Anda di halaman 1dari 5

SEL BAHAN BAKAR BERBASIS H2O2 BERKINERJA TINGGI UNTUK APLIKASI BEBAS UDARA

1. Pendahuluan
Berkurangnya sumber daya alam dan krisis energi tetap menjadi hal yang krusial saat ini. Maka
diperlukan alternatif lain untuk mengurangi penggunaan energi tak terbarukan, salah satunya adalah bahan bakar
fosil. Peneliti dan ilmuwan sudah menemukan teknologi sel bahan bakar sebagai pilihan konversi energi yang
efisien dan ramah lingkungan karena mengubah energi kimia yang tersedia dalam bahan bakar langsung
menjadi energi listrik. Yaitu e-fuel, Penggunaan e-fuel yang dapat menghilangkan bahan katalis di anoda,
sehingga mengurangi biaya fabrikasi sel, maka e-fuel ini memiliki dapat berjangka panjang dalam aplikasi sel
bahan bakar. Umumnya, oksidan diperlukan di katoda sel bahan bakar. Sebagai alternatif dan oksidan yang
realistis, H2O2 (hydrogen peroksida) telah terbukti dapat diterapkan dalam sel bahan bakar pada sistem
independen udara dan aplikasi untuk daya tinggi. Terdapat beberapa keuntungan dalam penggunaan hidrogen
peroksida, diantaranya adalah,
1) meningkatkan tegangan teoritis sel bahan bakar
2) menawarkan kehilangan aktivasi reaksi reduksi yang rendah karena dua hal. -transfer electron
3) menghindari masalah banjir air dan menyederhanakan pembuangan panas sebagai akibat dari fase cair
intrinsiknya,
4) menawarkan kepadatan arus yang lebih tinggi karena kepadatan massanya yang lebih tinggi
dibandingkan dengan gas, dan sehingga meningkatkan kinerja sel bahan bakar
5) oksidan dalam pengoperasian sel bahan bakar.
Reaksi reduksi hidrogen peroksida dapat terjadi dalam media asam dan basa, namun reaksi lebih stabil
pada media asam dikarenakan potensialnya lebih tinggi (1.78v) dan juga meningkatkan reduksi elektrokimia.
Sedangkan basa memiliki potensial sebesar (0.87v) dan menjadikan kurang stabil yang mengakibatkan laju
dekomposisi yang tinggi. pengoperasian serta kinerja sel bahan bakar elektronik berbasis H 2O2 yang kompak,
karena menggabungkan reaktan yang seluruhnya berair (di anoda) dan H2O2 yang diasamkan dengan asam sulfat
(di katoda). Dengan prinsip pengoperasian sebagai berikut,
Di anoda, e-fuel dioksidasi sebagai berikut :
V2+→V3+ + e− Ea = − 0.26 V vs. SHE
Di katoda, reaksi reduksi hidrogen peroksida adalah sebagai berikut
H2O2 + 2H+ + 2e− →H2O2 Ec = 1.78 V vs. SHE
Reaksi keseluruhan sel bahan bakar elektronik/hidrogen peroksida adalah:
2V2+ + H2O2 + 2H+→2V3+ + H2O2 E0 = 2.04 V
sel bahan bakar peroksida menghasilkan kepadatan daya puncak sebesar 1456,0 mW cm -2 60 ◦C, yang
70% lebih tinggi dibandingkan penggunaan oksigen (857,0 mW cm2-, dan juga menunjukkan kepadatan arus
maksimum melebihi 3000 mA. Performa yang sangat mengesankan tidak hanya mengungguli sel bahan bakar
elektronik yang menerima oksigen sebagai oksidan, namun juga melampaui banyak sel bahan bakar cair
langsung biasa yang oksidannya adalah H2O2. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan kemampuan sel bahan bakar
e-fuel/hidrogen peroksida ini sebagai sistem pembangkit listrik yang menjanjikan. di lingkungan kedap udara
dan berdaya tinggi

2. Detail eksperimen
2.1. Perakitan elektroda membran
elektroda kempa grafit bebas katalis berukuran 4,0 cm2 dan diolah dengan pemanasan selama 5 jam di
udara dengan suhu 500 ÿC digunakan sebagai anoda. Membran Nafion yang telah diolah dengan ukuran 9,0
cm2 digunakan untuk percobaan, Kertas karbon berlapis Pt/C berukuran 0,50 mg cm2- yang direduksi digunakan
sebagai katoda. Kemudian ketiga bahan tersebut dirakit sehingga membran Nafion ditempatkan dengan benar di
antara anoda dan katoda untuk mencapai perakitan elektroda membran.

