TAHUN 2021
OLEH:
PRODI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
Desember 2021
Puji syukur patut kita panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, tulisan mengenai Sumberdaya Hutan Maluku Utara Dan Peran Penyuluh
Kehutanan dapat kami selesaikan.
Penulisan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita mengenai sumber daya hutan yang
ada di Maluku Utara serta peran penyuluh kehutanan dalam mengembangkan sumberdaya hutan
tersebut.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, diucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga dapat bermanfaat.
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. PENDAHULUAN 1
B. PEMBAHASAN 2
C. PENUTUP 6
D. GAMBAR 7
A. LATAR BELAKANG
Maluku Utara merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian Timur Indonesia.
Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan yang terdiri atas 10 kota/kabupaten. Bentuk
kepulauan inilah yang membuat Maluku Utara terkenal dengan kekyaan sumber daya alamnya.
Baik berupa sumberdaya lautnya, sumberdaya hasil bumi, dan terutama sumber daya hutannya.
Sumberdaya hutan di Maluku Utara dapat berupa hasil hutan kayu dan non kayu yang sangat
melimpah.
Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan lebih terbuka secara pemikiran dan
keterampilan dalam mengelola kawasan hutan. Selama ini konflik yang terjadi di kawasan
hutan khususnya di Maluku Utara karena kurangnya pemahaman masyarakat terkait batas
pengelolaan kawasan hutan, aktivitas yang dapat dilakukan maupun yang tidak dapat
dilakukan dalam kawasan hutan, sampai cara memanfaatkan hasil hutan kayu dan non kayu
secara lestari.
Konflik yang sering terjadi di kawasan hutan khususnya Maluku Utara adalah
pembukaan kawasan hutan untuk tempat berkebun masyarakat serta pemanfaatan hasil hutan
kayu untuk kebutuhan hidup masyarakat namun tanpa melalui izin dari pemerintah dalam hal
ini Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pemerintah secara perlahan telah
menemukan formulasi untuk mengatasi hal-hal tersebut. Sehingga masyarakat tidak hanya
mengelolah sumberdaya hutan, tetapi tetap menjaga kelestariannya. Disinilah peran penyuluh
sangat dibutuhkan untuk mengarahkan masyarakat sekitar kawasan hutan untuk menjalankan
program tersebut.
B. PEMBAHASAN
Sumberdaya hutan yang ada di Maluku Utara cukup berlimpah baik dari hasil kayu
maupun non kayu. Hasil hutan yang paling umum di manfaatkan di Maluku Utara dalah hasil
hutan non kayu, seperti pala, cengkeh, durian, rotan, dan bambu. Untuk hasil hutan kayu masih
banyak juga di manfaatkan oleh masyarakat Maluku Utara tetapi sebagian besar unytuk
keperluan pembuatan rumah masyarakat. Untuk hasil hutan kayu yang diperjualbelikan
biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah memiliki ijin. Berikut ini
beberapa sumberdaya hutan yang ada di Maluku Utara :
1. Pala
Tanaman pala (Myristica fragrans) merupakan tanaman asli Indonesia (DE
GUZMAN dan SIEMONSMA, 1999; SASIKUMAR et al., 1999), selain itu Indonesia
merupakan pusat asal usul (center of origin) beberapa spesies dari genus Myristica
(PURSEGLOVE et al., 1981; WEISS, 2002). Sumberdaya genetik pala yang besar
ditemukan di Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, terutama di Pulau Banda dan Siau,
serta Papua (HADAD dan HAMID, 1990; ARRIJANI, 2005; ANANDARAJ et al., 2005;
PETER, 2001). Sebagai pusat asal usul (center of origin) tanaman pala, Indonesia perlu
mengambil peran yang lebih besar dalam pengelolaan, pengembangan, dan pemanfaatan
tanaman pala, khususnya di daerah Maluku Utara. Di Maluku Utara, pala merupakan salah
satu komoditas MPTS unggulan lokal yang banyak diusahakan masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, sejak dari jaman kolonialisasi negara Eropa mulai dari
Portugis, Spanyol, hingga Belanda, sumberdaya hutan yang paling banyak dicari adalah
pala. Di Maluku Utara terdapat banyak jenis yang pal yang dapat ditemui, seperti Pala
Ternate, Pala Tobelo, Pala Jailolo, dan Pala Makian.
Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan pala sebagian besar dilakukan terhadap biji
pala, dimana pengelolaan biji pala juga sebagian besar dijadikan untuk bahan penyedap
makanan. Padahal banyak hal yang dapat dimanfaatkan dari pala, sperti buahnya yang
dapat diproduksi menjadi manisan buah, pemanfaatan biji pala sebagai benih unggulan
untuk kegiatan penanaman pala. Inilah yang menjadi tantangan dalam pengelolaan hasil
hutan pala.
Seperti tang sudah dijelaskan sebelumnya, banyak kendala yang ditemui dalam
proses pemanfaatan pala sebagai sumberdaya hutan. Beberapa kendala yang dihadapi
adalah :
Masyarakat belum memahami pengelolaan hasil pala selain bijinya.
Pengelolaan pala oleh masyarakat belum dilaksanakan secara modern masih secara
konvensional.
Terkadang bibit yang ditanam didominasi pala jantan yang membuat pala tidak dapat
menghasilkan buah.
Pala berbuah tergantung pada musim yang tidak menentu sehingga masih sangat
jarang masyarakat memfokuskan pengolahan hasil hutan pala.
Banyaknya masyarakat yang rupanya memiliki kebun berada dalam kawasan hutan.
Pengelolaan hasil hutan pala masih dilakukan secara individual.
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi yang dimulai
dari tingkat tapak, dimana penyuluh kehutanan yang menjadi tumpuannya. Adapun hal-
hal perlu dilakukan seorang penyuluh kehutanan adalah :
Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai peraturan dan kebijakan terkait
pengelolaan di kawasan hutan.
Mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dalam usaha mengembangkan produksi pala.
Mengidentefikasi permasalahan yang timbul akibat adanya serangan hama penyakit
maupun penyebab terjadinya dominasi pala jantan yang dimiliki masyarakat.
Mensosialisasikan pemanfaatan pala tidak hanya terbatas pada hasil bijinya, tetapi
beberapa produk lain dapat di hasilkan dari pemanfaatan hasil pala.
Meningkatkan keterampilan masyarakat melalui metode pelatihan pengelolaan hasil
pala.
Mendorong masyarakat untuk membentuk kelompok tani yang bergerak dalam
produksi pala.
Mengusahakan masuknya program-program kehutanan yang dapat mendorong
masyarakat untuk memanfaatk hasil hutan dari pala.
Pemberdayaan masyarakat oleh penyuluh kehutanan akan menjadi lebih maksimal apabila
dukungan dari pemegang kebijakan mendukung melalui kegiatan maupun program yang
menunjang proses pemanfaatan pala sebagai sumber daya hutan.
2. Cengkeh
Selain pala, salah satu tanaman rempah-rempah yang menjadi ikon Maluku Utara
adalah cengkeh. Cengkeh tertua di dunia bahkan berasal dari Maluku Utara tepatnya di
Kota Ternate, yang biasa di sebut cengkeh afo. Sejak zaman kolonialisme di Indonesia,
cengkeh merupakan bahn rempah-rempah yang banyak di cari oleh pedagang-pedagang
Eropa dan Asia. Penyebaran cengkeh di Maluku Utara dapat ditemui hampir disetiap
pulau besar di provinsi Maluku Utara. Oleh sebab itu banyak masyarakat Maluku Utara
yang hidup dari pemanfaatan hasil hutan berupa cengkeh. Tanaman cengkeh sangat ccok
dengan kondisi morfologi dan geografi Maluku Utara. Daerah kepulauan yang cenderung
memiliki kemiringan yang tinggi merupakan tempat yang disenangi oleh cengkeh. Oleh
sebab itu banyak masyarakat Maluku Utara yang hidup dari pemanfaatan hasil hutan
berupa cengkeh.
Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rokok dan bumbu penyedap
makanan, rupanya ada hal lain yang dapat dimanfaatkan dari cengkeh, yaitu daunnya.
Ekstrak daun cengkeh rupanya dimanfaatkan sebagai minyak urut.
Dalam perjalananya, banyak kendala yang di hadapi oleh masyarakat maupun petani
dalam mengelola hasil cengkeh, diantaranya :
Pemanenan hasil cengkeh terkendala musim yang tidak menentu, di mana masa panen
cengkeh sangat bergantung pada musim panas.
Pola penanaman yang monokultur membuat cengkeh rentan terhadap serangan hama
dan penyakit.
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai ekstrak daun cengkeh.
Kurangnya peralatan modern yeng menunjang masyarakat dalam mengelola hasil
cengkeh.
Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat 2021 Tahun 2021 | 3
Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat 2021 Prodi Kehutanan 2021
Selain pala dan cengkeh, masih banyak tanaman MPTS yang dapat dikembangkan
di Maluku Utara seperti durian, langsat, dukuh, kenari, kemiri, dan lain-lain. Seorang
penyuluh wajib untuk mengidentifikasi potensi-potensi disetiap daerah di Maluku Utara
sehingga proses pemberdayaan masyarakat untuk mengolah hasil hutan bukan kayu dapat
terealisasi dengan cepat.
4. Mangrove
Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang memiliki kawasan atau ekostem
mangrove yang cukup besar di Indonesia. Selain luas, kondisi mangrove di Maluku Utara
sebagian besar masih cukup bagus dan memiliki potensial untuk dimanfaatkan sebagai
potensi wisata di Maluku Utara. Namun sayangnya, hal ini belum dilirik oleh masyarakat
sekitar kawasan mangrove. Masyarakat lebih memilih memanfaatkan mangrove untuk
kayu bakar maupun dibuka untuk kegiatan tambak liar.
Berikut ini beberapa kendala dalam mengembangkan potensi mangrove sebagai
berikut :
Masyarakat lebih memilih memanfaatkan mangrove sebagai kayu bakar.
Masyarakat memanfaatkan mangrove untuk kegiatan tambak.
Aktivitas-aktivitas tersebut sangat berpotensi merusak kondisi mangrove jika tidak
ditangani serius oleh pemerintah. Untuk mengatasi hal tersebut penyuluh memiliki tugas
utuk :
Mengedukasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai dampak
pengrusakan mangrove secara masif, dimana seperti yang kita ketahui mangrove
merupakan pertahanan pertama suatu daerah ketika terjadi bencana alam berupa
tsunami maupun banjir rob pada musim badai.
Mengarahkan masyarakat untuk memanfaatkan mangrove sebagai tempat
budidaya udang dan kepiting yang tidak dikategorikan sebagai jenis nyang
dilindungi.
Mengidentifikasi daerah mangrove yang berpotensi dijadikan tempat wisata.
C. KESIMPULAN
Kesimpulan dari tuliasan ini adalah penyuluh merupakan garda terdepan dalam
pembangunan kehutanan Indonesia.tanpa penyuluh, program serta kebijakan dibidang
lingkungan hidup dan kehutanan tidak akan sampai kepada masyarakat-masyarakat pelosok
terutama di sekitar kawasan hutan. Oleh sebab itu, personil penyuluh kehutanan perlu lagi
ditingkatkan, karena fakta dilapangan jumlah penyuluh kehutanan sangat jomplang dengan
luas kawasan hutan. Peningkatan keterampilan bagi penyuluh akan meningkatkan kualitas dan
integritas penyuluh.
Secara garis besar, penyuluh bertugas untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya hutan
yang dapat dikelola masyarakat, mensosialisasikan kepada masyarakat terkait aturam,
kebijakan, dan program pemerintah terkait pengelolaan sumberdaya hutan, memberikan
pelatihan kepada masyarakat mengenai teknik pengelolaan sumberdaya hutan kepada
masyarakat secara efisien dan lestari.
DOKUMENTASI