Anda di halaman 1dari 60

Penanggung jawab :

Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan

Penulis :
Prof. Dr. Elizabeth Anita Widjaja
Dita Ervianti
Hanifah Kusumaningtyas

Editor :
Nurhayati

Design :
Dody Rahmansyah

Bekerjasama dengan :
GIZ Forclime

Diterbitkan oleh :
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan

Jakarta, Desember 2020


Buku Saku Identifikasi Bambu
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KATA PENGANTAR
Bambu merupakan salah satu produk HHBK yang potensial dan tersebar keberadaannya di KPH. Potensi bambu
dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi bambu. Sebagai pendukung kegiatan inventarisasi bambu pada KPH
diperlukan suatu acuan untuk memudahkan identifikasi jenis bambu sehingga perlu disusun buku saku identifikasi bambu.
Penyusunan Buku Saku Identifikasi Bambu ini merupakan salah satu kegiatan Direktorat Inventarisasi dan
Pemantauan Sumber Daya Hutan Tahun Anggaran 2020 bekerja sama dengan GIZ Forclime.
Buku saku ini menyajikan sebaran 21 jenis bambu komersil di seluruh Indonesia dan menjelaskan secara detail
mengenai ciri dari masing-masing jenis bambu, antara lain ciri rebung, batang, cabang, pelepah buluh, pelepah daun dan
bunga. Berdasarkan ciri-ciri tersebut diharapkan dapat dilakukan identifikasi jenis bambu dengan mudah.
Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi hingga
diterbitkannya buku ini. Secara khusus terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Dr. Elizabeth Anita Widjaja dan Sdr Dita
Ervianti yang membantu dalam penulisan buku ini, serta kepada GIZ Forclime yang telah mendukung pelaksanaan
penyusunan buku saku ini
Semoga buku saku ini dapat memberikan manfaat dan menjadi salah satu sumber informasi dalam penyusunan
data dan informasi potensi bambu di KPH.

Jakarta, Desember 2020


Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan

Dr. Ir. Belinda Arunarwati Margono, M.Sc


NIP. 19681101 199303 2 003

Buku Saku Identifikasi Bambu


PETUNJUK PENGGUNAAN RUMPUN
1.Simpodial (tumbuh secara berkelompok )
Untuk menggunakan buku saku identifikasi bambu,
berikut ini langkah-langkah yang harus dilakukan :
 Ketahui lokasi sebaran jenis bambu (Lampiran 1)
 Fokuskan pada jenis-jenis bambu yang hidup di
wilayah areal kerja
(misal lokasi areal kerja KPH Lakitan, Sumatera
Selatan, fokus pada jenis-jenis bambu yang hidup
di wilayah Sumatera, lalu mengerucut ke jenis
yang hidup di Sumatera Bagian Selatan)
 Ketahui nama lokal jenis sebagai pendukung
informasi
 Sesuaikan dengan informasi tempat tumbuh 2. Monopodial (tumbuh menjalar )
bambu
 Cek ciri-ciri fisik bambu melalui narasi penjelasan/
deskripsi dan gambar parameter identifikasi
bambu (RUMPUN, REBUNG, BATANG,
CABANG, PELEPAH BULUH )
 Untuk pengertian istilah-istilah khusus
terdapat pada Lampiran 2.

Foto : Elizabeth A. Widjaja

ii
Buku Saku Identifikasi Bambu
REBUNG BATANG
Bakal batang yang tumbuh dari kuncup batang yang ter-
letak dalam tanah dikenal dengan nama rimpang. Dari
kuncup tersebut tumbuh rebung yang kemudian akan
menjadi batang muda dan setelah beberapa bulan men-
jadi batang dewasa. Warna rebung sangat menentukan
jenisnya, namun warna ini juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan sekitarnya seperti curah hujan, keteduhan
pohon.

(1) (2) (3)


Gambar : Judziewicz dkk

(1) Batang tumbuh tegak berumpun


(2) Batang tumbuh serabutan jatuh atau menempel
pada pohon sekitarnya
(3) Batang tumbuh merambat membelit pohon
sekitarnya
Bambu yang tegak adalah bambu yang banyak
Dendrocalamus asper Warna Gigantochloa atter. Warna
rebung hitam coklat tua dengan rebung hijau-hijau tua, digunakan untuk industri.
bulu halus seperti beludru
Foto : Elizabeth A. Widjaja

iii
Buku Saku Identifikasi Bambu
CABANG PELEPAH BULUH
Yang menutupi rebung ketika muda, dan tetap menempel
pada buluh hingga buluh menjadi dewasa, atau lepas ketika
buluh belum dewasa betul.

Pelepah buluh pada


Gigantochloa apus
ketika bambu muda
Jenis yang memiliki cabang hingga bambu dewasa
lateral yaitu cabang yang
lebih besar dari cabang
lainnya
Gambar : Judziewicz dkk
Pelepah buluh pada
Schizostachyum
brachycladum ketika
Jenis yang semua bambu muda hingga
cabangnya sama besar bambu dewasa
Foto : Elizabeth A. Widjaja

Kuping pelepah buluh dengan bulu kejurnya sangat penting dalam


menentukan jenis bambu, Daun pelepah buluh yang kadang berdiri
tegak, tersebar atau terkeluk balik merupakan ciri species.
Penempelan daun pelepah buluh ke bagian atas pelepah buluh juga
merupakan ciri tersendiri, ada ujung pelepah buluh yang cekung,
Gambar : McClure cembung atau datar. Bentuk kuping bermacam-macam ada yang
membulat dan menjuat keluar, melekuk keluar, tipis seperti peng-
garis, atau bahkan tidak tampak dengan atau tanpa bulu kejur pada
kupingnya
Foto : Elizabeth A. Widjaja

iv
Buku Saku Identifikasi Bambu
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Petunjuk Penggunaan ii
Daftar Isi v
Pendahuluan vii
A. Jenis-Jenis Yang Mempunyai Cabang Lateral Satu Lebih Besar Dari Pada Cabang Lainnya 1
1. Bambusa heterostachya 1
2. Bambusa maculata 3
3. Bambusa spinosa 5
4. Bambusa vulgaris 7
5. Dendrocalamus asper 9
6. Gigantochloa apus 11
7. Gigantochloa atroviolacea 13
8. Gigantochloa atter 15
9. Gigantochloa balui 17
10. Gigantochloa kuring 19

v
Buku Saku Identifikasi Bambu
Hal
11. Gigantochloa luteostriata 21
12. Gigantochloa nigrociliata 23
13. Gigantochloa pruriens 25
14. Gigantochloa robusa 27
15. Gigantochloa verticillata 29
16. Neololeba atra 31
B. Jenis-Jenis Yang Mempunyai Cabang Sama Besar 33
17. Schizostachyum brachycladum 33
18. Schizostachyum iraten 35
19. Schizostachcyum lima 37
20. Schizostachyum silicatum 39
21. Schizostachyum zollingeri 41
Penutup 43
Lampiran 1. Sebaran 21 Jenis Bambu Komersil di Indonesia
Lampiran 2. Daftar Istilah

vi
Buku Saku Identifikasi Bambu
PENDAHULUAN
Dalam rangka terselenggaranya pengelolaan hutan secara efektif, efisien, dan lestari, seluruh wilayah
kawasan hutan di Indonesia terbagi dalam unit-unit kesatuan pengelolaan hutan (KPH) yang pembentukannya
didasarkan atas kriteria kepastian kawasan, kelayakan ekologi, kelayakan pengembangan kelembagaan, dan
pemanfaatannya.
Dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan, setiap KPH melaksanakan kegiatan inventarisasi hutan
guna mengetahui potensi yang ada dalam areal kerja KPH, termasuk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Salah
satu HHBK potensial di KPH adalah bambu. Potensi bambu di KPH dapat diperoleh melalui inventarisasi bam-
bu yang pelaksanaannya perlu didukung oleh kemampuan pelaksana dalam pengenalan jenis bambu
Secara keseluruhan terdapat 176 jenis bambu di Indonesia yang tersebar di seluruh KPH, namun hingga
saat ini baru 21 jenis yang banyak dimanfaatkan oleh industri secara luas. Tiap jenis bambu memiliki ciri-ciri
morfologi yang khas. Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat ditentukan jenis bambu yang ada. Selain kuantitas,
informasi jenis bambu sangatlah penting bagi KPH untuk rencana pengelolaan karena pemanfaatan bambu
dipengaruhi oleh jenisnya. Untuk mendapatkan kepastian jenis bambu pada pelaksanaan inventarisasi, diper-
lukan alat bantu pengenalan jenis diantaranya buku saku identifikasi jenis bambu. Buku ini diharapkan dapat
membantu pelaksana dalam proses identifikasi jenis bambu yang ditemukan di lapangan.

