DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
ABSTRACT
AWALIA KHAIRUN NISA. Synthesis of Fluorescent Carbon Nanoparticle.
Supervised by SRI SUGIARTI and NOVIYAN DARMAWAN.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Sintesis Nanopartikel Karbon Berfluoresens
Nama : Awalia Khairun Nisa
NIM : G44100014
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Sintesis Nanopartikel Karbon
Berfluoresens” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
hingga September 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Sri Sugiarti, PhD selaku
pembimbing I dan Bapak Dr rer nat Noviyan Darmawan, MSc selaku
pembimbing II yang senantiasa memberikan saran dan arahannya kepada penulis
selama menjalankan penelitian dan penyusunan skripsi. Tak lupa ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada staf Laboratorium Terpadu Institut Pertanian
Bogor, yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir percobaan 17
2 Rangkaian alat spektroskopi fluoresens 18
3 Sintesis C-dot dari asam oksalat-urea dan C-dot dari asam askorbat
dan ragam kadar urea 19
4 Perhitungan rendemen sintesis nanopartikel karbon 20
5 Perhitungan rendemen pemurnian sintesis nanopartikel karbon 21
6 Hasil analisis FTIR 22
PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan menyintesis C-dot dari beberapa jenis asam organik,
yaitu asam sitrat, asam oksalat, dan asam askorbat. Selain itu, dilakukan pula
sintesis C-dot dari asam askorbat dengan ragam kadar urea. Hasil yang diperoleh
kemudian dilakukan pencirian dengan spektrofotometer ultraviolet-tampak,
spektroskopi fluoresens, FTIR, dan TEM.
Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas asam askorbat (Merck), asam sitrat,
asam oksalat, urea (Merck), dan air bebas ion. Alat-alat yang digunakan terdiri
atas peralatan kaca, plat penangas, oven mikrogelombang Sharp R-222Y 700 W,
oven, sentrifuga PLC series, neraca analitik Denver instrument, lampu UV 366
nm, spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis) 1700 Shimadzu,
spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR) Prestige-21 Shimadzu di
Laboratorium Terpadu, Kampus IPB Baranangsiang, mikroskop elektron
transmisi (TEM) JEM-1400 JEOL instrument di Universitas Gajah Mada, dan
spektrofotometer Ocean Optic USB4000 di Laboratorium Spektroskopi,
Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor.
Metode
Tabel 1 Ragam kadar urea dalam sintesis C-dot dari asam askorbat
Kadar Urea Bobot Asam
Bobot Urea (g)
( % (b/b)) Askorbat (g)
0 0.5 -
10 0.5 0.0555
3
Tabel 1 Ragam kadar urea dalam sintesis C-dot dari asam askorbat (lanjutan)
Kadar Urea Bobot Asam
Bobot Urea (g)
( % (b/b)) Askorbat (g)
25 0.5 0.1666
50 0.5 0.5000
75 0.5 1.5000
Pencirian C–dot
C–dot hasil sintesis dengan berbagai perlakuan dicirikan spektrum UV-Vis,
fluoresens, dan FTIR-nya serta dianalisis dengan TEM.
Analisis FTIR
Pelet untuk analisis spektrum FTIR dibuat dengan cara menggerus 0.02 g
sampel C–dot kemudian dengan 0.1 g KBr. Campuran yang telah homogen
kemudian dipanaskan di dalam oven selama ±12 jam, sebelum diukur dengan
menggunakan FTIR.
Analisis TEM
Morfologi C-dot diamati dengan menggunakan TEM. Lempengan karbon
dicelupkan ke dalam larutan C-dot dengan konsentrasi 1 mg/mL, kemudian
dibiarkan kering. Setelah kering, lempeng tersebut diukur pada beberapa
perbesaran.
