Anda di halaman 1dari 10

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

61

Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis


Riyanto Jurusan Ilmu Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta Abstract

Production of acetic acid from ethanol by electrolysis (electrosynthesis) in alkaline medium has been carried out using Ni, Cu and Pt electrodes. The electrochemical behaviour study by cyclic voltammetry (CV) at Ni, Cu and Pt electrodes in electrolyte alkaline also had been done. In this work we investigate the effects of electrod, electrolysis time and electrolyte concentration on the yields of acetic acid and other product. Electrooxidation of 0.25 M ethanol in KOH (24 mL) done with Chronocoulometry (CC) at potential 1.050 V. From CC data shows that the oxidation potential of ethanol in KOH at 600 mV. From HPLC data, Cu electrod at concentration of KOH low (0.1 M) more effective to yield acetic acid compared to Ni electrod, Ni electrod betters to yield acetic acid at concentration of KOH 1.0 M. Product electrooxidation of ethanol besides acetic acid is acetaldehyde and athyl acetate. Key-words: Ethanol, Acetic Acid, Electrolysis
Latar Belakang Asam asetat yaitu suatu komoditas industri kimia yang sangat penting, dengan suatu permintaan dunia sekitar 6 juta ton setiap tahun dan banyak penggunaan dalam bidang industri. Sekitar 3.2 x 109 kilogram asam asetat telah dihasilkan oleh Amerika Serikat pada 1999 (Thomas dan Fink, 2003). Penggunaan yang utama bahan kimia ini yaitu dalam industri ester asetik. Ester asetik dibentuk dengan reaksi antara asam asetat dengan suatu unsur yang mengandung gugus OH, yang ditemukan pada kapas dan kayu. Ester asetik suatu material polimer yang berisi berbagai kelompok hidroksida. Ester asetik bereaksi dengan asam asetat menghasilkan selulosa asetat yaitu bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan film dan tekstil. Beberapa film fotografis dibuat dari selulosa asetat, dan rayon dibuat dari polimer selulosa asetik. Vinil asetat atau ester asam asetat, digunakan untuk polimerisasi membentuk polivinil asetik, yang mana digunakan sebagai bahan dasar cair cat dan lem untuk kertas dan kayu. Asam asetat juga digunakan sebagai fungisida dan sebagai bahan pelarut untuk banyak campuran organik. Asam asetat juga digunakan sebagai bahan-bahan farmasi dan pembuatan asetik anhidrida. Aspirin dibentuk dari reaksi antara asam asetat dan asid salisilat. Menurut Wittcoff dan Reibeun (1996) cara yang paling populer dalam pembuatan asam asetat adalah melalui karbonilasi metanol. Dalam proses ini metanol dan karbon monoksida bereaksi membentuk asam asetat menurut persamaan reaksi

ISSN: 1410-2315

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

62
sebagai berikut:

