Anda di halaman 1dari 38

Disampaikan dalam Mata Kuliah Preskripsi I

Oleh:
Ayuk Lawuningtyas Hariadini, M.Farm., Apt.
Departemen Farmasi Komunitas
Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
TODAY’S OUTLINE

Pengertian, persyaratan,
Tujuan pemberian
macam dan pemakaian
bentuk sediaan emulsi
sediaan emulsi

Wadah, label dan


Cara peracikan sediaan
penyimpanan sediaan
emulsi
emulsi
PENGERTIAN
SEDIAAN EMULSI

 Sistem heterogen jenis cair dalam cairan dimana fase
dalam merupakan bahan obat cair/larutan obat,
sedangkan fase luar merupakan cairan. Kedua cairan
tersebut tidak tercampurkan. Diameter butir-butir fase
dalam umumnya >0,1µm dan secara visual fase dalam
tampak jelas.
Menurut Farmakope Indonesia III

• Sediaan yang mengandung bahan obat cair


atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan cairan
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Menurut Farmakope Indonesia IV

• Sistem dua fase, yang salah satu cairannya


terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
bentuk tetesan kecil.
PERSYARATAN
SEDIAAN EMULSI

1. Stabil dan homogen
2. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar
mendekati ukuran partikel koloid
3. Tidak terjadi creaming atau cracking
MACAM
SEDIAAN EMULSI

A. Menurut konsistensinya:

Sediaan emulsi Sediaan emulsi


bentuk cair. bentuk
Misalnya: Emulsi setengah padat.
minyak ikan. Misalnya: Krim.
B. Menurut asal bahan pembuat emulsi:

Emulsi alam/emulsi vera Emulsi buatan/emulsi


Dibuat dari bahan dasar biji- spuria
bijian yang mengandung Dibuat dari bahan cair yang
minyak dan emulgatornya, umumnya berupa minyak
dengan penambahan air dari dengan penambahan
luar akan terbentuk emulsi. emulgator dan air dari luar
Contoh: Emulsum arachidis sehingga terbentuk emulsi.
semen dan emulsum Contoh: Emulsum Benzyl
cucurbitae semen benzoate dan emulsum Parafin
liquidum
C. Menurut tipe/jenis emulsi:

Tipe minyak dalam air Tipe air dalam minyak


(m/a atau o/w) (a/m atau w/o)
Fase dalam: minyak atau bahan Fase dalam: air
serupa minyak Fase luar: minyak
Fase luar: air
Jenis/tipe emulsi yang terbentuk umumnya tergantung dari:
1. Emulgator yang digunakan (kelarutan selektif emulgator)
• Bila emulgator larut dalam air  terbentuk emulsi tipe o/w
• Bila emulgator larut dalam minyak  terbentuk emulsi w/o
2. Perbandingan jumlah minyak dan air
3. Teknis pembuatan
PEMAKAIAN
SEDIAAN EMULSI

 Dapat digunakan sebagai obat dalam maupun obat luar
 Untuk obat dalam, lebih disukai emulsi tipe m/a karena:
1. Rasa dan bau minyak yang tak enak dapat
tertutup/dikurangi
2. Minyak dalam butir-butir halus lebih mudah dicerna
Misalnya:
Emulsi arachidis semen, emulsi minyak ikan (per oral)
Emulsi benzyl benzoate (topikal)
TUJUAN PEMBERIAN
SEDIAAN EMULSI

1. Untuk menutupi rasa yang kurang enak
2. Untuk mempermudah proses pencernaan
3. Untuk memudahkan pemakaian (topikal)
a. Memudahkan pengolesan (w/o)
b. Memudahkan pencucian (o/w)
CARA PERACIKAN
SEDIAAN EMULSI
 FORMULA UMUM 
R/ Bahan Obat
Bahan Pengemulsi
Bahan Tambahan
Pembawa

 Salah satu bagian paling penting dalam emulsi adalah stabilitas hasil
akhirnya.
Stabil: Butir yang terdispersi berada dalam keadaan terbagi halus
dalam waktu yang lama. Bila fase terdispersi makin mendekati
keadaan koloidal, maka emulsi tersebut makin stabil.
 Untuk mendapatkan emulsi yang stabil diperlukan cara pembuatan
yang baik/tepat.
KESTABILAN EMULSI

Kestabilan emulsi secara fisik dapat ditunjukkan dengan terjadinya:
Creaming Cracking/Breaking

 Sebagian fase dalam menjadi lebih  Fase dalam dan fase luar memisah
pekat dan mendorong fase luar secara menyeluruh yang umumnya
 Fase dalam cenderung naik ke atas disebut pecahnya sistem emulsi
(upward creaming atau creaming) atau  Tidak dapat diperbaiki dengan
turun ke bawah (downward creaming pengocokan
atau sedimentasi) sediaan tergantung
dari berat jenis kedua fase tersebut
 Terjadi pemisahan menjadi beberapa
bagian
 Dapat diperbaiki dengan pengocokan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STABILITAS EMULSI

1. Ukuran Fase Terdispersi atau Fase Dalam

 Diameter butir-butir fase dalam dibuat sekecil mungkin  gerakan


Brown
 Tidak akan terjadi creaming pada emulsi dengan diameter fase
dalam <5 µm
2. Viskositas Fase Luar
 Makin besar viskositas emulsi  makin kurang gerakan/tumbukan
butir-butir fase dalam  menghalangi bersatunya fase dalam 
menghindari terjadinya creaming.
 Sesuai dengan Hukum Stoke’s:

3. Konsentrasi Fase Dalam


 Butir-butir yang besar dan dapat bergerak dengan cepat akan
menubruk butir-butir yang kecil dengan pergerakan yang lambat.
 Bila konsentrasi fase dalam besar  diameter butir-butir fase
dalam harus benar-benar kecil dan sama besar.
BAHAN PENGEMULSI

 Untuk menstabilkan suatu emulsi, agar fase dalam dan fasa luar tidak
memisah dapat ditambahkan bahan pengemulsi atau surfaktan.
 Bahan pengemulsi secara umum dapat dibagi berdasarkan:

1. Kelarutan Emulgator
Larut dalam Air Larut dalam Minyak
Gom arab, tragacanth Sabun Ca stearat
2. Muatan Emulgator

Anionik Kationik Non ionik Amphoter


Gom Benzalkoni Bersifat lipofil Bersifat hidrofil Protein
arab um klorida • Alkohol-lemak  • Ester asam lemak: (o/w)
(o/w) (o/w) Stearil alkohol (w/o) Dengan
Sabun Na • Ester asam lemak polietilenglikol 
stearat dengan alkohol tinggi: PEG 400
(w/o) Dengan asam lemak monostearat
jenuh  Span 20, 40, 60 (o/w)
(w/o) Dengan eter
Dengan asam lemak polioksietilen 
tidak jenuh  Span 80, Tween (o/w)
85 (w/o)
BAHAN PENGEMULSI YANG UMUM DIGUNAKAN
DALAM PEMBUATAN SEDIAAN EMULSI