4
Sintesis C-dot
Pada penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah menyintesis ulang
C-dot sesuai Qu et al 2012. C-dot disintesis dari asam sitrat sebagai sumber
karbon dan urea sebagai agen pasivasi permukaan C-dot dengan metoda
mikrogelombang. Berdasarkan Hsu dan Chang (2012), sintesis C–dot dari asam
sitrat dan urea berlangsung melalui 4 tahap reaksi, yaitu dehidrasi, polimerisasi,
karbonisasi, dan pasivasi. Reaktan terionisasi di dalam larutan, kemudian selama
proses pemanasan akan mengalami dehidrasi dan selanjutnya terpolimerisasi.
Reaksi polimerisasi ini memicu terjadinya suatu proses nukleasi tunggal spontan,
dilanjutkan dengan pertumbuhan akibat adanya difusi zat terlarut pada permukaan
partikel. Gambar 1 menunjukkan tahapan reaksi terbentuknya C–dot dari asam
sitrat dan urea. Reaksi tersebut menunjukkan bahwa, karbon organik pada struktur
asam sitrat akan mengalami perubahan menjadi karbon anorganik berupa grafit
(Baker dan Baker 2010).
Gambar 1 Tahapan reaksi asam sitrat dengan urea membentuk C-dot (Yang et al.
2013)
Keberhasilan sintesis C-dot ini dapat diketahui dari spektrum UV-Vis dan
fluoresens. Spektrum UV-Vis akan menunjukkan serapan baru yang dihasilkan
oleh C-dot pada panjang gelombang tertentu apabila dibandingkan dengan bahan
awal. Sementara spektrum fluoresens akan menghasilkan intensitas fluoresens
yang kuat pada panjang gelombang emisi maksimum saat dieksitasi di panjang
gelombang tertentu. C-dot yang dihasilkan dari asam sitrat dan urea didapati
5
berpendar hijau setelah disinari lampu UV 366 nm (Gambar 2). Hasil ini sesuai
dengan yang dilaporkan oleh Qu et al. (2012). Rendemen yang diperoleh sebesar
41.97%, sedangkan rendemen hasil pemurnian sebesar 64.28%. Spektrum serapan
asam sitrat tidak memunculkan serapan pada panjang gelombang tertentu,
sedangkan spektrum C-dot dari asam sitrat-urea memperlihatkan serapan pada
panjang gelombang 247.5, 341.5, dan 402 nm. Berdasarkan hasil ini, C-dot telah
berhasil disintesis dari asam sitrat dan urea dengan metode mikrogelombang.
(d)
Gambar 2 Padatan C-dot dari (a) asam sitrat dan urea, (b) larutan C-dot, (c)
larutan C-dot di bawah lampu UV 366 nm, serta (d) spektrum
serapan UV-Vis C-dot dari asam sitrat-urea ( ), asam sitrat ( )
Hasil sintesis yang diperoleh dari 4 variasi kadar urea tersebut memberikan
sifat kelarutan dalam air yang berbeda dari masing-masing sampel. C-dot yang
disintesis dengan kadar urea sebanyak 75% memiliki sifat mudah larut
dibandingkan dengan C-dot yang tidak ditambahkan urea (kadar urea 0%). Namun
perlu digunakan bantuan pengaduk magnet dalam proses kelarutannya karena
butuh waktu yang cukup lama untuk melarutkan sampel. Padatan C-dot yang
dihasilkan dari asam askorbat dan urea memiliki warna yang sama seperti C-dot
yang disintesis dari asam sitrat dan urea. Perbedaan kedua jenis nanopartikel ini,
yaitu sifat kelarutannya di dalam air. C-dot yang berasal dari asam sitrat dan urea
lebih mudah larut dibandingkan C-dot yang berasal dari asam askorbat dan urea.
Selanjutnya dibandingkan pula hasil pendaran C-dot dari asam askorbat dan
urea 50% dengan C-dot dari asam sitrat dan urea 50%. Pengamatan tersebut
dilakukan dengan menggunakan lampu UV 366 nm. Pendaran C-dot asam sitrat
dan urea lebih terang dibandingkan dengan C-dot asam askorbat-urea (Gambar 5).
Namun, pendaran yang dihasilkan C-dot dari asam sitrat-urea 50% serta C-dot
dari asam askorbat dan urea 75% memiliki pendaran yang hampir sama. Hal ini
menunjukkan bahwa selain kadar urea yang dapat mempengaruhi intensitas
pendaran C-dot, sumber karbon yang berbeda dapat menghasilkan pendaran yang
berbeda pula.
(a) (b)
Gambar 5 C-dot dari (a) asam askorbat dan urea 50% serta C-dot dari (b) asam
sitrat dan urea 50% konsentrasi masing masing larutan 0.01 mg/mL
Pencirian C-dot
Spektrum UV-Vis
Hasil sintesis C-dot yang didapat kemudian dilakukan pencirian dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hal ini dilakukan untuk mengamati pola
absorpsi masing-masing sampel. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
8
200–700 nm dengan interval panjang gelombang 0.5 nm. Pola absorpsi asam
askorbat murni menunjukkan puncak serapan maksimun pada panjang gelombang
267 nm. Setelah dilakukan sintesis menjadi C-dot, pola absorpsi menunjukkan
perbedaan namun puncak serapan tidak terlalu berbeda jauh dengan serapan asam
askorbat, yaitu 265 nm (Gambar 6). Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa permukaan C-dot masih memiliki gugus askorbat yang belum
menjadi karbon anorganik.
Perbedaan pola absorpsi pun terdapat pada hasil sintesis C-dot dari asam
askorbat-urea 50% dan C-dot dari asam sitrat-urea 50%. Hasil pengukuran
absorpsi C-dot dari asam sitrat dan urea menunjukkan adanya puncak serapan
pada panjang gelombang 247.5, 341.5, dan 402 nm (Gambar 7). Ketiga puncak
serapan ini menunjukkan adanya transisi elektronik dari π→π* serta adanya
konjugasi dalam struktur C-dot (Qu et al. 2012). Puncak serapan yang diperoleh
dari hasil sintesis tidak berbeda jauh dari hasil penelitian Qu et al. (2012).
Berbeda dengan puncak serapan yang dihasilkan oleh C-dot dari asam askorbat-
urea 50%, terdapat puncak serapan pada panjang gelombang 276.5 dan 348 nm.
Perbedaan puncak serapan tersebut diduga karena perbedaan komposisi grafit
yang terbentuk antara asam sitrat dan asam askorbat. Selain itu, polimerisasi asam
sitrat dan urea berlangsung lebih baik dibandingkan asam askorbat dan urea
diduga karena gugus OH pada asam askorbat masih berbentuk siklik sehingga
terbentuk kesetimbangan antara gugus keton dan hidroksida.
9
Spektrum FTIR
Pengukuran FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat
pada permukaan C-dot baik yang berasal dari asam askorbat maupun asam sitrat.
Hasil pengukuran FTIR C-dot dari asam askorbat dan ragam kadar urea
menunjukkan tidak terdapat perubahan yang signifikan adanya gugus fungsi
tertentu (Gambar 10). Penelitian sebelumnya menunjukkan gugus fungsi yang
terdapat pada permukaan C–dot, yaitu adanya v(O-H) dan v(N-H) pada pita
serapan 3100-3400 cm-1. Selain itu, gugus fungsi lainnya pada pita serapan 1600-
1770 cm-1 terdapat v(C=O) dan pada pita serapan 1350-1460 cm-1 terdapat δ(CH2)
11
(Liu et al. 2007). Sifat hidrofilisitas dan kestabilan C–dot dalam larutannya akan
semakin meningkat bila terdapat gugus OH dan NH. C-dot dari asam askorbat dan
urea dengan kadar 0, 10, 25, 50, serta 75% (b/b) tersebut menunjukkan adanya
ikatan O–H pada bilangan gelombang berturut-turut 3024.38, 3066.82-2951.09,
3332.99-3213.41, 3201.83-2823.79, dan 3340.71-2546.04 cm-1 (Pavia et al. 2001).
