Jiwa. Pasal 10 sampai dengan Pasal 16
mengatur mengenai upaya preventif yang merupakan suatu kegiatan untuk
mencegah terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa. Pasal 17
sampai dengan Pasal 24 mengatur mengenai upaya kuratif yang
merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan terhadap ODGJ, yang
mencakup proses diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sehingga
ODGJ dapat berfungsi kembali secara wajar di lingkungan keluarga,
lembaga, dan masyarakat. Sedangkan Pasal 25sampai dengan Pasal 32
mengatur mengenai upaya rehabilitatif yang merupakan kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan untuk
memulihkan fungsi sosial serta mempersiapkan dan memberi kemampuan
ODGJ agar mandiri di masyarakat. Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa
Sistem pelayanan kesehatan jiwa ditujukan untuk mengatasi ganggunan
jiwa yang diderita ODGJ karena gangguan jiwa menimbulkan berbagai
hambatan bagi ODGJ untuk beraktivitas secara normal. Hal ini pada
akhirnya menyebabkan daya guna ODGJ ikut menurun drastis. Jika
diproyeksikan dalam bentuk kerugian ekonomi, maka menurunnya fungsi

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

seseorang yang RechtsVinding Online menjadi ODGJ mencapai Rp20


triliun. Kerugian tersebut berupa hilangnya produktivitas ODGJ, serta
beban ekonomi dan biaya kesehatan yang harus ditanggung keluarga dan
negara. Apalagi, proses pengobatan penderita ODGJ dapat berlangsung
seumur hidup. (Asmadi, 2012).
Pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit umum pun terbatas. Dari
1.678 (seribu enam ratus tujuh puluh delapan) rumah sakit umum yang
terdata, hanya sekitar 2 (dua) persen yang memiliki layanan kesehatan
jiwa. Di samping itu, dari 441 (empat ratus empat puluh satu) rumah sakit
umum daerah milik pemerintah kabupaten/kota, hanya 15 (lima belas)
rumah sakit yang memiliki layanan psikiatri. Kondisi serupa terjadi pada
puskesmas, dimana hanya 1.235 (seribu dua ratus tiga puluh lima)
puskesmas yang memberikan layanankesehatan jiwa dari sekitar 9.000
(sembilan ribu) puskesmas di seluruh pelosok Indonesia (RS online,
2013). Untuk mengatasi hal tersebut, dalam Undang-Undang Kesehatan
Jiwa diatur bahwa Pemerintah membangunsistem pelayanan kesehatan
jiwa yang berjenjang dan komprehensif sebagaimana diatur dalam Pasal
33 Undang-Undang Kesehatan Jiwa.
Sistem pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari pelayanan kesehatan
dasar dan pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan kesehatan jiwa dasar
merupakan pelayanan kesehatan jiwa yang diselenggarakan terintegrasi
dalam pelayanan kesehatan umum di Puskesmas dan jejaring, klinik
pratama, praktik dokter dengan kompetensi pelayanan kesehatan jiwa,
rumah perawatan, serta fasilitas pelayanan di luar sektor kesehatan dan
fasilitas rehabilitasi berbasis masyarakat. Pelayanan kesehatan jiwa
rujukan terdiri dari pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa,
pelayanan kesehatan jiwa yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan
umum di rumah sakit, klinik utama, dan praktik dokter spesialis
kedokteran jiwa.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

K. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health Nursing)


Keperawatan kesehatan masyarakat, merupakan salah satu kegiatan
pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas di perkenalkan.
Perawatan Kesehatan Masyarakat sering disebut dengan PHN (Public Health
Nursing) namun pada akhir-akhir ini lebih tepat disebut CHN (Community
Health Nursing). Perubahan istilah public menjadi community, terjadi di
banyak negara karena istilah “public” sering kali di hubungkan dengan
bantuan dana pemerintah (government subsidy atau public funding),
sementara keperawatan kesehatan masyarakat dapat dikembangkan tidak
hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat atau swasta, khususnya
pada sasaran individu (UKP), contohnya perawatan kesehatan individu di
rumah (home health nursing). Keperawatan kesehatan masyarakat
(Perkesmas) pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi.
Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan
melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit
(preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention) dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi
masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan
keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat dalam
rentang sehat–sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh masalah
kesehatan masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, dan kelompok
maupun masyarakat. Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah
seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, kelompok beresiko tinggi
termasuk kelompok/ masyarakat penduduk di daerah kumuh, terisolasi,
berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan Pelayanan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

