Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN POST OP HERNIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah
Pembimbing Kordinator KMB Hikmat Rudyana. S.Kp.,M.Kep
Pembimbing KMB Hikmat Rudyana. S.Kp.,M.Kep

Oleh :
ISMI AHDIAH
214121093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU DAN


TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL
ACHMAD YANI CIMAHI
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di
daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made
Kusala, 2009). Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ
melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering
terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular
abdomen konginental atau didapat (Ester, 2004). Hernia adalah
menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat (Long, 2002).
2. Penyebab/factor predisposisi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring
dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus
atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan 
tekanan dalam rongga perut .
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan
alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar
pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis,
sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus
memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat
menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran premature
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi
keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.
Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
3. Patofisiologi
4. Jenis – jenis hernia
a. Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (toraks).
b. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah
perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif
lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat
didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya.
d. Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi
ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke
bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan.
e. Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot
sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
5. Gejala klinis
a. Berupa benjolan
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada
komplikasi
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing
6. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
a. Laboratorium
b. Rontsgen
c. EKG
d. USG
e. Keadaan umum penderita biasanya baik. bila benjolan tidak tampak
maka penderita disuruh menejan dengan menutup mulut dalam
keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila
benjolan itu dapat dimasukan kembali. Penderita dalam posisi tidur,
bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal,
lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat masuk,
maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakan. Diagnosis pasti hernia
juga dapat ditegakan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.
f. Keadaan cicin hernia perlu pula diperiksa.
7. Penatalaksanaan medis
a. Secara konservatif (non operatif)
 Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan
tangan
 Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
b. Secara operatif
 Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti
sering dilakukan pada anak – anak
 Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong
diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering
dilakukan pada orang dewasa
 Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan
pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis
8. Komplikasi
a. Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut
hernia irrepponsibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.
Usus besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus.
b. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskular ( proses strangulasi). Keadaan ini disebut
hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul
gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah dan pasien menjadi gelisah
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Data Subjektif
Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri
didaerah benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu
makan, pada bayi bila menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.
Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual,
kembung
Data objektif.
Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme
otot, demam dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput
mukosa mulut kering, anak bayi rewel.

a. Anamnesa.
1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur,
penanggung jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku
bangsa.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak,
penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang
pernah dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
4) riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor
resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit
jantung, TBC, Epilepsi, dll.
5) Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual,
Pola pemecahan masalah, Daya ingat.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum.
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah,
kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi
abdomen, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas,
bersin, warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada,
kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan,
bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi
jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
7) Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan,
ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea,
reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
8) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh,
ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid,
tremor ekstremitas, dll.
9) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan
otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri
pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.

c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Rontgen
d. Therapi
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin akan muncul
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
Perencanaan asuhan keperawatan pada psaien gagal ginjal kronik (sumber SDKI,SKLI,SIKI)
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri menurun dengan kriteria Manajemen Nyeri
Agen hasil: Observasi
pencedera fisik 1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
2. Meringis menurun intensitas nyeri
3. Sikap protektif menurun 2. Identifikasi skala nyeri
4. Gelisah menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
5. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
6. Menarik diri menurun nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periodde, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaboratif
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

SDKI SLKI SIKI


Intoleransi Toleransi Aktifitas membaik dengan Manajemwen energi
aktifitas b.d kriteria hasil: observasi
1. Frekuensi nadi membaik 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
2. Tingkat kesadaran meningkat kelelahan
3. Frekuensi nafas membaik 2. Monitor kelelahan fisik\
4. Tekanan sistolik membaik Terapeutik
5. Tekanan diastolic membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman
2. Lakukan Latihan rentang gerak pasif atau aktif
3. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tiring baring
2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara menngkatkan
asupan makanan

Anda mungkin juga menyukai