vii
Buku Saku Identifikasi Bambu
A. JENIS-JENIS YANG MEMPUNYAI CABANG LATERAL SATU LEBIH BESAR DARI PADA CABANG LAINNYA

1. Bambusa heterostachya (Munro) Holttum


a. Nama Daerah: bambu galah (Sumatera Utara,
Riau)
b. Tempat tumbuh: Ditanam di kebun kelapa
sawit, di Batam tumbuh di pinggir jalan
dataran rendah, demikian juga di Riau
tumbuh liar.
c. Sebaran: Jenis ini diintroduksi ke Indonesia
pertama kali di daerah Tanjung Morawa,
Sumatera Utara di Pusat Penelitian Kelapa
Sawit pada tahun 1970-an yang diintroduksi
dari Malaysia sebagai galah waktu panen
buah kelapa sawit. Pada tahun 1980-an jenis
ini tampak ditanam di Pulau Batam namun
tidak banyak. Akhir-akhir ini bambu ini juga
ditemukan di Riau Kepulauan seperti Pulau
Rupat, juga di Reteh, Indragiri Hulu, Tebing
tinggi dan Sungai batang.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 1


d. Deskripsi umum
Bambu ini tumbuh hingga ketinggian 12 m, tegak,
hanya ujungnya tampak melengkung.
Rebung : hijau muda dengan daun pelepah yang
tegak, berbulu putih hingga coklat, dilapisi lilin putih.
Batang: berdiameter 3.5 – 6 cm, beruas 30-40 cm,
dengan dinding 10 – 15 mm, kadang lebih tebal bila
ditanam di tanah yang tandus dan kering. Batang
muda bergaris kuning dan dilapisi lilin putih dan
berbulu coklat tersebar.
B. Pucuk Rebung C. Percabangan
Cabang: satu cabang lebih besar daripada cabang
lainnya dan tumbuh di pertengahan buluh
Pelepah buluh: tidak mudah gugur hingga batang
tua ditutup bulu putih, kuping pelepah buluh
membulat besar hingga 10 mm tingginya, dengan
bulu kejur hingga mencapai 15 mm, ligula agak rata
hingga bergerigi dengan bulu kejur mencapai 3
mm, daun pelepah buluh menyegitiga dan tegak,
berwarna hijau pucat.
Daun : daun gundul, kuping pelepah daun membu-
lat kecil, tanpa bulu kejur, ligula bergigi dengan bulu
kejur hingga 5 mm.
D. Daun E. Pelepah Rebung

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 2


2. Bambusa maculata Widjaja

a. Nama Daerah: bambu tutul (bahasa Indonesia),


bambu batik, buluh cina, buluh gading, buluh
kadera, buluh kursi (Ternate, Halmahera), kalaeng
ngusina (Sangir), pring tutul (Jawa), awi tutul
(Sunda), tiying tutul (Bali).
b. Tempat tumbuh: Tumbuh di dataran rendah, di
kebun atau di hutan sekunder.
c. Sebaran: Bambu ini tumbuh tersebar luas di Jawa,
Bali, Lombok dan di P. Selayar, P. Banggai,
Menado Sulawesi Utara, Sangir,Talaud dan Maluku
Utara termasuk Halmahera dan Ternate.
d. Deskripsi umum

Bambu ini tumbuh hingga ketinggian 15 m, tegak,


dengan ujungnya melengkung.
Rebung : hijau dengan garis kuning pada
pelepahnya. Daun pelepah buluhnya tegak, ber-
bulu hitam tersebar tidak merata.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 3


Batang: berdiameter 4-7 cm, beruas 30-35 cm, dengan
dinding mencapai 10 mm, kadang lebih tipis atau lebih
tebal tergantung dari tanah yang ditanaminya. Batang
muda warna hijau muda dengan garis kuning dan
berbulu coklat tua tersebar. Bila buluh dewasa, buluh
berwarna hijau tua dengan bercak-bercak coklat tua,
bila buluh ditebang dan dikeringkan maka warna coklat
akan lebih muncul.
Cabang: satu cabang lebih besar daripada cabang
lainnya dan tumbuh di pertengahan buluh, terkadang
di bagian bawah buluh tumbuh cabang-cabang kecil
yang tidak berkembang dengan baik.
B. Batang dengan garis C. Pelepah
Pelepah buluh: mudah gugur sesuai dengan
tumbuhnya buluh, namun terkadang ada juga pelepah
buluh yang masih sebagian menempel dengan ditutupi
oleh bulu hitam tersebar, kuping pelepah buluh
membulat melengkung keluar 5.5 mm tingginya,
seringkali kuping pelepah buluh melebar hingga
bagian bawah/basal dari daun pelepah buluh, bulu
kejur pada pelepah buluh hingga mencapai 15 mm,
ligula rata, 2 mm tingginya dan gundul. Daun pelepah
buluh menyegitiga dan tegak ketika muda, dengan
berkembangnya buluh, daun pelepah buluh akan
tumbuh memanjang, kemudian menyebar, kadang
melekuk balik kemudian gugur.
D. Pelepah Daun E. Batang dengan tutul
Daun : daun gundul, kuping pelepah tidak tampak
jelas, gundul, ligula menggerigi dengan tinggi 1 mm. Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 4


3. Bambusa spinosa Roxb

a. Nama daerah:
Bambu duri (Indonesia), awi ori, awi haur cucuk, awi cucuk
(Sunda), jajang ori (Jawa timur), pring ori (Jawa), dor’e,
perrèng duri, perrèng nore (Madura), hori, horwi, orwi,
tiying gesing, tiying hori (Bali), ao duri (Flores), aru kramat
(Solor), triëng mëdneroi (Aceh), mëdoeri (Gayo), aor duri,
buluh doeri (Batak), oe duri (Tapah), galè’ (Salang), hao
‘mbitaha (Nias), aur duri, bambu duri, buluh badden
(Ambon), buluh bedot (Menado), buloh duri, haur baduri,
haur batu (Banjarmasin), auwë duri (Minangkabau), koaëng
tabada, oe watu, totoren batu, totoren oe watu,
pepusungen (Minahasa), bulo totowang (Makasar), haduri
(Salayar), awo maduri, awo tara (Bugis), banggéha, tomo
usi, tomo ruri (Seram), tabadiko gulau (Ternate).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh baik di daerah yang lembab,
sepanjang sungai dan juga di daerah kering. Selain itu
dilaporkan tumbuh baik juga di tanah yang asam.
c. Sebaran : Bambu ini asli Indonesia tumbuh tersebar dari
Sumatera hingga Maluku, di Papua belum pernah
dilaporkan ada jenis bambu duri.
d. Deskripsi umum
Bambu ini dapat tumbuh hingga 25 m, tumbuh tegak dan
padat karena percabangannya yang berduri dan rapat.
A. A. Rumpun
Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 5


Rebung : jingga, tertutup bulu coklat sampai hitam,
diselimuti lilin putih.
Batang: Buluh muda diselimuti lapisan lilin putih
dengan bulu coklat tersebar kemudian gundul dan
hijau mengkilap saat tua, panjang ruas 25 – 30 cm,
diameter 5 – 10 cm, berdinding tebal kadang hampir
padat pada dasarnya tebal 10 – 20 mm.
Cabang : tumbuh di permukaan tanah dan terdiri
atas sebuah cabang yang dominan.
Pelepah buluh: mudah luruh dan tertutup bulu
coklat, kuping pelepah buluh kecil bercuping
melebar kadang berkeriput hingga dasar daun B. Duri C. Pelepah
pelepah buluh, panjang bulu kejur mencapai 12 mm,
ligula dengan tinggi kurang dari 3 mm dengan
panjang bulu kejur 5 – 6 mm, daun pelepah buluh
tegak pada ruas bagian atas terkeluk balik.
Daun : abaksial daun sedikit berbulu. Pelepah daun
memiliki kuping pelepah daun kecil membulat
dengan tinggi kurang dari 1 mm, panjang bulu kejur
mencapai 5 mm, ligula menggergaji dan menggerigi
tinggi mencapai 5 mm dengan bulu kejur mencapai
5 mm.

D. Rebung

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 6


4. Bambusa vulgaris Schrad. (Varietas Hijau : Bambusa
vulgaris var.vulgaris; Varietas Kuning : Bambusa vulgaris
var.striata; Varietas berbuluh cembung : Bambusa vulgaris
var. Wamin)

a. Nama Daerah
Varietas hijau: bambu ampel (Indonesia), pring ampel,
jajang ampel (Jawa), awi ampel, awi haur, haur (Sunda),
perreng ampel (Madura), perreng camel (Madura A. Rumpun B. Vulgaris var vulgaris
kangean), jajang ampel, jajang gading (Jawa Timur), tiying
ampel (Balinese), tereng dendeng, tereng rending (Sasak),
(bulu minjak (Manado), pakayu (Totembuan), wowuhu
woidu (Bolaang Mongondow), kalaeng ohose, kalahing
(Sangihe), tahaki (Minahasa), bulo banua (Makassar),
buluh kei (Banda), teli tahu (Seram), domar, domu, domul,
domulo (Ambon), auloto (Halmahera), tabadiko ake,
tabadiko nani, tabdiko sagu (Ternate).
Varietas kuning: bambu kuning (Indonesia), pring kuning
(Jawa), awi gading, awi koneng, awi haur sejah, awi haur B Rumpun B. Vulgaris var Striata
geulis, awi haur koneng, awi haur surat, haur koneng
(Sunda), perrèng ghadhing (Madura), trieng gading (Aceh),
aoer gading (Malay), haur bahenda, buluh gading
(Banjarmasin), haur gading (Padang), ampel kuning,
tabadiko bahadi (Ternate), bulo gading (Makassar), awo
lagading (Bugis), hao adoelo (Nias), boeloeh swanggi
(Maluku), aoewë gadiëng, a.koeniëng, bamboe koeniëng,
b. koering-koering (Minangkabau).
Varietas berbuluh cembung : Bambu gendang, bambu
blenduk (Jawa), budha belly (Inggris). C. Rumpun B. Vulgaris var W Wamin
Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 7


b. Tempat tumbuh : tumbuh di daerah yang sangat kering, lembab
dan dapat tumbuh di daerah yang tergenang air 2-3 bulan.
c. Sebaran : Bambu ini tumbuh di seluruh wilayah di Indonesia,
walaupun varietas yang kuning umumnya ditanam orang demikian
juga varietas yang bebuluh cembung.
d. Deskripsi umum :
Bambu ini tumbuh hingga mencapai 20 m, tegak atau berbiku-
biku dan tidak terlalu rapat.
Rebung: kuning atau hijau tertutup bulu coklat hingga hitam.
Batang : Buluh muda hijau mengkilap atau kuning bergaris – garis
hijau, panjang ruas 20 – 45 cm, diameter 5 – 10 cm, tebal dinding
7 – 15 mm. D. Cabang
Cabang : tumbuh 1.5 m dari permukaan tanah, setiap ruas terdiri
dari 2 – 5 cabang dengan salah satu cabang lebih besar dibanding
dengan cabang lainnya.
Pelepah buluh : mudah luruh, ditutupi banyak bulu coklat tua
hingga hitam, kuping pelepah membulat dengan ujung
melengkung keluar, tinggi 5 – 13 mm dengan bulu kejur mencapai
7 mm, ligula menggerigi dan tidak beraturan, tinggi mencapai 3
mm, gundul, daun pelepah buluh tegak, menyegitiga dengan
pangkal melebar.
Daun : gundul, kuping pelepah daun kecil membulat, tinggi 1 – 1.5 E. Rebung
mm dengan bulu kejur yang pendek mencapai 2 mm, ligula rata,
gundul. F. Pelepah
Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 8


5. Dendrocalamus asper (Schult.) Backer

a. Nama Daerah : bambu betung (Indonesia), buluh


gadang, buluh betung (Malay), buluh batuang (Padang),
pring betung (Jawa), awi bitung (Sunda), tiying petung
(Bali), betho (Flores: Manggrai, Bajawa) oo patu (Bima),
patung (Tetun), toki (Torseaw, Gorontalo), buluh jawa/
jowo (Tobelo), tabadi (Sangir), tenine (Seram Alune),
teniye (Seram Wemale), treng betong (Aceh), oloh otong
(Gayo), buluh botung (Batak), lewuo guru (Nias), buluh
swanggi (Banda), buluh lotung (Dayak), deling petung
(Jawa timur), pereng petong (Madura), ao patung
(Solor), buluh patung (Sangir), bulo patung (Makasar),
awo petung (Bugis). Tabadiko jawa (Ternate).
Varietas Hitam : bambu betung hitam (Indonesia), tiying
betung salem (Bali).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh baik di tanah aluvial tropis
yang lembab dan basah, tetapi juga tumbuh di daerah
kering di dataran rendah maupun dataran tinggi.
c. Sebaran : Bambu ini tersebar diseluruh wilayah Indonesia
hingga Papua, pernah dijumpai tumbuh di Manokwari.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 9


d. Deskripsi umum : Bambu ini tumbuh hingga mencapai 20
m, tegak dan padat dengan ujung melengkung.
Rebung: hitam keunguan, ditutupi dengan bulu coklat
kehitaman yang membeledru. Batang: Buluh hijau, hijau
tua, hijau keunguan atau hijau keputih – putihan dan
bertotol putih karena ada lumut ketika tua, selain itu buku –
bukunya dikelilingi oleh akar udara. Bagian pangkal buluh
ditutupi bulu coklat kehitaman yang membeledu, panjang
ruas 40 – 50 cm, dengan tebal dinding mencapai 15 mm.
Cabang : terdapat dibagian tengah buluh, setiap ruas
terdiri dari 4 – 7 cabang dengan salah satu cabang lebih
besar dibanding dengan cabang lainnya.
Pelepah buluh: mudah luruh, ditutupi bulu coklat tua B. Betung C. Batang akar udara
hingga hitam yang membeledu, kuping pelepah membulat
dan kadang mengeriting hingga dasar daun pelepah
buluh, tinggi 2 – 5 mm dengan bulu kejur mencapai 5 mm,
ligula menggerigi dan tidak teratur, tinggi mencapai 6 mm,
dengan panjang bulu kejur 3 – 5 mm, daun pelepah buluh
terkeluk balik, menyegitiga dengan dasar menyempit.
Daun : abaksial daun sedikit berbulu, kuping pelepah daun
kecil membulat, tinggi 1 – 2 mm, tanpa bulu kejur, ligula
rata, tinggi 1 – 2 mm dengan bulu kejur mencapai 4 mm.