keperawatan kesehatan masyarakat dapat diberikan secara langsung pada


semua tatanan pelayanan kesehatan , yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap 5
2. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung
pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis.
Peran home care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program
screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan
4. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan
langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di tempat
kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan
kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang,
penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan
makanan.
5. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan
langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda,
dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam
puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di
pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang dilakukan
adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

o Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia


mendapat perlakukan kekerasan
o Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
o Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
o Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk
menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu
memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya. Keperawatan kesehatan
masyarakat berorientasi pada proses pemecahan masalah yang dikenal dengan
“proses Keperawatan” (nursing proses) yaitu metoda ilmiah dalam
keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai respon manusia dalam
menghadapi masalah kesehatan. Langkah langkah proses keperawatan
kesehatan masyarakat adalah pengakajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian. Dalam penerapan proses keperawatan, terjadi proses alih peran dari
tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan
untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya.
Berdasarkan uraian diatas, pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat
2. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
3. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama,
kedua maupun ketiga
4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

5. Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat dengan masyarakat dalam


upaya kemandirian klien.
6. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat.

L. Keperawatan Kesehatan Masyarakat sebagai Upaya kesehatan Puskesmas


Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/
SK/II/ Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,
Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan pelayanan
penunjang yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila di suatu daerah terdapat
masalah kesehatan spesifik (mis. Endemis malaria, DBD, dsb) yang
membutuhkan intervensi keperawatan kesehatan masyarakat, maka Perkesmas
menjadi upaya kesehatan pengembangan.
1. Tujuan Umum : Meningkatnya kemandirian masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan khususnya masalah keperawatan kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang kesehatan
b. Meningkatnya penemuan dini kasus - kasus prioritas
c. Meningkatnya penanganan keperawatan kasus prioritas di Puskesmas
d. Meningkatnya penanganan kasus prioritas yang mendapatkan tindak
lanjut keperawatan di rumah
e. Meningkatnya akses keluarga miskin mendapat pelayanan kesehatan /
keperawatan kesehatan masyarakat
f. Meningkatnya pembinaan keperawatan kelompok khusus
g. Memperluas daerah binaan keperawatan di masyarakat
2. Lingkup pelayanan Lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat meliputi upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya
kesehatan masyarakat (UKM). Pelayanan kesehatan yang diberikan lebih
difokuskan pada promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

rehabilitatif. Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama


(primaryprevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
maupun pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
3. Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga,
kelompok, masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat factor
ketidak tahuan, ketidak mauan maupun ketidakmampuan dalam
menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah kesehatan prioritas
daerah, terutama :
a. Belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas serta
jaringannya)
b. Sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi memerlukan
tindak lanjut keperawatan di rumah. Sasaran terdiri dari:
1) Sasaran individu Sasaran priotitas individu adalah balita gizi
buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit
menular (a.l TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare,
ISPA/Pneumonia), penderita penyakit degeneratif.
2) Sasaran keluarga Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk
rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko
tinggi (high risk group), dengan prioritas :
a) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai
kartu sehat.
b) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular.
c) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

3) Sasaran kelompok Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat


khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik
yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi. Kelompok
masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia
Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja
informal. b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu
institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia
lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4) Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang
rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah
kesehatan, diprioritaskan pada a. Masyarakat di suatu wilayah (RT,
RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
5) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
6) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus
Seorang laki-laki 35 tahun diisolasi oleh keluarga karena mengalami
gangguan jiwa. Dari riwayat penyakit, ketika berusia 10 tahun, klien harus
putus sekolah karena kondisi ekonomi keluarga dan pelecehan serta
diskriminasi yang diterimanya di sekolah. Pada usia 25 tahun, setelah ayahnya
meninggal, klien bekerja sebagai pelayan di sebuah caffe. Klien seorang
pekerja yang rajin sehingga disayangi majikannya. Kemudian klien berkenalan
dengan seorang gadis dan berniat menikahinya. Namun tidak disetujui oleh
keluarga calon istri karena alasan ekonomi, dan akhirnya ia harus menerima
calon istrinya tersebut kawin dengan pria lain. Klien merasa terpukul, sedih
dan patah semangat sehingga memutuskan keluar dari pekerjaannya. Setelah
berapa kali mendapat teguran, pekerjaan klien diberikan kepada orang lain.
Akibatnya klien merasa diri tidak berguna dan mulai mengisolasikan diri.
Setelah 6 bulan paska kejadian tersebut, klien mulai keluyuran dan sering
marah marah pada keluarga, terutama bila kebutuhannya tidak dipenuhi.
Kemudian klien dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa dan dirawat selama 6
bulan. Setelah keluar, klien mencoba mencari pekerjaan untuk membantu
ekonomi keluarga. Namun tidak ada yang mau menerima karena alasan pernah
dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Klien merasa terpukul dan stress sehingga
mengalami kekambuhan. Kerena alasan keuangan, keluarga tidak membawa
klien berobat dan memutuskan memasung klien guna menghindari tindakan
pelecehan dan perlakuan kasar masyarakat, serta menghindari perilaku
kekerasan yang mungkin dilakukan klien kepada keluarga dan masyarakat.