2.2. Persiapan elektrolit


Anolit atau dikenal e-fuel, merupakan bahan bakar anoda yang dibuat dari serbuk VOSO4 dilarutkan
dalam H2SO4 kemudian dilakukan proses pengisian dalam sel aliran klasik. Kemudian katolit atau disebut
sebagai oksidan, yang merupakan larutan berair dibuat dengan mencampurkan larutan H 2SO4 dengan H2O2.
Kemudian 40.0 ml anolit dan katolit dimasukkan ke dalam tangki terpisah untuk disimpan dan siap untuk
pengoperasian sel.

2.3. Pengaturan dan instrumen sel bahan bakar


Pompa peristaltik ditempatkan di setiap sisi sel untuk mengedarkan elektrolit melalui sel. Perangkat
pengontrol suhu (Anthone Electronic Co. Ltd., China) yang memiliki dua batang pemanas dimasukkan ke
masing-masing sisi anoda dan katoda sel untuk dipanaskan. dan termokopel untuk memantau suhu sel juga
dipasang digunakan selama operasi sel. Hasil uji eksperimental dicatat menggunakan sistem pengujian sel bahan
bakar (Neware Technology Limited, China).

3.1. Kinerja Sel Secara Umum


keunggulan sel bahan bakar e-fuel/hidrogen peroksida ini. Mengenai tegangan rangkaian terbuka, hasil yang
dicapai dari sel bahan bakar berbasis H2O2 ini tidak hanya lebih rendah dibandingkan ketika sel diberi oksigen di
katoda, namun juga lebih rendah dari tegangan teoritis nya. Penurunan tegangan dapat dianggap berasal dari
dekomposisi hidrogen peroksida untuk menghasilkan oksigen di katoda yang pada gilirannya menurunkan
potensi katoda. Selain itu, persilangan reaktan dari kedua sisi sel, karena kedua reaktan berada dalam fase cair
dan dapat menembus membran Nafion, juga dapat menurunkan tegangan rangkaian terbuka. Secara khusus,
persilangan bahan bakar elektronik ke katoda dapat menyebabkan hilangnya potensi katoda dalam jumlah besar
sebagai akibat dari potensi campuran. Meskipun isu-isu ini disarankan untuk diatasi dalam penelitian
selanjutnya untuk meningkatkan tegangan rangkaian terbuka, kepadatan daya puncak yang mengesankan yang
ditunjukkan oleh sel bahan bakar e-fuel/hidrogen peroksida ini menempatkannya sebagai sistem pembangkit
listrik yang menjanjikan untuk sistem pembangkit

3. Hasil dan Diskusi


3.2. Pengaruh konsentrasi hidrogen peroksida
asam sulfat ditetapkan 1,0 M untuk oksidan di katoda sedangkan e-fuel atau di anoda larutan bahan
bakar di anoda terdiri dari 1,5 M V2+ dalam 4,0 M H2SO4. didapatkan bahwa Peningkatan kinerja sel yang
sepadan dengan peningkatan konsentrasi hidrogen peroksida sebagian besar disebabkan oleh peningkatan
transpor massa spesies reaktif di katoda yang akibatnya mengurangi hilangnya polarisasi konsentrasi dan
selanjutnya meningkatkan kinerja sel. Kenaikan tersebut terjadi pada konsentrasi H2O2 ditingkatkan dari 1.0M
menjadi 2.0M, dan menjadi 4.0M. namun ketika dinaikkan menjadi 6.0M terjadinya penurunan kinerja sel
dikarenakan adsorpsi kompetitif yang terjadi antara H2O2 dan H+ pada titik reaktif di katoda sebagai akibat dari
redundansi H2O2. Dan tegangan arus rendah ketika konsentrasi 6.0M dibandingkan dengan 2.0M. hal tersebut
disebabkan tingkat persilangan H2O2 yang lebih tinggi ke anoda karena membran permeabel terhadap H2O2.
Hidrogen peroksida yang menyeberang ke anoda dapat bereaksi dengan bahan bakar elektronik dan
menghasilkan potensial campuran di anoda yang dapat meningkatkan potensi berlebih anoda dan karenanya
menurunkan tegangan sel. Pada kisaran kerapatan arus yang lebih tinggi,berkurangnya kehilangan konsentrasi
akibat konsentrasi hidrogen peroksida yang tinggi dapat dianggap telah mengkompensasi potensi campuran di
anoda dan dengan demikian hanya meningkatkan kinerja sel di atas konsentrasi hidrogen peroksida pada 1,0 dan
2,0 M tetapi tidak sebesar 4,0 M. sehingga menempatkan konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 4,0 M sebagai
nilai optimal untuk menghasilkan kinerja terbaik.

