Anda di halaman 1dari 3

Analisis Putusan Peninjauan Kembali Nomor 101 PK/Pdt.

Sus-HKI/2019

Para Pihak :

A. PT. Rajawali Parama Konstruksi Sebagai Pemohon Peninjauan Kembali


B. Poltak Sitinjak Sebagai Termohon Peninjauan Kembali; Serta Pemerintah
Republik Indonesia Cq. Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Cq. Direktorat
Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Dan Rahasia Dagang,

Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung :

1. Terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut Mahkamah Agung


berpendapat: Bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, ternyata bukti-bukti
peninjauan kembali yang diajukan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat
diterima sebagai bukti baru yang bersifat menentukan dan tidak ditemukan suatu
kekhilafan dan atau kekeliruan yang nyata oleh Judex Juris, dengan
pertimbangan sebagai berikut: Mengenai bukti surat baru: Bahwa setelah
memeriksa bukti-bukti baru bertanda PK-01A sampai dengan PK-09,
ternyata bukti-bukti tersebut bukan termasuk bukti surat sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Pasal 67 huruf b Undang Undang Mahkamah
Agung.
2. Mempelajari keberatan Pemohon Peninjauan Kembali dalam memori peninjauan
kembali tertanggal 2 April 2019 dan jawaban Termohon Peninjauan Kembali
dalam kontra memori peninjauan kembali tertanggal 12 Juni 2019, ternyata
keberatan Pemohon Peninjauan Kembali berisi hal-hal yang telah
dipertimbangkan oleh Judex Juris sehingga keberatan Pemohon Peninjauan
Kembali pada dasarnya mengenai perbedaan pendapat antara Pemohon
Peninjauan Kembali dengan Judex Juris dalam menilai fakta persidangan terkait
dengan kebaruan paten terdaftar atas nama Termohon Peninjauan Kembali,
perbedaan mana bukan merupakan kekhilafan dan/atau kekeliruan yang
nyata sebagaimana dimaksud Pasal 67 huruf f Undang Undang Mahkamah
Agung

Analisis penulis :

Penulis berpendapat bahwa pertimbangan hakim mahkamah agung dalam


putusan ini telah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten, Undang Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor
3 Tahun 2009.Hakim Mahkamah Agung dalam pertimbangannua juga sangat
memperhatikan putusan-putusan dan pertimbangan hakim dari tingkat pertama
hingga kasasi yang memiliki dasar dan pertimbangan serupa. Memperhatikan pula
permohonan yang dilakukan pemohon peninjauan kembali dengan menyerahkan
alat bukti baru di persidnagan (novum) ternyata alat-alat bukti tersebut tidak
terpenuhi syaratnya dalam peraturan bersangkutan. Maka, secara singkatnya
pengajuan permohonan peninjauan kembali ini pasti ditolak karena bukti baru
tersebut tidak memenuhi ketentuan.

Pasal 67 Undang – undang Nomor 5 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung


Republik Indonesia, Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan-
alasan sebagai berikut: a) Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau
tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu; b)
Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan; c) Apabila
telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut;
d)Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya; e) Apabila antara pihak-pihak yang sama
mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama
atau sama tingkatnya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang
lain; f) Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai