Anda di halaman 1dari 6

Sintesis Nanopartikel Tembaga Menggunakan Metode

Reduksi Kimia dan Deposisi Elektrokimia


Anggi Ramadani

Rekayasa Nanoteknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin


Universitas Airlangga

1. PENDAHULUAN
CuNP memiliki karakteristik fisik dan kimia khusus yang meliputi aktivitas katalitik, sifat optik, aktivitas anti-
mikroba dan sifat elektronik yang baik. Dewasa ini, nanopartikel logam mulia seperti perak dan emas telah
dipelajari secara ekstensif ke dalam berbagai aplikasi, namun harganya relatif mahal. Sebaliknya, tembaga
merupakan bahan alternatif yang baik karena lebih ekonomis daripada perak dan emas. Proses sintesis
nanopartikel tembaga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik fisika dan kimia seperti reduksi kimia dan
elektrokimia.
Proses sintesis nanopartikel Cu dengan metode reduksi kimia adalah dengan menggunakan pereduksi seperti
asam askorbat, NaBH4, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan zat pereduksi bereaksi dengan Ion Cu2+ dari CuSO4
menghasilkan Cu0 yang bersifat netral. Saat konsentrasi atom netral ini meningkat, larutan menjadi jenuh,
menyebabkam atom Cu0 berkumpul untuk membentuk CuNP. Pada tahap ini, partikel berbagai ukuran dapat
dibuat, dimana bentuk dan ukuran yang diperoleh tergantung pada kondisi reaksi. Pada metode reduksi kimia hal-
hal yang berpengaruh antara lain medium pelarut, agen pereduksi dan capping agent. Metode reduksi kimia ini
sering digunakan karena lebih mudah, murah, serta ukuran nanopartikel dapat dikontrol dengan mengubah
parameter percobaan. Selanjutnya, metode elektrokimia yaitu metode yang berkonsep pada proses reduksi dan
oksidasi. Pada proses reduksi terjadi penangkapan/penerimaan electron, kebalikannya, pada proses oksidasi
adalah pelepasan elektron. Proses elektrokimia membutuhkan elektroda dimana dapat menggunakan dua atau tiga
elektroda. Konsep tiga elektroda adalah dengan menggunakan elektroda kerja (working electrode seperti karbon
atau tembaga), elektroda pembanding (reference electrode seperti Ag/AgCl), dan elektroda pembantu (counter
electrode seperti Pt). Untuk proses penghantaran elektron dari satu elektroda ke elektroda lain, diperlukan
penghantar yaitu sebuah larutan elektrolit. Larutan elektrolit biasanya larutan-larutan garam seperti KCl, NaCl,
Na2SO4, dan lain-lain.
Salah satu ciri dari CuNP adalah memiliki sifat SPR (Surface Plasmon Resonance). Surface plasmon
resonance (SPR) merupakan fenomena resonansi antara gelombang cahaya dan osilasi surface plasmon. Surface
plasmon merupakan gelombang permukaan elektromagnetik terkuantisasi yang terlokalisasi pada bidang batas
(interface) antara plasma dan material dielektrik. Surface Plasmon Resonance (SPR) merupakan suatu fenomena
kuantum optik yang terjadi ketika medan elektromagnetik evanescent dihasilkan pada bidang batas antara
permukaan logam dengan medium dielektrik ketika dieksitasi oleh cahaya atau sinar datang (laser) dengan
panjang gelombang tertentu. Gelombang evanescent merupakan gelombang berdiri medan dekat yang
intensitasnya berkurang secara eksponensial dengan kenaikan jarak dari permukaan interface. Contoh aplikasi
nanopartikel tembaga antara lain untuk sensor, konversi CO2, maupun dalam proses sintesis sebagai katalis. Pada
studi ini, dilakukan sintesis dan karakterisasi nanopartikel tembaga (CuNP) dengan menggunakan metode reduksi
kimia dan deposisi elektrokimia.

2. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
− Gelas kimia 50 ml (2 buah), 100 ml (1 − PSA
buah) − Timbangan digital
− Heater dengan magnetic stirrer − Potensiostat
− Pipet 1 ml, 2 buah − Elektroda tembaga
− Sentrifuga − Elektroda Ag/AgCl
− UV-vis − Sel elektrokimia
− Elektroda spiral platina − Labu ukur 10 ml dan 50 ml
− Mikropipet
b. Bahan
− CuSO4 powder
− H2SO4 0.1 M
− Asam askorbat 0.1 M
− Aquabidest

3. PROSEDUR KERJA
a. Sintesis CuNP dengan metode reduksi kimia
1. CuSO4 ditimbang sebanyak 2 gram lalu dilarutkan dengan menambahkan aquabidest 8 ml dalam
gelas kimia.
2. Larutan CuSO4 yang telah dibuat dipanaskan pada suhu 80 oC.
3. Larutan 0.1 M asam askorbat ditambahkan sebanyak 1ml secara berturut-turut (tampak pada Tabel
1) sambil di stirrer.
4. Larutan diperhatikan supaya tidak terlalu panas/tidak sampai terbentuk uap.
5. Perubahan warna atau pembentukan yang terjadi diamati.
b. Karakterisasi CuNP dengan metode reduksi kimia
1. Setelah proses selelsai, hasil akhir sampel dibiarkan dingin pada suhu ruang.
2. Sampel yang didapatkan kemudian disentrifugasi 8000 rpm selama 10 menit.
3. Supernatan yang didapatkan kemudian dianalisa dengan UV dan PSA
c. Sintesis CuNP dengan metode deposisi elektrokimia
1. Menyiapkan larutan 0.1 M CuSO4 dan 0.1 M H2SO4
2. Memasukkan 500 mikroliter larutan CuSO4 0.1 M dan 10 ml larutan H2SO4 ke dalam sel
elektrokimia.
3. Perangkat potensiostat dipasang secara lengkap.
4. Menghidupkan PC dan membuka PS Trace (software potensiostat). Menghubungkan elektroda
karbon spiral Pt, dan elektroda Ag/AgCl ke masing-masing penguhubung yang sesuai pada
potensiostat.
5. Menggunakan teknik chronoamperometry, apply potensial sebesar -0.6 V dalam waktu 100 detik
(perlakukan sama untuk tiap jenis konsentrasi CuSO4).
6. Elektroda kerja dilepaskan dan dibiarkan hingga kering.
7. Warna dan kepekatan hasil deposisi nanopartikel diamati.
8. Arus pada chronoamperogram yang diperlukan untuk deposisi nanopartikel diamati dan
dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah nanopartikel yang terdeposisi

4. HASIL PENGAMATAN
a. Data observasi perubahan larutan pada sintesis CuNP dengan metode reduksi kimia

TABEL 1. Pengamatan perubahan saat penambahan asam askorbat


Menit ke- Vol. (ml) Pengamatan
0 1 Biru muda
2 1 Biru muda lenih gelap
4 1 Biru kehijauan
6 1 Biru kehijauan +
8 1 Biru kehijauan + dan terbentuk endapan
10 1 Biru kehijauan + dan terbentuk endapan +
b. Data Uv-Vis pada sintesis CuNP dengan metode reduksi kimia

GAMBAR 1. Spektra UV-Vis sampel setelah ditambahkan asam askorbat (A) pada range panjang
gelombang 300-900 nm (B) perbesaran pada range 500-600 nm

c. Data observasi visual pada sintesis CuNP dengan metode deposisi elektrokimia

GAMBAR 2. Plat tembaga yang telah terdeposisi CuNP menggunakan metode elektrokimia