Foto : Elizabeth A. Widjaja D. Cabang E. Rebung

Buku Saku Identifikasi Bambu 10


6. Gigantochloa apus (Schult.) Kurz
a. Nama Daerah
Bambu tali, bambu apus (Indonesia), pring tali, pring
apus, deling apus, deling tangsul, jajang apus, pring
tali (Jawa), awi tali (Sunda), perrèng tale (Madura),
tiying tali, tiying tlantan (Balinese).
Varietas Hitam : tiying tali salem (Bali).
Varietas Garis kuning : tiying tali soet (Bali).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di daerah tropis yang
lembab dan juga di daerah yang kering, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Bila
tumbuh di daerah yang kering seringkali batang
menjadi lebih kecil dan tebal. A. Rumpun
c. Sebaran : Ditanam di seluruh Jawa, Bali dan Lombok,
namun bisa ditemui di beberapa lokasi di pulau
Sumatera dan Sulawesi karena dibawa oleh orang
Jawa, Sunda atau Bali waktu bermigrasi.
d. Deskripsi umum : Bambu ini tumbuh mencapai 22 m,
lurus, tegak dan rapat. Karena pelepah buluhnya yang
tidak mudah luruh, sehingga tampak dari jauh
pelepah menempel hingga batang tua.
Foto : Elizabeth A. Widjaja B. Cabang

Buku Saku Identifikasi Bambu 11


Rebung: hijau tertutup bulu coklat sampai hitam
dengan pelepah menyebar sampai terkeluk balik.
Batang: Buluh muda tertutup bulu coklat tersebar
lambat laun luruh ketika tua dan berwarna hijau,
panjang ruas 20 – 60 cm, diameter 4 – 12 cm, dan
tebal dinding mencapai 15 mm.
Cabang : 1,5 m dari permukaan tanah atau di
tengah buluh, setiap ruas terdiri dari 5 – 11
cabang dengan salah satu cabang lebih besar
dibanding dengan cabang lainnya.
Pelepah buluh: tidak mudah luruh, pelepah
ditutupi bulu coklat hingga hitam, kuping pelepah C. Daun D. Pelepah
seperti bingkai, tinggi 1 – 3 mm dengan panjang
bulu kejur mencapai 7 mm, ligula menggerigi,
tinggi 2 – 3 mm, dengan panjang bulu kejur 3 – 5
mm, daun pelepah buluh terkeluk balik,
menyegitiga dengan dasar sempit.
Daun: abaksial daun sedikit berbulu. Kuping
pelepah daun kecil membulat, tinggi 1 – 2 mm,
tanpa bulu kejur, ligula rata, tinggi 1 mm, gundul.

Foto : Elizabeth A. Widjaja E. Rebung F. tiying tali

Buku Saku Identifikasi Bambu 12


7. Gigantochloa atroviolacea Widjaja

a. Nama Daerah
Bambu hitam (Indonesia), pring wulung, pring
ireng, pring ulung (Jawa), awi hideung (Sunda),
tiying item (Bali).
b. Tempat tumbuh
Lebih suka tumbuh di daerah kering dan tanah
berkapur, bila ditanam di tempat lembab menjadi
kurang hitam.
c. Sebaran
Tersebar di daerah Jawa Barat terutama di Banten
dan Sukabumi, di Jawa Tengah tumbuh di daerah A. Rumpun 1
Purwokerto, Purworejo, Jogjakarta dan beberapa
lokasi di Jawa Timur. Jenis ini sukses diintroduksi
Sumatera Selatan dan Jambi (daerah Muara
Bungo).
d. Deskripsi umum
Bambu ini tumbuh mencapai 15 m, tegak dan
rapat.

Foto : Elizabeth A. B. Rumpun 2

Buku Saku Identifikasi Bambu 13


Rebung : hijau kehitaman dengan ujung jingga,
tertutup bulu coklat sampai hitam.
Cabang : tumbuh jauh dari permukaan tanah
tengah buluh dengan salah satu cabang lebih besar
dibanding dengan cabang lainnya.
Batang : Buluh muda tertutup bulu coklat sampai
hitam, gundul saat tua dan buluh menjadi
keunguan, panjang ruas 40 – 50 cm, diameter 6 – 8
cm, tebal dinding mencapai 8 mm.
Pelepah buluh : mudah luruh, ditutupi bulu coklat
hingga hitam, kuping pelepah buluh membulat,
tinggi 3 – 5 mm dengan panjang bulu kejur men-
capai 7 mm, ligula menggerigi, tinggi 2 mm,
gundul, daun pelepah buluh terkeluk balik, menye-
gitiga dengan pangkal menyempit. C. Rebung
Daun : kuping pelepah daun kecil, tinggi 1 mm,
tanpa bulu kejur, ligula menggerigi, tinggi 2 mm,
gundul.

Foto : Elizabeth A. Widjaja D. Cabang

Buku Saku Identifikasi Bambu 14


8. Gigantochloa atter (Hassk) Kurz
a. Nama Daerah : bambu ater (Indonesia), pring jawa,
pring legi, deling jawi, pring jawa (Jawa), pring pitik
(Trenggalek), awi ater, awi temen (Sunda), perrèng keles
(Madura), buluh dabuk (Palembang), tabadiko fui
(Ternate), buluh pring (Bantimurung), parin
(Rantepao), bambu bonda (Poasia), wolo awo
(Donggala), talelo (Tibawa), buluh pagar (Bolaang
Mongondow), amut (Ratahan), kalaeng pitung
(Sangihe), bulu ajer (Minahasa).
b. Tempat tumbuh : tumbuh baik di daerah tropis yang
lembab, tumbuh di dataran rendah, ditemukan juga di
A. Rumpun
pesisir bisa juga di dataran tinggi, umumnya di tanam di
pedesaan dan kadang ditemukan di hutan sekunder.
c. Sebaran: tumbuh tersebar di seluruh Indonesia dari
Sumatera hingga Papua, ditemukan di Daerah
Manokwari
d. Deskripsi umum
Bambu ini tumbuh mencapai 15 m, tegak dan rapat.

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 15


Rebung : hijau kehitaman dengan ujung
jingga, tertutup bulu coklat sampai hitam.
Batang : Buluh muda tertutup bulu coklat
sampai hitam, gundul saat tua dan buluh
menjadi keunguan, panjang ruas 40 – 50 cm,
diameter 6 – 8 cm, tebal dinding mencapai 8
mm.
Cabang : tumbuh jauh dari permukaan
tanah tengah buluh dengan salah satu
cabang lebih besar dibanding dengan C. Pelepah
B. Cabang
cabang lainnya.
Pelepah buluh : mudah luruh, ditutupi bulu
coklat hingga hitam, kuping pelepah buluh
membulat, tinggi 3 – 5 mm dengan panjang
bulu kejur mencapai 7 mm, ligula meng-
gerigi, tinggi 2 mm, gundul, daun pelepah
buluh terkeluk balik, menyegitiga dengan
pangkal menyempit.
Daun : Kuping pelepah daun kecil, tinggi 1
mm, tanpa bulu kejur, ligula menggerigi,
tinggi 2 mm, gundul.

Foto : Elizabeth A. Widjaja D. Rebung E. Pelepah Daun

Buku Saku Identifikasi Bambu 16


9. Gigantochloa balui K.M. Wong 1990

a. Nama Daerah : abe (Sejangkung, Kalimantan


Barat), abek (Sambas), buluh madu (Bengkayang),
porin anyang (Melawi
b. Tempat tumbuh : Tumbuh baik pada tanah
aluvial, sepanjang tepi sungai dan daerah tropis
yang lembab.
c. Sebaran : Ditemukan di Kalimantan Barat tetapi
ada juga di Sabah dan Sarawak serta Brunei.
d. Deskripsi umum
Bambu ini tumbuh mencapai 12 m, tegak dan
padat.
Daun : permukaan bagian bawah agar berbulu;
kuping pelepah buluh kecil, tinggi 1 mm dengan
beberapa bulu kejur dan panjang mencapai 7
mm; ligula rata, tinggi 2 m, gundul.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 17


Rebung : hijau kekuningan dengan garis kuning
yang tertutup bulu putih.
Batang : Buluh muda tertutup bulu putih, gundul
ketika tua dan berwarna hijau, atau hijau dengan
haris kuning pada pangkalnya, ruas panjangnya
mencapai 40 cm, dengan diameter 3-8 cm,
dinding tebalnya mencapai 15 mm.
Cabang : terdapat jauh di permukaan tanah, satu
cabang lebih besar daripada cabang lainnya,
ujung melengkung.
B. Rebung
Pelepah buluh : tertutup buluh putih, dan mudah
luruh, kuping pelepah buluh seperti bingkai tinggi
2,5 mm, gundul; ligula menggerigi, tinggi 1-4 mm
dengan panjang bulu kejur mencapai 5 mm; daun
pelepah buluh terkeluk balik, menyegitiga dengan
pangkal sempit, bagaian adaksialnya tertutup bulu
putih.