B. Pembahasan

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

Persepsi masyarakat diatas dikarenakan kurangnya pengetahuan


masyarakat tentang penyakit jiwa. Pengetahuan masyarakat yang kurang ini
akibat dari masih kurangnya informasi yang harus diberikan oleh tenaga
kesehatan kepada masyarakat mengenai penyakit jiwa. Beberapa
permasalahan yang mendukung kondisi ini adalah letak Puskesmas (Pusat
Kesehatan Masyarakat) yang jauh dari pedesaan tempat tinggal masyarakat
yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa: 1) Letak
puskesmas yang lebih dari 20 kilometer ini menyebabkan pasien dan keluarga
kesulitan untuk mendapatkan akses langsung fasilitas kesehatan terutama yang
bersifat kegawat daruratan. 2) belum adanya posyandu kesehatan jiwa dan
fasiliatanya di pedesaan. Posyandu yang ada selama ini hanya untuk penyakit
dalam, bedah, kebidanan, lansia dan anak. Padahal, posyandu merupakan
perpanjangan tangan dari puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan
di komunitas daerah pedesaan. Biasanaya fasilitas posyandu terdiri dari empat
meja pelayanan yang terdiri dari pendaftaran, pengkajian, pengobatan dan
penyuluhan kesehatan, oleh karena itu dengan tidak adanya posyandu
kesehatan jiwa, masyarakat kurang mendapakan informasi pendidikan
kesehatan jiwa.
Kesehatan tidak dilihat dari segi fisik saja tetapi dari segi mental juga
harus diperhatikan agar tercipta sehat yang holistik. Seseorang yang terganggu
dari segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara normal maka
bisa dikatakan mengalami gangguan jiwa. Efendi dan Makhfudli (2009)
mengatakan gangguan jiwa berat merupakan bentuk gangguan dalam fungsi
alam pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai
antara lain oleh gejala gangguan pemahaman (delusi waham), gangguan
persepsi berupa halusinasi atau ilusi, serta dijumpai daya nilai realitas yang
terganggu yang ditunjukkan dengan perilakuperilaku aneh (bizzare).
Pemerintah dalam menanggulangi gangguan jiwa masih banyak
mengalami hambatan. Agusno (2011) mengatakan akar permasalahan pada
kesehatan mental berasal dari tiga inti pokok. Pertama adalah pemahaman
masyarakat yang kurang mengenai gangguan jiwa, kedua adalah stigma

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

mengenai gangguan jiwa yang berkembang dimasyarakat dan terakhir tidak


meratanya pelayanan kesehatan mental. Mestdagh dan Hansen (2013)
menyatakan masyarakat yang memiliki stigma negatif terhadap klien
gangguan jiwa cenderung menghindari dan tidak mau memberikan bantuan
terhadap orang yang menderita gangguan jiwa sehingga mempersulit dalam
proses penyembuhan.
Stigma dipengaruhi oleh beberapa komponen. Menurut Taylor dan
Dear (1981) menjelaskan bahwa ada empat dimensi atau domain stigma
gangguan jiwa di masyarakat, yaitu otoriterisme, kebajikan, pembatasan sosial
dan ideologi komunitas kesehatan mental. Pengertian stigma sendiri menurut
Goffman (2003) merupakan tanda atau tanda yang dibuat pada tubuh
seseorang untuk diperlihatkan dan menginformasikan kepada masyarakat
bahwa orang-orang yang mempunyai tanda tersebut merupakan seorang
budak, kriminal, atau seorang penghianat serta suatu ungkapan atas
ketidakwajaran dan keburukan status moral yang dimiliki oleh seseorang. Jadi
stigma ini mengacu kepada atribut yang memperburuk citra seseorang. Stigma
yang terus tumbuh di masyarakat dapat merugikan dan memperburuk bagi
yang terkena label social ini. Girma dkk (2013) mengatakan individu yang
terkena stigma di masyarakat sulit untuk berinteraksi sosial bahkan dalam
kasus terburuk dapat menyebabkan individu melakukan tindakan bunuh diri.
Selain itu penolakan untuk mencari pengobatan, penurunan kualitas hidup,
kesempatan kerja yang lebih sedikit, penurunan peluang untuk mendapatkan
pemukiman, penurunan kualitas dalam perawatan kesehatan, dan penurunan
harga diri (Covarrubias & Han, 2011).
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Mestdagh (2013) stigma
tidak hanya berdampak pada klien gangguan jiwa, pada masyarakat yang ada
sekitar pun ikut terkena, mereka merasa ketakutan kalau ada klien gangguan
jiwa di lingkungan masyarakatnya karena mereka berpikir klien gangguan
jiwa suka mengamuk dan mencelakai orang lain. Semua itu merupakan
konsekuensi dari stigma gangguan jiwa.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

