Anda di halaman 1dari 2

Model komunikasi SHANNON DAN WEAVER (1949) : pendekatan informatif

Model ini dibuat oleh Claude elwood Shannon dan Warren Weaver .Model keduanya terdapat
dalam buku klasik karya mereka yang berjudul Mathemaical  Model Of Communication
(1949). Gagasan keduanya diterima sebagai sumbangan gemilang saat kajian
komunikasi sedang tumbuh dan berkembang. Model komunikasi karya mereka
menjelaskan komunikasi sebagai transmisi pesan
Shannon dan Weaver selama masa Perang Dunia II bekeria diBell Telephone
Laboratories, Amerika. Perhatian utama keduanva adalah pada bagaimana saluran
komunikasi bisa bekerja dengan efektif. Saluran komunikasi yang dimaksud pada saat
itu adalah kabel telepon dan gelombang radio. Pada akhirnya mereka membuat teori
untuk menjawab persoalan pengiriman informasi semaksimal mungkin melalui saluran
yang ada, dan bagaimana mengukur kapasitas saluran yang membawa informasi
(Fiske, 1990:6).
Teori tersebut mementingkan faktor saluran dan kapasitas. Hal ini tentu saja relevan
dengan latar belakang kelimuan keduanya, yaitu matematika dan teknik. Meski
demikian, keduanya menyatakan bahwa teori mereka bisa menjawab problem-problem
yang terjadi dalam komunikasi antar manusia.

Secara sederhana, model inı menjelaskan komunikasi sebagai ngirimkan dan


menerima pesan atau mentransfer informasi dari satu pihak (pengirim) ke pihak lainnya
(penerima).

GAMBAR 8. MODEL KOMUNIKASI PENDEKATAN INFORMATIF SHANNON &


WEAVER
 Sumber: Shannon G Ieaer (1949)
 
Model tersebut menggambarkan adanya lima elemen yang,menjelaskan proses
komunikasi. Kelima elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Informalion source, atau sumber informasi, yaitu pihak yang memproduksi pesan
2. Transmitter, yang menyandikan (encode) pesan menjadi sinyal-sinyal.
3. Channel, di mana sinyal-sinyal ditransmisikan.
4. Receiwer, yang menyandi balik (decode) sinyal-sinyal menjadi pesan.
5. Destination, di mana pesan yang dikirimkan telah diterima.

Ada satu elemen tambahan, yaitu noise atau gangguan sebagai dysfuntional faclor
atau faktor yang membuat proses komunikasi tidak dapat berfungsi.
Noise atau gangguan bisa terjadi sepanjang kabel telepon, misalnya kabel yang rusak
atau putus. Dalam percakapan, mulut komunikator berfungsi sebagai transmisi
Sinyalnya
adalah, gelombang udara, dan telinga komunikan berfungsi sebagai penerima
Gangguan bisa terjadi selama percakapan berlangsung.
 
Berkaitan dengan gangguan, Shannon dan Weaver mengidentifikasi adanya tiga level
problem dalam proses komunikasi:
1. Level A (Problem teknis), yaitu persoalan akurası pesan-pesan yang dikirimkan
2. Level B (Problem semantik), yaitu ketepatan makna yang disampaikan
3. Level C (Problem efektivitas), yaitu keefektifan makna yang diterima sehingga
berefek pada perilaku.
 
Fiske (1990:7) menjelaskan problem-problem tersebut sebagai berikut:
1. Problem teknis di level A adalah problem yang paling sederhana. Problem inilah yang
kemudian dikembangkan menjadi model komunikasi.
2. Problem semantik juga mudah diidentifikasi, namun agak sulit untuk diatasi. Shannon
dan Weaver menyarankan untuk memperhatikan proses encoding untuk meningkatkan
akurasi semantik.
3. Problem efektivitas menunjukkan gagasan Shannon dan Weaver yang melihat
komunikasi sebagai manipulasi atau propaganda. Pesan yang disampaikan oleh
komunikator secara efektif akan direspon oleh komunikan sepertu yang diinginka oleh
komunikator

Shannon dan Weaver menjelaskan bahwa keúga level problem tersebut berkaitan dan
saling tergantung satu sama lain. Model yang dikembangkan oleh Shannon dan
Weaver mampu nenggambarkan ketiga problem tersebut .

Anda mungkin juga menyukai