A. Golongan Karbohidrat
1. Gom Arab
 Untuk mengemulsikan minyak lemak dan minyak menguap.
 Jumlah gom arab yang dibutuhkan (Netherland Pharmacopeia):
Minyak lemak: ½ x minyak
Minyak menguap: aa minyak
 Emulsi dengan gom arab stabil pada pH 2 – 11
 Dapat digunakan sebagai mucilago atau dalam bentuk
kering  hasil akan lebih baik dalam bentuk kering
 Viskositasnya agak rendah sehingga lebih cepat terjadi creaming
atau sedimentasi
 Emulsi inkompatibel/OTT dengan alkohol (>35%), larutan
FeCl3 dan larutan pekat Na borat.
2. Tragacanth
 Kurang dapat menurunkan tegangan permukaan  diameter
butiran minyak besar  diperlukan homogenizer dalam proses
pembuatannya.
 Jumlah tragacanth yang dibutuhkan (Netherland Pharmacopeia):
1 gram tragacanth ~ 10 g gom arab
 Stabil dalam suasana asam dan netral
 Umumnya digunakan sebagai mucilago:
Tragacanth + aqua 20x nya  gerus + bergantian
minyak dan air sedikit demi sedikit
 Viskositas tragacanth > viskositas gom arab  sukar dituang
 Formula optimal:
0,1 g tragacanth + 1 g gom arab
(diameter butir minyak lebih kecil, viskositas lebih besar)
3. Metilselulosa (MC)
 Merupakan semisintetis selulosa, terdapat berbagai jenis,
berdasarkan viskositas mucilagonya.
 Jumlah MC yang dibutuhkan (Netherland Pharmacopeia):
Umumnya 1 – 10 %  tergantung jenis
 Stabil pada pH 2 - 12
 Digunakan sebagai mucilago:
Minyak + mucilago MC

4. Karboksimetil selulosa (CMC)


 Sifat hampir sama dengan MC
 Digunakan sebagai mucilago:
Minyak + mucilago CMC
B. Golongan Protein
Gelatin = Pharmagel
1. Gelatin A
Optimal pada pH ±3,2 (mudah terhidrasi dan berfungsi baik
sebagai penstabil emulsi)  + Asam tartrat.
2. Gelatin B
Optimal pada pH 8 (sangat mudah terhidrasi)  + Na bikarbonat
(NaHCO3)
 Viskositas emulsi lama kelamaan akan turun akibat hidrolisis
gelatin, diminimalkan dengan cara:
Larutan gelatin dipanaskan hingga sekitar titik didihnya
(15 – 20 menit)  didinginkan hingga ±50°C sebelum
digunakan.
 Hasil optimal bisa digunakan homogenizer.
C. Golongan Sabun dan Alkali
 Terdapat 2 jenis:
Sabun dari logam alkali monovalen (emulsi o/w) dan logam alkali
polivalen (emulsi w/o)
 Cocok untuk sediaan lotion atau liniment (obat luar) karena rasa
yang tidak enak dan efek laxansnya.
Trietanolamin (TEA)
 Menghasilkan emulsi stabil dengan tipe o/w untuk penggunaan luar
 Bila kandungan asam lemak dari suatu minyak terlalu rendah 
dapat + asam stearat atau asam oleat
 Jumlah TEA yang digunakan:
Umumnya 2 – 4% TEA dan 5 – 15% asam stearat atau
asam oleat tergantung jumlah minyak
 Cara pembuatan:
1. Asam stearat dicairkan dengan minyak
2. TEA dilarutkan dalam air panas
3. (2) + (1) secara perlahan pada suhu yang sama dengan
pengadukan konstan sampai dingin
D.Golongan Alkohol
 Alkohol BM tinggi digunakan dalam sistem emulsi (terutama untuk
daya stabilisasi):
Setil alkohol, Stearil alkohol, Oleil alkohol
dan Gliseril monostearat
 Stabilitas optimal jika dikombinasi dengan sabun atau zat
pembasah.
Polietilen Glikol Ester (PEG)
 Polimer dengan gugus etilenoksid dan satu/dua radikal asam lemak
 Terdapat berbagai jenis PEG dengan BM berbeda dan perbandingan
gugus hidrofil – lipofil yang berbeda
 Membentuk emulsi tipe o/w
 Umumnya digunakan untuk sediaan topikal
E. Golongan Pembasah
 Bahan surfaktan sintetis dapat mengurangi tegangan permukaan 2
cairan yang tidak tercampurkan karena mengandung gugus
hidrofil dan lipofil
 Contoh:
Na lauril sulfat, Ester sorbiton dan
derivat Polioksietilen ester sorbiton
BAHAN TAMBAHAN

A. Pengawet
 Emulsi yang menggunakan emulgator gom atau zat organik lainnya
mudah terurai oleh jamur maupun bakteri.
 Pengawet yang efektif adalah pengawet larut air  umumnya
mikroorganisme tumbuh dalam fase air.
 Contoh:
1. Alkohol (12 – 15%)
2. Asam benzoate (0,2%)
3. Parahidroksi benzoate (0,1 – 0,2%)
4. Asam sorbat (0,2%)
B. Corrigens
 Menutupi rasa dan bau dari minyak
 Contoh:
Untuk minyak ikan dapat ditambahkan ekstrak maltis, ekstrak
glychirrizae, kopi, vanili, coklat atau minyak atsiri (0,1 –
0,5%).
 Sedangkan sebagai pemanis, dapat digunakan sirup, gula, maupun
saccharin.
 Umumnya corrigens ditambahkan pada fase dalam dan fase
luar.
CARA PERACIKAN

A. Emulsi Vera (Alam)
 Dibuat dari bahan dasar biji-bijian yang mengandung minyak dan
emulgator (protein)  dengan penambahan air dari luar, akan
terbentuk emulsi.
 Apabila tidak disebutkan lain, emulsi alam dibuat dari:
10 bagian bahan dasar untuk 100 bagian emulsi
 Cara pembuatan emulsi biji kacang tanah:
1. Biji kacang tanah disiram air panas  kelupas kulitnya  gerus
kuat dalam mortir
2. (1) + aqua ±1/2x berat kacang  gerus ad menjadi bubur
3. (2) + aqua ±1/3x berat seluruh air  gerus ad berwarna putih
 diserkai dengan kain flanel
4. Ulangi lagi 2x proses (3) dengan sisa air yang tersedia
Penambahan-Penambahan pada Emulsi Vera (Alam)
 Emulgator yang ada dalam bahan dasar dapat mengemulsikan
lebih banyak minyak dari pada minyak yang terdapat dalam
bahan dasar itu sendiri. Contoh: putih telur.
 Emulgator tersebut masih dapat mengemulsikan minyak dari luar
seberat bahan dasar tersebut  dibuat bersama-sama pada
pembuatan emulsi alam.
 Apabila minyak yang ditambahkan > jumlah bahan dasar 
perlu penambahan gom arab:
1. Jumlah gom arab yang ditambahkan (1/2x minyak yang belum
dapat diemulsikan oleh protein biji)
2. Penambahan gom arab dalam jumlah besar  mengendapkan
protein dari biji
3. Jika dalam pembuatan emulsi alam ditambahkan gom arab dari
luar  penambahan ekstra 2 gram untuk setiap 10 gram bahan
dasar (menggantikan protein yang mengendap)
B. Emulsi Spuria (Buatan)
Fase
minyak

Emulgator Fase air

 Perlu diperhatikan tata cara urutan pencampurannya.


 Dapat dilakukan dalam mortir atau dengan bantuan alat
homogenizer.
 Mortir:
Penggerusan tidak memerlukan tekanan, tetapi
memerlukan gerakan yang cepat
BEBERAPA CARA PEMBUATAN
EMULSI DENGAN GOM ARAB

a. Cara Gom Kering (Cara Kontinental)
 Jumlah gom arab yang digunakan (Netherland Pharmacopeia):
Minyak : gom arab : air = 2 : 1 : 1,5
 Cara pembuatan:
1. Minyak + serbuk gom arab  aduk dalam mortir kering ad
homogen
2. (1) + air sekaligus  aduk cepat ad terbentuk corpus emulsi
yang berwarna putih dan kental
3. (2) + bahan lain (sirup, gliserin dsb.) sedikit demi sedikit 
aduk ad homogen
4. Hasil lebih baik/cepat daripada cara basah
b. Cara Gom Basah (Cara Inggris)
 Perbandingan minyak : gom arab : air = cara kering
 Cara pembuatan:
1. Gom arab + aqua  gerus ad terbentuk mucilago
2. (1) + minyak sedikit demi sedikit  gerus cepat
3. Bila terlalu kental, sebelum seluruh minyak ditambahkan,
mucilago dapat diencerkan dengan sedikit air  + sisa minyak
sedikit demi sedikit ad terbentuk corpus emulsi