3.3 Pengaruh konsentrasi asam sulfat


hidrogen peroksida yang digunakan pada katoda diasamkan langsung menggunakan asam sulfat. Yang
mana penambahannya mempengaruhi tingginya potensial reduksi dan meningkatkan elekroduksinya.
Penambahan asam sulfat berpengaruh terhadap sifat oksidan di katoda dan kinerja sel secara keseluruhan.
Keberadaan asam sulfat menghasilkan konsentrasi H+ yang lebih tinggi di katoda dan juga meningkatkan
transpornya ke situs aktif di lapisan katalis, sehingga mempercepat reaksi reduksi hidrogen peroksida. Setelah
ini, hilangnya kinetik reaksi reduksi di katoda berkurang sekaligus potensi katoda dan kinerja sel ditingkatkan.
Hal tersebut ditandai dengan percobaan tanpa asam sulfat yang menghasilkan kinerja sel rendah, namun ketika
penambahan asam sulfat dari 1.0M - 3.0M, terdapat kenaikan daya puncak yang menunjukkan kinerja sel tinggi.
Namun penambahan konsentrasi tidak memberikan peningkatan lagi, namun penurunan wilayah kerapatan arus,
hal tersebut terjadi dikarenakan pemblokiran situs aktif oleh asam sulfat yang berlebihan yang pada gilirannya
menyebabkan kurangnya kehadiran H2O2 di lapisan katalis yang menyebabkannya. Kehilangan konsentrasi di
katoda sehingga menurunkan kinerja sel dan juga meningkatkan viskositas katolit yang menghambat
pengangkutan reaktan dan meningkatkan kehilangan ohmik dan menurunkan kinerja sel. Sehingga konsentrasi
asam sulfat yang menghasilkan kinerja baik adalah 0.1M untuk mengasamkan H2O2.

3.4. Pengaruh konsentrasi ion vanadium


konsentrasi asam sulfat dalam anolit dipertahankan pada 4,0 M sementara berbagai konsentrasi ion
vanadium digunakan sebesar 0,1, 0,5, 1,0, dan 1,5 M. Hasil percobaan, didapatkan tegangan rangkaian terbuka,
rapat daya puncak, dan rapat arus maksimum sel secara signifikan meningkatkan seluruh rentang kerapatan arus
ketika konsentrasi ion vanadium ditingkatkan dari 0,1 M menjadi 1,5 M. Hal tersebut terjadi dikarenakan kinerja
meningkat secara signifikan dengan peningkatan konsentrasi ion vanadium karena peningkatan jumlah dan
pasokan reaktan ke situs aktif di anoda yang meningkatkan transpor massa reaktan di anoda yang secara
menguntungkan menurunkan kehilangan konsentrasi. Namun dari percobaan didapatkan konsentrasi 1.5M
vanadium menghasilkan kinerja yang baik.