Foto : Elizabeth A. Widjaja C. Cabang D. Pelepah

Buku Saku Identifikasi Bambu 18


10. Gigantochloa kuring Widjaja

a. Nama Daerah : Buluh elang, buluh koren, buluh


kuring, bulu kuraing (Melayu).
Varietas hitam: buluh kuring hitam
Varietas hijau: buluh kuring biasa
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di dataran rendah,
biasanya di sepanjang sungai, juga di daerah
kering pada ketinggian 50-150 m dpl.
c. Sebaran : Jenis ini berasal dari beberapa tempat
di Sumatera seperti Jambi, Sumatera Barat, Riau.
Jenis ini belum pernah dilaporkan ada di
Sumatera Selatan dan Lampung.
d. Deskripsi umum
Bambu ini tumbuh mencapai 25 m, padat dan
tegak.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 19


Rebung: hijau, sering dengan garis kuning sampai
kemerahan atau jingga dan tertutup bulu hitam.
Batang: buluh muda tertutup lilin putih dan bulu hitam
yang tersebar tidak merata, ketika tua buluh menjadi
gundul dan berwarna hijau dengan garis kuning atau
hijau dengan garis kemerahan atau garis keunguan, ruas
panjangnya 30-47 cm dengan diameter 2-7 cm, dinding
tebalnya 8-10 mm.
Cabang: tumbuh 1,5 m di permukaan tanah, kadang
tepat di atas tanah, satu cabang lebih besar daripada
cabang lainnya.
Pelepah buluh: tetap melekat, bagian pangkal B. Cabang C. Rebung
pelepahnya berbulu dan tertutup bulu hitam yang
melekat pada bagian tengah, ujung tepi pelepah buluh
melengkung keluar, kuping pelepah buluh mencapai 4
mm dengan bulu kejur panjangnya mencapai 7 mm;
ligula mengerigi, tinggi 2-3 mm, dengan bulu kejur
panjangnya 4 mm; daun pelepah buluh terkeluk balik,
menyegitiga, bagian pangkalnya sempit.
Daun: gundul; kuping pelepah buluh kecil dan
membulat, bagian ujung kuping pelepah buluh
melengkung kedalam, tinggi 1-2 mm, dengan bulu kejur
panjangnya mencapai 3 mm; ligula menggerigi, tinggi
mencapai 2 mm dengan bulu kejur panjangnya 2-3 mm.
D. Pelepah

Foto : Elizabeth A. Widjaja E. Kuping Pelepah

Buku Saku Identifikasi Bambu 20


11. Gigantochloa luteostriata Widjaja

a. Nama Daerah : Buluh tali, paring tali (Dayak,


Banjar)
b. Tempat tumbuh : Sepanjang aliran sungai
dengan batuan gamping atau tanah aluvial,
dan juga daerah yang lembab
c. Sebaran : Bambu ini ditemukan di daerah
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan
d. Deskripsi umum
Bambu ini tumbuh mencapai 10 m, rumpun
padat dan tegak.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 21


Rebung : Hijau dan agak kemerahan tertutup bulu
putih dan coklat.
Batang : Buluh muda tertutup bulu putih dan coklat,
ketika tua gundul dan berwarna hijau, ruas panjangnya
30 – 40 cm jarang sekali mencapai 50 cm, dengan
diameter 2 – 5 cm dan jarang sekali mencapai 7 cm,
dengan dinding tebalnya mencapai 8 mm.
Cabang : terdapat 1 m di permukaan tanah atau
kadang tepat di atas tanah terutama pada tanaman
yang masih muda.
Pelepah buluh : tidak mudah luruh, tertutup bulu hitam D. Pelepah C. Kuping Pelepah
dan coklat, kuping pelepah buluh seperti cuping, tinggi
2 – 3 mm, gundul; daun pelepah buluh terkeluk balik,
mudah luruh dengan pangkal sempit.
Daun : permukaan bawahnya agak berbulu, warna
hijau dengan garis putih atau kekuningan; kuping
pelepah daun kecil dan membulat, tinggi 1 – 2 mm;
panjang bulu kejur 1 – 2 mm, ligula rata, tinggi
mencapai 2 mm dan gundul.

B. Bunga E. Daun
Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 22


12. Gigantochloa nigrociliata (Buse) Kurz

a. Nama Daerah : bambu tabah, bambu lengka


(Indonesia), tiying tabah (Bali), awi lengka
(Sunda), awi ular (Banten).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di daerah kering dan
lembab di dataran rendah.
c. Sebaran : Tersebar di Jawa, Sumatera dan Bali,
belum dilaporkan adanya jenis ini di Lombok.
d. Deskripsi umum : Bambu ini tumbuh mencapai 10
m. Rumpun padat dan tegak.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 23


Rebung: hijau keabu-abuan, tertutup bulu hitam dan
putih.
Batang buluh : muda dengan bulu hitam sampai coklat,
gundul ketika tua dan hijau tua, ruas panjangnya
mencapai 35 cm - 50 cm, berdiameter 3-6 cm, dinding
tebalnya mencapai 6 mm.
Cabang: terdapat jauh dari permukaan tanah, satu
cabang lateral lebih besar dari cabang lainnya, ujung
melengkung.
Pelepah buluh: tertutup bulu hitam sampai coklat, mudah B. Rebung
luruh, kuping pelepah buluh membulat dengan ujung
yang melengkung ke dalam, tingi 2-4 mm, gundul; ligula
menggerigi, tinggi 2-3 mm; daun pelepah buluh tegak,
menyegitiga dengan pangkal melebar.
Daun: permukaan bawah agak berbulu; kuping pelepah
buluh seperti bingkai sepanjang bagian ujung pelepah
dan ada apendiks yang melengkung ke atas, tinggi 1 mm,
gundul; ligula menggergaji, tinggi 1-2 mm dengan bulu
kejur yang pendek 2 mm.

C. Pelepah

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 24


13. Gigantochloa pruriens Widjaja 1987

a. Nama Daerah : buluh regen (Batak Karo, Alas),


buluh belangke (Melayu), buluh yakyak (Gayo).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di dataran rendah
dengan ketinggian 15 – 400 mdpl.
c. Sebaran : Hanya tumbuh di Sumatera (Aceh
Tenggara dan Sumatera Utara), namun akhir-
akhir ini ditemukan juga di Rokan Hulu dan
Kampar (Riau)
d. Deskripsi umum : Bambu tumbuh tegak
mencapai ketinggian 15 m.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 25


Rebung : hijau dengan semburat jingga, ditutupi
dengan bulu hitam.
Batang : diameter 6 – 12 cm, panjang ruas 40 – 60
cm, hijau dengan bulu hitam gelap pada bagian
atas ruas, ketebalan dinding mencapai 10 mm.
Cabang : terdapat jauh dari permukaan tanah, satu
cabang lateral lebih besar dari cabang lainnya, D. Pelepah
ujung melengkung.
Pelepah buluh : mudah luruh, ditutupi dengan bulu B. Cabang
coklat yang panjang (panjang mencapai 3 mm),
kuping pelepah buluh berkembang dengan baik,
membulat dan melengkung keluar, tinggi mencapai
6 mm; ligula mengigi dengan tinggi 2 mm, daun
pelepah buluh menyebar sampai terkeluk balik. E. Daun
Daun : berbulu pada bagian bawah daun; daun
pelepah buluh ditutupi bulu kecoklatan saat muda,
kuping pelepah daun tidak nampak, ligula tidak
beraturan mengerigi tinggi 2 mm.

