Anda di halaman 1dari 121

SEKOLAH MAWALE

“REVOLUSI KEBUDAYAAN, MENUJU KEMERDEKAAN SEJATI”

PENGENALAN DASAR MINAHASA


DAN
SEJARAH MINAHASA

Diselenggarakan oleh:

Mawale Cultural Center


(Mawale Movement)

Kuranga – Tomohon,
26 – 28 November 2010

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 1
Sabtu, 27 November 2010
Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 2
Sabtu, 27 November 2010
DAFTAR ISI

BAGIAN I. PENGENALAN DASAR TENTANG MINAHASA


Bab I. Pengetahuan Geografis
A. Letak geografis, astronomis, administratif
B. Batas dan luas
C. Topografi
D. Gunung, Sungai, Laut, Teluk, Tanjung, dll

Bab II. Pengetahuan Demografis


A. Penduduk
B. Jumlah Penduduk
C. Suku
D. Bahasa
E. Sistem Religi/Agama

Bab III. Pengetahuan Simbol dan Ciri Khas Minahasa


A. Flora Khas
B. Fauna Khas
C. Artefak Kebudayaan Khusus
D. Tarian
E. Alat Musik
F. Pakaian
G. Rumah Adat
H. Lagu Daerah

BAGIAN II. SEJARAH MINAHASA

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 3
Sabtu, 27 November 2010
Bab I. Pendahuluan
A. Historiografi Minahasa
B. Periodisasi Sejarah Minahasa
C. Asal Usul orang Minahasa

Bab II. Mitos dan Legenda


A. Leluhur Pertama: Toar-Lumimuut
B. Kelompok Makarua Siow, Makatelu Pitu, dan Pasiowan Telu
C. Kongres Raya di Watu Pinawetengan

Bab III. Sejarah Minahasa


A. Minahasa pada Masa Kolonial
B. Perang Minahasa-Bolmong
C. Perang Minahasa dengan Bangsa Eropa (Spanyol dan Belanda)
D. Minahasa Masa Pasca Indonesia Merdeka
E. Pergolakan Permesta

Bab IVI. Prestasi Anak Bangsa

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 4
Sabtu, 27 November 2010
BAGIAN I

PENGENALAN DASAR TENTANG


MINAHASA

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 5
Sabtu, 27 November 2010
Bab I. Pengetahuan Geografis

A. Letak Geografis, Astronomis, Administratif


Letak Geografis Tanah Minahasa
Minahasa berada di bagian tenggara benua Asia di sub-benua Asia
Tenggara. Di jazirah Asia Tenggara membentang Kepulauan Nusantara dari barat
ke timur. Salah satu pulau dari kepulauan Nusantara yang sebagian besar berada di
dalam pemerintahan negara Republik Indonesia adalah pulau Sulawesi. Pulau
Sulawesi sendiri berbentuk huruf ‘k’ dan Minahasa sendiri terletak di bagian ujung
Utara kawasan pulau Sulawesi mengarah ke arah Timur-laut.
Letak Astronomis Tanah Minahasa
Tanah Minahasa ini berada di antara 0º 25’ 1’’ – 1º 51’ 40’’ Lintang Utara
dan 124º 18’ 40’’ – 125º 21’ 30’’ Bujur Timur.
Batas Bujur Lintang Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota di Minahasa1
Daerah Lintang Utara Bujur Timur
Sulawesi Utara 00°15’51” - 05°34’06” 123°07’00” - 127°10’30”
Minahasa 01°01’00” - 01°29’00” 124°34’00” - 125°05’00”
Minahasa Selatan 00°45’30” - 01°22’00” 124°18’00” - 124°54’00”
Minahasa Utara 01°18’30” - 01°53’00” 124°44’00” - 125°11’00”
Minahasa Tenggara 00°50’24” - 01°07’12” 124°33’00” - 124°54’36”
Kota Manado 01°25’43” - 01°38’56” 124°40’55” - 124°55’54”
Kota Bitung 01°23’25” - 01°35’39” 125°01’43” - 125°18’13”
Kota Tomohon 00°15’00” - 00°24’00” 124°44’30” - 125°17’30”
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulawesi Utara
Catatan : Dihitung menggunakan Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000

Letak Administratif Tanah Minahasa


Minahasa terletak di Negara Republik Indonesia. Dari 33 provinsi yang
ada di Republik Indonesia, Minahasa termasuk dalam Provinsi Sulawesi Utara.
Provinsi Sulawesi Utara sendiri terdiri dari Kabupaten Sangihe, Kabupaten
Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang dan Biaro (Sitaro),
Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Kabupaten Minahasa

1
Badan Pusat Statistik Sulut. 2009. Sulawesi Utara Dalam Angka 2009. Manado, hlm. 5. Data dari
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulut, Dihitung menggunakan Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 6
Sabtu, 27 November 2010
Selatan (Minsel), Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Kabupaten Bolaang-
Mongondow (Bolmong), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut),
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan (Bolsel), Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kota
Kotamobagu.
B. Batas dan Luas
Batas-batas Tanah Minahasa
Bagian Utaranya berbatasan laut dengan Laut Sulawesi dengan gugusan
Kepulauan Sangihe dan Talaud dengan batas administratif Kabupaten Kepulauan
Siau, Tagulandang, Biaro (Sitaro). Bagian Barat juga berbatasan laut dengan Laut
Sulawesi, bagian Timurnya berbatasan laut dengan Laut Maluku. Sedangkan
bagian Selatannya berbatasan darat dengan tanah Bolaang-Mongondow dengan
batas administratif Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) dan Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur (Boltim).
SATAL

LAUT SULAWESI

LAUT MALUKU

BOLMONG

Batas-batas administratif tanah Minahasa berdasarkan kabupaten/kota.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 7
Sabtu, 27 November 2010
Luas Tanah Minahasa
Luas Tanah Minahasa sekitar 5.220 km² atau 4.651,11 km² (di mana
Kabupaten Minahasa 1.025,85 km², Kabupaten Minahasa Selatan 1.368,41 km²,
Kabupaten Minahasa Utara 937,65 km², Kabupaten Minahasa Tenggara 710,7 km²,
Kota Manado 158 km², Kota Bitung 304 km², Kota Tomohon 146,60 km²).2
Dengan demikian luas Tanah Minahasa adalah 1/40 luas Pulau Sulawesi.
Menurut laporan buku Godee Molsbergen3 yang melaporkan pada tahun
1829 luas tanah Minahasa adalah 4.786 km², dengan perincian sebagai berikut:
- Luas tanah Malesung 3.050 km²
- Luas tanah Lewet (dataran Kuala Ranoiapo) 720 km²
- Luas daerah Ratahan, Pasan, Ponosakan 690 km²
- Luas pulau-pulau Babontehu (Manarou, dsk) 4 26 km²
- Luas daerah kolonisasi 300 km²
Luas seluruh tanah Minahasa 4.786 km²
Provinsi Sulawesi Utara sendiri luasnya 15.277,16 km2 dengan panjang
garis pantainya adalah 1.837 km. Dibandingkan dengan luas pulau Sulawesi, yang
hanya 1/40 besar pulau, ukuran luas Minahasa masih lebih besar dari beberapa
negara kecil di dunia. Masih ada 29 negara yang ukuran luasnya lebih kecil dari
luas Minahasa, bahkan ada 5 negara yang luasnya lebih kecil dari Kota Manado
dan Kota Tomohon.
Perbandingan luas Tanah Minahasa
Perbandingan Luas Daerah Tanah Minahasa
dengan Beberapa Negara Kecil dan Negara Penting lainnya:
Negara Ibukota Letak Luas
Vatikan Vatican City Eropa (Roma) 0,4 km²
Monaco Monaco Eropa Selatan 1,8 km²
Nauru Yaren District Samudera Pasifik 22 km²
Tuvalu Funafuti Samudera Pasifik 26 km²
San Marino San Marino Eropa (Italia) 62 km²
Kota LANGOWAN Langowan Indonesia 125 km²
Kota TOMOHON Tomohon Indonesia 146 km²

2
Badan Pusat Statistik Sulut. 2009. Sulawesi Utara dalam Angka 2009. Manado. Dalam Watuseke,
F.S., 1969. Ilmu Bumi Minahasa. Manado, hlm. 3 disebutkan luas tanah Minahasa adalah 5.273 km².
3
Pontororing, J.A., 1985. Kekristenan di Minahasa (tesis), hlm. 71, lihat juga Godee Molsbergen, Dr.
E.C., 1928, Geschiedenis van de Minahasa tot 1829. Weltevreden. Bandingkan Encyclopaedie van
Nederlandsch-Indië, 2de druk, deel II hlm. 733.
4
Watuseke, F.S., 1962. Sedjarah Minahasa.Manado, menyebutkan luas seluruh pulau di Minahasa
adalah 169 km².

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 8
Sabtu, 27 November 2010
Kota MANADO Wenang Indonesia 158 km²
Liechtenstein Vaduz Eropa Tengah 158 km²
Maladewa/Maldives Male Samudera Hindia 298 km²
Kota BITUNG Bitung Indonesia 304 km²
Malta Valetta Laut Mediterania 313 km²
Saint Christopher Basseterre Laut Karibia 320 km²
Grenada St. George's Laut Karibia 344 km²
Kota AMURANG Amurang Indonesia 345 km²
St. Vincent & Grenadies Kingstown Laut Karibia 389 km²
Barbados Bridgetown Laut Karibia 431 km²
Antigua & Barbuda St. John's Laut Karibia 442 km²
Seychelles Victoria Samudera Hindia 443 km²
Andorra Andorra La Vela Eropa Barat 466 km²
Palau Koror Samudera Pasifik 494 km²
Sao Tome & Principe Sao Tome Samudera Pasifik 564 km²
Singapura Singapore City Asia Tenggara 585 km²
Saint Lucia Castries Laut Karibia 616 km²
Bahrain Manama Teluk Persia 660 km²
Kiribati Tarawa Samudera Pasifik 684 km²
Minahasa Tenggara Ratahan Indonesia 710 km²
Mikronesia Pohnpei Samudera Pasifik 721 km²
Minahasa Utara Airmadidi Indonesia 938 km²
Tonga Nuku'alofa Samudera Pasifik 997 km²
Antillen Wellemstad Laut Karibia 1.020 km²
Kab. Minahasa Tondano Indonesia 1.026 km²
Hongkong SAR Hong Kong Samudera Pasifik 1.066 km²
Minahasa Selatan Amurang Indonesia 1.369 km²
Mauritius/Mauritania Port Louis Samudera Hindia 2.038 km²
Komoro (Kepulauan) Moroni Samudera Hindia 2.274 km²
Luxembourg Luxembourg Eropa Barat 2.590 km²
Samoa Barat Apia Samudera Pasifik 2.934 km²
Tanjung Verde Praia Samudera Atlantik 4.040 km²
Tanah MINAHASA Manado Asia Tenggara 4.786 km²
Cyprus Nikosia Laut Mediterania 5.251 km²
Brunei Darussalam Bandar Seri Begawan Asia Tenggara 5.765 km²
Libanon Beirut Timur Tengah 10.399 km²
Sulawesi Utara Manado Indonesia 13.276 km² (2,8 x)
Timor Leste Dilli Asia Tenggara 14.615 km² (3 x)

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 9
Sabtu, 27 November 2010
Perbandingan Luas Daerah di Tanah Minahasa
dengan beberapa Daerah, Pulau, Negara penting lainnya:

Daerah Ibukota/terbesar Letak Luas

Kota LANGOWAN Langowan Indonesia 125 km²


Kota TOMOHON Tomohon Indonesia 146 km²
Kota MANADO Wenang Indonesia 158 km²
Kota Makassar Makassar Indonesia 175 km²
Kota Medan Medan Indonesia 265 km²
Kota Surabaya Surabaya Indonesia 274 km²
Kota BITUNG Bitung Indonesia 304 km²
Kota AMURANG Amurang Indonesia 345 km²
Kota Ambon Ambon Indonesia 377 km²
DKI JAKARTA Jakarta Indonesia 656 km²
Minahasa Tenggara Ratahan Indonesia 710 km²
Minahasa Utara Airmadidi Indonesia 938 km²
Kab. Minahasa Tondano Indonesia 1.026 km²
Hongkong SAR Hong Kong Samudera Pasifik 1.066 km²
Minahasa Selatan Amurang Indonesia 1.369 km²
Danau Toba Medan Indonesia 1.773 km²
Daerah Yogyakarta Yogyakarta Indonesia 3.412 km²
Tanah MINAHASA Manado Asia Tenggara 4.786 km²
Pulau Bali Denpasar Indonesia 5.632 km²
Sulawesi Utara Manado Indonesia 13.276 km² (2,8 x)
Pulau Timor Dili Asia Tenggara 26.300 km²
Portugal Lisbon Eropa Barat 94.276 km²
Pulau Jawa Jakarta (terbesar) Indonesia 129.000 km²
Pulau Sulawesi Makassar Indonesia 189.216 km²
Irian Barat Jayapura Indonesia 422.981 km²
Spanyol Madrid Eropa Barat 505.050 km²
Philipina Manila Asia Tenggara 1.285.214 km²
Republik Indonesia Jakarta Asia Tenggara 5.193.252 km²

C. Topografi dan Iklim


Topografi
Keadaan tanah Minahasa berbukit-bukit dengan susunan pegunungan
yang bervariasi yang membujur dari Barat Daya ke Timur Laut. Tanah Minahasa
adalah daerah vulkanis muda sehingga merupakan daerah yang subur.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 10
Sabtu, 27 November 2010
Mengenai relief, daerah ini dapat dibagi dalam tiga bagian5 :
1. Jazirah Gunung Klabat
2. Dataran Tondano
3. Dataran Lewet
Dataran Gunung Klabat merupakan dataran yang paling luas dengan
mengecualikan Pegunungan Tangkoko–Dua Sudara dan Gunung Klabat itu sendiri,
terbentang dari daerah Manado, Tonsea, sampai ke Kema-Bitung.
Dataran Tondano juga merupakan suatu daerah yang besar dan luas, yang
merupakan inti kuno/purba dari peradaban Malesung. Di sinilah terdapat kampung-
kampung tua di Minahasa. Membentang dari dataran Tombulu yaitu lembah
Gunung Lokon, Lembah Danau Tondano, Lembah Minahasa Tengah (Tumaratas).
Di sini terdapat pusat dari Tanah Minahasa, yaitu Batu Pinawetengan yang
dahulunya disebut sebagai puser in tana’ (pusat tanah Minahasa).
Dataran Lewet sendiri merupakan Lembah Kuala Ranoiapo yang juga
dibentengi oleh pegunungan Sinonsayang dan Lolombulan serta pegunungan
Wulur Mahatus sebagai tuur in tana’ (tanah/daerah asal usul Minahasa), juga
dataran selatan Gunung Soputan.

Ketinggian
Puncak tertinggi di tanah Minahasa adalah gunung Klabat dengan setinggi
1.995 meter di atas permukaan laut. Sedangkan pemukiman tertinggi berada di
Rurukan – Tomohon (930 m dpl) dan di Modoinding (1.050 m dpl)
Ketinggian beberapa tempat di Minahasa
Modoinding 1.050 m
Rurukan 930 m
Kakaskasen 813 m
Tomohon 780 m
Sarongsong/Lansot 775 m
Langowan 718 m
Tompasso 710 m
Kawangkoan 695 m
Remboken 673 m
Kakas, Tondano 670 m
Motoling 605 m
Sonder 526 m

5
Watuseke, F.S., 1962. Sedjarah Minahasa. Manado, hlm. 10.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 11
Sabtu, 27 November 2010
Paku-ure 430 m
Tombatu 392 m
Ratahan 335 m
Tompasobaru 325 m
Pontak 260 m
Poopo 240 m
Airmadidi 212 m
Paniki 60 m
Maumbi 55 m

D. Gunung, Sungai, Laut, Teluk, Tanjung, dll


Gunung tertinggi
Klabat 1.995 m
Soputan 1780 m/1.820 m6
Manimporok 1.661 m
Lokon 1.580 m/1.689 m
Rindengan 1.553 m
Tagui 1.550 m/1.520 m
Tampusu 1.500 m
Tatawiran 1.474 m
Lumedon 1.425 m
Lolombulan 1.402 m
Aiseput (Soputan) 1.400 m
Mahawu 1.371 m/1.311 m
Dua Sudara 1.351 m
Tangkoko 1.149 m

6
Tinggi gunung Soputan pada saat ini berubah-ubah karena adanya aktivitas vulkanis berupa letusan
dan pembentukan kubah lava di puncak gunung yang sekarang ini semakin bertambah sekitar 50-100
meter.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 12
Sabtu, 27 November 2010
Kuala (Sungai) terpanjang
Tabel Kuala Terpanjang di tanah Minahasa
Kuala Ranoiapo 53,8 km 1. P o i g a r 54,2 km
Kuala Poigar 50,4 km 2. Ranoyapo 51,9 km
Kuala Tondano 41,1 km 3. Tondano 39,9 km
Kuala Talawaan 31,7 km 4. Talawaan 34,8 km
Kuala Nimanga 26,8 km 5. Nimanga 26,8 km
Kuala Kalelak 25,0 km 6. Kalelak 25,0 km
Kuala Tikala 23,5 km 7. Tikala 23,6 km
Kuala Kuma 22,3 km 8. K u m a 22,3 km
Kuala Sukuyon 21,8 km 9. Sukuyon 21,8 km
Kuala Paniki 21,2 km 10. Paniki 21,2 km
Kuala Likupang 21,2 km 11. Likupang 21,2 km
Kuala Ranowangko 20,0 km 12. Ranowangko 20,0 km
Sumber: Boy L. Rondonuwu. 1984. Minahasa Sumber : Badan Pusat Statistik Sulut. Sulut
Tanah Tercinta. Dalam Angka 2009, dari Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Sulut

Danau
Danau Tondano 4.278 ha 7
Danau Linouw 35 ha
Danau Bulilin 22 ha
Danau Wungangaan 30 ha
Danau Kawelan 8 ha
Danau Mokobang 3,8 ha
Danau Pangolombian 2 ha
Danau Sendow 2 ha

Pulau
Pulau-pulau besar di Minahasa berjumlah 15 buah, yaitu: Bentenan,
Lembeh, Bangka, Kinorabutan, Talise, Tindila, Gangga, Naen Besar, Naen Kecil,
Mantehage, Manado Tua (yang menyerupai gunung, dengan nama Gunung
Manado Tua setinggi 804 m), Bunaken, Siladen, Tatapaan.
Selanjutnya dalam tulisan N. Graafland tahun 1874 menyebutkan pulau-
pulau di seluruh Minahasa: Di sebelah barat laut, utara sampai ke tenggara ada

7
Danau Tondano luasnya 50 km², sebagai danau terbesar di Minahasa, panjangnya 14 km dan lebar
tersempit 3 km, letaknya 693 m di atas permukaan laut (data 1969). Di danau ini terdapat pulau kecil
yaitu pulau Likeri dan pulau Orowen. Lihat Watuseke 1969:6-7.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 13
Sabtu, 27 November 2010
pulau-pulau Tatapaan, Manado Tua, Bunaken, Kaburukan, Siladen, Mantehage,
Nain Besar, Nain Kecil, Talisei, Tindila, Gangga, Lehaga, Bangka, Batu Bandela,
Pandita, Bulang Hitam, Batu Putih, Lembeh, Susulima, Puau Dua, Pakolor,
Bentenan, Punten, Bangkoan, Kreta, Balibaling, Bohoi Besar, Bohoi Kecil, Tulang,
Hogou, Babi, Dakokayu. Pulalu-pulau ini belum termasuk pulau-pulau yang
ukurannya sangat kecil.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 14
Sabtu, 27 November 2010
Bab II. Pengetahuan Demografis

A. Penduduk

Apa sebab orang Minahasa secara adat & budaya disebut Bangsa Minahasa ?
Karena asal usul anthropologis orang Minahasa sama; yang berdiam dalam
satu daerah yang batas-batas geografis jelas; dan yang disatukan oleh satu
idealisme sosial, politik, ekonomi, budaya bahasa dan agama yang sama.

B. Jumlah Penduduk
Penduduk Tanah Minahasa pada tahun 2008 berjumlah 1.440.686 jiwa,
dengan perincian: Kabupaten Minahasa 298.179 jiwa, Minahasa Selatan 182.292
jiwa, Minahasa Utara 174.455 jiwa, Minahasa Tenggara 95.145 jiwa, Kota Manado
429.149 jiwa, Kota Bitung 178.266 jiwa, dan Kota Tomohon 83.200 jiwa.
Catatan populasi penduduk Minahasa mulai abad ke-16 sampai sekarang,
dimana mulai tahun 1955 sudah terhitung dengan penduduk sub etnik imigran,
adalah sebagai berikut: 8
Tahun Jumlah Penduduk
1642 .......................... lebih dari 15.000 jiwa (menurut pater Juan Yranzo)
1678 .......................... 20.350 jiwa (menurut Dr. Robertus Padbrugge)9
1682 .......................... 40.000 jiwa (menurut Ds. F. Valentijn)
1792 .......................... 20-30.000 awu (rumah tangga) (J.L. Seydelman)
1817 .......................... 58.635 jiwa (menurut Prof. C.J.C. Reinwardt)10
1821 .......................... 56.236 jiwa (menurut Prof. C.J.C. Reinwardt)
1825 .......................... 73.088 jiwa (menurut P. Bleeker/N. Graafland)11
1845 .......................... 92.350 jiwa (menurut J.J. ten Siethoff)12

8
Henley, David. Population, economy and environment in North and Central Sulawesi c.1600-1930.
(draft belum diterbitkan), hlm. 95. PB POR Maesa, 2004. Maesa: Sejarah 80 Tahun POR Maesa.
Jakarta, hlm. 216, Lihat juga Taulu, H.M., 1951. Sedjarah Minahasa. Tomohon, hlm. 66 dan
Rondonuwu, Boy E.L., 1984. Minahasa Tanah Tercinta. Manado, hlm. 147.
9
Pada saat itu Minahasa memiliki 4.070 waranei (prajurit suku) sehingga Dr. Robertus Padtbrugge
mengambil kesimpulan, penduduk Minahasa berjumlah 20.350 jiwa.
10
Reinwardt, C.J.C., 1858. Reis naar het oostelijk gedeelte van den Indischen Archipel, in het jaar
1821. Amsterdam, hlm. 582. Lihat juga Henley, ibid. hlm. 96.
11
Graafland, Nicolas, 1898. De Minahasa. Jilid I. Batavia, hlm. 115.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 15
Sabtu, 27 November 2010
1849 .......................... 95.661 jiwa (menurut P. Bleeker/Nico S. Kalangie)13
1850 .......................... 96.815 jiwa (menurut AV Manado 1850)
1860 ........................ 100.308 jiwa (menurut AV Manado 1860)
1870 .........................115.007 jiwa (menurut AV Manado 1870)
1880 .........................134.362 jiwa (menurut KV 1882)
1891 .........................151.000 jiwa (menurut Residen Manado)
1895 .........................164.715 jiwa
1900 .........................182.704 jiwa (menurut KV 1902)
1915 .........................210.000 jiwa
1920 .........................241.909 jiwa (Sensus Penduduk Hindia Belanda)
1930 .........................308.354 jiwa (Sensus Penduduk Hindia Belanda)
1947 .........................415.000 jiwa (menurut H.M. Taulu)
1951 .........................503.929 jiwa (menurut H.M. Taulu)
1955 .........................525.606 jiwa (menurut F.S Watuseke/Nico S Kalangie)
1961 .........................581.836 jiwa (Sensus Penduduk 1961/F.S. Watuseke)
1971 .........................786.396 jiwa (Sensus Penduduk 1971)
1980 .........................976.932 jiwa
1984 .........................777.447 jiwa (menurut Boy L. Rondonuwu)14
1991 ......................1.108.184 jiwa (Sensus Penduduk 1991)
2002 ......................1.339.596 jiwa (Sulawesi Utara dalam Angka 2009)
2005 ......................1.380.495 jiwa (Sulawesi Utara dalam Angka 2009)
2006 ......................1.409.128 jiwa (Sulawesi Utara dalam Angka 2009)
2007 ......................1.426.649 jiwa (Sulawesi Utara dalam Angka 2008)
2008 ......................1.440.686 jiwa (Sulawesi Utara dalam Angka 2009)
2010 ......................1.481.613 jiwa (Sensus Penduduk 2010 Sulut)15

12
J.J. ten Siethoff, Topografische schetsen Manado 1845. Angka ini sudah termasuk 830 orang Cina.
13
Kalangie, Nico S., 1977. Orang Minahasa: Beberapa Aspek Kemasyarakatan dan Kebudayaan.
Peninjau Tahun IV No. 1/1977. Jakarta, hlm. 16.
14
Lihat Rondonuwu, Boy E.L., 1984. Minahasa Tanah Tercinta. Jakarta, hlm. 9. Belum termasuk
Kotamadya Manado sebanyak 215.000 jiwa dan Kota Administratif Bitung sebanyak 83.261 jiwa,
sehingga bila ditotal menjadi 1.075.708 jiwa.
15
Badan Pusat Statistik Sulut. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi Sulawesi Utara: Data
Agregat per Kabupaten/Kota. Manado, dengan perincian: Minahasa 309.876 jiwa, Minahasa Selatan
195.087 jiwa, Minahasa Utara 188.467 jiwa, Minahasa Tenggara 100.305 jiwa, Manado 408.354 jiwa,
Bitung 187.932 jiwa, Tomohon 91.592 jiwa.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 16
Sabtu, 27 November 2010
Grafik Penduduk Minahasa Sepanjang Masa

1.662.254
1.800.000

1.402.770
1.600.000

1.108.184
1.400.000

976.932
1.200.000

786.396
1.000.000

800.000

375.200
307.764
600.000

241.909
210.000
182.704
154.797
148.300
134.362
115.007
100.308
400.000

96.815
83.000
88.272
73.088
58.635
56.236
40.000

30.000
24.000
20.350

23.703
15.000

200.000
0

0
1600

1650

1682

1792

1821

1832

1850

1870

1886

1900

1920

1940

1980

2003
Tabel Perbandingan Distribusi dan Kepadatan Penduduk di Minahasa Tahun 2008
Kabupaten/Kota Penduduk Luas Kepadatan
(jiwa) (km²) (per km²)
Kab. Minahasa 298.179 1.025,85 290,67
Kab. Minahasa Selatan 182.292 1.368,41 133,21
Kab. Minahasa Utara 174.455 937,65 186,06
Kab. Minahasa Tenggara 95.145 710,69 133,88
Kota Manado 429.149 157,91 2.717,68
Kota Bitung 178.266 304,00 586,40
Kota Tomohon 83.200 146,60 567,53
Sulawesi Utara 2.208.012 15.273,10 144,57

Sumber : Badan Pusat Statistik Sulut. 2009. Sulawesi Utara Dalam Angka 2009. Manado

Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Minahasa Tahun 2004-2008


Daerah 2004 2005 2006 2007 2008
Minahasa 834.640 288.539 293.081 296.142 298.179
Minahasa Selatan - 275.997 276.928 182.017 182.292
Minahasa Utara - 165.758 170.340 172.690 174.455
Minahasa Tenggara - - - 95.002 95.145
Manado 416.771 405.715 417.654 424.111 429.149
Kota Bitung 167.625 163.837 169.243 174.003 178.266
Kota Tomohon - 80.649 81.882 82.684 83.200
Sulawesi Utara 2.154.234 2.121.017 2.160.641 2.186.810 2.208.012

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 17
Sabtu, 27 November 2010
C. Suku
Bangsa Minahasa terdiri dari sub etnis:
1. Tonsea
2. Tombulu
3. Toulour (Tondano)
4. Tountemboan
5. Tonsawang
6. Ratahan-Pasan
7. Ponosakan
8. Bantik
9. Babontehu

Keterangan Sub-etnis Bangsa


Minahasa:
1. Tontemboan
2. Tombulu
3. Tonse
4. Tondano (Toulour)
5. Tonsawang
6. Bantik
7. Bentenan (Ratahan-Pasan)
8. Ponosakan

Bangsa Minahasa terdiri dari empat sub-etnis (suku/etnis) besar sebagai


etnis utama (asli), yaitu Tountemboan, Tombulu, Toulour/Tondano dan Tonsea.
Kemudian sub-sub etnis yang berdiam di selatan Minahasa seperti Tonsawang,
Ratahan-Pasan (Pasan Wangko) dan Ponosakan sebagai sub-etnis campuran.
Terakhir sub-etnis Bantik sebagai suku pendatang dari Sulawesi Tengah. Pada saat
ini, etnis Babontehu diterima sebagai sub-etnis Minahasa bersama dengan orang