3.5. Pengaruh membran Nafion


Membran merupakan elemen terpenting pada sel bahan bakar yang berfungsi sebagai media transpor
ion antara kedua sisi sel tetapi juga mencegah persilangan reaktan. Sejumlah membran Nafion – 117, 115, 212,
dan 211 dimasukkan ke dalam susunan sel ini. Dengan ketebalan masing-masing 183,0, 127,0, 50,8, dan 25,4
ÿm, pada suhu 60°C. Didapatkan hasil penelitian bahwa yang memiliki ketebalan tipis, memiliki daya puncak
lebih tinggi, seperti pada membran nafion 211, sehingga dapat terjadi persilangan spesies dan menimbulkan
potensial campuran yang dapat menurunkan tegangan sel. Sedangkan membran nafion yang tebal dianggap
lebih cocok untuk mencegah saling silang reakta. n untuk menghindari potensi tercampur. Sehingga, membran
yang lebih tebal memperoleh kinerja yang lebih baik di daerah dengan kerapatan arus yang rendah, sedangkan
membran yang lebih tipis bekerja lebih baik pada daerah dengan kerapatan arus yang tinggi. Namun hasil yang
dibutuhkan ialah resistensi internal tinggi dengan mengesampingkan efek persilangan spesies, maka membran
nafion 211 baik untuk operasi sel di mana kepadatan daya tinggi adalah hal yang sangat penting.

3.6. Pengaruh suhu pengoperasian


Peningkatan suhu sel meningkatkan pengangkutan bahan bakar elektronik di anoda dan pengiriman
hidrogen peroksida di katoda ke titik reaktif elektrokimia dan selanjutnya meningkatkan laju penghilangan
produk, yang secara menguntungkan mengurangi kehilangan konsentrasi. Selain itu, hilangnya aktivasi sel
diturunkan secara signifikan seiring dengan meningkatnya suhu operasi sel karena peningkatan kinetika
elektrokimia pada kedua elektroda. Selain itu, peningkatan suhu pengoperasian meningkatkan konduktivitas
membran sehingga mengurangi kehilangan ohmik yang tidak diinginkan di dalam sel dan pada akhirnya
meningkatkan kinerja sel. Namun, perlu disebutkan bahwa kenaikan suhu pengoperasian lebih lanjut dari 60°C
menjadi 80°C hampir tidak dapat memberikan peningkatan kinerja sel yang signifikan. Oleh karena itu, 60°C
dianggap sebagai suhu pengoperasian optimal yang sesuai untuk kinerja tinggi sel ini.

3.7. Perilaku Pelepasan Arus Konstan


Tujuan dari uji pelepasan arus konstan adalah untuk mengevaluasi kinerja sel bahan bakar serupa dengan
aplikasi di kehidupan nyata. Dimana hasil didapatkan bahwa sel memiliki potensi efisiensi energi yang lebih
tinggi ketika terkena arus konstan yang lebih tinggi. Untuk memastikan, maka diuji sistem diisi bahan bakar
sebanyak 10 kali sambil mengeluarkan daya pada arus konstan 10 mA cm2- pada suhu pengoperasian 60°C.
Namun perlu diperhatikan bila H2O2 menembus membran yang dapat menyebabkan korosi pada elektroda yang
menurunkan kinerja sel.

4. Ringkasan
Hasil yang diperoleh dari studi eksperimental ini menunjukkan bahwa penerapan hidrogen
peroksida sebagai oksidan secara substansial meningkatkan kinerja sel untuk mencapai kepadatan daya puncak
1456,0 mW cmÿ dan kepadatan arus maksimum yang melebihi 3000 mA cmÿ kinerja yang mengesankan.
kinerja sel meningkat dengan konsentrasi hidrogen peroksida hingga 4,0 M, di atasnya kinerja mulai
menurun.Pengasaman hidrogen peroksida dengan konsentrasi asam sulfat 1,0 M menghasilkan kinerja sel
terbaik. Sedangkan untuk ion vanadium, peningkatan konsentrasinya dari 0,5 M menjadi 1,5 M berkontribusi
terhadap peningkatan kinerja sel. Suhupengoperasian 60 ÿC dianggap cocok untuk pengoperasian dan kinerja
tinggi sel ini. Nafion 211 terbukti sebagai membran yang paling cocok untuk operasi sel karena kepadatan daya
tinggi sangat penting untuk sistem penggerak ruang angkasa dan sistem tenaga bawah air.

Anda mungkin juga menyukai