Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah Penerapan Kode Etik Psikologi

Dosen Pengampu:
1. Dr. Arlina Gunarya, M. Sc.
2. Dra. Dyah Kusumarini, Psych.
3. Umniyah Saleh, S.Psi., M.Psi., Psikolog

REFLEKSI FILM
“THE GOOD LIE”

OLEH:

Nurul Baiti
(Q11113303)
PSIKOLOGI A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
REFLEKSI

FILM “THE GOOD LIE”

 What Happen?
Pada pertemuan hari ini, perkuliahan tidak berlangsung seperti biasa. Dengan kata lain,
hari ini tidak ada pemberian materi perkuliahan, melainkan diganti dengan nonton film
bersama. Judul film yang kami tonton hari ini adalah The Good Lie yang menceritakan
tentang sekelompok anak muda, Mamere (Arnold Oceng), bersama kakaknya, Theo
(Femi Oguns), dan dua anak laki-laki lain Yeremia (Ger Duany) dan Paul (Emmanuel
Jal), yang terjebak dalam konflik perang saudara Sudan, memutuskan untuk mengungsi
dan berjalan sejauh 1000 kilometer menuju sebuah kamp pengungsi di Kenya. Lebih dari
satu dekade kemudian mereka semua memenangkan kesempatan untuk pindah ke
Amerika Serikat, dimana ketika tiba di Kansas mereka bertemu dengan Carrie (Reese
Witherspoon) yang akan membantu The Lost Boys mencari memulai kehidupan yang
baru, yang juga memberikan tantangan baru.
 What Happened to Me?
Selama menonton film tersebut saya sangat menghayati setiap scene yang dimainkan.
Saya merasa terharu dan sangat kagum melihat perjuangan mereka yang berhasil terbang
ke Amerika setelah menempun perjalanan bermil-mil jauhnya. Saya juga sempat
introspeksi diri dimana saya merasa bahwa diri saya masih memiliki sangat banyak
kekurangan. Salah satunya adalah saya mudah menyerah ketika menghadapi sebuah
masalah. Terkadang masalah kecil pun tidak bisa saya hadapi dengan tenang, berbeda
dengan anak-anak yang ada di film tersebut yang terus berjuang bahkan dalam situasi
peperangan sekalipun. Bahkan setelah kehilangan anggota keluarga dan teman-teman
mereka. Saya merasa ikut terhanyut dalam alur cerita film tersebut selama pemutaran
film berlangsung. Meskipun saya belum pernah merasakan bagaimana berada di situasi
seperti itu pada kenyataannya, namun melalui film ini saya dapat merasakan sedikit
perjuangan mereka. Setelah menonton film tersebut pun saya merasa lebih bersyukur
dengan apa yang saya miliki saat ini, setidaknya saya tidak mengalami aapa yang terjadi
dalam film tersebut. Dengan kebersyukuran itu seyogyanya saya memiliki semangat
juang yang lebih besar daripada mereka, atau paling tidak semangat yang sama besarnya
seperti yang mereka miliki.
 So What?
Insight yang saya dapatkan dari film ini bahwa ternyata senyum itu adalah salah satu
modal besar yang sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, terutama ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain (lebih khusus lagi bagi para calon sarjana Psikologi
yang akan berhadapan dengan banyak orang). Ternyata integritas diri itu penting ketika
kita harus memilih apakah kita harus memilih antara mengikuti kata hati kita serta
godaan lainnya atau mengikuti aturan yang berlaku di situasi dimana kita berada saat ini.
Ternyata membuat keputusan itu tidak mudah, terlebih lagi ketika kita berada di situasi
yang mengharuskan kita memilih apakah harus berbohong atau tidak. Sebagai seorang
calon sarjana Psikologi yang nantinya harus mematuhi kode etik, tidak mudah untuk
mengambil langkah ketika berada pada situasi seperti itu. Namun apakah istilah
berbohong demi kebaikan itu sah-sah saja bagi kita? Sejujurnya pertanyaan tersebut
masih belum terjawab. Namun mengingat hasil interpretasi apapun dari tes-tes yang telah
dilakukan ataupun hasil konsultasi harus diberitahukan sejujurnya kepada klien, maka
kita tidak mungkin melakukan sebuah kebohongan dalam situasi seperti itu.
 Now What?
Kedepannya saya akan menanamkan semangat yang lebih besar lagi dalam diri saya
dalam menghadapi setiap permasalahan hidup yang ada. Saya juga akan memikirkan
baik-baik resiko dan konsekuensi dari setiap keputusan yang akan saya ambil, terlebih
lagi yang berkaitan dengan kode etik keilmuan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai