Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN
PERSILANGAN CABAI

ANDRIKO KEMBAREN
CAA 117 051

JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA 2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
I.1. Lata Belakang....................................................................... 1
I.2. Tujuan................................................................................... 1

II. BAHAN DAN METODE


II.1. Waktu dan Tempat............................................................... 4
II.2. Alat dan Bahan..................................................................... 4
II.3. Cara Kerja............................................................................. 4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1. Hasil Pengamatan................................................................. 6
III.2. Pembahasan ......................................................................... 6

IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan .......................................................................... 8
IV.2. Saran .................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada pemuliaan tanaman yang menyerbuk sendiri, persilangan
merupakan usaha untuk memanipulasi kandua atau lebih karakter yang
diinginkan dari masing-masing tetuanya agar terdapat didalam suatu
tanaman atau genotype baru yang lebih baik (fehr. 1987). Persilangan
antar spesies merupakan persilangan yang dilakukan antara spesies yang
berbeda, namun masih dalams atu genus yang sama, dalam sistematika
tanaman, spesies merupakan bagian dari genus atau genera yang
diklasifikasikan berdasarkan hubungan bioloogis yang terutama
ditentukan oleh perbedaan a dan fisiologis. Dengan demikian, antara
spesies dalam satu genus masihter dapat hubungan secara genetis
(Hadley dan Openshaw, 1980). Atas dasar hubungan genetis itu, orang
berusaha mencari manfaat dengan melakukan persilangan antar spesies
yang dihubungkan dengan pemuliaan tanaman guna memperoleh
kultivar yang lebih baik dan bermanfaat (Hadley dan Openshaw, 1980).
Persilangan antar spesies dilakukan, selain untuk
mengkombinasikan karakter karakter unggul, pickergill (1993)
mengemukakan tujuan persilangan antar spesies adalah : (1)
memperbesar keragaman ginetik , (2) memdapatkan sikap pertahanan,
(3) memperoleh kultivar baru. Selain itu, menurut Briggs dan Knowles
(1967, di kutip setia miharja 1993) persilangan antar spesies biasanya di
lakukan antara lain bila hanya satu atau sedikit gen yang akan di
kombinasikan, serta untuk memperoleh karakter tertentu yang tidak
terdapat dalam suatu spesies. Pada persilangan antar spesies akan di
jumpai banyak kendala yang menyebabkan keberhasilan persilangan
sangat tergantung pada kedekatan hubungan secara biologis atau genetis
kedua ketua yang di silangkan. Makin jauh hubungan secara biologis
makin besar gagalnya hasil persilangan antar spesies (Hadley dan
Openshaw, 1980). Menurut Hadley dan Openshaw (1980) dan Pickergill

1
(1993), kendala dan kesulitan pada persilangan antar spesies adalah
sebagai berikut (1) Kurangnya fertilitas, Kegagalan ini terjadi di
sebabkan oleh perkecambahan tepung sari yang rendah, kegagalan
pertumbuhan tabung sari, atau ketidakmampuan gamet jantan

2
mencapai kanton gembrio. (2) Kurangnya biji hybrid yang
berkembang Berhasilnya proses perubahan/fertilisasi dalam persilangan
anta rspesies tidak selalu di ikuti oleh perkembangan embrio atau
endosperm. Hal ini di sebabkan antara lain oleh : (a) interaksi gen gen
yang tidak di harapkan dari kedua spesies yang menyatu sehingga
menghambat proses pembelahan dan di ferensiasisel,

(b) ketidakcocokaninteraksidalamselsel Zigotik antara sitoplasma dan gen geninti,