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

CH3OH + CO ---> CH3COOH Karena metanol dan karbon monoksida adalah bahan baku yang mempunyai komoditas tinggi, metanol karbonilasi memerlukan waktu yang panjang untuk menjadi metode yang baku untuk memproduksi asam asetat. Proses ini dipatenkan pada tahun 1920. Proses ini dipakai sampai sekarang dengan pengembangan beberapa katalis. Proses Monsanto masih digunakan sampai sekarang untuk menghasilkan asam asetat dari metanol. Proses Monsanto dapat dikatakan sintesis asam asetat dari metanol dengan menggunakan reaksi kimia biasa atau sintesis organik secara konvensional. Proses ini mempunyai banyak kelemahan, seperti penggunaan oksidator, pengeluaran proses untuk suhu dan tekanan, bahan buangan berbahaya dan pemisahan hasil yang rumit, karena itu untuk mengatasi beberapa kelemahan tersebut diusulkan proses menghasilkan asam asetat dengan cara elektrokimia atau lebih banyak dikenal dengan nama elektrosintesis. Proses elektrosintesis memiliki keuntungan yaitu cakupan yang sangat luas untuk memungkinkan terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi. Keuntungan yang lain yaitu lebih sedikit kebutuhan tenaga, lebih sedikit menghasilkan limbah berbahaya, penghapusan atau meminimalkan pengotor, penyederhanaan proses sedemikian sehingga reaksi kimia berlangsung lebih sederhana, penggunaan bahan dasar lebih murah, kemurnian hasil sangat tinggi, peningkatan keuntungan dan pengurangan pengeluaran (Weinberg, 2002). Metoda elektrosintesis tidak memerlukan oksidator dan juga katalis sebab elektroda dapat berfungsi sebagai tempat oksidasi/reduksi dan pada masa yang sama dapat berfungsi sebagai katalis. Conway (1986), mengemukakan bahwa senyawa organik banyak yang dapat mengalami reaksi melalui mekanisme perpindahan muatan di permukaan elektroda material padat. Logam dan oksidanya mempunyai sifat alami katalitis aktif, perihal ini reaksi organik berlangsung lebih efisien melalui reaksi molekular biasa dan elektroda juga menunjukkan perilaku katalitis. Oksidasi elektrokimia atau elektrooksidasi etanol dengan target hasil asam asetat akan dilakukan dalam penelitian ini, dan hasilnya diharapkan dapat mengatasi kelemahan proses Monsanto. Dalam penelitian ini akan dilakukan variasi elektroda (Pt, Ni dan Cu) yang sangat berpengaruh pada elektrooksidasi etanol menjadi asam asetat. Etanol dijadikan pilihan bahan baku karena etanol mudah diperoleh dan harganya lebih murah. Reaksi dari penelitian ini dapat diringkas sebagai berikut: elektrosintesis C 2H5OH ---> CH3COOH Eksperimental Peralatan penelitian Dalam kajian ini peralatan elektrolisis yang digunakan yaitu Voltalab system with VM 40 yang dikeluarkan oleh Radiometer Analtical S.A, United Kingdom. Alat ini dilengkapi dengan sebuah program yang telah disertakan oleh pihak Radiochemistry yang dikenali dengan Volta Master 4 Window. HPLC (High Performance Liquid Chromatography), kolom C18 AB. Diode array detektor pada panjang gelombang 210 nm. Kecepatan laju alir 1.0 mL min -1. Sampel dianalisis setelah dinetralkan dengan H2SO4 0.5 M. Sampel dinjeksikan sebanyak 40 L.

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

ISSN: 1410-2315

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

63

Bahan-bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini tergolong analytical grade seperti elektroda Ni, Cu dan Pt kemurnian 99.99% keluaran systerm certificate, dan KOH, ethanol, H2SO4 dan acetonitril khusus HPLC produk dari Merck. Gas nitrogen yang digunakan untuk mengusir oksigen diproduksi oleh PGN Malaysia. Cara kerja Sebelum memulai elektrolisis, larutan elektrolit KOH 0.1 M sebanyak 4 mL dimasukkan ke dalam sel dengan ditambahkan larutan 0.25 M etanol 20 mL sehingga total volume 24 mL. Kemudian dimasukkan elektroda kerja (anoda), elektroda rujukan (SCE) dan counter elektroda (katoda) ke dalam lubang-lubang yang terdapat pada penutup sel. Kemudian gas nitrogen dialirkan selama 10 menit. Selepas memastikan semua elektroda terpasang, hidupkan sel elektrolisis dan biarkan arus mengalir selama waktu yang diinginkan dengan potensial konstan. Selepas proses elektrolisis selesai dijalankan larutan dalam sel dianalisis dengan HPLC. Hasil dan diskusi Cyclic Voltammetry Elektroda Cu

C u rre n t d e n s it y [ m A /c m ]

20

15

10

a b c d e f

-5

-8 0 0

-6 0 0

-4 0 0

-2 0 0

200

400

600

800

P o te n tia l [m V ]

Gambar 1. Cyclic Voltammetry dengan elektroda Cu dalam 0.25 M etanol 20 mL + NaOH 5 mL: a) 5 M b) 4 M c) 3 M d) 2 M e) 1 M dan f) 0.5 M. Scan rate 10 mV/Sec Pada gambar 1 di atas terlihat cyclic voltammetry (CV) dengan elektroda kerja Cu, katoda Pt (plat) dan larutan yang dielektrolisis etanol dan NaOH. Puncak-puncak pada daerah -200 sampai 0 mV menandakan adanya oksidasi dari elektroda Cu menjadi Cu(I) dan Cu(II). Puncak yang tertinggi dengan current density hampir 20 mA/cm2 menandakan puncak dari oksidasi Cu menjadi Cu(II) dengan terbentuknya senyawa Cu(OH)2 yang berwarna merah kehitaman di permukaan elektroda Cu. Senyawa ini terlihat jelas jika dilakukan elektrolisis pada potensial tetap selama waktu tertentu. Senyawa ini lebih dikenal dengan bunga karang atau spongy. Pada potensial 600 mV merupakan oksidasi dari etanol. Perilaku dari permukaan Cu dan