Serapan gugus fungsi lainnya dapat diamati pada Lampiran 6.
Gambar 10 Hasil pengukuran FTIR C-dot dari asam askorbat dengan ragam
kadar urea, 0% ( ), 10% ( ), 25% ( ), 50% ( ), dan
75% ( )
Perbandingan antara C-dot dari asam askorbat-urea 50% dengan C-dot dari
asam sitrat-urea 50% pun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (Gambar
11). Pada C-dot dari asam sitrat-urea 50% terdapat gugus OH pada bilangan
gelombang 2966.52-2777.50 cm-1. Berdasarkan hasil yang diperoleh, baik pada
spektrum C-dot dari asam askorbat-urea dan C-dot dari asam sitrat-urea tidak
menunjukkan serapan CH2 di bilangan gelombang 1475-1365 nm-1 (Pavia et al.
2001).
(a) (b)
Gambar 12 Hasil TEM larutan C-dot asam askorbat-urea 75%, (a) skala
pengukuran 100 nm, (b) skala pengukuran 500 nm
Uji kemampuan sensor ion logam berat C-dot ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh intensitas pendaran C-dot apabila larutan C-dot ditambah
sejumlah larutan ion logam tertentu. Uji ini menunjukkan larutan C-dot dapat
digunakan sebagai sensor ion logam. Penggunaan C-dot sebagai sensor ion logam
telah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya. Yan et al. (2014) melaporkan
bahwa C-dot yang disintesis dari asam sitrat anhidrat dan etilendiamina
menunjukkan hasil yang selektif terhadap ion logam Hg2+.
Penelitian ini telah dilakukan pengujian larutan C-dot dari asam askorbat-
urea 75% pada beberapa jenis larutan ion logam. Larutan ion logam yang
digunakan di antaranya, Fe2+, Mn2+, Hg2+, Cr3+, Cr6+, dan Pb2+. Konsentrasi
masing-masing ion logam yang ditambahkan ke dalam larutan C-dot, yaitu 1000
ppm. Sedangkan konsentrasi larutan C-dot dari asam askorbat-urea 75% sebesar 1
mg/mL. Setelah kedua larutan tersebut dicampurkan dan diuji di bawah lampu UV
366 nm, terlihat beberapa sampel mengalami peningkatan intensitas pendaran dan
lainnya mengalami penurunan intensitas pendaran (Gambar 13). Selain itu,
13
diketahui bahwa ion logam Cr6+ dapat menurunkan intensitas pendaran C-dot. Hal
ini menunjukkan bahwa larutan C-dot selektif terhadap ion logam Cr6+.
a b c d e f
a b c d e f
Intensitas pendaran larutan C-dot yang ditambahkan larutan ion logam Cr6+
kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektroskopi fluoresens.
Hasil yang didapat diketahui bahwa dengan adanya penambahan ion logam Cr6+
mampu menurunkan intensitas pendaran C-dot (Gambar 14). Perbedaan yang
signifikan dapat diamati dari nilai intensitas fluoresens antara larutan C-dot tanpa
penambahan larutan ion logam Cr6+.
(a) (b)
Gambar 15 Larutan C-dot dari asam askorbat-urea 75% (a) tanpa lampu UV
366 nm dan (b) dengan lampu UV 366 nm
Simpulan
C-dot telah berhasil disintesis dari asam sitrat dan urea dengan
menggunakan metode oven mikrogelombang. Selain asam sitrat, sumber karbon
lainnya yang berhasil disintesis adalah asam askorbat. Namun, sintesis C-dot dari
asam oksalat tidak berhasil dilakukan. Perbedaan ragam urea yang dilakukan
dalam sintesis ini menunjukkan hasil semakin banyak kadar urea yang
ditambahkan maka pendaran C-dot akan semakin meningkat. Pola absorpsi
larutan C-dot dari asam sitrat-urea serta C-dot dari asam askorbat-urea
menunjukkan perbedaan pada beberapa puncak serapan. Sedangkan pola serapan
larutan C-dot dari asam askorbat dan ragam kadar urea diketahui bahwa semakin
banyak kadar urea maka pola absorpsi C-dot akan menyerupai pola absoprsi urea.
Emisi yang dihasilkan C-dot asam askorbat-urea 75% memiliki puncak
maksimum pada panjang gelombang 500 nm dengan panjang gelombang eksitasi
400 nm. Pengukuran dengan menggunakan FTIR tidak menunjukkan perbedaan
gugus fungsi yang signifikan. Hasil pengukuran larutan C-dot dengan
menggunakan TEM menunjukkan bahwa C-dot berbentuk bulat tetapi tidak
homogen. Uji kemampuan sensor larutan C-dot terhadap beberapa jenis larutan
ion logam menunjukkan selektif terhadap ion logam Cr6+.
Saran
Sebaiknya perlu dilakukan uji kuantitatif pada uji kemampuan sensor C-dot
terhadap ion logam berat. Sehingga dapat ditentukan secara akurat penurunan
15
intensitas fluoresens akibat penambahan suatu ion logam tertentu. Selain itu, dapat
ditentukan pula limit deteksi larutan C-dot terhadap larutan ion logam tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Baker SN, Baker GA. 2010. Luminescent carbon nanodots: emergent nanolights.
Angew Chem Int Ed. 49:6726-6744.doi:10.1002/anie.200906623.
Hsu PC, Chang HT. 2012. Synthesis of high-quality carbon nanodots from
hydrophilic compounds: role of functional groups. Chem Commun. 48:3984-
3986.doi:10.1039/c2cc30188a.
Jiang J, He Y, Li S, Cui H. 2012. Amino acids as the source for producing carbon
nanodots: microwave assisted one-step synthesis, intrinsic photoluminescence
property and intense chemiluminescence enhancement. Chem Commun.
48:9634-9636.doi:10.1039/c2cc34612e.
Li H, Kang Z, Liu Y, Lee ST. 2012. Carbon nanodots: synthesis, properties, and
applications. J Mater Chem. 22(46):24230-24253.doi:10.1039/c2jm34690g.
Liu H, Ye T, Mao C. 2007. Fluorescent carbon nanoparticles derived from candle
soot. Angew Chem Int Ed. 46:6473-6475.doi:10.1002/anie.200701271.
Pandey S, Thakur M, Mewada A, Anjarlekar D, Mishra N, Sharon M. 2013.
Carbon dots functionalized gold nanorod mediated delivery of doxorubicin: tri
functional nano-worms for drug delivery, photothermal therapy and
bioimaging. J Mater Chem B. 1:4972-4982.doi:10.1039/c3tb20761g.
Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001. Introduction to Spectroscopy.
Washington (US): Thomson Learning, Inc.
Prasannan A, Imae T. 2013. One-pot synthesis of fluorescent carbon dots from
orange waste peels. Ind Eng Chem Res. 52:15673-
15678.doi:10.1021/ie402421s.
Qu S, Wang X, Lu Q, Liu X, Wang L. 2012. A biocompatible fluorescent ink
based on water-soluble luminescent carbon nanodots. Angew Chem. 124:1-
5.doi:10.1002/ange.201206791.
Sun YP, Zhou B, Lin Y, Wang W, Fernando KAS, Pathak P, Meziani MJ, Harruff
BA, Wang X, Wang H et al. 2006. Quantum-sized carbon dots for bright and
colorful photoluminescence. J Am Chem Soc. 128(24):7756-
7757.doi:10.1021/ja062677d.
Wang J, Wang CF, Chen S. 2012. Amphiphilic egg-derived carbon dots: rapid
plasma fabrication, pyrolysis process, and multicolor printing patterns. Angew
Chem Int Ed. 51:9297-9301.doi:10.1002/anie.201204381.
Wilson WL, Szajowski PF, Brus LE. 1993. Quantum confinement in size-selected,
surface-oxidized silicon nanocrystals. Science. 262:1242-1244.
Yan F, Zou Y, Wang M, Mu X, Yang N, Chen L. 2014. Highly photoluminescent
carbon dots-based fluorescent chemosensors for sensitive and selective
detection of mercury ions and application of imaging in living cells. Sensors
and Actuators B. 192:488-495.doi:10.1016/j.snb.2013.11.041.
Yang Z, Li Z, Xu M, Ma Y, Zhang J, Su Y, Gao F, Wei H, Zhang L. 2013.
Controllable synthesis of fluorescent carbon dots and their detection
16
LAMPIRAN
Nanopartikel
karbon kasar
Nanopartikel
karbon murni
Karakterisasi nanopartikel
karbon dengan Uji kemampuan sensor
spektrofotometer ultraviolet- nanopartikel karbon terhadap
tampak, spektroskopi ion logam berat
fluoresens, FTIR, dan TEM
18
Lampiran 3 Sintesis C-dot dari asam oksalat-urea dan C-dot dari asam askorbat
dan ragam kadar urea
a. C-dot dari asam oksalat dan urea b. C-dot dari asam askorbat
c. C-dot dari asam askorbat dan urea 10% d. C-dot dari asam askorbat dan
urea 25%
e. C-dot dari asam askorbat dan urea 50% f. C-dot dari asam askorbat dan urea
75%
20
Bobot (g)
Gelas Gelas
Sampel Asam
Urea Total Piala Piala + Sampel %Rendemen
Askorbat
Kosong Sampel
0% 0.5014 0.0000 0.5014 62.0424 62.5296 0.4872 97.17
10% 0.5231 0.0561 0.5792 63.8499 64.3631 0.5132 88.60
25% 0.5175 0.1683 0.6858 63.6183 64.1810 0.5627 82.05
50% 0.5207 0.5371 1.0578 63.8968 64.5529 0.6561 62.02
75% 0.5077 1.5130 2.0207 63.8942 64.9569 1.0627 52.59
Bobot (g)
Gelas Gelas
Sampel Asam
Urea Total Piala Piala + Sampel %Rendemen
Sitrat
Kosong Sampel
Asam
3.0745 0.0000 3.0745 61.3702 62.9055 1.5353 49.94
Sitrat
Asam
Sitrat-
1.1061 1.0030 2.1091 63.8953 64.7804 0.8851 41.97
Urea
50%
Bobot (g)
Sampel Hasil Gelas Piala Gelas Piala
Sampel %Rendemen
Sintesis Kosong + Sampel
0% 0.4872 62.0670 62.2985 0.2315 47.52
10% 0.5132 63.8654 64.1312 0.2658 51.79
25% 0.5627 63.5905 63.9532 0.3627 64.46
50% 0.6561 63.8940 64.2634 0.3694 56.30
75% 1.0627 63.6199 64.1569 0.5370 50.53
Bobot (g)
Gelas
Sampel Hasil Gelas Piala
Piala Sampel %Rendemen
Sintesis + Sampel
Kosong
Asam Sitrat 1.5353 61.3697 61.6073 0.2376 15.48
Asam Sitrat-
0.8851 63.8945 64.4634 0.5689 64.28
Urea 50%
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Juli 1992 dari ayah Mujakir, SS
dan ibu Siti Sa’adah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis
lulus dari SMA Negeri 1 Cigombong pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kimia B
semester gasal dan genap pada tahun ajaran 2013/2014 serta pada tahun ajaran
yang sama penulis menjadi asisten praktikum Kimia Anorganik Layanan. Penulis
juga aktif dalam organisasi Himpunan profesi Imasika (Ikatan Mahasiswa Kimia)
sebagai sekretaris Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa tahun
kepengurusan 2011/2012. Bulan Juli-Agustus penulis melaksanakan Praktik
Lapangan di PT Saraswanti Indo Genetech (SIG), dengan judul laporan Penetapan
Kadar Selenium dalam Kapsul Vitamin E dengan Metode FIAS-AAS.