Anda di halaman 1dari 6

DILEMA ETIK PENOLAKAN IMUNISASI, ANTARA HAK ORANG TUA

DAN TANGGUNG JAWAB PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN

Ika Purnamasari*

*Dosen Program Studi D III Keperawatan Fikes Unsiq Wonosobo

ABSTRAK

Artikel ini mendiskusikan tentang dilema etik yang terjadi pada kasus penolakan imunisasi terhadap anak
yang didasarkan pada studi literatur dan studi terhadap kasus nyata yang terjadi di daerah. Berbagai
alasan dikemukakan untuk menjadi dalih penolakan terhadap imunisasi anak, mulai dari kecemasan akan
bahaya yang ditimbulkan sampai dengan faktor agama dan keyakinan. Metode analisa yang digunakan
dengan menggunakan studi literature dan self experience terhadap kasus ditinjau dari aspek dilemma etik,
teori etik dan aspek Agama Islam.Perawat harus mampu mengambil keputusan serta memainkan
perannya sebagai educator dan konselor dalam menghadapi kasus penolakan imunisasi ini.Pembahasan
dan alternative solusi yang dapat dilakukan oleh perawat didiskusikan pada akhir artikel ini.

Kata Kunci : Imunisasi, Dilema etik, Teori etik, peran perawat

PENDAHULUAN mereka yakin bahwa anaknyatidak


Kasus yang berhubungan dengan berisiko .
penolakan tindakan pemberian imunisasi 2. Fredrickson et al. (2004) dengan metode
sudah banyak dipelajari dan diteliti. Salah kuisioner dan Discussion groups dengan
satu kasus telah dikemukakandalam jurnal hasil: alasan paling umum penolakan
ilmiah dengan judul “Parental rights and imunisasi yang dikemukakan oleh orang
decision making regarding vaccinations: tua adalah karena takut akan efek
Ethical dilemmas for the primary care samping yang ditimbulkan, alasan
provider” oleh Alison Fernbach, RN, MSN, agama atau filosofi, kepercayaan bahwa
CPNP. Developmental Therapeutics penyakit tidak membahayakan, sentimen
Program, Columbia University Medical anti pemerintah. pentingnya komunikasi
Center, New York, NY.Dalam artikel ini yang lebih efisien antara orang tua
dikemukakan beberapa hasil penelitian dengan pemberi pelayanan kesehatan.
yang berhubungan dengan penolakan 3. Glazner, Beaty, Pearson, & Berman
tindakan imunisasi oleh orang tua yang (2004) dengan sampel 12 praktisi terdiri
telah dilakukan oleh beberapa atas 4 praktisi pediatric, 4 praktisi
peneliti.Adapun ringkasan penelitian keluarga / family practices dan 4 praktisi
sebagai berikut: public health agencies dengan desain
1. Benin, Wisler-Scher, Colson,Shapiro, & Self Report dengan hasil Pembiayaan
Holmboe (2006) dengan sampel 33 ibu imunisasi mempengaruhi turunnya
1-3 hari post partum dan diulang lagi 3 – angka imunisasi.
6 bulan post partum tanpa 4. Keane et al. (2005) dengan sampel 4115
memperhatikan etnis atau suku, dengan orang tua yang mempunyai anak kurang
desain kualitatif dan dengan metode dari 16 tahun dengan metode closed
open ended interview hasil yang quisionaire. Hasil yang diperoleh
diperoleh bahwa pengambilan keputusan mayoritas orang tua percaya bahwa
dipengaruhi oleh kepercayaan ibu, imunisasi merupakan hal penting dan
mereka menginginkan diskusi dengan secara umum aman, orang tua yang
petugas sebelum imunisasi diberikan meyakini bahwa vaksin menguntungkan
dan mengharapkan norma budaya tetap berasal dari kelompok orang tua yang
diperhatikan, mereka juga khawatir akan terdidik, Orang tua merasa kurang
bahaya imunisasi dapat menyebabkan informasi tentang vaksinasi yang
kerusakan permanen pada anaknya, diberikan oleh pemberi pelayanan

Dilema Etik Penolakan Imunisasi, Antara Hak Orang Tua 7


dan Tanggung Jawab Pemberi Pelayanan Kesehatan
Ika Purnamasari
kesehatan, sumber-sumber pemerintah, teori-teori etik termasuk utilitarianisme, dan
sekolah dan organisasi perawatan. deontologisme.
5. Salmon et al. (2005) dengan sampel 277 Analisa berikutnya didasarkan pada
orang tua yang anaknya bebas vaksin self experience atau pengalaman penulis
non medikal dan 927 orang tua yang sendiri. Kasus yang dijumpai oleh penulis,
anaknya mendapatkan vaksin secara penolakan orang tua terhadap tindakan
penuh tanpa memperhatikan jenis imunisasi dikarenakan alasan agama, maka
kelamin dan etnik dan metode / desain analisa akan dilakukan dengan studi
yang digunakan adalah Case-control literature Islam.
study, survey questionnaire. Hasil yang
diperoleh adalah angka pembebasan PEMBAHASAN
vaksin non medical meningkat, alasan 1. Ditinjau dari Prinsip Etik
paling umum yang disampaikan orang Dalam area praktek perawat, semua
tua tentang permintaan vaksin non pemberi pelayanan dibatasi oleh prinsip-
medikal adalah mereka menyatakan prinsip etik tertentu termasuk autonomy,
bahwa vaksin berbahaya terutama beneficence dan nonmaleficence.Dengan
vaksin varisela, para orang tua merujuk prinsip-prinsip etik tersebut,
melaporkan bahwa vaksin dirasa tidak pemberi pelayanan kesehatan dan orang tua
aman dan tidak efektif, kurang percaya secara teoritis harus mampu untuk bekerja
terhadap pemerintah, dan kurang bersama untuk mencapai konsensus.
percaya bahwa penyakit sesuai dengan Autonomy
anak-anak mereka. Upaya-upaya harus Prinsip etik yang pertama adalah
dibuat untuk memberikan pendidikan Autonomy dimana pasien dalam hal ini
kepada keluarga khususnya tentang adalah anak mempunyai kebebasan dan
permintaan pembebasan vaksinasi, nilai kemerdekaan untuk memilih tindakan
dan keamanan imunisasi. tertentu yang memperbolehkan setiap orang
untuk memutuskan apa yang terbaik untuk
Selain studi – studi diatas, penulis dirinya. (Halperin MD & Mac Donald,
juga mempunyai pengalaman terkait 2007 dalam Alison Fernbach 2010). Anak
penolakan tindakan imunisasi yang yang masih muda dianggap tidak kompeten
ditemukan di wilayah Kabupaten dan kurang pengetahuan untuk membuat
Wonosobo pada tahun 2012 ini.Adapun pilihan dengan implikasi sepanjang hidup
alasan yang dikemukakan oleh kelompok (Baines 2008 dalam Alison F, 2010). Hal
yang menolak imunisasi adalah alasan ini akan menjadi tidak beralasan untuk
agama yaitu tentang kehalalan dari vaksin menganggap bahwa bayi (infant) atau anak
yang digunakan untuk imunisasi.Mereka dapat membuat keputusan secara otonomi
juga menyampaikan anak-anaknya yang untuk diimunisasi. Siapa yang secara moral
tidak mendapatkan imunisasi juga tetap ditunjuk untuk membuat keputusan bagi
dalam keadaan sehat dan tidak mengalami anak? Menurut Baines (2008), orang tua
penyakit yang dapat dicegah dengan mungkin tidak mempunyai otonomi atas
imunisasi. keputusan ini akan tetapi mereka
mempunyai otoritas sebagai orang tua dan
METODE karena alasan ini, perawat tidak boleh
Analisa terhadap dilema etik mengesampingkan orang tua dalam proses
tentang penolakan imunisasi oleh orang pengambilan keputusan. Hal ini tidak untuk
tua, penting untuk mempertimbangkan dikatakan, akan tetapi pendapat orang tua
tanggung jawab dari perawat pelaksana secara otomatis menentukan tindakan.
dalam memberikan pelayanan kesehatan Setiap kasus harus diujikan secara individu
pada anak dan keluarga. Analisa yang akan untuk menentukan apa yang terbaik untuk
digunakan antara lain dengan studi anak mereka dan komunitas.
literature tentang prinsip-prinsip etik Angus Dawson (2005),
termasuk autonomy, beneficence dan menyampaikan “the best interest argument
nonmaleficence. dan berdasarkan pada for children vaccination”termasuk :

8 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 7-12


a. Keputusan medic bagi pasien yang imunisasi. Sedangkan yang kedua,
tidak kompeten harus dibuat mengevaluasi keuntungan untuk kesehatan
berdasrkan pada apa yang terbaik masyarakat dimana masyarakat umum akan
untuk mereka. (dimana keinginan beruntung daripada individu yang mungkin
sebelumnya tidak diketahui atau tidak secara fakta dirugikan (Hodges, Svoboda,
ada) & Van Howe, 2002).
b. Anak usia preschool termasuk tidak Imunisai mungkin dapat dilihat
kompeten dan tidak mempunyai menguntungkan pada keduanya baik
keinginan sebelumnya, oleh karena itu individu maupun masyarakat.Imunisasi
keputusan tentang pelayanan medis dianjurkan pada anak-anak sebagai
harus dibuat berdasarkan pada apa prosedur profilaksis.Pertama bahaya publik
yang terbaik untuk mereka. jika penyakit ini sangat menular luas dapat
c. “Best Interest”dalam hubungannya mengakibatkan mortalitas dan
dengan anak harus ditentukan dengan morbiditas.Kedua jika ditularkan, penyakit
melihat keseimbangan antara potensial ini mempunyai potensi untuk mebahayakan
bahaya yang ditimbulkan dengan setiap individu, imunisasi digunakan untuk
kemungkinan keuntungan yang akan mencegah hal ini.Ketiga efektifitas
ddiperoleh jika tindakan atau imunisasi dalam melindungi masyarakat
pelayanan medis ini dilakukan atau telah terbukti.
tidak dilakukan. Berdasarkan prinsip-prinsip etik ini,
d. Orang tua yang membuat keputusan orang tua yang memutuskan untuk
tentang perawatan bayi dimana terjadi mengimunisasikan anak atau tidak harus
bahaya yang signifikan setelahnya, berdasarkan pada apa yang menurut mereka
maka pihak ketiga dalam hal ini adalah terbaik bagi anak-anaknya. Walaupun
pemerintah, mempunyai kewajiban persepsi terhadap apa yang terbaik untuk
untuk memberikan perlindungan pada anak bersifat sangat subyektif dan mungkin
bayi tersebut dari konsekuensi akibat berlawanan dengan persepsi petugas
keputusan yang diambil kesehatan. Pemikiran tenaga professional
e. “Best Interest” untuk anak dalam harus didasarkan pada ‘scientific research”
hubungannya dengan vaksinasi dan ‘evidence‘.Hal ini menjadi tanggung
ditentukan dengan melihat bahaya dan jawab setiap petugas kesehatan / clinician
keuntungan yang berhubungan untuk memberikan intervensi kesehatan
dengang vaksinasi versus non profilaksis untuk kehidupan anak yang
vaksinasi. lebih baik dan memberikan perlindungan
dari penyakit-penyakit infeksi yang
Beneficence and nonmaleficence mungkin menimbulkan masalah kesehatan
Prinsip beneficence menyatakan pada masa yang akan datang.
secara tidaak langsung bahwa kewajiban
moral dari pemberi perawatan primer / 2. Ditinjau dari Teori – Teori Etik
perawat adalah untuk memberikan kebaikan Teori etik yang dapat digunakan
dan membantu orang lain, sedangkan untuk mendukung dan menentamg
nonmaleficence adalah menghindari hal permasalahan dilemma etik pada kasus
yang berbahaya (Do no harm). Ketika penolakan imunisasi oleh orang tua adalah
prinsip ini diaplikasikan pada imunisasi, Utilitarianisme dan Deontology.
terdapat dua pandangan yang saling Utilitarianisme adalah salah satu
berlawanan yang harus dilihat.Keuntungan teori teleological utama dan
dan bahaya dari imunisasi pada anak konsekuensialist yang dikemukakan oleh JS
sebagai seorang individu versus keuntungan Mill dan J. Bentham, dimana prinsipnya
dan bahaya imunisasi pada bahwa moralitas suatu tindakan harus
komunitas.Pertimbangan pertama dari hal ditentukan dengan menimbang
yang terbaik untuk anak adalah keuntungan kegunaannya untuk mencapai kebahgiaan
dari imunisasi harus lebih besar dari pada umat manusia, sesuai dengan the principle
bahaya yang mungkin ditimbulkan akibat of utility yang berbunyi: the greates

Dilema Etik Penolakan Imunisasi, Antara Hak Orang Tua 9


dan Tanggung Jawab Pemberi Pelayanan Kesehatan
Ika Purnamasari
happiness of the greatest number, imunisasi mempunyai tujuan yang secara
”kebahagiaan terbesar dari jumlah orang moral sangat baik bagi anak. Sekalipun
yang terbesar. Prinsip kegunaan ini menjadi anak tidak kompeten untuk mengambil
norma tindakan pribadi maupun untuk keputusan terkait tindakan imunisasi yang
kebijakan pemerintah. (Bertens, akan dilakukan kepada dirinya. Sehingga
2007).Tindakan yang terbaik adalah orang tua yang akan memberikan keputusan
tindakan yang paling memberikan tindakan imunisasi ini dengan dasar
manfaat.Tindakan dikatakan baik atau tidak memberikan yang terbaik bagi anak.
tergantung pada keseimbangan antara Adapun efek samping yang dapat
kemanfaatan dengan potensi bahaya yang ditimbulkan dari imunisasi memang tidak
dapat ditimbulkan dari tindakan dapt dihilangkan akan tetapi kewajiban
tersebut.Neutel mengutip dari kamus untuk memberikan imunisasi bagi tenaga
Collins English Dictionary and Thesaurus kesehatan dan orang tua sangat sesuai
bahwa utilitarinisme adalah “Doktrin yang denngan teori yang dikemukakan oleh Kant
secara moral benar terdiri dari tindakan ini.
benar yang terbesar dan jumlah yang
terbesar yang secara maksimal memberikan 3. Ditinjau dari Aspek Agama Islam
keuntungan tanpa memperhatikan manfaat Pandangan agama Islam, para
dan beban.(Neutel, 2004, dalam Anita ulama dalam berijtihad untuk menetapkan
JC,2008). Imunisasi memberikan lebih hukum terhadap masalah-masalah
banyak keuntungan baik bagi anak supaya kontemporer pasti tidak pernah
terhindar dari berbagai penyakit infeksius menghasilkan keputusan ijma’iyyah
maupun bagi masyarakat dalam ‘amiyyah (kesepakatan umum), melainkan
menurunkan morbiditas dan khilafiyyah (perbedaan pendapat diantara
mortalitas.Sebagai contoh, imunisasi telah mereka). Bentuk khilafiyyah yang paling
terbukti menekan angka kejadian dan angka ekstrim adalah halal atau haram.Tidak
kematian akibat penyakit campak di terkecuali mengenai vaksinasi-
Indonesia. imunisasi.(Danusiri, 2012). Bagi yang
Deontologisme merupakan teori menganggap haram, dikarenakan mereka
yang ditulis oleh filosof German yang yakin bahwa manusia adalah makhluk
bernama Immanuel Kant (1724 – 1804). paling sempurna yang diciptakan oleh
Kant menyatakan bahwa hukum universal Allah SWT, sehingga tubuh akan secara
harus mendasari setiap tindakan, baik alami mampu untuk melakukan fungsi
buruknya suatu tindakan tidak berdasarkan kekebalan terhadap adanya berbagai
pada hasilnya melainkan semata-mata mikroba, virus ataupun benda asing yang
berdasarkan maksud si pelaku dalam menyerang, berbeda dengan orang kafir
melakukan perbuatan tersebut.Aliran ini yang merasa lemah sehingga butuh
sangat penuh dengan hal-hal etik, dimana vaksinasi untuk kekebalan tubuhnya. Selain
setiap tindakan dilihat secara moral adalah alasan kemuliaan manusia, yang menjadi
benar. (Anita J, 2008). Dari pandangan teori alasan lain adalah bahan untuk membuat
ini, perawat telah melakukan tindakan vaksin terdapat unsur haram seperti unsur
beretika yang bertitik tolak pada kewajiban babi, sehingga tidak boleh dipergunakan.
(obligation) yang berasal dari hati nurani Pandangan kedua adalah kelompok
sendiri. Selain itu imunisasi merupakan yang mengatakan bahwa vaksinasi-
program pemerintah yang wajib diberikan imunisasi adalah halal. Pada prinsipnya
oleh perawat / petugas kesehatan, dalam hal vaksinasi-imunisasi adalah boleh alias halal
ini apa yang dilakukan perawat karena; (1) vaksinasi-imunisasi sangat
berlandaskan aturan / hukum yang dibutuhkan sebagaimana penelitian-
mengaturnya, sesuai dengan Undang- penelitian di bidang ilmu kedokteran, (2)
undang kesehatan no.36 tahun 2009 pasal belum ditemukan bahan lainnya yang
130 yang berbunyi “ Pemerintah wajib mubah, (3) termasuk dalam keadaan
memberikan imunisasi lengkap pada setiap darurat,(4) sesuai dengan prinsip
bayi dan anak.” Berdasarkan hati nuranipun kemudahan syariat di saat ada kesempitan