d. Data arus pada chronoamperogram

GAMBAR 3. Grafik arus pada chronoamperogram yang diperlukan untuk pendeposisian CuNP pada
plat tembaga
5. PEMBAHASAN
Pada metode reduksi kimia, asam askorbat ditambahkan ke dalam larutan CuSO 4 per 2 menit
selama sepuluh menit. Berdasarkan data pengamatan pada Tabel 1. diketahui bahwa larutan CuSO4
yang awalnya berwarna biru muda setelah ditambahkan asam askorbat sambil diaduk dan dipanaskan
pada suhu 80oC berubah menjadi biru kehijauan dan muncul endapan yang tampak pada Gambar 4.
Diketahui warna larutan tidak berubah secara signifikan karena masih menunjukkan warna dasar biru.
Selanjutnya, sampel hasil ini dikarakterisasi menggunakan Uv-vis dan hasilnya ditunjukkan pada
Gambar 1. Dapat dilihat pada Gambar 1(A). cukup banyak noise yang teramati. Berdasarkan penelitian
yang telah ada (Ramyadevi et al., 2011 dan Rostami et al., 2021) melaporkan bahwa peak CuNP berada
pada panjang gelombang berkisar antara 500-600 nm. Namun pada Gambar 1(B) yaitu perbesaran dari
Gambar 1(A) pada rentang panjang gelombang 500-600 nm tidak tampak adanya puncak apapun.
Selanjutnya, sampel juga dikarakterisasi menggunakan PSA (data tidak ditunjukkan). Karakterisasi
PSA juga tidak menunjukkan adanya partikel yang terdispersi pada supernatan. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada praktikum dengan metode reduksi kimia yang telah dilakukan tidak
dihasilkan CuNP. Hal ini terjadi karena rendahnya konsentrasi asam askorbat yang ditambahkan dan
juga waktu reaksi yang dilakukan sebentar. Ini didukung oleh penelitian yang telah ada (J. Xiong et al.,
2011) yang menunjukkan bahwa CuNP terbentuk saat warna larutan berubah secara signifikan dari biru
menjadi hitam selama 12 jam reaksi. Selain itu dilaporkan juga bahwa semakin tinggi konsentrasi asam
askorbat maka semakin efektif kapasitas capping dari asam askorbat dan semakin kecil ukuran CuNP
yang dihasilkan.
Noise dan endapan hitam yang dihasilkan kemungkinan terjadi karena adanya impurities pada
proses sintesis misalnya karena reaksi dilakukan di ruangan terbuka oksigen dapat saja bereaksi
menghasilkan tembaga oksida dimana berdasarkan referensi (Rostami et al., 2021 dan Tarasenka et al.,
2021) spektra absorbsi UV dari copper oxide berada di rentang 200-350 nm. Selain itu berdasarkan
peaks yang terlihat pada Gambar 1(A). pada rentang sekitar 300 nm kemungkinan merupakan peak
asam askorbat yang teroksidasi (J. Xiong et al., 2011). Reaksi oksidasi asam askorbat yang terjadi disini
yaitu C6H8O6 menjadi C6H6O6 dan 2H+ dan 2e-.
Selanjutnya, pada praktikum ini, CuNP berhasil disintesis menggunakan metode deposisi
elektrokimia pada plat tembaga dimana hasil pendeposisiannya terlihat pada Gambar 2. Dapat dilihat
warna CuNP yang dihasilkan merah kegelapan dan sedikit pekat. Warna yang gelap ini disebabkan
oleh pengotor yang ada pada plat. Hal ini karena sebelumnya plat tidak di poles, sonikasi, dan
dibersihkan dengan pelarut organik. Dapat diketahui bahwa partikelnya telah teraglomerasi karena
larutan prekursor CuSO4 yang diberikan sangat banyak oleh karena itu partikelnya dapat teramati pada
plat ataupun pada sel elektrokimia (partikel yang terlepas) dimana ukurannya sekitar 50-100 nm. Pada
metode ini plat tembaga berperan sebagai elektroda kerja yang bertindak sebagai katoda dimana disini
terjadi reaksi reduksi ion logam Cu oleh elektron-elektron yang berasal dari sumber arus. Sedangkan
spiral Pt berperan sebagai elektroda pembantu yang bertindak sebagai anoda. Platina merupakan
elektroda inert sehingga tidak ikut bereaksi. Oleh karena itu, reaksi yang terjadi disini adalah reaksi
oksidasi air. Reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda adalah:
Katoda : Cu2+ (aq) + 2e- → Cu0 (s)
Anoda : 2H2O (l) = 4H+ (aq) + O2 (g) + 4e-

TABEL 2. Perhitungan jumlah Cu yang terdeposisi


mass of Cu on active mass of Cu mass of Cu
Charge/C n (e-) n Cu electrode (gram) (gram/cm2) (ngram/cm2)
1.6 1.658 x 10-5 8.29 x 10-6 5.264 x 10-4 2.319 x 10-4 2.319 x 105

Selain itu, data yang didapatkan pada metode ini merupakan data waktu vs. arus seperti yang terlihat
pada Gambar 3. Dapat dilihat bahwa grafik yang dihasilkan tidak smooth karena terdapat cukup banyak
noise. Kemungkinan penyebabnya adalah ketidakstabilan pada listrik akibat adanya getaran yang
mengenai alat pada saat proses sintesis berlangsung. Hal ini karena prosedur dilakukan di ruangan
terbuka bukan ruangan khusus (Faraday cage). Dari data ini dihitung luas area dibawah grafik sebagai
fungsi integral antara arus dan waktu untuk mendapatkan jumlah muatan yang dibutuhkan untuk
pendeposisian CuNP dari prekursor pada plat tembaga. Nilai arus yang dibutuhkan untuk pendeposisian
CuNP pada eksperimen ini adalah 1.6 coulomb. Jumlah muatan ini digunakan untuk menghitung
jumlah CuNP yang terdeposisi pada elektroda kerja seperti yang tampak pada Tabel 2. Setelah
dilakukan perhitungan, didapatkan jumlah CuNP yang terdeposisi menggunakan larutan prekursor 0.1
M sebanyak 500 mikroliter adalah 2.319 x 10 -4 gram/cm2. Semakin tinggi arus yang diberikan maka
akan semakin cepat nukleasi NP yang terjadi atau laju deposisinya semakin cepat dan semkain banyak
nucleation site yang terbentuk (Zhou et al., 2004). Jika ini diterapkan dengan waktu yang lama dan
dengan kuantitas dan konsentrasi prekursor yang besar maka CuNP akan mudah teraglomerasi.

6. KESIMPULAN
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode sintesis reduksi kimia
larutan CuSO4 menggunakan asam askorbat tidak menghasilkan CuNP. Kesimpulan ini diperkuat oleh
hasil karakterisasi menggunakan UV-Vis yang menunjukkan ketidakmunculan puncak khas CuNP.
Sebaliknya, CuNP berhasil disintesis melalui metode deposisi elektrokimia, di mana jumlah CuNP
yang terbentuk didasarkan pada muatan yang diperlukan untuk mendeposisikan CuNP pada elektroda
berbahan dasar plat tembaga, yakni sebesar 2.319 x 10-4 gram/cm2.

LAMPIRAN

A B

GAMBAR 4. Visual dari larutan CuSO4 (A) sebelum ditambahkan asam askorbat (B) setelah
penambahan asam askorbat pada menit ke-10

DAFTAR PUSTAKA
Aguilar, M. S., Esparza, R., & Rosas, G. (2019). Synthesis of Cu nanoparticles by chemical reduction
method. Transactions of Nonferrous Metals Society of China, 29(7), 1510–
1515. doi:10.1016/s1003-6326(19)65058-2
Baer, D. R., Engelhard, M. H., Johnson, G. E., Laskin, J., Lai, J., Mueller, K., … Moon, D. (2013). Surface
characterization of nanomaterials and nanoparticles: Important needs and challenging
opportunities. Journal of Vacuum Science & Technology A: Vacuum, Surface and Films, 31(5),
050820. doi:10.1116/1.4818423.
Ramyadevi, J., Jeyasubramanian, K., Marikani, A., Rajakumar, G., Rahuman, A. A., Santhoshkumar, T.,
… Marimuthu, S. (2011). Copper nanoparticles synthesized by polyol process used to control
hematophagous parasites. Parasitology Research, 109(5), 1403–1415. doi:10.1007/s00436-011-
2387-3
Rostami-Tapeh-Esmaeil, E., Golshan, M., Salami-Kalajahi, M., & Roghani-Mamaqani, H. (2021).
Synthesis of copper and copper oxide nanoparticles with different morphologies using aniline as
reducing agent. Solid State Communications, 334-335, 114364. doi:10.1016/j.ssc.2021.114364
Tarasenka, N., Shustava, E., Butsen, A., Kuchmizhak, A. A., Pashayan, S., Kulinich, S. A., & Tarasenko,
N. (2021). Laser-assisted fabrication and modification of copper and zinc oxide nanostructures in
liquids for photovoltaic applications. Applied Surface Science, 554, 149570.
doi:10.1016/j.apsusc.2021.149570
Tim Penulis Modul Praktikum Nanoteknologi. (2022). Modul CuNP Deposisi Elektrokimia. Surabaya:
Airlangga University.
Tim Penulis Modul Praktikum Nanoteknologi. (2022). Modul CuNP Reduksi Kimia. Surabaya: Airlangga
University.
Xiong, J., Wang, Y., Xue, Q., & Wu, X. (2011). Synthesis of highly stable dispersions of nanosized copper
particles using l-ascorbic acid. Green Chemistry, 13(4), 900. doi:10.1039/c0gc00772b
Zhou, X. J., Harmer, A. J., Heinig, N. F., & Leung, K. T. (2004). Parametric Study on Electrochemical
Deposition of Copper Nanoparticles on an Ultrathin Polypyrrole Film Deposited on a Gold Film
Electrode. Langmuir, 20(12), 5109–5113. doi:10.1021/la0497301

Anda mungkin juga menyukai