(c)ketidak cocokan hubungan antara embrio, endosperm dan jaringan tetua betina,
dan (d) jumlah ovul yang fertile tidak cukup untuk mencegah aborsi bunga atau
buah. (3) Pertumbuhan biji hybrid tidakcukup kuat. Hal ini di sebabkan oleh
ketidakcocokan interaksi gen gen inti kedua tetua atau gen inti hybrid dengan
sitoplasma. (4) Sterilitas hybrid : Sterilitas ini dapat berupa betinas teril,
jantansterilataukedua- duanya. Hal ini di sebabkankarena proses perpasangan
promosom (bivalent) yang tidak sesuai.Persilangan antar spesies umumnya
merupakan sumber mandul jantan sitoplasmik (Lasa dan Bosemark,1993).(5)
Pertumbuhan dan pertilitas keturunan yang rendah : Umumnya keturunan hibrid
F1 dan generasi selanjutnya menunjukan penampilan berupa pertumbuhan dan
fertilitas yang rendah.
Pada persilangan antar spesies antara C. frutescens L. dengan C.
annuum L., tabung sari dapat mencapai sel telur untuk kedua arah persilangan. Ini
berarti terdapat peluang cabai rawit (c. frutescent) dapat di jadikan tatua jantan,
tetapi tidak pernah terbentuk buah. Greenleaf (1986) menyatakan bahwa
persilangan C.annuum sebagai tetua betinadengan C. frutescens sebagai tetua
jantan tidak dapat menghasilkan biji F1.Setiamiharja (1993 )menambahkan bahwa
C. frutescens tidak dapat di jadikan sebagai jantan karena tidak ada buah yang di
hasilkan dari persilangan antar spesies tersebut. Hal ini di dugaoleh Greenleaf
(1986) bahwa tidak terbentuknya buah dari persilangan adanya C.annuum dengan
C. frutescens di perkirakan adanya inkompatibilitas heteromorfik, yaitu perbedaan
panjang stilus dari kedua tetua yang di silangkan.

3
1.2. Tujuan
Tujuan praktyikum pemuliaan tanaman dengan materi persilangan buatan pada cabai
merah adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari biologi dan perilaku pembungaan cabai sebagai tanaman menyerbuk
silang.
b. Melakukan praktek enyilangan silang ( crossing ) tanaman cabai

4
II. BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum pemuliaan tanaman dengan materi persilangan buatan pada
cabai dilaksanakan pada bulan Juni 2021 pukul 06.00 WIB di Kebun Cabai
milik Ibu Ros yang berlokasi di Huta Julu, Humbang Hasundutan

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum pemuliaan tanaman dengan materi
persilangan buatan pada cabai merah adalah pipet plastik, pinset, kuas kecil atau
cotton buds, dan gunting. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman
bunga cabai jantan dan betina yang telah memasuki masa pembungaan dan
pensil.

2.3 Cara Kerja


a) Menyiapkan alat dan bahan
b) Mengambil bunga jantan pada pagi hari sebelum matahari terbit,
c) Membuka bunga betina yang masih kuncup pada pagi hari sebelum
matahari terbit. Memilih bunga yang masih kuncup, memegang antara
telunjuk dan ibu jari tangan.
d) Membuang kelopak bunga dengan pinset sehingga terlihat mahkota bunga
yang membungkus bakal buah.
e) Mencabut mahkota bunga dengan pinset.
f) Membuang kepala sari sampai bersih dengan menggunakan pinset,
sehingga hanya tinggal kepala putik.
g) Menyilangkan dengan cara:
h) Mengambil yang telah mekar dan masih segar dari tanaman induk jantan.
i) Membuka mahkota bunga yang menyelubungi alat jantan dengan pinset,
kemudian mengambil bunga jantan. pada waktu bunga masih kuncup,
kepala sari lebih rendah dari kepala putik. Bunga hamper mekar, kepala
sari sama tinggi dan menempel pada kepala putik.
j) Mengoleskan tepung sari tersebut pada kepala putik yang telah dikebiri.
k) Memberi etiket bunga yang telah disilangkan, agar kelak polong dapat

5
dikenali dengan mudah.

6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan


Tabel hasil Persilangan tanaman cabai
NO Cara Penyerbukan Gambar
Memilih bunga cabai betina

1. yang masih terkuncup belum


terserbuki

Membersihkan mahkota

2. bunga yang menggelilingi


kepala putik
Mengambil bunga jatan dari

3. tanaman cabai lain sebagai bahan


penyerbukkan (betina)
Mengoleskan atau
menyerbukkan bunga jatan
4. yang telah diambil dari
tanaman cabai lain
(Persilangan).
Membiarkan beberapa menit
lalu tutup dengan mengunakan
kertas agar serbuk sari dari
5.
tanaman cabai tidak masuk (tidak
menganggu penyerbukan).

