Buku Saku Identifikasi Bambu
Buku Saku Identifikasi Bambu
Penulis :
Prof. Dr. Elizabeth Anita Widjaja
Dita Ervianti
Hanifah Kusumaningtyas
Editor :
Nurhayati
Design :
Dody Rahmansyah
Bekerjasama dengan :
GIZ Forclime
Diterbitkan oleh :
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
ii
Buku Saku Identifikasi Bambu
REBUNG BATANG
Bakal batang yang tumbuh dari kuncup batang yang ter-
letak dalam tanah dikenal dengan nama rimpang. Dari
kuncup tersebut tumbuh rebung yang kemudian akan
menjadi batang muda dan setelah beberapa bulan men-
jadi batang dewasa. Warna rebung sangat menentukan
jenisnya, namun warna ini juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan sekitarnya seperti curah hujan, keteduhan
pohon.
iii
Buku Saku Identifikasi Bambu
CABANG PELEPAH BULUH
Yang menutupi rebung ketika muda, dan tetap menempel
pada buluh hingga buluh menjadi dewasa, atau lepas ketika
buluh belum dewasa betul.
iv
Buku Saku Identifikasi Bambu
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Petunjuk Penggunaan ii
Daftar Isi v
Pendahuluan vii
A. Jenis-Jenis Yang Mempunyai Cabang Lateral Satu Lebih Besar Dari Pada Cabang Lainnya 1
1. Bambusa heterostachya 1
2. Bambusa maculata 3
3. Bambusa spinosa 5
4. Bambusa vulgaris 7
5. Dendrocalamus asper 9
6. Gigantochloa apus 11
7. Gigantochloa atroviolacea 13
8. Gigantochloa atter 15
9. Gigantochloa balui 17
10. Gigantochloa kuring 19
v
Buku Saku Identifikasi Bambu
Hal
11. Gigantochloa luteostriata 21
12. Gigantochloa nigrociliata 23
13. Gigantochloa pruriens 25
14. Gigantochloa robusa 27
15. Gigantochloa verticillata 29
16. Neololeba atra 31
B. Jenis-Jenis Yang Mempunyai Cabang Sama Besar 33
17. Schizostachyum brachycladum 33
18. Schizostachyum iraten 35
19. Schizostachcyum lima 37
20. Schizostachyum silicatum 39
21. Schizostachyum zollingeri 41
Penutup 43
Lampiran 1. Sebaran 21 Jenis Bambu Komersil di Indonesia
Lampiran 2. Daftar Istilah
vi
Buku Saku Identifikasi Bambu
PENDAHULUAN
Dalam rangka terselenggaranya pengelolaan hutan secara efektif, efisien, dan lestari, seluruh wilayah
kawasan hutan di Indonesia terbagi dalam unit-unit kesatuan pengelolaan hutan (KPH) yang pembentukannya
didasarkan atas kriteria kepastian kawasan, kelayakan ekologi, kelayakan pengembangan kelembagaan, dan
pemanfaatannya.
Dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan, setiap KPH melaksanakan kegiatan inventarisasi hutan
guna mengetahui potensi yang ada dalam areal kerja KPH, termasuk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Salah
satu HHBK potensial di KPH adalah bambu. Potensi bambu di KPH dapat diperoleh melalui inventarisasi bam-
bu yang pelaksanaannya perlu didukung oleh kemampuan pelaksana dalam pengenalan jenis bambu
Secara keseluruhan terdapat 176 jenis bambu di Indonesia yang tersebar di seluruh KPH, namun hingga
saat ini baru 21 jenis yang banyak dimanfaatkan oleh industri secara luas. Tiap jenis bambu memiliki ciri-ciri
morfologi yang khas. Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat ditentukan jenis bambu yang ada. Selain kuantitas,
informasi jenis bambu sangatlah penting bagi KPH untuk rencana pengelolaan karena pemanfaatan bambu
dipengaruhi oleh jenisnya. Untuk mendapatkan kepastian jenis bambu pada pelaksanaan inventarisasi, diper-
lukan alat bantu pengenalan jenis diantaranya buku saku identifikasi jenis bambu. Buku ini diharapkan dapat
membantu pelaksana dalam proses identifikasi jenis bambu yang ditemukan di lapangan.