F. Batang
C. Rebung
Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 26


14. Gigantochloa robusta Kurz

a. Nama Daerah : bambu mayan, awi mayan (Banten), tiying


jelepung (Bali), buluh riaw (Padang), buluh poring (Batak
Tapanuli).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh baik di daerah tropis yang
lembab dan kering.
c. Sebaran : Tumbuh di Sumatera Barat, Selatan hingga
Lampung dan di Jawa hanya Jawa Barat.
d. Deskripsi umum : Bambu tumbuh mencapai 20 m, padat
dan tegak.
Rebung: hijau muda tertutup bulu coklat hingga hitam.
Batang: ditutupi oleh bulu coklat tersebar bagian atas ruas
yang tidak ditutupi lilin putih, buluh muda warna hijau
kusam dengan garis hijau atau kuning pada bagian bawah
buluh hingga ketinggian 2 m diatas permukaan tanah,
ditutupi oleh bulu coklat yang melekat hingga buluh
menjadi tua, ruas paling panjang mencapai 40 cm,
berdiameter 7 – 9 cm, dinding tebalnya mencapai 18 mm. A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 27


Cabang : terletak jauh di permukaan tanah, satu
cabang lateral lebih besar daripada cabang
lainnya, ujungnya melengkung.
Pelepah buluh : tertutup buluh hitam, mudah
luruh pada buluh yang tua, pada buluh muda
pelepah masih melekat terutama di bagian
pangkal buluh, kuping pelepah buluh membulat
dengan bulu kejur mencapai 5 mm; ligula
menggerigi, tinggi 1 mm dengan bulu kejur yang
panjangnya 3 mm. Daun pelepah buluh terkeluk
balik, menyegitiga dengan pangkal yang B. Cabang C. Buluh Mayan
menyempit.
Daun : permukaan bagian bawah berbulu, kuping
pelepah buluh seperti bingkai, tingginya 1 mm
dengan bulu kejur yang panjangnya mencapai 5
mm; ligula menggerigi, 1 mm tingginya dengan
bulu halus yang panjangnya 3 mm.

D. Pelepah Buluh

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 28


15. Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro

a. Nama Daerah : bambu gombong (Indonesia),


awi andong, awi gombong (Sunda), pring
gombong (Jawa), buluh batuang danto
(Sumatera Barat).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di dataran rendah
mencapai ketinggian 1500 mdpl dan tumbuh
baik di daerah tropis yang lembab.
c. Sebaran : Tumbuh di Jawa dan Lampung
d. Deskripsi umum : Bambu ini tumbuh mencapai
30 m. Rumpun tegak dan padat.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 29


Rebung: hijau dengan garis-garis kuning yang
tertutup bulu coklat sampai hitam.
Batang : buluh muda tertutup bulu coklat, dan
ketika tua gundul dan buluh menjadi hijau dengan
garis kuning, ruas panjangnya 40 – 45 cm
(kadang mencapai 60 cm), berdiameter 5 – 13 cm,
dinding tebalnya mencapai 20 mm.
Cabang : terletak jauh di permukaan tanah, satu
cabang lateral lebih besar daripada cabang
B. Cabang
lainnya, ujungnya melengkung.
Pelepah buluh: tertutup bulu coklat, mudah luruh,
kuping pelepah buluh seperti bingkai yang
bergelombang; daun pelepah buluh terkeluk –
balik, menyegitiga dengan pangkal menyempit.
Daun: gundul; ligula rata sampai menggerigi,
tinggi 2 mm dengan bulu kejur yang halus.

C. Batang

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 30


16. Neololeba atra (Lindl.) Widjaja

a. Nama daerah : buluh loleba, loleba (Maluku, Papua), buluh


karisa (Makasar), awo kurisa (Bugis), nena (Sangir), alen
(Binong), tirak (Seram), wala’we, alune, wemale (Seram), ute
aul (Hila, Ambon), bambu suar (Honem), perat (Iha),
wemoma doroe (Halmahera), toduku (Tobelo), wonomo
(Sahu), ute aui, lolaba (Ternate), holeba (Sentani), sasa
(Wasior), akoya (Ransiki), warire (Yapen), sasa karier, ayuk
(Manokwari).
Varietas Hitam:loleba hitam, ute popa, ute aul mette (Hila,
Ambon)
Varietas hijau tanpa garis hitam: loleba putih, ute aul tuni
(Hila, Ambon).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di daerah tropis basah, di
sepanjang sungai dari dataran rendah hingga ketinggian
1500 m dpl.
c. Sebaran : Tumbuh liar di Sulawesi Utara, Kep. Banggai,
Maluku dan Papua hingga Papua Nugini. Di Jawa, Sumatera
dan beberapa daerah lainnya ditanam untuk melengkapi
koleksi kebun raya.
d. Deskripsi umum
A. Rumpun
Bambu ini tumbuh mencapai 12 m, rumpun padat dan
tegak, ujungnya tegak.
Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 31


Rebung: hijau sampai hijau keunguan, tertutup
bulu putih, coklat muda atau coklat tua.
Batang: buluh muda tertutup bulu putih dan
coklat, ketika tua gundul dan berwarna hijau atau
keunguan, ruasnya 30 – 80 cm dengan diameter 2
– 4 cm, tebal dinding buluh mencapai 4 mm.
Cabang: hanya tumbuh di bagian atas buluh,
terdiri atas 1 – 3 cabang di setiap buku, satu
cabang lebih besar daripada cabang lainnya.
Cabang tumbuh keatas sejajar buluhnya.
Pelepah buluh: tertutup bulu putih, coklat atau
hitam, tidak mudah luruh, kuping pelepah buluh
membulat, tingginya sampai 12 mm, panjang bulu B. Kuping pelepah C. Pelepah
kejur mencapai 15 mm, ligula tidak beraturan,
tinggi 1 – 2 mm dengan bulu kejur mencapai 8
mm, daun pelepah buluh tegak, menyegitiga
dengan pangkal menyempit.
Daun: gundul, kuping pelepah daun kecil dan
membulat, tinggi 1 – 2 mm, bulu kejur mencapai
15 mm, ligula tidak beraturan, tinggi 1 mm,
dengan panjang bulu kejur mencapai 10 mm.

D.Pelepah buluh E. Cabang

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 32


B. JENIS-JENIS YANG MEMPUNYAI CABANG SAMA BESAR
17. Schizostachyum brachycladum (Kurz) Kurz
a. Nama Daerah
Varietas Hijau: buluh sero (Maluku), awi buluh
(Sunda), Perrèng bulu (Madurese), pring lampar
(Jawa), buluh tambelang (Bali), buluh nipis
(Palembang), buluh lemang (Malay), bulo talang
(Makasar), oeté wanat (Ambon), soeëlen (Banda),
löoe (Ternate).
Varietas Kuning: bambu bali, bambu gading
(Indonesia), tiying gading (Bali).
a. Tempat tumbuh : Tumbuh di daerah tropis yang
lembab, selain itu juga di daerah kering dataran
rendah dan dataran tinggi. Sering tumbuh di hutan
primer dekat sungai atau hutan sekunder.
b. Sebaran : Jenis ini dapat tersebar di Indonesia, dari
Sumatera hingga Papua.
c. Deskripsi umum
Bambu ini dapat tumbuh mencapai 15 m, rumpun
padat dan tegak. A. Rumpun Varietas Hijau

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 33


Rebung : hijau dengan ujung pelepah kuning atau
kuning, tertutup bulu coklat.
Batang: Buluh muda tertutup bulu putih sampai
kecoklatan tersebar, ketika tua akan gugur menjadi
gundul, berwarna hijau atau kuning dengan garis
hijau, ruas panjangnya 35 – 50 cm, diameternya 8
– 10 cm, dinding buluh tipis mencapai 4 mm.
Cabang: cabang 1,5 m di permukaan tanah,
cabang sama besar. Kadang ada cabang kecil
yang tumbuh di permukaan tanah.
C. Rebung
Pelepah buluh: tertutup bulu coklat, tidak mudah
luruh, kuping pelepah buluh membulat, tinggi 1 – B. Rumpun Varietas Kuning
3 mm, panjang bulu kejur mencapai 6 mm, ligula
tidak beraturan, tinggi 1 – 1,5 mm, daun pelepah
buluh tegak, menyegitiga dengan pangkal
melebar.
Daun: hijau atau hijau dengan garis kuning,
abaksial daun berbulu. Kuping pelepah daun
membulat, tinggi 1 mm, bulu kejur mencapai 13
mm, ligula bergigi, tinggi 1 mm.