ODGJ harus berjuang melawan dua permasalah besar dalam kehidupan


mereka, yaitu. melawan gejala yang muncul dari penyakit yang dialami,
seperti: halusinasi, delusi, cemas, perubahan suasana hati, dan melawan
ketidakpahaman masyarakat terhadap keunikan gejala penyakit tersebut, yang
disebut dengan stigmatisasi. Stigmatisasi pada ODGJ sudah berkembang
sepanjang sejarah manusia. Stigmatiasi sering menghasilkan prasangka,
ketidakpercayaan, stereotip, takut, malu, marah dan isolasi sosial. Stigmatisasi
juga dapat menghambat ODGJ (terutama pada penderita skizofrenia) dalam
berhubungan dan bekerjasama dengan lingkungan sosial mereka (Purnama,
Yani dan Sutini, 2016).
Dari beberapa pendapat diatas, jelas stigmatisasi sangat besar
pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan hidup, bahkan ODGJ mungkin tidak
memiliki tujuan hidup sama sekali. Keadaan ini akan berimbas pada
penurunan kualitas hidup sehingga upaya mereka untuk melawan stigmatiasi
juga menurun. Ketika upaya-upaya perlawanan dari ODGJ terhadap
stigmatisasi tidak maksimal, mereka memerlukan bantuan dari petugas
kesehatan atau kelompok masyarakat yang peduli untuk membantu mereka
melawan stigmatisasi sehingga memberi peluang pada pencapaian tujuan
hidup dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama ini masalah kesehatan hanya terfokus pada kesehatan fisik,
sementara kesehatan jiwa tampaknya masih terabaikan. Satu sisi masyarakat
masih punya stigma negative terhadap kesehatan jiwa dan di pihak lain
pemerintah dalam program kesehatan jiwa masih menganaktirikannya.
Apapun kalaulah masalah kesehatan jiwa tidak ditangani secara serius tentu
akan berpengaruh kepada Indeks Pembangunan Manusia. Posisi kesehatan
mempunyai korelasi terhadap tingkat produktivitas masyarakat. Kesehatan
fisik tanpa kesehatan jiwa dan lingkungan yang mendukung, tidak akan dapat
menghasilkan manusia yang mumpuni dan berkualitas. Pelayanan kesehatan
jiwa di Indonesia masih sangat terbatas, belum menyentuh tingkat pelayanan
kesehetan primer, baik sarana prasarana maupun sumber daya manusianya.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai konsep pelayanan manajemen
keperawatan jiwa di klinik dan di komunitas seperti ini, diharapkan para
pembaca mengetahui bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang
dengan gejala dan mengidap gangguan jiwa dengan baik. Karena dengan
adanya manajemen yang baik, maka kejadian orang mengidap gangguan jiwa
dapat diminimalisir dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula dan
diperlukan suatu perubahan cara pikir masyarakat agar stigma negative
mengenai kesehatan jiwa sangat penting. Dan semoga makalah ini dapat
menjadi acuan, atau referensi dalam pengajaran mata kuliah kesehatan jiwa.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS
ALMUZAKIR 191214201
0149

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:


EGC.

NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.


Philadelphia: NANDA International.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih
bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012.
Jakarta: Salemba Medika.

Jakarta: EGC. Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


EGC.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis


KeperawatanDiagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi
kesembilan. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

MANAJEMEN PELAYANAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA


KLINIK DAN KOMUNITAS

Anda mungkin juga menyukai