ISSN: 1410-2315

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

64

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

larutan etanol dapat diamati sangat jelas pada konsentrasi NaOH yang tinggi, jika konsentrasi NaOH di bawah 0,5 M tidak terlihat puncak dengan jelas. Hal ini disebabkan karena OH - sangat penting untuk membantu proses oksidasi. Pada gambar 2 dapat dilihat perbedaan antara elektrolisis KOH saja dengan elektrolisis campuran etanol dengan KOH. Pada gambar 2b elektrolisis KOH saja terlihat tidak ada puncak pada daerah di atas 600 mV, sedangkan pada gambar 2a terlihat adanya puncak pada potensial 600 mV. Pada potensial di atas 600 mV dapat disimpulkan sebagai daerah potensial untuk oksidasi etanol.
C u r r e n t d e n s it y [ m A / c m ]
16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -8 0 0 -6 0 0 -4 0 0 -2 0 0 0 200 400 600 800

P o te n tia l [m V ]

Gambar 2. Cyclic Voltammetry dengan elektroda Cu dalam a) 0.25 M etanol 20 mL + 4.0 M NaOH 5 mL and b) 4.0 M NaOH 5 mL + 20 mL aquadest (tanpa etanol). Scan rate 10 mV/Sec
C u r r e n t d e n s it y [ m A / c m ]
20

a
15

10

b
5

-5 -8 0 0 -60 0 -4 0 0 -2 0 0 0 200 400 600 800

P o te n tia l [m V ]

Gambar 3. Cyclic Voltammetry dengan elektroda Cu dalam a) 0.25 M etanol 20 mL + 5.0 M KOH 4 mL and b) 5.0 M KOH 4 mL + 20 mL aquadest (tanpa etanol). Scan rate 10 mV/Sec

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

ISSN: 1410-2315

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

65

Pada gambar 3 terlihat tidak ada perbedaan bentuk voltammogram antara elektrolit KOH dan NaOH, karena yang berperan dalam elektrolisis adalah anion OH -. Secara umum puncak anoda berhubungan dengan terbentuknya hidroksida atau oksida film pada Cu(I), CuOH dan Cu 2O. Oksidasi lebih lanjut logam Cu pada potensial yang lebih positif antaranya bentuk oksida atau hidroksida Cu(II), CuO, Cu(OH)2. Potensial standar (Eq) pada Cu oksida berbentuk CuO adalah 0.46 V (vs. SHE) dan ianya diusulkan lapisan Cu oksida, secara umum struktur rangkap menyusun bagian dalam lapisan Cu 2O yang diikuti oleh CuO dan kemudian lapisan Cu(OH)2, tergantung pada potensial elektroda. Bagaimanapun kombinasi CV dan pengukuran FTIR oleh Belgsir et. al (1991) dilaporkan dalam KOH pH 12 Cu(OH) 2 spesies yang stabil dibentuk setelah terbentuknya lapisan Cu 2O. Sesungguhnya pengarang mengusulkan Cu(OH)2 adalah film yang tumbuh secara terus menerus pada intermediate lapisan Cu2O. Meskipun demikian dalam studi ini menyampaikan, permukaan Cu menjadi passivated dalam hidrogen karbonat (pH 9.2) oleh CuO layer. Cu 2O + 2OH- 2CuO + H2O + 2e Cyclic Voltammetry Elektroda Ni

C u r r e n t d e n s it y [m A / c m ]

70 60 50 40 30 20 10 0 -1 0 -2 0 -8 0 0 -6 0 0 -4 0 0 -2 0 0 0 200 400 600 800

P o te n tia l [m V ]

Gambar 4. Cyclic Voltammetry dengan elektroda Ni dalam a) 0.25 M etanol 20 mL + 5.0 M KOH 4 mL and b) 5.0 M KOH 4 mL + 20 mL aquadest (tanpa etanol). Scan rate 10 mV/Sec Pada gambar 4b terlihat CV larutan tanpa etanol, sehingga puncak pada potensial 400 mV diperkirakan puncak dari oksidasi Ni menjadi Ni 2+. Puncak ke bawah pada potensial 200 mV merupakan puncak reduksi yaitu Ni2+ menjadi Ni. Terbentuknya Ni2+ dapat dilihat dari senyawa yang ada di permukaan elektroda yang berwarna kehijauan, seperti bunga karang atau spongy. Warna kehijauan terbentuk dari senyawa Ni(OH)2. Gambar 4a terlihat puncak oksidasi mengalami pergeseran ke arah potensial yang lebih besar. Potensial 600 mV merupakan potensial dari oksidasi etanol dan Ni. Ni(OH) 2 merupakan senyawa terbentuk di permukaan elektroda selama elektrolisis. Senyawa ini tidak menyebabkan elektroda menjadi tidak aktif tetapi sebaliknya Ni(OH)2

