Anda di halaman 1dari 9

PROSES PEMBUATAN KOSMETIK

Author : Isvika Vicha

I. PENDAHULUAN
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan salah satu faktor penting untuk
dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi standar mutu dan keamanan. Mengingat
pentingnya penerapan CPKB maka pemerintah secara terus menerus memfasilitasi industri
kosmetik baik skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan CPKB melalui langkah-
langkah dan pentahapan yang terprogram. Penerapan CPKB merupakan persyaratan kelayakan
dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan yang diakui dunia Internasional.
Terlebih lagi untuk mengantisipasi pasar bebas di era globalisasi maka penerapan CPKB
merupakan nilai tambah bagi produk kosmetik Indonesia untuk bersaing dengan produk sejenis
dari negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasioanal.[1] Agar proses produksi
kosmetik berjalan dengan baik, yang perlu diperhatikan bukan hanya pada proses kerja saja, akan
tetapi juga harus memperhatikan dari pemilihan formula yang tepat hingga kontrol kualias.

II. RUMUSAN MAKALAH


A. Bagaimana pemilihan formula yang tepat?
B. Bagaimana memilih metode untuk pembuatan kosmetik?
C. Bagaimana proses pembesaran batch?
D. Bagaimana proses produksi pembuatan kosmetik?
E. Apa yang dimaksud kontrol kualitas?

III. PEMBAHASAN
A. Pemilihan Formula
Mengingat keterbatasan bahan baku, peralatan, serta waktu, sementara kosmetik harus
segera diproduksi untuk mengejar musim, tren, fashion dan lain-lain, kita harus pandai memilih
formulasi agar kosmetik itu dapat segera diproduksi dan dapat memenuhi tujuan tertentu.
Sebelum pemilihan terakhir atas suatu formulasi (setelah melewati percobaan-percobaan
klinis kecil-kecilan atas keamanan formulasi beserta bahan-bahan baku di dalamnya), kita harus
secara realistis yakin bahwa formulasi kita memang akan dapat di produksi secara besar-besaran
dengan menggunakan alat-alat pabrik yang telah ada. Bahkan pada saat itupun, bahan-bahan
baku yang terkandung dalam formulasi itu masih harus secara kritis diteliti kembali sebelum
betul-betul dipilih untuk digunakan.[2]
B. Pemilihan Metode Pembuatan
Tujuan dari proses kosmetik adalah untuk menghasilkan suatu produk yang seragam serta
memiliki keawetan yang panjang, maka pemilihan metode pembuatan yang tepat dengan
menggunakan peralatan yang tersedia itu esensial.
Produksi besar-besaran umumnya didasarkan pada hasil pengamatan produksi percobaan
(clinical batch). Selama pembuatan cilnical batches, perlu dilakukan pengamatan parameter-
parameter kritis yang mempengaruhi kinerja produk, antara lain:
a. Langkah-langkah kritis dalam metode pembuatan.
b. Sifat-sifat produk yang kritis, seperti viskositas, dll.
c. Bahan-bahan baku inti, seperti surfaktan, lubrikan, bahan pensuspensi, bahan pembuat gel, atau
bahan-bahan alam atau sintetik yang menentukan.
Setelah mengidentifikasi, parameter-parameter kritis tersebut, perlu memilih cara
pembuatan yang paling tepat dan peralatan yang paling cocok agar menghasilkan produk yang
“ideal”. Karena pembesaran produksi dari clinical batch ke pilot size batches dan akhirnya ke
produksi besar-besaran mungkin harus mengkompromikan hal-hal tertentu dalam produksi,
diharuskan untuk memilih metode khusus atau peralatan yang paling memenuhi standar selama
pembuatan clinical batch agar kompromi tersebut tidak terlalu menyimpang.[3]
C. Rencana Pembesaran Batch
Pembesaran produk dari laboratory size bathces (clinical bathces), yang umumnya
sampai 25 kg, ke pilot plant bathces (25-200 kg) disebut scale-up formulasi atau produksi. Untuk
produksi kosmetik yang masih baru, scale-up dapat diselesaikan dalam 2 fase:
Pembuatan Clinical Batch
Pengalaman pertama dengan batch ukuran agak besar umumnya ditemui disini. Karena
itu, formulator produk itu sebaiknya hadir menyaksikan pembuatan clinical batch tersebut untuk
menghindari masalah yang mungkin timbul akibat tidak tersedianya metode pembuatan yang
kurang terperinci.
Setelah beberapa clinical batch sukses dibuat, suatu pembuatan umumnya sudah bisa
dituliskan dalam format tertulis yang dapat dengan mudah dilanjutkan ke produksi pilot plant
batches.
Pembuatan Pilot Plant Batch
Umumnya pembuatan batch dalam fase pilot plant batches disarankan untuk dilanjutkan
sebelum tes keamanan klinis fase III mulai dilakukan untuk produk hasil metode pembuatan
pilihan terakhir. Kebutuhan produksi untuk tes klinis demikian umumnya membutuhkan batches
ukuran agak besar (200 kg).
Penelitian terhadap produksi pilot plant juga disebut penelitian perkembangan proses
yang diadakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok berikut dan untuk
mengidentifikasi langkah-langkah inti dalam proses pembuatan yang perlu disahkan atau ditolak:
a. Formulasi itu bisa diproduksi lebih banyak atau tidak
b. Apakah metode produksi itu sesuai dengan kemempuan produk yang diharapkan dan dengan
peralatan yang ada
c. Apakah diperlukan peralatan baru atau pabrik ke tiga
d. Apakah langkah-langkah pokok proses pembutan telah teridentifikasi
e. Apakah studi untuk validitas telah didesain dengan baik

Penelitian terhadap produksi pilot plant perlu diarahkan untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut secara memuaskan. Jika timbul pertanyaan apakah produk itu
fleksible untuk diproduksi, maka sebaiknya produk itu diproduksi dengan menggunakan
peralatan dan ukuran batch yang akan dipakai secara rutin.
Puncak kegiatan scale-up biasanya berupa produksi yang memuaskan dalam bentuk
production demonstration batch yang kemudian digunakan untuk mengisi kebutuhan packaging
demonstration run yang menghasilkan produk akhir yang telah dikemas. Study validasi biasanya
dijalankan selama pembuatan production demonstration batch dan packaging demonstration run.
[4]
D. Proses Produksi
Produk kosmetik dibuat di dalam batch, di bawah pengawasan pengaturan Pemerintah,
yaitu Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) atau Good Manufacturing Practices (GMP)
di A.S.. Peralatan yang digunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mixing, dispersing,
homogenizers, filling equipment.
1. Proses dan tujuan
a. Pencampuran (mixing)
Tujuan dari pencampuran antara lain:
1) Mencampur cairan yang sulit tercampur
2) Mempercepat pemanasan bahan-bahan
3) Melarutkan lemak-lemak dan bahan-bahan lainnya
4) Untuk emulsifikasi atau dispersi
5) Untuk pendahuluan pendinginan[5]
b. Pemompaan
Ada dua jenis pompa yang digunakan di dalam produksi kosmetik, yaitu:
1) Positive displacement pump
Bekerja dengan menarik cairan ke dalam suatu rongga, kemudian mendesaknya keluar pada sisi
yang lain.
2) Centrifugal pumps
Pada pompa ini, cairan dimasukkan di titik pusat propeler yang berputar cepat.
c. Pemindahan panas
Dalam banyak proses pembuatan kosmetik, bahan baku sering harus dipanaskan samapai suhu
70-80OC, dicampur, dan kemudian didinginkan sampai sekitar 30-40OC sebelum produk akhir
dapat dipompa dan disimpan.[6]
d. Filtrasi
Umumnya, filtrasi hanya diperlukan dalam memurnikan air dan untuk penjernihan losion,
dimana bahan-bahan baku produk-produk ini sering berisi sejumlah kecil kontaminan yang akan
mengganggu penampilan produk akhir jika tidak dihilangkan.
e. Pengisian (filling)
Pengisian untuk kosmetik yang berbentuk cair dapat menggunakan sistem vakum pada botol-
botol yang berderet-deret. Pengisian cream dapat memakai filteram type, dimana cream
dimasukkan ke dalam tube silindris dengan bantuan suatu plunger.
2. Pembuatan produk-produk khusus[7]
a. Kosmetik cair
Pembuatan produk kosmetik cair mencakup pelarutan atau dispersi yang baik, serta
penjernihan. Untuk sejumlah produk kosmetik cair, parfum atau bahan yang berminyak mungkin
perlu dilarutkan terlebih dahulu. Ini umumnya dilakukan dalam pembuatan shampo. Karena
kejernihan suatu losion sangat penting, maka kemasannya juga harus jernih. Untuk itu perlu
pencucian dengan udara bertekanan atau air panas yang di ikuti dengan pembilasan dan
pengeringan.
b. Gel
Produk kosmetik dalam bentuk gel berkisar dari losion yang kental, misalnya roll-ball
antiperspirant sampai gel thixotropik yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat
digunakan sebagai kosmetik hairdressing dan hair setting.
Losion kental lebih mudah dibuat yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit gellant
padat ke dalam fase cair yang diaduk terus-menerus dengan cepat memakai propeler yang di
gerakkkan turbin.
Cara pembuatan gel kental yang tidak bisa mengalir lebih sulit karena pada produk akhirnya
udara tidak bisa keluar dari dalamnya seperti halnya pada losion kental. Gel kental harus di buat
dalam ruang hmapa udara atau di lakukan melalui proses pembuangan udara yang rumit.
c. Mikroemulsi
Mikroemulsi terbentuk melalui sistem yang spontan, pembuatannya cukup dengan alat
pencampur yang sederhana, jadi tidak memerlukan alat pencampur rumit berkecepatan tinggi.
Pada umumnya dalam pembuatan mikroemulsi fase minyak dengan suhu sekitar 80 0C
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase air dalam suhu yang sama, sambil di aduk secara
pelan. Untuk sementara produk dipertahankan pada suhu di atas setting point-nya agar udara naik
dan keluar. Ini berarti bahwa pipa-pipa dan alat pengisi perlu dipanaskan dengan air panas atau
uap bercampur air.
d. Emulsi
Proses pembuatan emulsi mencakup tiga hal, diantaranya:
1. Emulsifikasi awal
Emulsifikasi awal biasanya dijalankan pada suhu yang lebih tinggi untuk menjamin
bahwa kedua fase serta hasil emulsi cukup mobil geraknya sewaktu diaduk. Intensitas dan lama
pengadukan tergantung efisiensi dispersi emulsifator.
Cara pembuatan emulsi yang baik adalah dengan menuangkan serentak proporsi kedua
fase yang sama pada setiap waktu ke dalam mixer yang terus berputar sehingga emulsi terus-
menerus terbentuk, tetapi ini hanya dapat di lakukan dalam pabrik besar.
2. Pendinginan
Mendinginkan emulsi merupakan proses yang sangat penting, terutama dalam produk
yang berisi bahan-bahan mirip lilin yang berharga. Selama pendinginan biasanya emulsi terus di
aduk untuk mengurangi lamanya proses serta untuk menghasilkan produk yang homogen.
3. homogenisasi
Pada suhu yang tinggi, kebanyakan emulsi tidak stabil dan selama pendinginan dalam
batch terbentuk butiran-butiran emulsi atau pada produk yang memiliki fase minyak dengan titik
leleh tinggi, pada proses pendinginan terjadi pengerasan produk. Karena itu, diperlukan
pencampuran tambahan untuk memperoleh produk seperti yang diinginkan.
Pencampuran tambahan ini bervariasi, mulai dari pelewatan produk melalui pompa bergir
berputar dengan tekanan rendah dari belakang, misalnya 50 psig atau penghancuran agregat-
agregat kristal lilin, atau pelewatan katub homogenizer dengan tekanan tinggi 5000 psig.
e. Pasta
Pasta, terutama pasta gigi, umunya dapat dibuat dengan menambahkan komponen-
komponen padat yang mungkin sudah dicampur sebelumnya ke dalam komponen-komponen cair
yang mungkin mencakup bahan-bahan yang larut dalam air. Pencampuran dapat dilakukan dalam
mixer terbuka atau mixer vakum. Mixing dalam keadaan panas, di ikuti dengan pendinginan
memakai alat Votator atau metode serupa lainnya juga dapat dilakukan.
Metode alternatif penyiapan pasta yang terbuat dari bubuk padat di dalam suatu cairan
adalah melalui pencampuran awal yang kasar dan campuran ini di masukkan ke dalam triple
roller mill yang diberi berbagai tekanan dan pemutaran sampai pasta yang di inginkan terbentuk.
f. Sticks
Pada umumnya pembautan lipstick meliputi 3 tahap, yaitu:
1. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran minyak-minyak, campuran zat-zat warna, dan
campuran wax.
2. Pencampuran semua itu membentuk massa lipstick.
3. Pencetakan massa lipstick menjadi batangan-batangan lipstick.
Deodorant stick, pembuatanya mirip dengan pembautan emulsi, yaitu suatu fase minyak
(fatty acid) diadukkan dalam suatu fase larutan dalam air pada suhu sekitar 70 0C. gel panas yang
terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60-650C dan dibiarkan memadat.
g. Powder
Pencampuran powder biasanya dijalankan di dalam satu wadah semi bundar yang dilengkapi
pengaduk spiral yang memiliki dua pita sehingga campuran itu bergerak dalam dua arah yang
berbeda. Mixer tipe ini sangat baik untuk bath salts dan bahan-bahan kristal lainnya dan sering
digunakan untuk pembuatan face powder.
E. Kontrol Kualitas
Fungsi utama kontrol kualitas atau quality assurance adalah menjamin agar perusahaan
memenuhi standar tertinggi dalam setiap fase produksinya. Faktor –faktor yang tercakup dalam
kontrol kualitas adalah:
1. Personalia
2. Fasilitas
3. Spesifikasi Produk

Fungsi kontrol kualitas, antara lain:


1. Kontrol dalam proses (in- process control)
2. Pengujian spesifikasi bahan baku (raw material specification testing)
3. Pengujian spesifikasi produk(product specification testing)
4. Pengawasan fasilitas penyimpanan dan distribusi (storage and distribution facilities control)
5. Pengawasan tempat yang mungkin sebagai produsen pihak ketiga (site inspection of potential
third party manufacture)
6. Pengawasan terhadap kontaminasi mikrobiologis (mikrobiological surveillance)
7. Kemungkinan memperpanjang tanggal kadaluwarsa produk (product exspiration dating
extension)

Cara pembuatan kosmetik yang baik (CPKB) yang ditetapkan oleh pemerintah adalah:
1. Ketentuan umum
a) Pada pembuatan kosmetik, pengawasan menyeluruh sangat esensial untuk menjamin bahwa
konsumen menerima kosmetik yang bermutu tinggi dan aman digunakan.
b) Tidaklah cukup jika produk jadi kosmetik hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi
yang sangat penting adalah bahwa mutu harus dibentuk dalam produk tersebut.
2. Personalia

Jumlah karyawan di semua tingkatan hendaklah memadai serta memiliki pengetahuan,


keterampilan dan kemampuan sesuai tugasnya. Mereka hendaklah juga memiliki kesehatan
mental dan fisik yang baik, sehingga mampu melaksanakan tugas secara profesional dan
sebagaimana mestinya.
3. Bangunan
Bangunan untuk pembuatan kosmetik hendaklah memiliki ukuran, rancangan, konstruksi,
serta letak yang memadai untuk memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan pemeliharaan
yang baik. Tiap sarana kerja hendaklah memadai, sehingga setiap resiko kekeliruan, pencemaran
silang, dan pelbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu kosmetik dapat dihindarkan.
4. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan kosmetik hendaklah memiliki rancang


bangun dan konstruksi yang tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk kosmetik
terjamin seragam dari batch ke batch, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.
5. Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap pembuatan
kosmetik. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan, dan
perlengkapan,bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat merupakan sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan melalui program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu.
6. Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, yang
dapat menjamin produksi barang jadi yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan
7. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan kosmetik yang baik
agar tiap kosmetik yang dibuat memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian
pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan kosmetik yang bermutu mulai dari saat kosmetik
dibuat sampai distribusi kosmetik. Untuk keperluan itu, harus ada suatu bagian pengawasan mutu
yang berdiri sendiri
8. Inspeksi diri

Tujuan inspeksi diri adalah untuk melaksanakan penilaian secara teratur tentang keadaan
dan kelengkapan fasilitas pabrik kosmetik dalam memenuhi persyaratan cara pembuatan
kosmetik yang baik
9. Penanganan terhadap hasil pengamatan,keluhan dan laporan kosmetik yang beredar
IV. KESIMPULAN
Ada fase yang harus dilewati dalam memproduksi kosmetik sebelum kosmetik itu
dipasarkan. Fase itu dikategorikan ke dalam 5 kelompok, yaitu: pemilihan formula, pemilihan
metode pembuatan, rencana pembesaran batch, proses produksi, kontrol kualitas. Pada proses
produksi kosmetik pada umumnya menggunakan alur, yaitu: pencampuran, pemompaan,
pemindahan panas, filtrasi, pengisian. Akan tetapi tidak semua kosmetik dengan cara sperti itu,
ada juga pembuatan produk-produk khusus.

V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami sampaikan, namun kami sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan inovatif sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta menambah khasanah
keilmuan kita semua. Amin

[1] Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Petunjuk Operasional Pedoman Cara
Pembuatan Kosmetik yang Baik ,http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/ pdf/BUKU
%20POM_011210. pdf, 2010
[2] http://books.google.co.id/books?
id=1Pu7FYDfTNoC&pg=PA4&dq=ilmu+kosmetik&h l=id&ei=-RrUTsrOFZDJrAfRg-
yeDg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum =1&sqi=2&ved
=0CDIQ6AEwAA#v=onepage&q=ilmu%20kosmetik&f=false
[3] Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK., dkk., Buku Pegangan Ilmu Kosmetik, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm. 180
[4] Ibid., hlm. 181
[5] BSI, Kwality Engg Corporation http://reactorvesselsindia.com/Planetary
%20Mixers.htm
[6] BSI, Kwality Engg Corporation http://reactorvesselsindia.com/Heat
%20Exchangers.htm
[7] Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK., Buku Pegangan Ilmu Kosmetik, hlm. 184

Anda mungkin juga menyukai