3.2. Pembahasan
Dari persilangan tersebut hari 1 bunga betina masih tampak segar, hal tersebut
dimungkinkan bunga betina masih belum bereaksi, sedangkan pada harike 2 mahkota
bunga dari tetua betina tampak layu tetapi belum menyeluruh, hal tersebut kemungkinan
hasil persilangannya akan gagal. Selanjutnya pada harike 3 tetua betina mengalami
keguguran, tetua betina dari hasi; persilangan

7
tersebut lepas dari tangkainya. Hal tersebut dipastikan bahwa persilangan tersebut
mengalami kegagalan. Kejadian tersebut terjadi pada dua kali persilangan mengalami
kegagalan juga kegagalan yang sama. Factor-faktor yang menjadi kendala gagalnya
persilangan yaitu: Alat yang digunakan kurang steril dan cuaca kurang mendukung.
Seperti yang telah diutarakan bahwa kegiatan hibridisasi yang dilakukan
mengalami kegagalan, hal ini mungkin di akibatkan oleh beberapa faktor diantaranya
yaitu Penyerbukan sering mengalami kegagalan bila dilakukan pada saat kondisi
lingkungan yang tidak mendukung atau dilakukan pada saat serbuk sari atau kepala
putik dalam keadaan belum matang oleh karena itu saat penyerbukan yang tepat
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan agar penyerbukan berhasil dengan
baik. Untuk melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang tepat dan tidak boleh
terlambat dimana pada saat itu putik maupun serbuk sari dalam keadaan segar, sehat,
telah matang, dan cuaca mendukung proses persarian dengan baik. Waktu yang baik
untuk penyerbukan adalah jam
05.00 pagi (sebelum bunga mekar, karena jika bunga telah mekar ditakutkan sudah
mengalami penyerbukan sendiri pada bunga yang dijadikan induk jantan). Selain itu hal
penting yang harus diperhatikan adalah cara meletakkan serbuk sari dari induk jantan ke
atas kepala putik induk betina, dan menjaganya jangan sampai kepala putik tersebut
kejatuhan serbuk sari dari tanaman lain yang tidak dikehendaki maupun dari tanaman
yang sama. Oleh karena itu, setelah polinasi bunga ditutup/ dibungkus menggunakan
plastik agar tidak terserbuku bunga lain

8
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah melakukan percabaan persilangan dengan menngunakan beberapa varietas
cabai, hasil yang didapatkan mengalami kegagalan, dikarnakan beberapa factor yang
menyebakan gagal persilangannya, sehingga kedepannya harus lebih baikan. Hibridisasi
merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman.
Yang mempunyai tujuan untuk memperoleh organisme dengan sifat-sifat yang
diinginkan dan dapat berfariasi jenisnya. Kastrasi bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyerbukan sendiri (self fertilization). Kastrasi berfungsi agar tanaman dapat lebih
menghasilkan ke pertumbuhan vegetatif (penguatan batang yang lebih besar) dan juga
untuk merangsang pembentukan bunga betina yang sempurna.Seperti yang telah
diutarakan bahwa kegiatan hibridisasi yang dilakukan mengalami kegagalan, hal ini
mungkin di akibatkan oleh beberapa factor.

4.2. Saran
Kami sangat berterima kasih kepada bapak dosen yang terhornat, karena telah
memberikan tugas Kastrasi dan Hibridisasi ini kepada kami sehingga dapat menimbah
ilmu secara mendalam. Kami sebagai maha siswa cukup berterima kasih yang telah
memberikan ilmu mulai dari pertemuan pertama perkuliahan dan sampai ahir
kuliah,karena bagi kami ilmunya sangat bermanfaat.
Saran saya untuk kemajuan proses belajar dan mengajar hendaknya bapak dapat
berkenan membimbing saya lansung didalam pengamatan dilapang agar dapat
membantu saya memecahkan masalah serta menemukan ide-ide baru didalam
mengembangkan pertanian secara optimal khususnya dibidangkastrasi dan hibridisasi
tanam

9
DAFTAR PUSTAKA

Alfin. 2008. Penyerbukan Buatan pada Acung (Amorphophallus decus-


silvae Back. & v.A.v.R.). Biodiversitas Vol.9 No. 4, 2008:
292-295.

Suryo. 1984. Mengenai Keseimbangan Hibridisasi dan Kastrasi.


Jakarta: PT. gramedia

Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.

9
10

Anda mungkin juga menyukai