10 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 7-12


atau kesulitan. Sebagaimana dalam QS Al imunisasi harus disesuaikan dengan alasan
Baqarah : 172 yang menerangkan bahwa penolakan tersebut. Hal-hal yang dapat
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan dilakukan oleh perawat antara
bagimu bangkai, darah, daging babi, dan lain(diadaptasikan dari “Responding to
binatang yang (ketika disembelih) disebut Parental Refusals of Immunization of
(nama) selain Allah. Tetapi barang siapa Children,” oleh D.S. Diekema and the
dalam keadaan terpaksa (memakannya) Committee on Bioethics, 2005, Pediatrics):
sedang dia tidak menginginkannya dan 1. Jika penolakan karena keyakinan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak bahwa imunisasi sangat berbahaya
ada dosa baginya.Sesungguhnya Allah bagi anak-anak mereka, maka perawat
Maha Pengampun lagi Maha berkewajiban untuk (a). menjelaskan
Penyayang.Dari ayat ini dapat diambil risiko efek samping yannng jauh lebih
pengertian bahwa memakan yang mestinya sedikit daripada tidak mendapatkan
haram seperti memakan daging babi yang imunisasi, (b) berikan informasi yang
telah dimasak menjadi halal ketika memang up-to-date, (c) Jelaskan kebingungan
tidak ada makanan selain itu, selagi ia atau mispersepsi yang mungkin
memakannya secukupnya, yaitu untuk mereka miliki, (d) Yakin untuk
menyambung hidup, bukan dalam arti menyampaikan kebenaran bahwa
memakan daging babi dalam berbagai imunisasi tidak 100% efektif dan
olahan kuliner sehingga mendatangkan aman,
aneka macam aroma, rasa, dan citarasa 2. Jika karena alasan memberikan lebih
untuk berpestaria dalam hal makan- dari 1 imunisasi pada satu waktu akan
memakan. Dengan demikian, secara menimbulakn nyeri dan trauma pada
analogis vaksinasi-imunisasi yang bahan- anak,maka perawat dapat
bahan alaminya najis boleh dilakukan menggunakan metode untuk
terhadap keluarga muslim lantaran belum mengurangi nyeri disesuaikan usia
ada vaksin yang sepenuhnya dari benda- anak
benda halal dan suci dari najis. 3. Jika alasan perhatian terhadap 1 atau 2
Menurut pendapat penulis, imunisasi secara khusus berbahaya,
berdasarkan berbagai telaah yang telah maka sampaikan secara jujur tentang
dikemukakan oleh para ahli baik agama risiko dan keuntungan dari setiap
atau medis, tindakan pemberian vaksinasi - vaksin dan diskusikan setiap imunisasi
imunisasi diperbolehkan (halal). Hal ini secara terpisah.
dikarenakan banyak sekali manfaat yang 4. Jika alasan karena biaya, maka
dapat diperoleh guna mencegah berbagai diskusikan dengan keluarga strategi
macam penyakit dan juga untuk yang efektif untuk menentukan biaya
menyediakan generasi masa depan yang dan rujuk pada pelayanan non swasta
sehat dan lebih produktif. Memang penulis yang memberikan vaksinasi gratis.
juga memahami akan adanya efek samping
yang mungkin ditimbulkan dari imunisasi Alternatif solusi yang lain yang
ini, akan tetapi jika dibuat rasio, jumlahnya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan,
sangat sedikit dibanding dengan seperti yang pernah dialami oleh penulis
keuntungannya. Sekaligus terkait bahan adalah selalu memberikan “informed
yang tidak halal yang masih digunakan consent” setiap kali akan melakukan
sebagai media ataupun katalisator dalam tindakan pemberian imunisasi pada anak.
pembuatan vaksin sebaiknya memang terus Dengan dasar ini, kita secara kewajiban
diupayakan, sehingga kedepannya tindakan sudah menyampaikan tentang jadwal dan
ini akan diterima semua pihak. keuntungan imunisasi serta menyampaikan
efek sampingyang dapat ditimbulkan jika
Alternatif Pemecahan Masalah anak tidak atau mendapatkan
Alternatif solusi yang dapat imunisasi.Sehingga tidak disoalkan secara
dilakukan oleh perawat jika menghadapi hukum. Berdasarkan pengalaman penulis,
kasus dilemma etik terkait penolakan penolakan yang dijumpai disebabkan oleh