vii
Buku Saku Identifikasi Bambu
A. JENIS-JENIS YANG MEMPUNYAI CABANG LATERAL SATU LEBIH BESAR DARI PADA CABANG LAINNYA
A. Rumpun
A. Rumpun
a. Nama daerah:
Bambu duri (Indonesia), awi ori, awi haur cucuk, awi cucuk
(Sunda), jajang ori (Jawa timur), pring ori (Jawa), dor’e,
perrèng duri, perrèng nore (Madura), hori, horwi, orwi,
tiying gesing, tiying hori (Bali), ao duri (Flores), aru kramat
(Solor), triëng mëdneroi (Aceh), mëdoeri (Gayo), aor duri,
buluh doeri (Batak), oe duri (Tapah), galè’ (Salang), hao
‘mbitaha (Nias), aur duri, bambu duri, buluh badden
(Ambon), buluh bedot (Menado), buloh duri, haur baduri,
haur batu (Banjarmasin), auwë duri (Minangkabau), koaëng
tabada, oe watu, totoren batu, totoren oe watu,
pepusungen (Minahasa), bulo totowang (Makasar), haduri
(Salayar), awo maduri, awo tara (Bugis), banggéha, tomo
usi, tomo ruri (Seram), tabadiko gulau (Ternate).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh baik di daerah yang lembab,
sepanjang sungai dan juga di daerah kering. Selain itu
dilaporkan tumbuh baik juga di tanah yang asam.
c. Sebaran : Bambu ini asli Indonesia tumbuh tersebar dari
Sumatera hingga Maluku, di Papua belum pernah
dilaporkan ada jenis bambu duri.
d. Deskripsi umum
Bambu ini dapat tumbuh hingga 25 m, tumbuh tegak dan
padat karena percabangannya yang berduri dan rapat.
A. A. Rumpun
Rumpun
D. Rebung
a. Nama Daerah
Varietas hijau: bambu ampel (Indonesia), pring ampel,
jajang ampel (Jawa), awi ampel, awi haur, haur (Sunda),
perreng ampel (Madura), perreng camel (Madura A. Rumpun B. Vulgaris var vulgaris
kangean), jajang ampel, jajang gading (Jawa Timur), tiying
ampel (Balinese), tereng dendeng, tereng rending (Sasak),
(bulu minjak (Manado), pakayu (Totembuan), wowuhu
woidu (Bolaang Mongondow), kalaeng ohose, kalahing
(Sangihe), tahaki (Minahasa), bulo banua (Makassar),
buluh kei (Banda), teli tahu (Seram), domar, domu, domul,
domulo (Ambon), auloto (Halmahera), tabadiko ake,
tabadiko nani, tabdiko sagu (Ternate).
Varietas kuning: bambu kuning (Indonesia), pring kuning
(Jawa), awi gading, awi koneng, awi haur sejah, awi haur B Rumpun B. Vulgaris var Striata
geulis, awi haur koneng, awi haur surat, haur koneng
(Sunda), perrèng ghadhing (Madura), trieng gading (Aceh),
aoer gading (Malay), haur bahenda, buluh gading
(Banjarmasin), haur gading (Padang), ampel kuning,
tabadiko bahadi (Ternate), bulo gading (Makassar), awo
lagading (Bugis), hao adoelo (Nias), boeloeh swanggi
(Maluku), aoewë gadiëng, a.koeniëng, bamboe koeniëng,
b. koering-koering (Minangkabau).
Varietas berbuluh cembung : Bambu gendang, bambu
blenduk (Jawa), budha belly (Inggris). C. Rumpun B. Vulgaris var W Wamin
Foto : Elizabeth A. Widjaja
A. Rumpun
a. Nama Daerah
Bambu hitam (Indonesia), pring wulung, pring
ireng, pring ulung (Jawa), awi hideung (Sunda),
tiying item (Bali).
b. Tempat tumbuh
Lebih suka tumbuh di daerah kering dan tanah
berkapur, bila ditanam di tempat lembab menjadi
kurang hitam.
c. Sebaran
Tersebar di daerah Jawa Barat terutama di Banten
dan Sukabumi, di Jawa Tengah tumbuh di daerah A. Rumpun 1
Purwokerto, Purworejo, Jogjakarta dan beberapa
lokasi di Jawa Timur. Jenis ini sukses diintroduksi
Sumatera Selatan dan Jambi (daerah Muara
Bungo).
d. Deskripsi umum
Bambu ini tumbuh mencapai 15 m, tegak dan
rapat.