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 18
Sabtu, 27 November 2010
Borgo.16 Dalam versi orang Tountemboan atau generasi Minahasa sebelumnya
menganggap bangsa Minahasa terdiri dari 7 sub etnis, yaitu Tonsea, Tombulu,
Toulour, Tonsawang, Pasan-Ratahan-Ponosakan, dan Bantik.
Sub-etnis Tondano atau Toulour, mendiami daerah sekeliling Danau
Tondano sampai di pantai Timur Minahasa (Tondano pante) yaitu daerah Tondano,
Kombi, Eris, Lembean Timur, Kakas, Remboken. Pakasaan-Toulour terbagi atas
dua walak yaitu Tondano-Toulimambot di bagian barat dan Tondano Touliang di
bagian barat, serta walak Remboken (campuran orang Tondano dengan orang
Tombulu) dan walak Kakas (campuran orang Tondano dengan orang
Tountemboan).
Sub-etnis Tonsea, berada di Minahasa bagian Utara yang dahulu sebagai
pakasaan Tonsea/Tontewoh dengan satu walak Tonsea, serta Kalawat Atas,
Kalawat Wawa (Klabat di Bawah) di Paniki, dan Likupang. Daerah suku ini
meliputi daerah Airmadidi, Kauditan, Kema, Bitung, Tatelu, Talawaan, Likupang,
Maumbi, Kalawat.
Sub-etnis Tombulu berpusat di Tomohon yang mendiami daerah Kota
Tomohon, kecamatan Tombariri, kecamatan Pineleng dan kecamatan Tombulu,
kecamatan Wori, dan pusat Kota Manado. Sub-etnis bagian pakasaan Tombulu
yang memiliki enam walak, yaitu Tomohon/Tou Muung, Sarongsong, Tombariri,
Kakaskasen, Ares, dan Kalawat Wawa’ (Klabat di Bawah) yang kemudian
diduduki orang Tonsea.
Sub-etnis Tountemboan berkedudukan di Minahasa bagian Selatan yang
mendiami daerah Langowan, Tompaso, Kawangkoan, Sonder, Tareran, Tumpaan,
Amurang, dan daerah di sepanjang kuala Ranoyapo yaitu di daerah Motoling,
Kumelembuai, Ranoyapo, Tompaso Baru, Modoinding, Tenga dan Sinonsayang.
Suku ini berasal dari Pakasaan Tompakewa yang terdiri dari walak Tompaso,
Langowan, Tombasian, Rumoong, Tongkimbut bawah (Kawangkoan) dan
Tongkimbut atas (Sonder). Dahulu kala Tountemboan sering disebut Tompakewa,
atau juga Tongkimbut (karena Walak Tongkimbut merupakan walak terbesar di
Tountemboan saat itu).
Sub-etnis Tonsawang atau Toundanouw, berada di daerah administratif
kecamatan Tombatu dan Touluaan. Leluhur dari puak ini diperkirakan datang dari
pulau kecil Mayu dan Tafure di selat Maluku yang mendarat di Atep (Tondano
pante) kemudian beralih ke Tompaso kemudian beralih ke tempat sekarang.
Mereka menyebut sub-etnisnya sebagai orang Toundano. Kaum Tonsawang
menyebut diri mereka Toundanow, namun lebih dikenal oleh orang Minahasa lain

16
Oleh Majelis Adat Minahasa (MAM) yang dipimpin seorang pimpinan Presidium (Presiden), yaitu dr.
Bert Adriaan Supit.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 19
Sabtu, 27 November 2010
sebagai orang/suku Tonsawang atau Tombatu. Pada mulanya mereka dikenal
bangsa Malesung sebagai Tousini. Berdasarkan legenda, asal usul mereka berasal
dari dua kelompok: kelompok pertama datang dari barat daerah Tontemboan di
Teluk Amurang maupun dari Pontak dan kelompok kedua datang dari tepi utara
danau Tondano. Yang berasal dari utara terbagi dua, yaitu dari kampung Luaan
yang dipimpin oleh pamatuan Dotu Mamosey dan kedua dari kampung Betelen
yang dipimpin oleh pamatuan Dotu Kamboyan. Setelah kedua pemukiman
didirikan di tepi danau Bulilin, Tonaas Mamosey terpilih menjadi panuulan atau
tuud in doong pertama kaum Tonsawang.
Sub-etnis Ratahan dan Pasan, berada di sekitar kota Ratahan. Sub-etnis
Ratahan atau Pasan-Wangko, atau Pasan-Ratahan. Sub-etnis Ratahan berada di
kampung-kampung Ratahan/Tosuraya, Wioi, Wiau, Wongkai, Rasi, Molompar,
Wawali, Minanga dan Bentenan, dan sub-etnis Pasan berada di kampung Towuntu,
Liwutung, Tolambukan dan Watulinei.
Sub-etnis Ponosakan berada di kecamatan Belang dan kecamatan
Ratatotok yaitu di kampung Belang, Basaan, Ratatotok dan Tumbak serta sebagian
kampung Watuliney dan Tababo. Suku ini merupakan satu-satunya sub-etnis di
Minahasa yang beragama Islam.
Sub-etnis Bantik berada di daerah sekitar Manado, yaitu di barat daya
Manado seperti Malalayang dan Kalasei dan di sebelah utara Manado seperti Buha,
Bengkol, Talawaan Bantik, Bailang, Molas, Meras, serta Tanamon di kecamatan
Sinonsayang Minsel. Suku ini berlainan sekali bahasa, adat kebiasaan dan roman
muka dari suku-suku lain di Minahasa. Suku ini berasal dari Sulawesi Tengah,
kemudian bermukim di Bolaang Mongondow. Orang Malesung dan Minahasa
tempo dulu mengenal serta menyebut mereka sebagai kaum Toumini yang datang
dari sekitar Teluk Tomini di Sulawesi Tengah. Kemudian mereka datang di
Minahasa sebagai tentara bantuan Bolmong untuk memerangi suku-suku
Minahasa. Ketika tentara Bolmong dikalahkan di Maadon, Lilang (Kema) maka
suku ini menetap di sekitar teluk Manado. Sampai tahun 1850 mereka diam-diam
membayar upeti kepada raja Bolmong. Oleh karena itu zendeling Graafland dahulu
menyebut mereka sebagai tentara-budak kerajaan Bolaang Mongondow.
Sub-etnis Babontehu berada di kepulauan sebelah barat laut Minahasa.
Dahulu sub-etnis ini berada di bawah satu kerajaan tersendiri bernama
Kedatuan/Kerajaan Manado yang berpusat di pulau Manado tua. Orang Babontehu
terkenal sebagai pelaut ulung. Kepala mereka disebut kolano (raja). Karena
dikalahkan Kerajaan Bolaang Mongondow, mereka terusir dari sana dan serta
sejumlah besar berpindah menetap di kepulauan Siau/Sangihe. Hanya sekitar 40
keluarga yang dipindahkan kompeni VOC ke Sindulang sekitar abad XVII.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 20
Sabtu, 27 November 2010
Ada juga beberapa kelompok kecil yang telah lama berasimilasi dengan
orang Minahasa sehingga mereka dianggap sebagai bagian dari Minahasa. Orang
Borgo dulunya adalah serdadu sipil masa VOC dan Hindia Belanda, merupakan
campuran orang Eropa, Afrika Selatan, Asia dan lain-lain dengan Minahasa. Orang
Kampung Jawa Tondano (Jaton) yang menetap di timur laut Tondano merupakan
campuran dari bangsa Jawa pengikut Pangeran Diponegoro dan Kyai Modjo yang
kawin dengan gadis-gadis Minahasa. Selain itu terbentuk juga Kampung Jawa di
Tomohon dan di Pineleng terbentuk pemukiman pengikut Imam Bonjol.
Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Sub-Etnis Abad XVII dan XIX
1679 a 1855 b 1873
Jumlah Jumlah
Jumlah
Nama Pendudu
Pendudu Pendudu
Walak Awu/ Nama Negeri k
Jiwa k k
Waraneic Negeri/
Distrik Distrik
Kota
Laoubangh 250 1.250 Langowan 3.918 3.887 4.782
Tonpasso 70 350 Tompaso 3.846 2.326 6.452
Tombatchiand 80 400 Tombasian 2.737 774 2.782
Amurange 1.095 31.709
Tonkimboutf 700 3.500 Kawangkoan 6.551 1.644 8.713
Sonder 9.076 3.532 9.842
Kiawa 749 1.067
Romon 60 300 Rumoong 2.817 1.266 3.096
Tomberie 400 2.000 Tombariri ? (Woloan) 6.546
890
Tontelette 80 400 Tomohon 4.598 3.473 5.884
Tomon-Cormasje 800 4.000
Seronson 70 350 Sarongsong 2.120 1.326 2.992
Cascasse 100 500 Kakaskasen 4.002 1.112 4.103
Tonseka 70 350 Tonsea 10.880 13.976
Likupang 1.456 2.138
Tondano 700 3.500 Tondano-Touliang 6.680 8.175
Tondano- 6.071 7.450
Toulimambot
Cacas 300 1.500 Kakas 4.520 3.224 5.786
Rombocan 50 250 Remboken 2.978 416 4.205
Aris 100 500 Ares 1.627 1.513
70 350 Klabat-atas 1.623 1.508
Clabbat
(Maumbi)
Clabbat di bawah 60 300 Klabat-bawah 1.629 1.436
Manado 40 200 Manadog (3.565) 22.221
Negeri Baharu 755 675

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 21
Sabtu, 27 November 2010
Bantik 70 350 Bantik 2.557 3.187
Tonsawang 2.410 3.135
Pasan 1.401 746 4.090
Ratahan 2.528
Ponosakan 880 725
Jumlah 4.070 20.350 87.958 116.014
Keterangan:
a.
Untuk data tahun 1679 lihat Godee Molsbergen 1928:55, Supit 1986:96-97. Untuk data tahun 1855
lihat buku P. Bleeker, Reis door de Minahassa en den Molukschen Archipel- Gedaan in de maanden
september en oktober 1855 in het gevolg van den gouv. generaal A. J. Duymaer van Twist – Eerste
Deel (Batavia, 1856) hlm. 98-109. Untuk data tahun 1873 lihat keterangan lengkap jumlah penduduk
kampung dalam Graafland, Inilah Kitab deri hal Tanah Minahasa (Rotterdam, 1874), hlm. 60-104.
b.
Fluktuasi penduduk abad ke-19 adalah:
c.
Satu awu (“dapur”) atau satu keluarga memiliki satu orang waranei/ prajurit).
d.
Sekarang berlokasi di kampung Tombasian Bawah di Tombasian Waleure.
e.
Ibukota di kelurahan Bitung sekarang.
f.
Ton-kimbut om hoogh en laagh (Tongkimbut atas dan bawah), dimana Tongkimbut bawah adalah
Kawangkoan sekarang, dan Tongkimbut atas adalah Sonder (waktu itu Sonder berada di Lana,
sebelah barat Kiawa sekarang).
g.
Sudah termasuk budak.

D. Bahasa
Bahasa daerah Minahasa terdiri dari:
1. Tountemboan
2. Tombulu Tonsea
3. Toulour (Tondano)
4. Tonsawang
5. Ratahan-Pasan
6. Ponosakan
7. Bantik
Bahasa pergaulan (lingua franca): Bahasa Melayu Manado
Bahasa resmi: Bahasa Indonesia

Bahasa Melayu Manado (Bahasa Manado)


Bahasa pergaulan (lingua franca) yang dipakai secara resmi di antara
orang Minahasa adalah bahasa Melayu Manado (= Bahasa Manado). Bahasa kedua
yang dipakai untuk percakapan dalam kegiatan resmi adalah bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan di negara Republik Indonesia. Digunakan secara resmi di
dalam pemerintahan, kantor, sekolah, gereja dan pertemuan lainnya.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 22
Sabtu, 27 November 2010
Bahasa Melayu Manado berasal dari bahasa Melayu Maluku yang
diperkenalkan oleh pedagang Ternate di pantai-pantai dan oleh kompeni (VOC)
sebagai bahasa perdagangan di kepulauan Nusantara. Bahasa ini berasal dari
daerah Melayu di Sumatera yang dipergunakan sebagai bahasa perdagangan di
kawasan Nusantara dan kawasan Asia Tenggara pada umumnya. Bahasa ini
diterima dan dikembangkan orang Minahasa terutama dari bahasa Melayu Maluku
yang berpusat di Ternate. Bahasa ini kemudian mendapat pengaruh dari bahasa
Ternate serta Portugis maupun Spanyol. Bahasa ini dibawa orang Ternate,
Portugis, Spanyol, terutama oleh Belanda ke Minahasa. Di sini bahasa ini
mendapat pengaruh dari bahasa daerah Minahasa, bahasa Belanda dan sejumlah
bahasa dari daerah sekitarnya. Pada masa sekarang, bahasa ini mendapat pengaruh
dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Sedemikian jauhnya perbedaan antara bahasa aslinya yaitu bahasa Melayu
sehingga bahasa ini telah memiliki ciri khas tersendiri.
Ketika melewati Maluku (Ternate), Bahasa Melayu berubah menjadi
Bahasa Melayu Maluku (Bahasa Melayu Maluku-Ternate). Sejumlah kata
yang diserap dari Bahasa Melayu Maluku-Ternate, Tidore, Ambon dan Galela
antara lain ngana (ngona=kamu), ngoni (ngom, ngoni=kamu [jamak], kalian),
dorang (=mereka), bifi (=semut), cako (=simpul), cidako (=celana pendek
tradisional), ciri (=jatuh), cumu (=sebut), deho (=ikan cakalang, tongkol), daseng
(=gubuk tepi pantai), dola (=hadang), fufu (=pengasapan), gaba-gaba (=pelepah
daun rumbia), galafea (=ikan roa yang diawetkan dengan cara diasapkan), gomala
(=mata kail), gomutu (=ijuk), wora, dan lain-lain.
Agaknya Bahasa Melayu Manado mendapat pengaruh bahasa Spanyol
dan Portugis (Portugal) langsung dari daerah Maluku (Ternate).17 Sejumlah kata
yang diserap dari bahasa Portugis antara lain acar (achar=nama makanan), bangku
(banco=bangku), ba-kao (=meraung, cao=anjing), bakasang (=terasi air,
baleichao=terasi), batata (batatas=ubi jalar), bendera (bandeira), calana
(chalana=celana), capatu (Port. sapato, Spn. zapato=sepatu), capeo (=topi, Port.
chapeu, Per. chapeau), domato (domita=cadas), pasiar (passear=pesiar), peda
(espada=pedang/parang), pégang (pega), pesta (Port. festa, Spn. fiesta), piring
(pires), ponoso (ponoso=hidung pesek), porno (forno=oven, tempat
panggang/fufu), Portugis (Portuguessa=Portugal), sarampa (=cacar air/campak,
Port. sarampo, Spn. sarampion), seka (=mengelap, secar=mengeringkan),
sekolah/sumikola (Port. escola, Spn. escuela, Bld. school), sinyo (senhor=tuan

17
Contoh yang paling bagus adalah bahasa daerah moraya (dari Spanyol muralla, moraya=benteng,
kubu, tembok untuk bertahan dalam pertempuran) dan cawayo dari Spanyol caballo untuk kuda.
Kawayo tidak mempengaruhi bahasa Melayu Manado karena kata ini telah dikenal terlebih dahulu oleh
orang Minahasa sebelum Bahasa Melayu Maluku diperkenalkan di Minahasa.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 23
Sabtu, 27 November 2010
mudasombar (=bernaung, Port. sombra, Spn. sombra, Pr. sombre=gelap), testa
(=dahi/jidat, Port. testa, Spn. tesda), ba-tifar (tifar=tadah tuak).
Sedangkan dari bahasa Spanyol diserap antara lain kata asi (asi=begitulah,
betapapun), cuki (=senggama/kata makian, choque=menubruk), figura (=badut,
topeng, Port. Figura, Spn. figurar=berpura-pura), foro (foro=mengeram), goyawas
(guava/guayaba=jambu biji), horas (hora=waktu), kanino (=anak kecil, Spn.
canino=anak anjing), ma-kantar (cantar=menyanyi), lantaka (=meriam besar),
maraju (=merajuk, maraio/marrajo=jahat), misa (missa=kebaktian di gereja), toki
(tocar=ketuk/bentur).
Kemudian Bahasa Melayu Maluku dibawa ke Minahasa sebagai bahasa
administrasi politik dan perdagangan dan bertransformasi menjadi bahasa Melayu
Manado atau Bahasa Manado. Di sini bahasa Belanda banyak diserap ke dalam
Bahasa Melayu Manado, antara lain afker (afkeuren=afkir, tak dapat dipakai),
anval (aanval=serangan, kambuh), benaut (benauwd=gerah/kepanasan), besae
(saai=jelek), blou (blou, Ing. blue=biru), bok (=belokan), bois (=gorong-gorong),
bolsak (bultzak=kasur), birman (buurman=tetangga), boncis, bordir, botol, brot
(brood=roti), brudel (=nama kue), brur/broer (broeder=saudara laki-laki), sus/zoes
(zoester), budel (boedel=warisan), bufet (=lemari ukuran sedang), beha (=kutang,
BH=buste houder, pemegang/penahan buah dada), besuk (bezoek=berkunjung),
brenebon (bruineboon=kacang merah), des (Bld. dus=jadi, maka itu, Ing. thus), doi
(=uang), domine (dominee=pendeta [baca:domenii], dari Latin dominus), laste
(=akhir), lat (=terlambat), leper (=sendok), los (=bangsal terbuka, loods=gudang),
loyor (luier=popok bayi), mar (=tetapi), maskot, marmut (=tikus Belanda),
mayones, menéér (=bapak/tuan guru, meneer=tuan), mok (=gelas), moi, mop
(=lucu), néces, negeri (negorij/negerij=desa, kampung), om (=paman), opsir
(=perwira), oto (=mobil), frak (vracht=ongkos), ovor (=serahkan), par
(paar=pasangan), pars (=ungu?), persen (=hadiahkan), placé (=beranda), plat,
plein, plester, potlot, potret, persis, prop (=tersumbat), rangsum, reis
(=mengembang), rekeng (=hitung), resepsi, ron (=keliling), ros (=mawar), roster
(=jadwal), sabel (=parang), velk, valis (=kopor), vorat (vorraad=bekal,
persediaan), persekot (=uang muka/tambahan), vrak (=ongkos), vrei (=bebas),
baskom, wastafel, waterpas, wayer (=baling-baling), wéker, yaki
(ajakkes/ajakkie=monyet), zaal (=bangsal tidur), salep (zalf), zondor
(zonder=tanpa), sursak (=sirsak), zéker (=tentu saja).
Bahasa daerah dan dialek-dialek Minahasa tentu saja mempengaruhi
bahasa ini. Misalnya pe’daal/pelaar, tinutuan (=bubur manado), midal (mie +
pedaal/pelaar), pasini (=tanah warisan keluarga), kawanua (=saudara sekampung),
pondos, foso, pulut (=tanah liat), poyo’ (=[anak] cucu), rangka’ (=tinggi), pesi
(=pancing), RW (rintek wuuk, masakan daging anjing), sangali (=tanpa harus),

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 24
Sabtu, 27 November 2010
woka, tabea, tawaang, tonaas, toyaang (=anak kecil), tu’is, tumotongko (=ular
piton), wewene (=perempuan), woka, wowo’.
Bahasa Inggris dan Perancis juga mempengaruhi bahasa ini dari abad ke-
19 karena kedua bangsa ini pernah menjajah Minahasa, langsung atau pun tak
langsung. Bahasa Inggris sekarang banyak mempengaruhi Bahasa Manado dewasa
ini dalam kapasitasnya sebagai bahasa internasional. Bahasa Inggris yang diserap
atara lain blangket (blankette), dogger (pencuri anjing/tukang potas), flai (fly),
flash (film Flash Gordon=angan-angan, dusta), jojing (jogging), jontra (aktor Jon
Travolta yang suka berdansa), brikdens (breakdance), koboi (cowboy), bolpoin
(ballpoint), petromax (=lampu gas, Petromax=nama merek lampu gas tahun
1950/60-an), potas (=racun anjing, nama kimia Potassium sianida), riki (reach),
silet (merek pisau cukur sermes Gillette, nama penemu), sori (sorry), WC (water
closed=jamban tertutup air).
Sedangkan bahasa Perancis antara lain buih (bouée=busa), gorela
(guerilla=gerilya), katrili (quadrille), royal, trotoar (trotoir).
Selain itu mendapat pengaruh dari bahasa Jawa dan Arab lewat komunitas
Jawa Tondano seperti ajus (diplesetkan menjadi “ajudan setan”), sebe (diplesetkan
menjadi “setan besar”), wes (=sudah, aba-aba berhenti untuk roda sapi/kuda),
kanisah (Arab kanisah=gereja/gereja kecil-persiapan, kudu’; dan komunitas Cina
(terutama nama makanan) seperti ampao, bisae, capcae, biapong, ci’, ko’, sampan
(sam-pan). Bahasa lain yang mempengaruhi tentu saja Mongondow, Sangir-
Talaud, Betawi (kemudian menjadi bahasa prokem se-Indonesia dengan
penyebaran lewat sinetron dan drama televisi lainnya), Amerika Latin (lewat film-
film telenovela, antara lain karlota=cerewet/penebar isu).

Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan secara resmi pada
kantor-kantor, gereja, pertemuan-pertemuan resmi kemasyarakatan lainnya. Bahasa
ini adalah Bahasa Persatuan dari Negara Republik Indonesia, daerah di mana tanah
Minahasa berada.

Bahasa Daerah Minahasa


Bahasa Minahasa adalah bahasa daerah asli Minahasa yang terdiri dari
bahasa rumpun induk Minahasa, yaitu bahasa Tontemboan, bahasa Tombulu,
bahasa Tonsea, bahasa Toulour/Tondano, serta bahasa dari masing-masing suku
tambahan, yaitu bahasa Tonsawang, bahasa Ratahan/Pasan, bahasa Ponosakan, dan
bahasa Bantik.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 25
Sabtu, 27 November 2010
1. Bahasa Tombulu, yang berpusat di Tomohon sebagai bahasa sub-etnis
Tombulu. Bahasa ini memiliki dua dialek besar yaitu yang memakai awalan ni
dan memakai sisipan ni dalam arti perfektum. Yang pertama terdiri dari
dialek-dialek Tomohon Sarongsong dan Tombariri, dan yang kedua terdiri dari
dialek-dialek Kakaskasen, Klabat Bawah (Paniki) dan Ares (Kamangta dan
Sawangan). Bahasa ini pertama kali dikenal oleh para pendatang, orang Barat.
2. Bahasa Tountemboan, yang dipergunakan di Minahasa bagian Selatan
sebagai bahasa sub-etnis Tountemboan. Bahasa ini terdiri dari dua dialek
besar, yaitu dialek makela’i dan dialek matana’i yaitu mereka yang menyebut
kela’i (yang begini atau maotou) dan mereka yang menyebut tana’i (yang
begini). Dialek matana’i dipakai di daerah Sonder, Kawangkoan,
Tareran/Suluun, Tumpaan, Tombasian, sebagian Tenga (Tewasen, Pakuure),
Kumelembuai, dan dialek matana’i dipakai di daerah Langowan, Tompaso,
Rumoong, Amurang, Motoling, serta sebagian Tompasobaru. Bahasa ini
merupakan bahasa daerah dengan penutur paling banyak di Minahasa.18
3. Bahasa Tondano atau bahasa Toulour, sebagai bahasa sub-etnis Toulour
yang mendiami daerah sekeliling Danau Tondano sampai di pantai Timur
Minahasa (Tondano pante). Bahasa Tondano terdiri atas tiga dialek yaitu
dialek induk Tondano, dialek Kakas dan dialek Remboken. Dialek yang
terbesar dalam daerah dan jumlah penutur terdapat di bagian Utara yaitu kota
Tondano dan Eris-Kombi. Dialek Kakas di kecamatan Kakas dan dialek
Remboken di kecamatan Remboken. Juga terdapat penutur bahasa ini di
daerah kolonisasi (transmigrasi lokal Minahasa) di kecamatan Tompaso Baru
dan Modoinding.
4. Bahasa Tonsea, yang dipergunakan di Minahasa bagian Utara sebagai bahasa
sub-etnis Tonsea. Bahasa ini terdiri dari dua dialek, yaitu dialek induk Tonsea
yang dipergunakan di sekitar Airmadidi, Tatelu, Minawerot dan dialek
Kalabat-atas yang dipergunakan di sekitar Maumbi dan Likupang.
5. Bahasa Tonsawang sebagai bahasa etnis Tonsawang. Mereka menyebut sub-
etnisnya sebagai orang Toundanow. Bahasa ini banyak dipengaruhi oleh
bahasa Tountemboan karena kedua etnis ini saling berbatasan.
6. Bahasa Ratahan, dipergunakan di sekitar kota Ratahan sebagai bahasa sub-
etnis Ratahan atau Pasan-Wangko atau disebut juga Bentenan. Bahasa ini
memiliki persamaan dengan bahasa Sangir.

18
Tambuwun, E.M., 1986. Tatabahasa Tonemboan Jilid II. Yayasan Budaya Tontemboan. Manado,
hlm. 10-11.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 26
Sabtu, 27 November 2010
7. Bahasa Ponosakan sebagai bahasa sub-etnis Ponosakan, dipergunakan di
Belang dan sekitarnya. Bahasa ini berkerabat dengan bahasa Bolaang
Mongondow.
8. Bahasa Bantik sebagai bahasa sub-etnis Bantik. Bahasa ini berkerabat dengan
bahasa Sangir.

Diagram Kekerabatan Bahasa Daerah Minahasa

proto-Minahasa

Tondano Tonsea Tombulu Tontemboan Tonsawang

Contoh Penjabaran/pengembangan kata “kuman” (=makan) 19


Kata ‘kuman’ adalah k.k. (kata kerja) yang artinya: melakukan pekerjaan
‘makan’ (makan nasi, makan ikan, dll). Kata kerja tersebut adalah kata jadian dari
kata dasar ‘kan’ (k.b.=kata benda) yang berarti ‘padi’ ataupun disebut juga untuk
‘nasi’ (makanan). Inilah yang membuat bahasa daerah Minahasa menjadi sesuatu
yang disebut ‘seni dialek Minahasa’
Kata benda ‘kan’ dikembangkan menjadi katakerja (k.k.), katabenda (k.b.),
katasifat (k.s.) dan dalam perubahan waktu, semuanya akan bervariasi sampai 700
kata.
Ikakakan = makan2lah (sepuasnya).//makang-makangjo sampe kanyang. Ipapépakan =
Ikakakanange = usahakan makan sepuas2nya.//makang bae2 sampe kanyang. Ipapépakanange =
Ikakakane = makanlah (dari sana) sepuasnya.//makangjo kamari bae-bae. Ipapépakane =
Ikakakankan = jadikah makan sepuas-puasnya?//jadijo makang kanyang2? Ipapépakankan =
Ikakakankanange = jika jadi makan sepuasnya.//kalu jadijo makang bae-bae. Ipapépakankanange =
Ikakakankane = jadi juga makan sepuas-puasnya.//jadijo kote’ makang bae2. Ipapépakankane =
Ikakakankanlako = jadi benar juga makan sepuas2nya.//jadi btljo makang bae2. Ipapépakankanlako =
Ikakakanlako = makanlah sepuas2nya (seblm pergi).//makangjo kasana bae2. Ipapépakanlako =
Ikakakano = makan-makanlah sepuas-puasnya.//makang-makangjo bae-bae. Ipapépakano =
Ikakakano e = makanlah kemari sepuasnya.//makangjo kamari bae-bae. Ipapépakanoange =
Ikakakanoange =makanlah sepuasnya (di situ).//makangjo bae-bae disitu. Ipapépakano e =
Ikakakanolako = makanlah sepuasnya (seblm pergi).//makangjo kasana bae2. Ipapépakanolako =
Ikakakanpe = masih mau makan sepuasnya.//mo makang lei sampe puas? Ipapépakanpe =
Ikakakanpeange = tolong makanlah sepuasnya.//makang lei kamari bae-bae. Ipapépakanpeange =

19
Brosur Info Kawanua, Edisi Harijadi Minahasa 556 tahun 5 Nopember 1428 - 1984 oleh
Perhimpunan Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) Jakarta, 1984, hlm.41-48.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 27
Sabtu, 27 November 2010
Ikakakanpelako = tolong makanlah dulu sepuasnya.//makangjo kasana bae2 Ipapépakanpelako =

Ikakan = makan teruslah.//makang makangjo turus (jang malo-malo). Kakan =


Ikakanange = makanlah terus-terus.//makang-makangjo bae-bae. Kakanange =
Ikakane = makan kemari terus.//kase makang kamari bae-bae (dari sana). Kakan e =
Ikakankan = jadi makan terus?//jadijo makang-makang terus? Kakankan =
Ikakankanange = jadi makan terus (di situ).//jadijo kote’ makang turus disitu. Kakankanange =
Ikakankane = jadi makan kemari terus?//jadi makangjo kamari turus. Kakankan e =
Ikakankanlako = jadi makan dulu terus?//jadi makang turus jo kasana? Kakankanlako =
Ikakanlako = makan sepuasnya (sebelum pergi).//makangjo kasana bae-bae. Kakanlako =
Ikakano = makanlah terus.// makang-makangjo turus. Kakano =
Ikakano e = makan kemari terus.//makang-makangjo kamari turus. Kakanoange =
Ikakanoange =makanlah (di situ) sepuasnya.//makangjo kamari terus disitu. Kakano e =
Ikakanolako = makanlah sepuasnya dari sini.//makangjo kasana bae-bae. Kakanokan =
Ikakanpe = lagi (sedang) makan.//samantara makang lei (makang lei turus). Kakanokanlako =
Ikakanpeange = makanlah dulu sepuasnya (di situ).//makang turuslei disitu. Kakanolako =
Ikakanpelako = makanlah dulu sepuasnya.//makangjo kasana sampe puas. Kakanpe =
Kakanpeange =
Ikan = turut dimakan (ikut ditelan); turut makan.//iko makang. Kakanpelako =
Ikanange = turut dimakanlah, disertakan makan.//kase iko makang.
Ikane = turut makan kemari, serta makan di sana.//kase iko makang kamari. Kakanan =
Ikankan = jadi makan juga? Turut jadi makan?//jadijo makang kasana? Kakananange =
Ikankanange = jadi makanlah juga.//jadijo kote makang kasana. Kakanane =
Ikankan e = jadi makan kemari?// jadijo makang kamari? Kakanankan =
Ikankanlako = jadi makan dulu (baru pergi)//jadijo makang dulu kasana. Kakanankanange =
Ikanlako = turut makan dulu, sertai makan dulu.//makang lei kasana. Kakanankane =
Ikano = yok, makanlah; makan sertalah.//alo, makangjo Kakanankanlako =
Ikano e = yok, makanlah kemari.//alo, makangjo kamari. Kakananlako =
Ikanoange = yok, silahkan makanlah.//alo, makang-makangjo. Kakanano =
Ikanolako = yok, makan dulu serta.//alo, makangjo dulu kasana. Kakananoange =
Ikanpe = makan dulu (lain stop)//makang lei (jang pusing deng laeng). Kakananokanlako =
Ikanpeange = taruhkira dimakan dulu.//makang lei tareen. Kakananpe =
Ikanpelako = turut serta makan2 dulu (baru pergi).//makang lei kasana kwa’ Kakananpeange =
Kakananpelako =
Ikékan = tak sengaja makan, termakan.//pi tamakang, dapa makang.
Ikékanange = bila termakan (tak sengaja).//kalu pi tamakang.
Ikékane = bila termakan kemari...//kalu pi tamakang kamari... Kanan =
Ikékankan = jadi termakan.//pi jadijo tamakang. Kananange =
Ikékankanange = jadi termakan juga.//pi jadijo tamakang kamari... Kanan e =
Ikékankane = jadi termakan kemari.//pi jadijo tamakang kamari. Kanankan =
Ikékankanlako = jadi termakan dulu.//pi jadijo tamakang kasana. Kanankanange =
Ikékanlako = bila jadi termakan dulu.//kalu jadi tamakang kasana. Kanankane =
Ikékano = nanti sampai termakan.//somo jadi tamakang. Kanankanlako =
Ikékano e = nanti termakan kemari.//somo tamakang kamari Kananlako =
Ikékanoange = bila nanti sampai termakan (di situ).//somo jadi tamakang situ. Kanano =
Ikékanolako = nanti termakan dulu.//somo tamakang kasana. Kananoange =
Ikékanpe = hendak termakan dulu.//somo tamakang ulang. Kanano e =
Ikékanpeange = hendak termakan dulu disitu.//somo tamakang ulang disitu. Kananokan =
Ikékanpelako = hendak termakan dulu di sini.//somo tamakang ulang disini. Kananokanlako =
Kananolako =
Ipakan = dijadikan lauk; dimakan serta.//kase makang rame-rame. Kananpe =
Ipakanange = jadikanlah lauk; (untuk lauk pauk).//kase makangjo rame2. Kananpeange =
Ipakane = beri makan kemari.//kase makang kamari... Kananpelako =
Ipakankan = jadi untuk lauk-pauk?//jadijo kase makang rame-rame?
Ipakankanange = bila dilaukpaukkan?//kalujo bole kase makang rame2. Kanén =
Ipakankane = jadi diberikan buat makan.//adajo kase kamari for makang. Kanénange =
Ipakankanlako = jadi dilaukpaukkan juga.//jadijo kase makang rame2 kasana. Kanén e =
Ipakanlako = beri makan pada...//kase makang kasana pa... Kanénkan =
Ipakano = jadikanlah lauk pauk.somo kase makang rame-rame. Kanénkanange =

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 28
Sabtu, 27 November 2010
Ipakano e = berikanlah untuk dimakan.//kase makangjo kamari Kanénkane =
Ipakanoange = jadikanlah/makanlah sebagai lauk.//kase makangjo rame2. Kanénkanlako =
Ipakanolako = berikanlah untuk dimakan.//kase makangjo kasana, pa... Kanénlako =
Ipakanpe = hendak diberikan makan pada...//mo kase makang lei pa... Kanéno =
Ipakanpeange = tolong diberikan makan pada...//kase makang akang lei pa.. Kanénoange =
Ipakanpelako = tolong diberikan pada... //kase makang akang lei pa... Kanéno e =
Kanénokan =
Ipakikan = disuruh makan (sesuatu)//mo suru kase makang. Kanénokanage =
Ipakikanange = paksakanlah makan.//paksa kase suru makang. Kanénokanlako =
Ipakikane = paksa makan kemari.//suru/paksa kase makang kamari. Kanénolako =
Ipakikankan = kembali dipaksa makan.//ulang paksa kase makang. Kanénpeange =
Ipakikankanange = dipaksa ulang makan itu.//paksa ulang suru makang. Kanénpe =
Ipakikankanlako = jadi dipaksa makan dulu.//jadi paksa jo suru makang. Kanénpe lako =
Ipakikanlako = ajak makan dulu (baru pergi).//suru makangjo kasana.
Ipakikano = ajak makan saja.//suru makangjo. Kimakan =
Ipakikanoange = ajak makanlah juga.//suru mulaijo makang. Kimakanange =
Ipakikano e = suruh makan saja kemari.//bilang makangjo kamari. Kimakane =
Ipakikanolako = ajak makan dulu.//bilang makangjo kasana. Kimakankan =
Ipakikanpe = ajak makan dulu (sebelum pergi).//suru makang dulu. Kimakankanange =
Ipakikanpeange = suru makanlah dulu.//bilangjo makang2 lei. Kimakankane =
Ipakikanpelako = ajak makan dulu (disini).//bilang makang lei kasana. Kimakankanlako =
Kimakanlako =
Ipapakan = untuk diberikan makan (kepada).//for kase-kase makang. Kimakano =
Ipapakanange = (bekal) ini utk diberikan makan pada...//for kase2 makang pa... Kimakanoange =
Ipapakane = untuk diberi makan bagi ...//for makanang ... Kimakanolako =
Ipapakankan = dijadikan kembali makanan bagi ...//jadijo kase2 makang ... Kimakanpene =
Ipapakankanange = jadi kembali bahan bekal bagi.//jadijo for makang ... Kinan =
Ipapakankane = dikembalikan untuk dimakan.//kase ulang for makang. Kinanange =
Ipapakankanlako = diberikan kembali utk makan.//kase pulangjo for makang. Kinane =
Ipapakanlako = untuk disuapkan kepada.//for mo kase-kase makang pa... Kinankan =
Ipapakano = sudah disuapkan kepada ...//so kase-kase makang pa... Kinankanange =
Ipapakanoange = (bekal) utk diberi makan pada ...//for mo kase2 makang pa... Kinankane =
Ipapakano e = tolong suapkan saja.//kase-kase makangjo kamari. Kinankanange = 2x
Ipapakanolako = (bekal) buat sesuap bagi ...//kase-kase makangjo kasana. Kinankanlako =
Ipapakanpe = masih disiapkan utk beri makan pada...//for kase2 makanglei pa.. Kinanlako =
Ipapakanpeange = tolong suap-suapkan pada ...//kase2 makang akang lei pa.. Kinanoange =
Ipapakanpelako = (bekal) utk pemberi mkn pd...//for kase2 mkng lei kasn pa... Kinanokan =
Kinanpe =
Kékanén =
Kékanénange = Kinanan =
Kékanéne = Kinananange =
Kékanénkane = Kinanan e =
Kékanénpe = Kinanankan =
Kékanénpe lako = Kinanankanlako =
Kinananlako =
Kékanan = tempat makan.//tampa makang. (lihat: Kakanan) Kinanano =
Kinananoange =
Kuman = m a k a n.//makang/isi puru. Kinananokan =
Kumanange = makanlah.//makangjo. Kinananokane =
Kumane = makanlah (dari sana).//makang lei/makang jo kamari. Kinananolako =
Kumankan = jadi makan?//nyanda mo makang?/jadijo makang? Kinananpe =
Kumankanange = (bila) dapat dapat memakan ...//kalujo bole makang ... Kinananpeange =
Kumankane = jadi makan (di sana)?//jadijo makang kamari? Kinananpelako =
Kumankanlako = jadi makan (di sini)?//jadijo makang kasana?
Kumanlako = makan dulu (sebelum pergi)//makang kasana. Kumakan =
Kumano = silahkan makan!//alo, makangjo! Kumakanange =
Kumanoange = silahkan makanlah!//makang-makangjo! Kumakan e =
Kumano e = makanlah (dari sana).//makangjo kamari. Kumakanlako =
Kumanolako = makanlah (di sini) dulu.//makangjo kasana (sini). Kumakano =

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 29
Sabtu, 27 November 2010
Kumanokan = nanti makan (sebentar).//mantijo kwa’ makang. Kumakanoange =
Kumanokane = nanti makan (dari sana).//nantijo makang kamari. Kumakano e =
Kumanpe =makan dulu/mari makan sama2.//marijo makang/makang lei. Kumakanokane =
Kumanpeange = makan-makanlah dulu.//makang-makang lei tare’en. Kumakanpe =
Kumanpene = makan dulu (baru datang).//makang lei kamari (komang..) Kumakanpeange =
Kumanpelako = makan dulu (di sini).//makang lei kasana (komang..) Kumanpelako =

Kiman = Kinakanan = (Kinékanan) =


Kimanange = Kinakananange =
Kimane = Kinakanane =
Kimankan = Kinakanankan =
Kimankanange = Kinakanankanange =
Kimankane = Kinakanankane =
Kimankanlako = Kinakanankanlako =
Kimanlako = Kinakananlako =
Kimano = Kinakanano =
Kimano e =
Kimanokan =
Kimanokanlako = Makakan =
Kimanokanange = .....
Kimanolako = Makakanan =
Kimanpe = .....
Kimanpene = Makan/Mahkaan =
Kimanpelako = .....
Makanan =
Makêkan = .....
.....
Dan seterusnya ....

E. Sistem Religi/Agama

Orang Minahasa dahulu kala mempunyai sistem kepercayaan tradisional


yang bersifat monotheisme. Agama suku Minahasa adalah agama yang memuja
adanya satu pencipta yang superior/penyebab segala sesuatu (causa prima) yang
disebut Opo Wailan Wangko, Opo Empung. Agama asli Minahasa oleh orang
Eropa disebut Alifuru, yang memiliki ciri animisme, walaupun hal ini ditolak oleh
sejumlah ahli. Agama Malesung tidak mengenal penyembahan terhadap benda-
benda alam seperti batu, pohon, hutan (tanah, air dan udara). Tempat-tempat atau
benda-benda tersebut hanya dipakai sebagai medium ritual kepada Sang Pencipta,
pendeknya sebagai lokasi/tempat ibadah/ritual kepada Sang Pencipta. Orang
Minahasa juga mengenal adanya kekuatan semacam dewa, yaitu orang-orang tua
yang memiliki kekuatan spiritual maupun yang dihormati dan disegani (para dotu)
yang telah meninggal. Mereka ini kemudian disebut sebagai Opo (Tontemboan
menyebutnya Apo). Kata ‘Opo’ sendiri berarti opa/oma, orang tua, leluhur.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 30
Sabtu, 27 November 2010
Sang Esa dikenal dengan nama Empung, atau Opo Wailan Wangko, Opo
Menambo-nembo, Opo renga-rengan, yang bermukim di Kasendukan serta
dilayani para Opo (dewa). Di samping dunia manusia di bumi, penduduk percaya
ada dunia tengah (Kalahwakan) yang didiami para Dotu. Para Dotu ini menjadi
medium manusia di bumi dengan Empung di dunia atas. Leluhur awal
mempercayai jiwa manusia tidak mati, tapi pergi ke tempat tinggal leluhurnya.
Untuk memuja Tuhan diadakan upacara Foso (korban), yakni upacara
mempersembahkan sesuatu kepada Empung. Itu sebabnya upacara menjadi
dominan dalam kehidupan manusia awal, malahan bisa dilangsungkan berminggu-
minggu. Upacara ini dilaksanakan pada setiap sendi kehidupan manusia Minahasa,
seperti apabila melakukan panen, perburuan besar, pendirian negeri/kampung
(tumani’), naik rumah baru, dan lain sebagainya.
Pada saat bangsa Eropa tiba di Minahasa, agama Kristen diterima dengan
tangan terbuka. Pada mulanya agama Kristen Katolik disebarkan oleh misionaris
bangsa Spanyol dan Portugis abad ke-16 dan 17 dan dilanjutkan abad ke-19. Pada
saat Belanda masuk di Minahasa, pemeluk Katolik dialihkan menjadi Protestan.
Penyebaran Protestan dilakukan oleh zendeling (pekabar injil Belanda)
berkebangsaan Jerman dan Belanda. Kedudukan kolonial Belanda yang bertahan
selama tiga abad di Minahasa menyebabkan orang Minahasa lebih banyak
memeluk aliran Protestan.
Setelah agama Kristen diperkenalkan oleh para misionaris dan zendeling
dari Eropa maka agama Kristen diterima oleh orang Minahasa sebagai agama
suku-bangsa Minahasa. Aliran Kristen yang terbesar adalah Kristen Protestan,
khususnya Presbiterian (atau Kalvinis), selain aliran Protestan lainnya seperti
Pantekosta, Advent, Baptis. Jumlah pemeluk Protestan berkisar 80-90 persen.
Kristen Katolik juga menjadi aliran Kristen yang dipeluk oleh orang Minahasa
dengan kisaran 15 persen. Ada juga agama yang lainnya yang dipeluk oleh para
pendatang di Minahasa seperti Budha (umumnya dipeluk etnis Cina), Hindu
(umumnya dipeluk etnis Bali), dan Islam (kecuali suku Ponosakan yang
merupakan satu-satunya suku Minahasa yang memeluk agama ini).

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 31
Sabtu, 27 November 2010
Tabel Jumlah Penduduk berdasarkan Agama Tahun 2006 (jiwa)
Kab./Kota Kristen Katolik Islam Hindu Budha Jumlah
Manado 249.194 25.040 171.742 6.800 934 514.910
Bitung 108.692 8.573 47.173 252 934 165.624
Tomohon 54.726 25.361 3.477 57 47 83.668
Minahasaa 395.395 215.381 47.443 107 3.472 661.798
Minsel b 252.865 10.393 34.092 - 104 297.454
Jumlah 1.060.872 284.748 303.927 68.416 5.491 1.723.454
Prosentase 61,554% 16,52 % 17,63 % 3,97 % 0,32 % 100,00
a
Termasuk Kabupaten Minahasa Utara. b Termasuk Kabupaten Minahasa Tenggara.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 32
Sabtu, 27 November 2010
Bab III. Pengetahuan Unsur Sosial-Budaya

A. Flora Khas
Tawaang (Latin: Cordyline terminales Kunth, Dracaena
terminales, Calodracon tennie nalis Planah20
Tanaman herbal ini digunakan unutuk menandai batas
suatu tempat serta digunakan dalam segala upacara ritual foso
sehingga sering kali ditanam di sekitar tempat keramat.
Tanaman berwarna merah tua ini terdiri dari dua macam, yang
berdaun ramping dan panjang serta yang berdaun agak lebar.
Yang berdaun ramping dan panjang dinamakan tawaang
sondang, yaitu yang biasa digunakan dalam penanda batas tanah dan ritual.

B. Fauna Khas

Clepuk Sulawesi (Otus manadensis)


Famili : Strigidae
Nama Internasional : Sulawesi Scops Owl
Ukuran tubuh : Panjang tubuh total 16 cm, panjang
sayap 18 cm, lebar sayap 10 cm, panjang
paruh 1,3 cm, tebal paruh 0,6 cm, panjang
ekor 5,5 cm, lebar badan 5,2 cm, lebar
kepala 0,6 cm

Punggok Tutul (Ninox punctulata)


Famili : Strigidae
Nama internasional : Specklet Boobook
Ukuran tubuh : Panjang paruh 7,794 cm, lebar paruh 6,6
cm, tebal paruh 7,1 cm, panjang kepala
10,6 cm, panjang sayap 31,6 cm, lebar
sayap 18,4 cm, panjang tungkai 8,9 cm,
panjang tubuh total 26,3 cm, panjang ekor 13,6 cm

20
Komisi Adat dan Kebiasaan. 1919. Adatrechtbundels XVII. Celebes. Martinus Nijhoff. ’s-Gravenhage
(Den Haag), hlm. 20.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 33
Sabtu, 27 November 2010
C. Artefak Kebudayaan
- Watu Pinawetengan (batu menhir)

Watu Pinawetengan setelah digali kembali tahun 1888.

- Waruga (kubur batu sarkofagus)


Waruga berasal dari bahasa Tombulu, terbentuk dari dua kata, ‘wale’ dan
‘rugha’ yaitu ‘rumah’ dan ‘badan yang hancur’, berarti ‘rumah bagi badan yang
hancur’. Dalam bahasa Tountemboan disebut Timbukar. Waruga adalah kubur batu
berbentuk kubus yang terdiri dari dua bagian: bagian atas merupakan tutup yang
menyerupai atap rumah/limas dan bagian bawah berbentuk kubus dengan rongga di
bagian dalam sebagai tempat meletakkan jenasah. Waruga ini bisa digunakan oleh
satu keluarga berturut-turut, atau seorang pahlawan dengan mayat musuh
bebuyutannya sebagai simbol kemenangan dan kejantanan. Bila seorang pemimpin
atau orang yang disegani meninggal dunia, maka waruga biasanya diletakkan satu
atau lebih kepala manusia yang disediakan oleh mamuis dan korbannya adalah
budak, musuh atau penduduk di daerah lain. Fungsinya sebagai teman atau budak
baginya di alam lain. Biasanya bila digunakan berkali-kali, terutama oleh keluarga
maka kerangka tulang yang ada akan dipindahkan ke sebuah benda yang terbuat
dari kayu bernama balongsong.
- Batu tumotowa/sumanti/panimbe (menhir)
Batu tumotowa adalah sebuah batu pusat pemujaan. Dalam bahasa
Tountemboan adalah tumotowa, dalam bahasa Tombulu adalah sumanti, dan
dalam bahasa Tondano/Toulour bernama panimbe. Fungsi batu ini sebagai penanda
akan peresmian sebuah pemukiman baru (tumani). Sebagai yang utama dan
pertama dari sebuah pemukiman, biasanya lokasi berada di tengah pemukiman
sehingga kadang kala batu ini menjadi pusat pertemuan atau pusat ritual bagi kaum
yang menetap di situ.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 34
Sabtu, 27 November 2010
D. Tarian
A. Maengket
B. Cakalele/Kabasaran (Masasau)
C. Jajar
D. Lenso

E. Alat Musik
a. Kolintang
b. Musik Bambu (Seng & Klarinet)
c. Bia
d. Katentengan

F. Pakaian
Pakaian tradisional Minahasa mulanya terdiri dari baju yang dibuat
dari kulit kayu pohon lahendong.

G. Rumah Adat: Wale


Rumah tradisional Minahasa berbentuk rumah panjang bertiang tinggi.
Tujuang dibangun di tempat tinggi agar terhindar dari serangan binatang buas
dan praktek pengayauan (potong/penggal kepala) yang sering terjadi untuk
keperluan foso (ritual keagamaan) yang tidak memiliki dinding kamar dan
loteng. Dalam rumah hanya memiliki tiang-tiang penyangga yang diberi
rentangan tali untuk menggantung anyaman bambu atau tikar yang berfungsi
sebagai sekat pembatas ruangan. Rumah besar ini dapat didiami lima sampai
sembilan keluarga sekaligus, ataupun lebih. Setiap keluarga memiliki sebuah
dapur atau awu dan masing-masing keluarga dipisahkan oleh sekat. Arsitektur
bangunan rumah ini disebut Wale Wangko..
Pada tanggal 8 Februari 1845 terjadi gempa bumi yang hebat di tanah
Minahasa selama 9 hari. Rumah-rumah besar dan bertiang tinggi tersebut tidak
tahan gempa bumi tersebut. Sejumlah kampung bergeser tempat tinggalnya dari
lokasi awal dengan membuat rumah-rumah yang diperkecil dan diperkuat.
Pembangunan rumah-rumah kecil ini atas anjuran pemerintah Keresidenan
Manado serta para zendeling (pekabar injil/misionaris). Rumah-rumah
panggung inilah yang dikenal sekarang sebagai rumah adat Minahasa yang
mempunyai dua tangga di depan.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 35
Sabtu, 27 November 2010
Rumah adat Minahasa tempo dulu.

Rumah adat sekarang (berlaku sejak abad ke-19).

H. Lagu Daerah
Lagu yang menjadi lagu kebangsaan (nasional) Minahasa adalah
Mars Minahasa, Oh Minahasa, Opo Wana Natas. Lagu-lagu lainnya adalah O
Ina Ni Keke, Esa Mokan, Ampuruk, Si Patokaan, dan lain-lain. Lagu-lagu ini
sering dinyanyikan pada setiap kesempatan dan acara/kegiatan yang berbau
budaya Minahasa.
Lagu Mars Minahasa biasanya dimainkan oleh kelompok musik
bambu pada setiap kegiatan yang bersifat heroik (biasanya tanpa syair), karena
berirama mars. Lagu Oh Minahasa menjadi semacam hymne Minahasa karena
alunan nada yang perlahan dan syair yang menimbulkan rasa rindu akan tanah
Minahasa. Lagu yang hampir mirip dengannya adalah Ampuruk, yang
mengagumi keindahan alam pegunungan Minahasa. Lagu Opo Wana Natas
saat ini sering dinyanyikan pada setiap kesempatan resmi yang berbau
Minahasa, karena memuja Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga dalam beberapa
kesempatan berfungsi sebagai pengganti doa. Lagu Esa Mokan dan O Ina Ni
Keke menjadi trademark budaya Minahasa dan menjadi “duta” Sulawesi Utara
pada umumnya sebagai lagu khas daerah ini di tingkat nasional Indonesia.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 36
Sabtu, 27 November 2010
Lagu O Ina Ni Keke bermula dari kisah nyata seorang gadis yang
cantik, seorang bunga kampung. Ia sudah berkali-kali dipinang sejumlah pria
idaman namun selalu ditolak oleh ibunya. Pada suatu ketika kekasihnya
meminangnya kepada ibunya itu namun juga ditolak mamanya. Ia hanya
berharap mendapatkan calon mantu yang kaya dan memiliki status sosial yang
tinggi. Akhirnya kedua sejoli itu kawin-lari, pergi meninggalkan ibunya dan
menetap di suatu tempat yang tidak diketahui. Ibunya pun kelabakan hingga
mencari anak gadisnya ke mana-mana. Hampir setiap hari/waktu ia keluar
kampung mencari anaknya itu hingga orang di sekitarnya mulai bercanda
hingga mengejeknya dengan menanyakan ia baru tiba dari mana. Ibu itu hanya
menjawab tak tahu malu bahwa ia akan pergi ke Manado untuk membeli kue.
Karena hal ini terjadi berulang kali hingga membentuk suatu irama lagu dan
menghebohkan, akhirnya ibu itu sadar dan menyesali kesalahannya dulu.
Setelah si anak mengetahui bahwa ibunya sudah memaafkan perbuatannya,
maka ia pulang dengan suami dan anak-anaknya dan hidup rukun bersama.
Lagu Ina Ni Keke ini berasal dari lagu La Komparsa yang berirama tango.
Lagu La Komparsa ini terkenal di dunia dan sering dimainkan oleh London
Symphony Orchestra. Lagu lain yang mirip adalah lagu Portugis Haja Luz
yang diciptakan abad XVI.
Pada abad ke-19 ada sebuah lagu yang diciptakan oleh Ds. Nicolaas
Graafland, Direktur Sekolah Zending Minahasa di Sonder (kemudian pindah
ke Tanawangko, terakhir ke Tomohon), diedarkan dalam buku teks pelajaran
sekolah zending tahun 1871 sebagai satu lagu patriotik untuk anak-anak
sekolah Minahasa dan menjadi terkenal selama setengah abad kemudian.
Seorang pujangga kenamaan dan guru, A. Verkuyl, menggubah sebuah lagu
pada tahun 1919 berjudul Lied op de Minahasa atau Waar trots en vermetel de
Lokon zijn top. Lagu ini populer di sekolah-sekolah Minahasa yang berbahasa
Belanda yang pada kesempatan tertentu dinyanyikan dengan bersemangat.
Lagu Si Patokaan lahir dari Tonsea. Cerita ini bermula ketika
sejumlah penduduk dari daerah Minawerot melakukan kolonisasi (transmigrasi
lokal) ke daerah utara Manado di kampung Patokaan (sekitar sebelah utara
Mapanget). Di lokasi ini mereka terkena wabah penyakit antara lain penyakit
yang mengakibatkan tubuh mereka bentol-bentol sehingga sebagian balik
kembali ke kampung halamannya. Akhirnya kejadian ini bermuara pada
terciptanya lagu Si Patokaan.
Selanjutnya lagu Opo Wana Natas diciptakan Johanis Kainde tahun
1939. Adolf Kainde, anaknya, memenangkan sayembara merancang logo
Kabupaten Minahasa yang dikenal hingga kini, yaitu burung manguni dan
slogan I Yayat U Santi.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 37
Sabtu, 27 November 2010
Perbedaan-perbedaan kecil Mars Minahasa:
Mars Minahasa
(Arr: Anonim)
Minahasa di ujung utara Sulawési,
itu Tanah Airku ...
Tondano, Tomohon, Tonsea, Kawangkoan,
Kakas dan Amurang ...
Kalabat, Soputan, Lokon, Dua Sudara,
gunung di Minahasa ...
Pertemuan mata, jangan kita lupa ...
Ref: Suatu tanah, yang amat subur,
dan lagi tanah yang kaya ...
Di sana tempat, ibu dan bapa,
sanak saudara dan sekalian teman ...
Sako mangémo, an tana’ jao,
magémo ma’ilek-ilék lako sayang...
Sako mangémo, an tana’ jao,
magémo ma’ilek-ilék lako sayang!

Lagu Patriotik Anak Sekolah Minahasa Abad ke-19


(Arr/Lagu: Ds. Nicolaas Graafland, 1871)
Minahasa jang tercinta
Dengar kedong hatiku.
Karna ontongmu kuminta
Limpa berkat pada Huw.
Mana dapat, djauh dan rapat,
Tanah lebih éjlok trang?
Tagal itu, sabagitu
Béjta tjinta angkau grang.