ISSN: 1410-2315

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

66

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

dapat berperan sebagai katalis dalam oksidasi etanol. Reaksi katalisis Ni(OH) 2 dapat dilihat pada reaksi sebagai berikut: Ni(OH)2 + OH- ----> NiOOH + H 2O +e NiOOH + R-CH 2OHads ----> Ni(OH)2 + R-CH-OH
C u r r e n t d e n s i ty [ A / c m ]
700 600 500 400 300 200 100 0 -1 0 0 -2 0 0 -3 0 0 -8 0 0 -6 0 0 -4 0 0 -2 0 0 0 200 400 600 800 1000

P o t e n t ia l [m V ]

Gambar 5. Cyclic Voltammetry dengan elektroda Pt (plat) dalam a) 0.25 M etanol 20 mL + 0.1 M KOH 4 mL and b) 0.1 M KOH 4 mL + 20 mL aquadest (tanpa etanol). Scan rate 10 mV/Sec. R-CH-OH R-CH 2OH + 5OH R-CO2- (R = -CH3) R-CO2R-CO2- + 4H 2O + 4e-

bereaksi dengan H+ membentuk asam asetat, menurut reaksi berikut: CH3-CO 2- + H + CH3COOH

CV dengan elektroda Pt (gambar 5) terlihat adanya puncak pada potensial negatif yaitu -200 sampai -400 mV. Puncak pada daerah ini diprediksi puncak oksidasi dan reduksi OH- . Pada gambar 5a potensial 800 mV dengan adanya etanol merupakan daerah oksidasi etanol. Puncak ini tidak terdapat pada gambar 5b (tanpa etanol). Elektroda Pt merupakan elektroda inert sehingga Pt tidak memberikan respon pada daerah potensial positif. Data CV pada masing-masing elektroda untuk oksidasi etanol diperlukan potensial di atas 600 mV. Pada elektrolisis sebenarnya dapat dilakukan pada potensial tetap yang diperoleh dari potensial 600-800 + overpotensial (overvoltage) , hal ini didasarkan pada persamaan yang dikemukan oleh Rieger (1993) yaitu: E= E e+m, dengan E adalah potensial yang diterapkan, Ee setara dengan E standar dan adalah overpotensial atau overvoltage.

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

ISSN: 1410-2315

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

67

Hasil elektrolisis etanol Tabel 1. Hasil asam asetat yang diperoleh dari analisis dengan HPLC elektrolisis pada E = 1050 mV, 0.25 M C2H 5OH 20 mL, 0,1 M KOH 4 mL, waktu elektrolisis 8 jam pada temperatur ruang. Luas elektroda 1.0 cm2
Konsentrasi Acetic acid (M) 1.062. 10 -2 4.278. 10 -3 3.701. 10 -3 Energy Consumption kWh ton -1 14.34 7.12 102.87

No. 1 2 3

Elektroda (anode) Cu Pt Ni

% Yield 4.25 1.71 1.48

% Selectivity 19.09 100.00 13.31

CE % 170.81 344.02 23.81

Pada tabel 1 di atas terlihat elektrolisis yang dilakukan pada konsentrasi KOH yang rendah elektroda Cu lebih baik dari pada elektroda Pt dan Ni. Elektroda Pt tidak mempunyai produk samping tetapi hasilnya sangat rendah. CE yang tinggi pada elektroda Pt disebabkan elektroda Pt bersifat inert, sehingga seluruh arus digunakan untuk elektrolisis etanol. Tabel 2. Hasil asam asetat yang diperoleh dari analisis dengan HPLC elektrolisis pada E = 1050 mV, 0.25 M C2H5OH 20 mL, waktu elektrolisis 2 jam, pada temperatur ruang. Luas elektroda 1.0 cm 2
Elektroda (anode) Ni Ni Ni Ni Konsentrasi dan Volume KOH 0.10 M 4 mL 0.50 M 4 mL 1.00 M 4 mL 2.00 M 4 mL Konsentrasi Acetic acid (M) 1.289. 10-4 2.749. 10-3 3.249. 10-3 2.231. 10-3 % Yield 0.05 1.09 1.29 0.89 % Selecti vity 3.45 4.49 12.26 6.79 CE % 8.91 9.94 10.72 11.34 Energy Consumpti-on kWhton -1 274.90 246.42 228.49 215.99

No 1 2 3 4

Pada tabel 2 terlihat data hasil elektrolisis yang dilakukan dengan variasi elektrolit. Elektroda Ni cukup baik dilakukan pada konsentrasi yang tinggi yaitu 1.00 M. Konsentrasi ini sangat baik karena untuk elektrolisis etanol diperlukan kondisi basa sehingga terbentuk Ni(OH)2 sebagai intermediate. Persentase selectivity paling tinggi didapatkan pada KOH 1.00 M karena pada kondisi ini terbentuk produk samping paling banyak yaitu asetaldehida dan etilasetat. Pada tabel 3 terlihat semakin lama waktu elektrolisis, semakin banyak % yield yang diperoleh. Persentase selectivity juga semakin meningkat karena asetaldehid sebagai intermediate juga mulai berubah menjadi asam asetat. Mekanisme reaksi dapat diperkirakan sebagai berikut:

ISSN: 1410-2315

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

68

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

Tabel 3. Hasil asam asetat yang diperoleh dari analisis dengan HPLC elektrolisis pada E = 1050 mV, 0.25 M C2H 5OH 20 mL, 1,0 M KOH 4 mL, pada temperatur ruang. Luas elektroda 1.0 cm 2
No 1 2 3 4 Elektroda (anode) Ni Ni Ni Ni Waktu elektro lisis 8 jam 6 jam 3 jam 2 jam Konsentrasi Acetic acid (M) 1.887. 10 -1 7.705. 10 -2 6.580. 10 -3 3.249. 10 -3 % Yield 75.48 30.82 2.63 1.29 % Selectivity 78.39 62.56 15.52 12.26 CE % 97.99 91.79 16.93 10.72 Energy Consumption kWh ton-1 24.99 26.68 144.67 228.49

Tabel 4. Hasil asam asetat yang diperoleh dari analisis dengan HPLC elektrolisis pada E = 1050 mV, 0.25 M C2H5OH 20 mL, waktu elektrolisis 2 jam, pada temperatur ruang. Luas elektroda 1.0 cm 2
Elektroda (anode) Cu Cu Cu Cu Konsentrasi dan Volume KOH 0.10 M 4 mL 0.50 M 4 mL 1.00 M 4 mL 2.00 M 4 mL Konsentrasi Acetic acid (M) 1.143. 10 -3 5.273. 10 -4 4.199. 10 -4 0.327. 10 -4 % Yield 0.45 0.21 0.16 0.01 % Selecti vity 14.45 16.43 12.98 6.78 CE % Energy Consumption kWh ton-1 31.18 53.52 42.33 109.02

No 1 2 3 4

78.56 45.76 57.87 22.43

Tabel 5. Hasil asam asetat yang diperoleh dari analisis dengan HPLC elektrolisis pada E = 1050 mV, 0.25 M C2H 5OH 20 mL, 0.1 M KOH 4 mL, pada temperatur ruang. Luas elektroda 1.0 cm 2
Elektroda (anode) Cu Cu Cu Cu Waktu elektro lisis 8 jam 6 jam 3 jam 2 jam Konsentrasi Acetic acid (M) 1.062. 10-2 8.133. 10-3 4.261. 10-3 1.143. 10-3 % Yield 4.25 3.25 1.70 0.45 % Selectivity 19.09 14.49 12.25 14.45 Energy Consumption kWh ton-1 14.34 71.06 109.64 31.18

No 1 2 3 4

CE % 170.81 34.47 22.34 78.56

Pada tabel 4 dan 5 terlihat elektroda Cu sangat cocok jika menggunakan elektrolit pada konsentrasi rendah, karena jika elektrolisis dengan elektroda Cu dilakukan dengan elektrolit konsentrasi tinggi, elektroda Cu akan mudah teroksidasi. Hal ini dapat dilihat pada terlapisinya elektroda Pt di katoda sehingga berubah menjadi kuning. Pt sebagai tempat reduksi, sehingga Cu2+ hasil oksidasi di anoda akan tereduksi di katoda. Semakin rendah konsentrasi KOH elektroda Cu semakin baik, tetapi terbentuk spongy di permukaan Cu sebagai bukti terbentuknya senyawa Cu(OH) 2 di anoda (working electrod) sangat mengganggu proses ini. Persentase