c. Cara Botol
 Baik untuk pembuatan emulsi yang mengandung minyak menguap
 Corpus emulsi dibuat dengan perbandingan:
Minyak : gom arab : air = 2 : 1 : 2
 Cara pembuatan:
1. Gom arab + minyak menguap  dimasukkan botol kering
2. (1) kocok kuat hingga terbentuk corpus emulsi
3. (2) + air sedikit demi sedikit  kocok kuat ad terbentuk
corpus emulsi
CONTOH EMULSI DENGAN
CARA PEMBUATAN KHUSUS

A. Emulsi dengan jumlah gom arab kurang dari setengah
jumlah minyak
R/ Parafin liquidum 20
Gummi arabici 7,5
Aqua ad 50
Cara Pembuatan:
1. Parafin liquidum 15 gram + gom arab 7,5 gram  gerus ad
homogen
2. (1) + air 1,5x gom arab (11 mL) sekaligus  gerus kuat ad
corpus emulsi
3. (2) + parafin liquidum (5 g) sedikit demi sedikit ke corpus emulsi
 gerus kuat ad emulsi
B. Emulsi dari lemak padat
 Dibuat pada suhu tinggi untuk mencairkan lemak padat
 Jumlah gom arab yang digunakan:
Sama banyak dengan lemak padatnya
 Cara Pembuatan:
1. Lemak padat dilebur di atas penangas air
2. (1) + gom  aduk ad homogen
3. (2) + air panas  gerus ad corpus emulsi

C. Emulsi minyak atsiri


 Jumlah gom arab yang digunakan:
Sama banyak dengan minyak atsirinya
 Cara pembuatan:
Sama seperti pada pembuatan emulsi
dengan minyak lemak
 Contoh:
Benzoas benzylicus, kreosot
D.Emulsi minyak atsiri bersama-sama dengan
minyak lemak
 Jumlah gom yang digunakan:
Untuk minyak lemak 1/2x minyak
Untuk minyak atsiri sama banyak dengan minyak
 Cara pembuatan:
Sama seperti pada pembuatan emulsi
dengan minyak lemak

E. Emulsi dari Balsem


 Jumlah gom arab yang digunakan:
Sama banyak dengan jumlah balsem, tetapi dengan gom
arab 2x jumlah balsem akan didapat hasil yang lebih
optimal
 Contoh:
Balsamum papilare (Myroxylon pereirae)
F. Emulsi dari balsem bersama-sama dengan minyak lemak
 Jumlah gom yang digunakan:
Untuk minyak lemak 1/2x minyak
Untuk balsem sama banyak dengan balsem
 Cara pembuatan:
1. Minyak + seluruh gom arab  aduk cepat ad corpus emulsi
2. (1) + balsem  aduk ad homogen
WADAH, LABEL DAN
PENYIMPANAN

Kecuali dinyatakan lain,
Sediaan emulsi harus diberi
disimpan dalam wadah
label kocok dahulu 
tertutup baik di tempat
menjamin distribusi fase
sejuk, dalam botol atau pot
dalam yang merata dalam
sesuai dengan viskositas
pembawa
emulsi/sediaan
REFERENCES

1. Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Depkes
RI.
2. Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Depkes
RI.
3. Allen, L.V., 1998. The Art. Science and Technology of
Pharmaceutical Compounding. Washington DC: American
Pharmacist Association.
4. Collett, D.M. dan Aulton, M.E., 1990. Pharmaceutical Practice,
First Edition. Singapore: Longman Singapore Publisher.
5. King, R.E., 1984. Dispensing of Medication, 9th edition. Easton
Pennsylvania: Mack Publishing Company.
CONTOH RESEP

R/ Oleum Jecoris aselli 60
Pulvis gummi arabicum 15
Saccharum album 10
Aqua ad 120
M f Emulsi
S 1 dd C1

Pro: An Jovanca (10 th)

Anda mungkin juga menyukai