Lagu Kebangsaan Minahasa: Hai Orang Minahasa Gnap


Hei Orang Minahasa gnap
Angkatlah Hatimoe
Dan minta berkat jang tetap
Kepada Toehanmoe
Siapa tjinta prentahNja
Jang berikan oentoeng trang
Ialah minta slamatNja
Dibrikan Allah grang 2x

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 38
Sabtu, 27 November 2010
O Minahasa (“Hymne Minahasa”)
(Arr: Anonim)
O ... Minahasa kinatoanku
Salarimaé unatéku
Milek ungkawangunanu
Ngaranu kéndis wia Nusantara
Na un cingké, pala wo kopra
Sé ma teles me lelowa
Ref: Dano Toulour; dépo wo numamu
Tembur Lokon wo Soputan mawés umbangumu
O ... kinatoanku Minahasa
Sawisa méndo endo léos
Paléosta né matuari

O... Minahasa tempat lahirku


Sungguh bangga rasa hatiku
Memandang keindahanmu ...
Namamu masyhur di Nusantara
Karna cengkih, pala dan kopra
Kagumkan pasaran dunia ...
Ref: Danau Tondano dan sawah ladangmu
Asap Lokon dan Soputan menghiasi alammu ...
O ... tempat lahirku Minahasa
Aku rindu setiap masa
Aman damai dan sentosa

Opo Wana Natas


(Arr/Lagu: Johanis Kainde, 1939)
Opo’ Wana Natas é, témboné sé mengalé-ngaléi
Témboné sé mengalé-ngaléi, Pakatuan Pakalawiren
Kuramo kalaléi langit, téntumo kalaléi un tana’
Kuramo kalaléi un tana’, téntumo kalaléi ta in tou
Nikita intou karia é ni mapasu suat u man
Nimapasu suat uman, kana wia si Opo’ Wana Natas.
Si Opo’ Wana Natas é, sia simata’ u am péléng.
Sia simata’ u am péléng, mamuali wiam ba wo in tana’.
(Artinya: Allah Maha Tinggi:
Allah Bapa di Sorga, lihatlah kami yang memohon
Lihatlah kami yang selalu memohon keselamatan

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 39
Sabtu, 27 November 2010
Sebagaimana umurnya langit, demikian juga umurnya bumi,
Sebagaimana umurnya bumi, demikian juga umur kita manusia.
Kita sebagai manusia, hai teman, hanya berserah pada Tuhan
Hanya berserah kepada Tuhan di tempat yang tinggi.

Ampuruk
(Arr/Lagu: Frederick W. Ward, Amurang 1954)
Ampuruk ing-kuntung karege-regesan
Maka témbo-témbomei inataran
Ka saleén kaaruyén o kalélon.
Tumémbo mei ingkayobaan
Ca Mei mengaléi é karia é katuari
Sé cita imbaya an doong ta iyasa
Maesa é naté o mamemberenan
eluren ingkayobaan iyasa (2x)

(Artinya:
Di puncak gunung setiap saat angin bertiup. Dari atas terlihat terhampar padang
yang luas. Mengasyikkan menyenangkan serta merindukan, memandang alam dari
atas gunung. Kami mohon wahai teman-teman dan saudara kita semua yang ada
di kampung saat ini, Bersatu hari [rukun-rukunlah] dan saling peduli dalam
mengatur dunia sekarang ini).

O Ina Ni Kéké
(Lagu: Portugis Haja Luz Abad XVI, Arr:Anonim Abad XIX)
O Ina ni Kéké, mangé wisako
Mangé aki Wénang tumeles baléko
Wéané, wéané, wéané toyo’
Da’i mo si apa kotare’ makiwé
Artinya:
Tanya seseorang kepada ibu: “Eee cewe (Keke) pe mama, dari mana ngana?”
Jawab ibu itu: “Mo pigi Manado (Wenang) mo ba beli kukis (baleko)”
Tanya seseorang itu lagi: “Kase akang, kase akang... kase akang sadiki!”
Jawab ibu: “Serta so abis baru ngana mo minta”.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 40
Sabtu, 27 November 2010
BAGIAN II

SEJARAH MINAHASA

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 41
Sabtu, 27 November 2010
Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 42
Sabtu, 27 November 2010
Bab I. Pendahuluan

A. Historiografi Minahasa
Historiografi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan/pencatatan
sejarah, menjadi sebuah bidang yang banyak digeluti orang Minahasa dewasa ini
dalam menggali masa lalunya. Historiografi Minahasa pada umumnya terbagi dua,
yaitu masa pra Westernisasi dan masa sesudah kedatangan bangsa Barat di sini.
Cerita mengenai asal usul bangsa ini hanya diturunkan secara turun-temurun dari
generasi ke generasi. Legenda dan mitos ini kemudian dicatat oleh para pejabat
kompeni VOC yang mencari bahan pangan di sini terutama Dr. Robertus
Padtbrugge, serta para misionaris (para pater Katolik) Spanyol dan Portugis.
Penelusuran historiografi masa kompeni VOC hingga kolonial Belanda dapat
ditelusuri lewat dokumen-dokumen serah terima/laporan pertanggungjawaban dan
dokumen administrasi lainnya. Pada abad XIX historiografi mulai dicatat secara
detil oleh para zendeling/pekabar injil Protestan.
Ada dua karya utama mengenai sejarah Minahasa yang terbit pada masa
Belanda: pertama karya dari zendeling sekaligus kepala sekolah Ds. N. Graafland
dengan karyanya “De Minahassa, Haar Verleden en haar Tegenwordige
Toestand” yang terbit tahun 1867 dan 1898 dalam dua jilid. Kedua, karya dari
seorang Landsarchief (Kepala Arsip Nasional Hindia Belanda) Dr. E.C. Godee
Molsbergen¸ “Geschiedenis van de Minahassa tot 1829” yang terbit tahun 1928
dalam rangka menyambut 250 Tahun Peringatan Persahabatan Minahasa-Belanda
1679-1929.
Walaupun kini sudah banyak buku sejarah Minahasa, namun belum
adanya kesamaan persepsi yang jelas mengenai pengkajian sejarah Minahasa.
Penulisan sejarah masa kini harus sesuai dengan semangat nasionalisme Indonesia
dengan mengorbankan semangat kedaerahan Minahasa. Jelas histroiografi
Minahasa ini harus terbentur birokrasi dan kecurigaan SARA (suku, agama, ras
dan antar-golongan) yang dihembuskan “pusat” dalam rangka “kesbang” (kesatuan
bangsa) dan melemahkan tindakan pengungkapan adat dan budaya Minahasa.
Kecurigaan dan ketidaksukaan ini berkonsep dari anggapan bahwa ”orang Manado
antek-antek penjajah Belanda”. Belum lagi faktor ideologi/agama menjadi sumber
masalah yang tidak dapat dipisahkan dari hal pertama tadi. Walau ada ketertarikan
akan sejarah Minahasa, namun kurangnya kepedulian akan penulisan sejarah
Minahasa menjadi faktor penyebab akhir darinya.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 43
Sabtu, 27 November 2010
Masalah baru muncul ketika akan diadakan penulisan kembali sejarah
Minahasa, yaitu tidak terstrukturnya historiografi Minahasa dalam hal
pembabakan/kronologi sejarah Minahasa itu.

B. Periodisasi Sejarah Minahasa


Sejumlah orang membagi sejarah Minahasa menjadi:
1. Masa pra Malesung ± 2000 SM – 700
2. Masa Malesung 700 – 1450
3. Masa Minaesa 1450 – 1523
4. Masa Minahasa 1523 – sekarang

F.S. Watuseke dalam bukunya Sedjarah Minahasa, sebuah buku yang disusun
secara kronologi, membagi kurun waktu Minahasa berdasarkan kontak bangsa
Minahasa dengan masing-masing bangsa Eropa, sebagai berikut:
1. Masa Purba
2. Masa Kolonial Bangsa Eropa
a. Masa Orang Portugis dan Intervensi bangsa Spanyol/ Tasikela (1512-
1606)
b. Masa Bangsa Tasikela (Spanyol) dan Kedatangan Belanda (1606-
1657)
c. Masa Kompeni Belanda (VOC) (1657-1799)
d. Masa Inggris I dan Belanda II (1800-1810)
e. Masa Inggris II (1810-1817)
f. Masa Belanda II (1810-1942)
g. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
3. Masa Republik Indonesia
a. Masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia/Masa Belanda III/NICA
(1945-1949)

Saya membagi masa sejarah Minahasa ini ke dalam kategori:


1. Masa Malesung (Masa Purba)
a. Masa pra Malesung (sebelum abad VI atau XI)
b. Masa Malesung (Abad VI/XI – XV)

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 44
Sabtu, 27 November 2010
i. Toar-Lumimuut
ii. Makarua Siow (2x9), Makatelu Pitu (2x7) dan Pasiowan Telu
2. Masa Minaesa/Pinaesaan (Abad XV – XVI)
i. Perang Antar Walak
ii. Perang Minahasa – Bolmong
3. Masa Kolonial Bangsa Eropa
a. Masa Orang Portugis (Portugal) dan Intervensi bangsa Spanyol
(1512-1606)
b. Masa Bangsa Tasikela (Spanyol) dan Kedatangan Belanda (1606-
1657)
c. Masa VOC/Kompeni Belanda (1657-1799)
d. Masa Inggris I dan Belanda II (1800-1810)
e. Masa Perang Minahasa di Tondano (1808-1809)
f. Masa Inggris II (1810-1817)
g. Masa Belanda II (1810-1942)
h. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
4. Masa Republik Indonesia
a. Masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia/Masa Belanda III/NICA
(1945-1949)
b. Masa Orde Lama (1950-1957, 1961-1966)
c. Masa Pergolakan Permesta (1957-1961)
d. Masa Orde Baru (1966-1998)
e. Masa Orde Reformasi/sekarang (sejak 1998)

Tinjauan Singkat Mengenai Masa Lalu Minahasa Purba (Malesung)


Dalam buku “Masalah Agraria Perobahan-Perobahan dalam Adat Penentuan
Pemilikan Tanah” oleh E.J. Jellesma:
Menurut cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun oleh
penduduk Minahasa yang pertama sebenarnya berasal dari satu suku, kalau
bukan dari satu daerah, paling kurang yang hidup tidak berjauhan. Mereka
menduduki dataran-dataran tinggi Wulur-Mahatus, pegunungan yang sekarang
kira-kira merupakan perbatasan antara Minahasa yang sekarang dengan
kerajaan Bolaang-Mongondow.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 45
Sabtu, 27 November 2010
Tanah-tanah Minahasa yang sekarang, dahulu masih merupakan bagian
dari Samudera, di mana puncak-puncak Klabat, Lokon dan Soputan serta
gunung-gunung lain terlihat sebagai pulau-pulau kecil. Oleh suatu gerakan
alam yang tidak diketahui, diperkirakan dasar laut terangkat dan sebagian laut
menjadi lahan luas yang subur dengan sejumlah besar gunung, di mana
penduduk dari dataran-dataran tinggi tersebut di atas menjadi penghuni tetap.
Pada periode berikutnya pecahlah perang saudara yang luar biasa, yang
mengakibatkan perpecahan di antara penduduk yang bersifat sangat
bermusuhan, dan terus-menerus hidup dalam peperangan, apalagi kalau
mereka melewati perbatasan wilayah mereka masing-masing. Oleh karena itu
perpecahan menjadi makin besar dan perasaan bahwa mereka berasal dari satu
keturunan yang sama semakin berkurang, sampai mereka akhirnya
menganggap diri sebagai suku tersendiri (pakasaän, eeheid).
Setelah beberapa waktu perang berlangsung di antara mereka, terlebih lagi
di bawah tekanan Raja-raja Bolaang-Mongondow yang tak henti-hentinya
berupaya menguasai tanah itu, mereka memutuskan untuk mengesampingkan
dendam lama di antara mereka dan saling membantu satu sama yang lain
untuk menggagalkan usaha musuh bersama mereka itu. Sejak saat itu mereka
menamakan diri Maesa atau Minaésa (ésa = satu; menjadi satu), yang
kemudian dirobah menjadi Minahasa.
Setelah peperangan yang sengit dan berkepanjangan itu orang-orang
Bolaang-Mongondow dikalahkan dan mereka terpaksa meninggalkan
Minahasa.
Selama peperangan berlangsung muncullah untuk pertama kali orang-
orang Spanyol (yang oleh orang Minahasa dulu disebut Tasitjela atau Tasikela
= penyim-pangan dari kata Kastilië).
...
Bermacam-macam usaha orang Spanyol untuk juga bermukim di tanah
tinggi, gagal, artinya mereka gagal tinggal di situ untuk waktu yang lama;
suku-suku Minahasa di daerah pegunungan berhasil memerangi mereka
melalui perang gerilya. Karena ancaman orang Spanyol dan Bolaang-
Mongondow maka orang Minahasa minta pertolongan dari orang Belanda

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 46
Sabtu, 27 November 2010
yang ketika itu sudah menetap di Ternate. Pertolongan diberikan kepada
mereka dan orang Spanyol diusir dari seluruh Minahasa.
Pada tahun 1679 kontrak pertama dengan “Kepala-kepala desa dan
seluruh umat dari wilayah Menado” dibuat oleh Gubernur Maluku R.
Padtbrugge atas nama Gubernur-Jenderal Rijckloff van Goens.21 Dalam artikel
pertama mereka jelaskan “bahwa mereka hanya menerima dan mengakui VOC
yang terhormat itu sebagai satu-satunya penguasa tertinggi, abadi dan sah.”
Setelah orang Bolaang-Mongondow dihalau, suku-suku Minahasa mulai
sadar, bahwa lebih baik kalau permusuhan di antara mereka diakhiri dan
menentukan sebaik mungkin batas-batas dari pelbagai pakasaan. Sesudah
melalui banyak pertengkaran akhirnya terciptalah satu penyelesaian, dan
setiap pakasaan mendapatkan wilayah masing-masing, dengan batas-batas
yang telah ditentukan. Pertengkaran mulai berkurang; ikatan lama antara
pakasaan hidup kembali; mereka mulai memandang diri mereka sebagai satu
keturunan. Sementara itu pakasaan-pakasaan yang berbeda-beda itu
(kemudian disebut distrik) mempertahankan wilayah mereka masing-masing
dengan batas-batas yang sudah ditentukan.

C. Asal Usul Orang Minahasa


Bangsa Minahasa menurut penyelidikan para ahli berasal dari daratan
Asia. Dalam tradisi berupa mitos, leluhur bangsa Minahasa berasal dari utara yang
datang melalui laut. Jadi bukan merupakan penduduk asli.
Menurut H.M. Taulu, kaum pendatang di Minahasa adalah:
A. Kaum Kuritis, yang berambut keriting.
B. Kaum Lawangirung (Lewengirung), yang berhidung pesek.
C. Kaum Malesung atau Minahasa, yang menurunkan empat kelompok besar
yang menjadi sub-etnis: Tonsea, Tombulu, Tontemboan/Tompakewa,
Toulour/Tondano.
D. Suku Tonsawang, Pasan Wangko (Pasan-Ratahan).
E. Suku Bantik, yang masuk di tanah Minahasa sekitar tahun 1590 sebagai
tentara Mongondow yang memerangi bangsa Malesung.