Foto : Elizabeth A. Widjaja


D. Pelepah E. Cabang

Buku Saku Identifikasi Bambu 34


18. Schizostachyum iraten Steud
a. Nama Daerah : bambu suling (Indonesia), pring
wuluh (Jawa), awi tamiyang, awi iraten (Sunda).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh pada ketinggian di atas
500 m dengan curah hujan yang tinggi.
c. Sebaran : Hanya ditemukan di Jawa, Sumatera dan
Kalimantan
d. Deskripsi umum
Bambu ini dapat tumbuh mencapai 6 m, rumpun
padat, lurus dan tegak, ujungnya melengkung.

A. Pelepah B. Rumpun

Foto : Furqon Al Muzzaki

Buku Saku Identifikasi Bambu 35


Rebung: Hijau kadang kecoklatan di ujung pelepah, berbulu
putih hingga pucat, agak jarang hingga gundul.
Batang : buluh muda hijau tertutup bulu pucat dan cincin
putih berbulu coklat tipis melingkar di bawah buku-buku
yang tampak jelas, ruas panjangnya 50-100 cm, diameternya
2-5 cm dengan dinding tipis, tebalnya 3-5 mm.
Cabang : terletak jauh dari permukaan tanah, cabang sama
besar.
Pelepah buluh: tidak mudah luruh, tertutup bulu coklat dan C. Rebung 1 D. Rebung 2
pucat di pangkal pelepah, kuping pelepah buluh membingkai
hingga membundar dengan bulu kejur yang panjangnya
hingga 8 mm; ligula menggerigi tidak beraturan, tertutup
bulu kejur yang panjang, pelepah bagian ujung merompang;
dan pelepah buluh tegak, menyegitiga dengan pangkal
melebar, daun pelepah buluh kadang lebih panjang dari
pada pelepahnya.
Daun: gundul, kuping pelepah buluh tidak tampak atau kecil
pada tepi ujung pelepah dengan panjang bulu kejur
mencapai 10 mm; ligula menggerigi, tinggi kurang dari 1 mm
dengan bulu kejur yang panjangnya 2 mm, ketika muda
pelepah tertutup bulu putih kecoklatan. E. Cabang

Foto : Furqon Al Muzzaki

Buku Saku Identifikasi Bambu 36


19. Schizostachyum lima (Blanco) Merr.

a. Nama Daerah : bulu tui (Bolaang Mongondow),


buro roroh (Sangihe), wulo-talaksih (Kendari),
dama (Moronene, kabaena), buloh (Rantepao),
buluh karisa (Maros).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di dataran rendah
hingga tinggi, daerah kering maupun lembab.
c. Sebaran : Umumnya ditemukan di Indonesia
bagian Timur seperti Sulawesi, Maluku, Papua, Bali,
NTB, dan NTT.
d. Deskripsi umum
Bambu ini dapat tumbuh mencapai 10 m, rumpun
padat dan tegak.

A. Rumpun

Foto : Pastor L. Malabrigo

Buku Saku Identifikasi Bambu 37


Rebung: hijau, tertutup bulu coklat dan kaku.
Batang: ruas panjangnya 50 – 120 cm, diameternya
3 cm, dinding buluh tipis mencapai 4 mm.
Cabang: cabang terletak jauh di permukaan tanah,
cabang sama besar.
Pelepah buluh: tertutup bulu coklat, tidak mudah
luruh, kuping pelepah buluh tidak tampak dengan
panjang bulu kejur mencapai 12 mm, ligula tidak
beraturan , tinggi 1 mm, panjang bulu kejur 2 - 3
mm, daun pelepah buluh terkeluk - balik, melanset.
Daun: tertutup dengan bulu pucat, kuping pelepah
B. Pelepah Buluh
daun kecil hampir tidak tampak, dengan bulu kejur
mencapai 8 mm, ligula tidak beraturan, tinggi 1 mm,
panjang bulu kejur 2 – 5 mm.

C. Daun

Foto : Pastor L. Malabrigo

Buku Saku Identifikasi Bambu 38


20. Schizostachyum silicatum Widjaja

a. Nama Daerah : triëng sënoempit (Aceh), buluh


tamiyang (Batak), boeloh bërsumpitan (Palembang),
buluh tëmiyang, buluh tamiyang sonoh (Melayu),
buluh tamijang (Minangkabau), tarmiyang (Dayak),
awi tamijang (Sunda), pring wuluh, pring wuloh
(Jawa), përèng bulu (Madurese), hamija, oö’ hamija
(Bima), tëmijë (Sawu), tiying buluh (Balinese).
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di tepi hutan tropis yang
lembab, sepanjang jalan desa, sungai dan lereng
bukit di dataran rendah.
c. Sebaran : Hanya ditemukan di Jawa, Sumatera,
Kalimantan dan Bali
d. Deskripsi umum
Bambu ini dapat tumbuh mencapai 12 m, rumpun
padat.

A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 39


Rebung: hijau tertutup bulu putih sampai coklat.
Batang: buluh muda tetutup bulu putih tersebar, ketika
tua gundul dan berwarna hijau, ruas 65 – 75 cm dengan
diameter 1-3 cm, buku-buku tampak dengan jelas,
dinding tebalnya mencapai 3 mm.
Cabang: 1,5 m dari permukaan tanah, cabang sama
besar.
Pelepah buluh: menempel, tidak mudah luruh, tertutup
bulu putih sampai coklat muda, ujung merompang,
tepinya tertutup bulu coklat muda sampai coklat, kuping
pelepah buluh tidak nampak, bulu kejur mudah putus;
ligula mengerigi, tingginya mencapai 1 mm, dengan B. Pelepah daun C. Rebung
beberapa bulu kejur halus yang mudah patah; daun
pelepah buluh terkeluk-balik, mudah gugur, menggaris
sampai melanser ramping, panjangnya lebih pendek dari
pada pelepahnya, pangkalnya sempit.
Daun: permukaan bawah berbulu, pelepah agak berbulu
ketika muda, terutama di bagian ujung dan tepi; kuping
pelepah buluh melengkung keluar tetapi mudah patah,
panjangnya 1-2 mm, panjang bulu kejur mencapai 6
mm; tinggi ligula mencapai 1 mm, rata, gundul.
D. Cabang
E. Pelepah
Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 40


21. Schizostachyum zollingeri Steud.

a. Nama Daerah : bambu lampar, pring lampar (Jawa),


perrèng lampar (Madura), tiing buluh batu (Bali) buluh
nipis, buluh telor, buluh dinding, buluh kasap, buluh kecai
(Sumatera), triëng sënoempit (Aceh), boeloe tamijang
(Batak), boeloh bërsoempitan, buluh nipis (Palembang),
boeloeh tëmijang (Minangkabau), boeloeëh tamijang
(Kalimantan Utara),
b. Tempat tumbuh : Tumbuh di daerah tropis yang lembab
sampai daerah kering di dataran rendah.
c. Sebaran : Tersebar di Sumatera (Lampung, Sumatera
Selatan, Sumatera Barat, Riau) dan Jawa Timur (Lumajang,
G. Argopuro, Pegunungan Ijen, Taman Nasional Meru
Betiri, Taman Nasional Alas Purwo, Sepanjang jalan dari
Banyuwangi hingga Jember).
d. Deskripsi umum
Bambu ini tumbuh mencapai 15 m, rumpun padat, lurus
dan tegak, ujungnya melengkung. A. Rumpun

Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 41


Rebung: hijau dengan ujung kecoklatan, tertutup
bulu coklat tua hingga hitam.
Batang: Buluh muda ditutupi lilin putih dan bulu
coklat, bulu gugur setelah tua dan buluh menjadi
hijau, licin, ruas panjangnya mencapai 40 cm,
diameternya 5 -10 cm, dindingnya tipis sekitar
4-7 mm.
Cabang : 1,5 m dari permukaan tanah, cabang
sama besar.
Pelepah buluh: tidak mudah luruh, tertutup bulu D. Cabang
B. Pelepah daun
coklat, kuping pelepah buluh membulat 7 mm
tingginya, tertutup bulu kejur panjang; ligula
rata, tingginya 4 mm tertutup bulu kejur pendek;
daun pelepah buluh tegak, menyegitiga dengan
pangkal yang melebar.
Daun: permukaan bawah gundul atau agak
berbulu; kuping pelepah buluh kecil, tingginya 2
mm dengan panjnag bulu kejur 7 mm; ligula
rata. Tingginya 1 mm, gundul.