Dilema Etik Penolakan Imunisasi, Antara Hak Orang Tua 11


dan Tanggung Jawab Pemberi Pelayanan Kesehatan
Ika Purnamasari
keraguan akan halalnya vaksin yang DAFTAR PUSTAKA
digunakan untuk imunisasi, maka sudah
dilakukan upaya untuk memberikan Alison Fernbach,(2011) Parental rights and
pemahaman dari berbagai sumber decision making regarding
diantaranya dari tenaga pengelola vaksin, vaccinations:Ethical dilemmas for
dinas kesehatan, organisasi profesi yang the primary care provider Journal
terlibat (IDI, IBI dan PPNI) dan organisasi of the American Academy of Nurse
agama (NU, Muhammadiyah, LDII, dll) Practitioners23 (2011) 336–345.
serta menghadirkan juga tokoh masyarakat Angus Dawson (2005) The Determination
setempat. Sehingga diputuskan jika Of ‘Best Interests’ In Relation To
penolakan tetap terjadi maka informed Childhood Vaccinations, Bioethics
consent lah yang harus diberikan. ISSN 0269-9702 188 – 205 Volume
19 Number 2 2005
KESIMPULAN DAN SARAN Bertens K (2007) Etika ; Seri Filsafat Atma
Berdasarkan paparan diatas, dapat Jaya : 15, PT Gramedia Pustaka
disimpulkan bahwa imunisasi mempunyai Utama , Jakarta.
tujuan moral yang sangat baik, imunisasi Doren D. Fredrickson, dkk (2004)
pada dasarnya adalah upaya untuk Childhood Immunization
melindungi anak dan masyarakat dari suatu Refusal:Provider and Parent
penyakit berbahaya pada masa yang akan Perceptions Clinical Research and
datang. Adapun beberapa penolakan yang Methods438 June 2004
terjadi baik karena agama, takut akan efek FamilyMedicine
samping yang ditimbulkan, tidak yakin Danusiri (2012) Pandangan Islam tentang
dapat mecegah penyakit tertentu atau Imunisasi, http://danusiri.dosen
karena biaya, maka dengan penjelasan yang unimus.ac.id diakses pada tanggal
baik tentang keuntungan dan risiko 31 Oktober 2012 21:29
imunisasi pada pasien disertai dengan rasa Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang
menghormati tidak menghakimi, perawat Kesehatan
atau petugas kesehatan akan lebih mudah Wynia MK (2006) Ethics and Public
untuk bekerjasama dengan pasien. Health Emergencies: Rationing
Pasien dan keluarga adalah pihak Vaccines The American Journal of
penerima layanan kesehatan. Mereka Bioethics, 6(6): 4–7, 2006
berhak untuk mengetahui tentang baik
buruknya tindakan yang akan diberikan
kepada mereka. Sehingga saran yang
dianjurkan bagi penerima layanan
kesehatan adalah: Mintalah informasi
selengkap mungkin mulai dari persiapan,
prosedur, alat yang digunakan, cara kerja
sampai dengan kemungkinan-kemungkinan
yang dapat ditimbulkan jika mereka
menerima suatu tindakan kesehatan.
Bagi Pemberi Pelayanan: Berikan
informasi yang sejujurnya, lengkap dan
tidak memaksa; Lakukan tindakan sesuai
dengan SOP (Standars Operating
Procedur); Lakukan tindakan keperawatan
atau kesehatan dengan hati; Gunakan
informed consent setiap kali akan
memberikan tindakan dengan pemberian
informasi yang jelas sebelumnya, sehingga
jika menghadapi sebuah penolakan, ada
bukti yang sah.

12 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 7-12

Anda mungkin juga menyukai