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

ISSN: 1410-2315

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

69

selectivity yang rendah karena elektroda Cu menghasilkan hasil samping yang besar seperti asetaldehida dan etil asetat. Terbentuknya produk-produk ini sangat tergantung pada komposisi permukaan elektroda. Menurut Iwasita (2003) perbedaan hasil produk oksidasi tergantung pada konsentrasi etanol, temperature, kekasaran elektroda dan waktu elektrolisis. Reaksi terbentuknya asam asetat dan etil asetat dapat diperkirakan sebagai berikut: CH3CH2OH + H2O CH 3COOH + 4H+ + 4eCH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O Iwasita et al. (1989) produk elektrooksidasi etanol adalah CO2, CH3CHO dan CH3COOH. Chang et al. (1990) terbentuknya asetaldehida menurut reaksi sebagai berikut: CH3CH2OH 2e- -2H + CH3CHO CH3CH2OH 4e- -4H + + H 2O CH 3COOH Menurut Pereira et al. (2004) asetaldehid merupakan intermediate untuk terbentuknya asam asetat: Ethanol Acetaldehyde Acetic acid (13) Hasil elektrolisis yang masih rendah ini disebabkan karena elektroda padat sangat terbatas permukaan elektrokatalitik aktif dan proses oksidasi etanol hanya terjadi permukaan elektroda saja. Untuk meningkatkan hasil oksidasi etanol bisa dilakukan dengan desain elektroda yang terbuat dari serbuk atau penempelan katalis di permukaan elektroda padat atau berpori. Simpulan Potensial oksidasi etanol dengan elektrolit KOH dan elektroda Pt, Cu dan Ni adalah 600 mV. Perlakuan elektrolisis yang sebenarnya harus ditambah overvoltage sehingga potential yang diterapkan sekitar 1050 mV. Banyaknya asam asetat yang diperoleh dari hasil elektrooksidasi etanol masih sangat rendah. Elektroda Cu baik digunakan untuk elektrolisis etanol pada KOH rendah (0.1 M) dan elektroda Ni baik digunakan pada KOH tinggi (1.0 M). Semakin besar asam asetat yang dihasilkan semakin kecil konsumsi energinya. Data selectivity dari hasil penelitian masih sangat rendah, sehingga belum layak dilakukan untuk skala industri. Pustaka Acuan Belgsir, E.M., Bouhier, E., Yei, H.E., Kokoh, K.B., Beden, B., Huser, H., Leger, J.M. & Lamy, C. 1991. Electrosynthesis in aqueous medium: A kinetic study of the electrocatalytic oxidation of oxygenated organik molecules. Electrochim. Acta. 36: 1157-1164. Chang, S.C, Leung, L.W.H. and Weaver, M.J. 1990. Metal crystallinity effects in electrocatalysis as probed by real time FTIR spectroscopy: Electrooxidation of formic acid, metanol and etanol on ordered Low index platinum surfaces. J. Phys. Chem. 94. 6013-6021. Conway,B.E. 1986. Same aspects of anodaic oxidation of organik compounds. Rev. Pure. Appl. Chem. 18:105-124.

ISSN: 1410-2315

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

70

Riyanto, Produksi Asam Asetat Dari Etanol Dengan Cara Elektrolisis

Iwasita, I. Rasch, B. Catteneo, E, and Vielstich, W. 1989. A snifters study of etanol oxidation on platinum. Electrochemica Acta. 34.1073-1079. Iwasita, I. 2003. Electrocatalysis. Vol. 2. Brazil. John Wiley and Sons. Pereira, M.G. Jimenez, M.D. Elizalde, M.P. Robledo, A.M. and Vante, N.A. 2004. Study of the electrooxidation of etanol on hydrophobic elektrodas by DEMS and HPLC. Electrochim. Acta. 49:3917-3925 Rieger, P.H. 1993. Electrochemistry. Second Edition. Chapman and Hall. New York. Thomas, C.H. and Fink, G.S. 2003. Ligand effects in rhodium-catalyzed carbonylation of metanol. Coordination Chem. Rev . 243:125-142. Weinberg, N.L. 2002. Industrial organik electrosynthesis with some advice on approaches to scaleup. Electrochemistry encyclopedia. New York. Wittcoff, H.A. Reubeun, B.G. 1996. Industrial organik chemical. New York. A-wiley intersciences publication.

LOGIKA, Vol. 3, No. 2, Juli 2006

ISSN: 1410-2315

Anda mungkin juga menyukai