D. Rumpun E. Pelepah buluh


Foto : Elizabeth A. Widjaja

Buku Saku Identifikasi Bambu 42


PENUTUP
Dengan disusunnya buku saku identifikasi 21 jenis bambu ini diharapkan dapat mendukung pelaksa-
naan inventarisasi bambu sebagai panduan pelaksana di lapangan sehingga dapat mempermudah
identifikasi jenis bambu yang ditemukan. Dengan demikian data dan informasi potensi bambu,
khususnya di KPH, dapat disusun dengan lebih akurat guna mendukung pengelolaan hutan secara
lestari.
Buku ini diharapkan dapat memperkaya kemampuan pengenalan jenis bambu, dan kedepannya
dapat diupayakan pengembangan identifikasi yang lebih baik.
Semoga buku saku ini dapat bermanfaat.
Terimakasih

Buku Saku Identifikasi Bambu 43


PUSTAKA

Basuki, Triadi., Sutisna U, Prana MS, Adisoemarto S, Rifai MA. (1985). Kamus Istilah Biologi untuk Pelajar. Jakarta :
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Clark, Lynn. 2006. Bamboo Biodiversity. Iowa State University. https://www.eeob.iastate.edu/
research/bamboo/
Judziewicz, E.J., L.G. Clark, X. Londoňo, & M.J Stern. 1999. American bamboos. Washington, D.C.:
Smithsonian Institution Press.
McClure, F. 1966. A. The bamboos. A fresh perspective. A. The bamboos. A fresh perspective.
McClure, F. A. 1973. Genera of bamboos native to the New World (Gramineae: Bambusoideae).
Smithsonian Contributions to Botany.
Rifai, M.A. dan Widjaja, E.A. 1987. Kamus Biologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rifai, M. A. 1995. Glosarium biologi. Jakarta : Balai Pustaka.
Widjaja, Elizabeth A. 1987. A Revision of Malesian Gigantochloa (Poaceae - Bambusoidea). Reinwardtia. 10(3):
291-380.
Widjaja, Elizabeth A. 1997. New Taxa in Indonesia Bamboo. Reinwardtia. 11(2): 57-152.
Widjaja, Elizabeth A. 2019. The Spectacular Indonesian Bamboos. PT. Gudang Garam Tbk (In press).

Buku Saku Identifikasi Bambu 44


Lampiran 1. Sebaran 21 Jenis Bambu Komersil di Indonesia
Jenis Bambu Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Bali NTB NTT

Bambusa heterostachya √
Bambusa maculata √ √ √ √ √ √

Bambusa spinosa √ √ √ √ √ √ √ √

Bambusa vulgaris √ √ √ √ √ √ √ √ √

Dendrocalamus asper √ √ √ √ √ √ √ √ √

Gigantochloa apus √ √ √ √ √

Gigantochloa atroviolacea √ √

Gigantochloa atter √ √ √ √ √ √ √ √ √

Gigantochloa balui √
Gigantochloa kuring √
Gigantochloa luteostriata √
Gigantochloa nigrociliata √ √ √
Gigantochloa pruriens √

Gigantochloa robusa √ √

Gigantochloa verticillata √ √

Neololeba atra √ √ √

Schizostachyum brachycladum √ √ √ √ √ √ √ √ √
Schizostachyum iraten √ √ √

Schizostachcyum lima √ √ √ √ √ √
Schizostachyum silicatum √ √ √ √ √ √ √

Schizostachyum zollingeri √ √ √

Buku Saku Identifikasi Bambu


Lampiran 2. Daftar istilah

 Abaksial: permukaan atau sisi suatu organ yang jauh atau menjauhi sumbu tempat melekatnya.
 Adaksial: Permukaan atau sisi suatu organ yang dekat dengan, mendekati ataupun menghadap sumbu
tempat melekatnya.
 Akar udara: akar yang keluar dari bagian batang di atas tanah dan menggantung di udara.
 Bergigi: keadaan pinggir bidang yang bertorehan sehingga terbentuk deretan segitiga runcing tegak lurus
pada pinggir bidangnya.
 Berbiku-biku: mempunyai lipatan; bertakik; tidak lurus atau belok-belok.
 Bulu kejur: salah satu macam bulu yang kaku, kadang mudah rontok dan terdapat pada ujung kuping
pelepah buluh, kuping pelepah daun atau ligula.
 Buluh: batang yang beruas-ruas, umumnya berongga dan membentuk bunga dan buah,khususnya pada
suku rumput-rumputan (Poaceae).
 Cabang lateral: cabang yang keluar dari tunas pada buku dengan diameter lebih besar daripada cabang
lainnya.
 Daun pelepah buluh: daun yang terdapat pada bagian daun yang membungkus batang.
 Introduksi: sesuatu yang baru muncul karena dibawa dari tempat lain.

Buku Saku Identifikasi Bambu


 Kuping pelepah buluh: bentuk bidang yang pangkalnya memiliki sepasang cuping membundar seperti
daun telinga yang terletak pada pelepah buluh.
 Kuping pelepah daun: bentuk bidang yang pangkalnya memiliki sepasang cuping membundar seperti daun
telinga yang terletak pada pelepah daun.
 Ligula: disebut juga lidah merupakan tonjolan menyelaput yang muncul di ujung pelepah daun rumput-
rumputan (Poaceae).
 Luruh: jatuh atau gugur karena sudah sampai waktunya.
 Membingkai: Bentuk benda seperti bingkai.
 Membulat: bentuk benda seperti atau hampir mendekati bola.
 Mencuat keluar: bentuk benda .
 Menggaris: bidang yang bentuknya seperti garis.
 Menggerigi: keadaan pinggir bidang yang bergigi, tetapi gigi-giginya lebih kecil.
 Menggergaji: keadaan oinggir bidang bertorehan sehingga terbentuk deretan segitiga yang ujung-
ujungnya mengarah ke depan seperti gigi gergaji.
 Menyegitiga: bidang yang bentuknya segitiga.
 Monopodial: sistem percabangan dengan satu sumbuutama yang tumbuh terus di ujung dan pada arah
yang tetap sama, sedangkan cabang-cabangnya dibentuk satu per satu dari bawah ke atas berselang-
seling.

Buku Saku Identifikasi Bambu


 Pangkal: posisi atau tapak yang terletak di atau dekat daerah titik asal atau permulaan benda.
 Pelepah buluh: daun pelindung yang berfungsi melindungi keseluruhan batang yang masih muda yang
lebar dan membentuk tabung serta mengelilingi batang atau buluh, seperti umum terdapat pada rumput-
rumputan (Poaceae).
 Pelepah daun: bagian tangkai daun yang melebar dan membentuk tabung serta mengelilingi batang atau
buluh, sepreti umum terdapat pada rumput-rumputan (Poaceae).
 Rebung: anak (bakal batang) buluh yang masih kecil dan masih muda, biasa dibuat sayur
 Ruas: bagian antara dua buku.
 Simpodial: sistem percabangan yang merupakan gabungan beberapa sumbu yang tumbuh secara beruru-
tan dengan sumbu baru berasal dari bawah ujung dan juga tumbuh ke arah samping sumbu sebelumnya.
 Terkeluk-balik: bagian bidang yang dekat pangkalnya ke arah luar.
 Tersebar: Bagian bidang yang dekat pangkalnya tumbuh terserak-serak; terhambur, atau terpencar.

Buku Saku Identifikasi Bambu


Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Gedung Manggala Wanabhakti
Blok I Lantai 7
Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta
Telepon : (021) 5730335 - 5730292
Twitter : DIpsdh
Instagram : dit_ipsdh

Buku Saku Identifikasi Bambu

Anda mungkin juga menyukai