A. Rumpun
A. Rumpun
A. Rumpun
B. Bunga E. Daun
Foto : Elizabeth A. Widjaja
A. Rumpun
C. Pelepah
A. Rumpun
F. Batang
C. Rebung
Foto : Elizabeth A. Widjaja
D. Pelepah Buluh
A. Rumpun
C. Batang
A. Pelepah B. Rumpun
A. Rumpun
C. Daun
A. Rumpun
Basuki, Triadi., Sutisna U, Prana MS, Adisoemarto S, Rifai MA. (1985). Kamus Istilah Biologi untuk Pelajar. Jakarta :
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Clark, Lynn. 2006. Bamboo Biodiversity. Iowa State University. https://www.eeob.iastate.edu/
research/bamboo/
Judziewicz, E.J., L.G. Clark, X. Londoňo, & M.J Stern. 1999. American bamboos. Washington, D.C.:
Smithsonian Institution Press.
McClure, F. 1966. A. The bamboos. A fresh perspective. A. The bamboos. A fresh perspective.
McClure, F. A. 1973. Genera of bamboos native to the New World (Gramineae: Bambusoideae).
Smithsonian Contributions to Botany.
Rifai, M.A. dan Widjaja, E.A. 1987. Kamus Biologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rifai, M. A. 1995. Glosarium biologi. Jakarta : Balai Pustaka.
Widjaja, Elizabeth A. 1987. A Revision of Malesian Gigantochloa (Poaceae - Bambusoidea). Reinwardtia. 10(3):
291-380.
Widjaja, Elizabeth A. 1997. New Taxa in Indonesia Bamboo. Reinwardtia. 11(2): 57-152.
Widjaja, Elizabeth A. 2019. The Spectacular Indonesian Bamboos. PT. Gudang Garam Tbk (In press).
Bambusa heterostachya √
Bambusa maculata √ √ √ √ √ √
Bambusa spinosa √ √ √ √ √ √ √ √
Bambusa vulgaris √ √ √ √ √ √ √ √ √
Dendrocalamus asper √ √ √ √ √ √ √ √ √
Gigantochloa apus √ √ √ √ √
Gigantochloa atroviolacea √ √
Gigantochloa atter √ √ √ √ √ √ √ √ √
Gigantochloa balui √
Gigantochloa kuring √
Gigantochloa luteostriata √
Gigantochloa nigrociliata √ √ √
Gigantochloa pruriens √
Gigantochloa robusa √ √
Gigantochloa verticillata √ √
Neololeba atra √ √ √
Schizostachyum brachycladum √ √ √ √ √ √ √ √ √
Schizostachyum iraten √ √ √
Schizostachcyum lima √ √ √ √ √ √
Schizostachyum silicatum √ √ √ √ √ √ √
Schizostachyum zollingeri √ √ √
Abaksial: permukaan atau sisi suatu organ yang jauh atau menjauhi sumbu tempat melekatnya.
Adaksial: Permukaan atau sisi suatu organ yang dekat dengan, mendekati ataupun menghadap sumbu
tempat melekatnya.
Akar udara: akar yang keluar dari bagian batang di atas tanah dan menggantung di udara.
Bergigi: keadaan pinggir bidang yang bertorehan sehingga terbentuk deretan segitiga runcing tegak lurus
pada pinggir bidangnya.
Berbiku-biku: mempunyai lipatan; bertakik; tidak lurus atau belok-belok.
Bulu kejur: salah satu macam bulu yang kaku, kadang mudah rontok dan terdapat pada ujung kuping
pelepah buluh, kuping pelepah daun atau ligula.
Buluh: batang yang beruas-ruas, umumnya berongga dan membentuk bunga dan buah,khususnya pada
suku rumput-rumputan (Poaceae).
Cabang lateral: cabang yang keluar dari tunas pada buku dengan diameter lebih besar daripada cabang
lainnya.
Daun pelepah buluh: daun yang terdapat pada bagian daun yang membungkus batang.
Introduksi: sesuatu yang baru muncul karena dibawa dari tempat lain.