21
Rijklof van Goens, Gubernur Jenderal VOC di Hindia Belanda tahun 1678-1681. Ed.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 47
Sabtu, 27 November 2010
Menurut legenda, leluhur orang Minahasa berasal dari sepasang suami-
istri bernama Toar dan Lumimuut yang dibantu seorang enek tua bernama Karema.
Mengenai asal usul mereka ada banya pertentangan. Versi tua mengatakan bahwa
Lumimuut berasal dari peluh sebuah batu. Ada lagi versi yang mengatakan bahwa
leluhur orang Minahasa berasal dari seberang utara. Apalagi dahulu bila orang
meninggal dunia, dipercaya bahwa mereka akan pergi ke arah utara, ke daerah
asalnya. Mengenai letak lokasi utara ini juga para ahli bersilang pendapat. Ada
yang meneliti bahwa Minahasa berasal dari Cina, Mongol dan Jepang. Namun
pendapat bahwa leluhur orang Minahasa berasal dari Jepang banyak diterima para
ahli berdasarkan antropologi: bentuk muka, mata, dan ciri fisik lainnya, dengan
persamaan bahasa dan bentuk kubur waruga, dan lain-lain.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 48
Sabtu, 27 November 2010
BAB II. MITOS DAN LEGENDA

A. Leluhur Pertama: Toar-Lumimuut


Bangsa atau etnik Minahasa dimulai dari kisah leluhur mereka, yaitu
TOAR-LUMIMUUT. Ada yang unik dari kisah ini, karena Toar dikisahkan
mengawini ibunya Lumimuut. Selain kedua tokoh utama tersebut, ada juga tokoh
lain yang bernama KAREMA yang dipersonifikasikan sebagai walian dan juga
seorang nenek yang umurnya lebih tua dari Lumimuut dan berperan sebagai
penasehat dan pembimbing dari Toar-Lumimuut.
Pada mulanya, keluarga Toar Lumimuut tinggal di kompleks Pegunungan
Wulur Mahatus (di Minahasa bagian selatan),22 yaitu bukit Watu Nietakan. Di
puncak bukit ini terdapat sebuah batu bernama Watu Rerumeran/Lisung Watu.
Letak dari batu ini berada di sisi barat daya Tompasobaru. Batu raksasa ini
panjangnya sekitar 8 meter, lebar 4 meter dan tinggi 10 meter. Di lereng bagian
barat ada ruangan tempat berteduh (gua) bernama Minawatu/Mahwatu Munte
Popontolen dengan perabot serba batu. Di batu tersebut ada 19 lobang semacam
lesung dengan lobang yang terbesar dalamnya 50 cm dengan diameter 40 cm.23

Bukit Nietakan (bukit “rumah batu”) dengan goa yang menghadap ke arah barat yang
tertutup pohon dan semak belukar (Juli 2007).

22
H.M. Taulu, Sejarah dan Antropologi Budaya Minahasa (Manado, 1981), hlm 3.
23
Johanes J. Pangemanan, Puteri Mahkota dari Utara (Manado, 2005), hlm. 49,51. Lihat juga Bert
Supit, Cerita To’ar-Lumimu’ut (Jakarta, 1991), hlm. 12, 22.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 49
Sabtu, 27 November 2010
Diperkirakan bahwa keturunan Toar-Lumimuut tinggal di sekitar
Mahwatu/Batu Nietakan selama empat generasi. Sedangkan Minahasa pada masa
itu masih disebut sebagai Malesung.

Lisung Watu di atas Bukit Watu Nietakan (10 September 2010).

Wale Watu (Minawatu Munte Popontolen) di samping barat Bukit Watu Nietakan (10
September 2010).
Tempat kediaman manusia pertama Minahasa menjadi perdebatan
sejarawan. Ada pihak menyebut tempat kediaman mereka di daerah yang disebut
Tu’ur in Tana’ (pusat tanah, tiang atau batang bumi) atau Watu Niutakan di
pegunungan Wulur-Mahatus, berada di Watu Nietakan di puncak Bukit “Rumah
Batu” di desa Pinaesaan Kecamatan Tompasobaru. Versi lain menyebut berada di
desa Palamba Kecamatan Langowan serta i kawasan Desa Kanonang Kecamatan
Kawangkoan. Malah versi lain di desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan. Orang
Tombulu mempercayai leta Tu’ur in Tana’ berada di Tomohon, yakni di kawasan
sebelah barat dataran tinggi di tengah-tengah gunung Lokon, Kasehe dan
Tatawiran. Namun, lokasi inipun sering dikaitkan sebagai Kasendukan
(Karondoran, Kalahwakan atau Kasohoran), yakni sebutan lain bagi Lokon, yang

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 50
Sabtu, 27 November 2010
dalam tradisi-tradisi menjadi lokasi kediaman para opo, anak-anak keturunan Toar-
Lumimuut. Didekat lokasi Tu’ur in Tana’ disebut berada Rano Lahendong dan
Walehlaki. Budayawan Ibrahim Palit menyebut di tempat yang banyak ditumbuhi
pohon mahwatu, sehingga disebut Mahwatu Tu’ur in Tana’, yakni di atas hulu
sungai Makalesung (anak sungai Ranowangko).

Watu Pasuwengan di Bukit Inspirasi Kakaskasen III (November 2007).

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 51
Sabtu, 27 November 2010
Sebuah Silsilah Toar-Lumimuut hingga Lumi/Worotikan – Kepala Walak di
Tomohon melalui garis anak Pasiyowan24

Toar ♂ + Lumimuut ♀

Pasiyowan ♀ + Palapa ♂

Rinengan ♀ + Lumainang ♂

Rindengan ♂ + Intoring ♀

Manembu ♂ + Kinetar ♀

Waturiyamassan ♂ + Sompawene ♀

Karimenga ♀ + Golembatu ♂

Mapalending ♂ + Ramekahu ♀

Ratulangku ♂ + Norotang ♀

Rata ♂ + Rumamei ♀

Tombokan ♂ + Rameyan ♀

Tombokkanmuri ♂ + Koreisina ♀

Gonigala ♂ + Tumampei ♀

Wuwungan ♂ + Tolang (Ngewalaki) ♀

Wuwung ♂ + Orei (Maorei) ♀

Lumi Worotikan ♂ + Suey ♀

Posumah ♂+ Winuni ♀

Sahiri SUPIT ♂ Rego + Mumamangko

24
Dari buku N. Graafland, De Minahasa: Haar Verleden en Haar Tegenwoordige Toestand Jilid I,
Batavia, cetakan ulang 1898, halaman 214. Bandingkan buku Adrianus Kojongian, Tomohon, Kotaku,
2006.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 52
Sabtu, 27 November 2010
Silsilah Lumi Worotikan Versi II25
♀Lumimuut + Toar
Golongan Makarua Siouw Golongan Makatelu Pitu Golongan Pahsiowan Telu

Muntu-untu+♀Rumintunan Soputan+♀Pariwuan ♀Lingkanbene’


+Arorz Kerito

Manarongsong+♀Einene’an Pinonto’an Lokon Rumengan ♀Lumalungdung


+ ♀Katiambilingan +♀Katiwiej +Wawonsingal Mamanua

♀Mangatupat+Manalea Ahkaimbanua ♀Matinempung


+♀Kareghonan +Walansendow

♀Mangaghiow+Winajow Pukul+♀Suanen ♀Rumamej ♀Pingkan


+Mawuntu +Tou ni Singal

Mangambow+♀Re’kes Rareseempung ♀Rensina


+♀Raumpatola +Angkol

Rurughala+♀Tenden Lumongdong ♀Pingkan Mogogunoi


+♀Rumesak +Makaware’ Matindas

♀Winene’an+Oso’ Tumalun+♀Mira Karundeng


+♀Wua’imbene
Lengkong+♀Mata’wene’ Gumerung Singal+♀Suey
+♀Tongkang
♀Sindo+Sulangi Paat+♀Malilingkej ♀Linensunan+Sulu

Worotikan+♀1. Rusung ♀2. Suey ♀Rumesak+Pandej Rumondor me’engket


+♀Rumamej

Torarz+♀Wua’imbene’ Lumi+♀1. Ringkitan ♀2. Wue’ ♀3. Likirzan ♀4.Tinatow

Ponamon+♀Sumariej Posumah ♀Kinetar Pa’at Kalalo ♀Lumensun


+♀Winuni +Mandagi +♀1.Rumawen +♀1.Lenewen +Timbuleng
♀2.Ramey ♀2.Layawan
Lontoh ♀3.Rusung
+♀Sumengkar
♀Rusung+Mangalung Supit+♀1.Laja ♀2.Woki’konda ♀3.Suanen

Boto+♀Wua’imbene Rondonuwu Tololiu Supit


+♀Rangimbulan Hukum Mayoor Kepala Ares

25
Menurut I.W. Palit dalam bukunya Manusia Pertama Minahasa (stensilan), terbitan 1981.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 53
Sabtu, 27 November 2010
B. Kelompok Makarua Siow, Makatelu Pitu, dan Pasiowan Telu
Saat Lumimuut dan Toar menjelang tua dan masyarakat yang menetap di
Wulur Maatus sudah demikian banyak, tibalah saatnya untuk menyerahkan tongkat
tanggung jawab kepemimpinan kepada anak-anak mereka.
1. Kelompok “se makarua siouw” atau anak mereka yang tertua diserahkan tugas
menjadi penghulu di bidang pengaturan masyarakat/pemerintah;
2. Kelompok “se makatelu pitu” diserahkan tugas menjadi penghulu pengaturan
keagamaan;
3. Kelompok “se pasiowan telu” adalah terbungsu dan yang terkecil.
Kelompok ini terdiri dari yang sulung, seorang wanita cantik dan dua adiknya
laki-laki. Menurut cerita tua, wanita cantik yang tidak bercela dan suci selama
hidupnya bernama Kawangkalan namun juga sering disamakan dengan
Maroaya. Sebagian besar masyarakat Malesung pada masa lalu percaya bahwa
ia terpilih oleh Empung ke suatu tempat khusus dan bekerja sebagai walian
wangko yang senantiasa memanjatkan doa dan persembahan dan kemakmuran
saudara-saudaranya serta anak cucu mereka yang berada di bumi. Kedua
saudara Opo Kawangkalan adalah Opo Timbeler dan Opo Makarende. Dalam
kelompok “se pasiowan telu” ini terdiri atas:
a. Dua anak Lumimuut dan Toar yaitu Timbeler dan Makarende beserta
anak cucu.
b. Semua golongan pendatang baik dari kelompok Lumimuut maupun dari
kelompok Toar digabungkan ke kelompok “Pasiowan telu”.
Juga yang membantu tugas kerja kakak-kakak mereka dari kelompok
“makarua siouw” dan “makatelu pitu” maka dibentuk dua kelompok tugas
pembantu dari “pasiowan telu” melalui pilihan bunyi burung, yaitu:
a. Kelompok “se makarua lima” yang bertugas sebagai penghulu di bidang
pencaharian/pertanian dan hasil bumi.
b. Kelompok “se makarua telu” yang bertugas sebagai penghulu di bidang
perburuan.
Sisa kelompok “pasiowan telu” lainnya bergabung dengan kelompok di atas.
Dengan demikian, bangsa Malesung terbagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu:

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 54
Sabtu, 27 November 2010
I. Golongan Makarua Siow (2 x 9), yaitu golongan agama, yang mengatur
ibadah dan adat istiadat. Merekalah kaum walian dan tonaas.
II. Golongan Makatelu Pitu (3 x 7), yaitu golongan militer, yang menjaga
keamanan. Mereka itu adalah para waranei dengan pemimpinnya, yaitu
teterusan.
III. Golongan Pasiowan Telu, yaitu rakyat biasa seperti petani dan pemburu.
Ketika pemukiman pertama di Nietakan telah penuh sesak, maka sejumlah
keluarga dari Makarua Siow dan Makatelu Pitu mencari tanah baru untuk
mendirikan tumani.26 Mereka itu adalah:27
1. Keluarga MANDEY bersama istrinya Rawenbene’ dengan lima anak pergi ke
Lomparen.
2. Keluarga PINONTOAN dengan istrinya Ambilingen dengan 6 anak, pergi ke
dataran gunung Lokon.
3. Keluarga RUMENGAN dengan istrinya Katiwei, bersama orang 6 anak, pergi
ke daerah lingkaran gunung Rumengan (di utara gunung Mahawu).
4. Keluarga MANAROINGSONG dengan istrinya Winenean bersama 19 anak
bermukim ke Wawoh, dekat Tomohon.
5. Keluarga KUMIWEL dengan istrinya Pahirangen bersama 3 anak pergi ke
Kuraga dekat Sarongsong (selatan Tomohon).
6. Keluarga LOLOLING dengan istrinya Rinerotan serta 6 anak beralih ke Puser
in tana’, tak jauh dari Tomohon.
7. Keluarga MAKALIWE dengan istrinya Riwuatan tinontoan dengan 4 anak
pergi ke tanah Mongondow.
8. Keluarga MANGALUUNG dengan istrinya Pinupuran dengan 3 anak,
bermukim di kentur (gunung) Worotikan, dekat Tewasen.
9. Keluarga MANALEA, MANANGBEKA, MANAMBEANG, dan MANA-
WAAN bersama istrinya Winenean dengan 3 anak pergi ke berbagai penjuru
sebagai penjaga sekitar Malesung.

26
Tumani adalah sebuah usaha untuk mendirikan sebuah kompleks pemukiman baru. Biasanya ditandai
dengan pendirian batu peringatan lengkap dengan upacara foso unrtuk keperluan tumani tersebut.
27
J.G.F. Riedel, Inilah Pintu Gerbang Pengetahuwan Itu - Apatah Dibukakan Guna Orang-orang
Padudokh Tanah Minahasa Ini (Hhikajatnja Tuwah Tanah Minahasa) – Bahagijan Kalima (Batavia,
1862), hlm. 7-12; juga Taulu 1951:16; Taulu 1981:4-5. Bandingkan juga E.V. Adam, Kesusasteraan
Kebudajaan dan Tjerita-tjerita Peninggalan Minahasa (Manado, tanpa tahun), hlm.7-9.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 55
Sabtu, 27 November 2010
10. Keluarga TOTOKAI dan TINGKULENDENG, bersama istri-istri mereka
Tombarihan dan Waworiye dengan anak-anak 8 orang, pergi ke sebelah timur
daerah Tuur in tana’.
11. Keluarga SOPUTAN dan istrinya Poriwuhan, dengan anak 9 orang pergi ke
daerah gunung Soputan.
12. Keluarga MAKAWALANG dengan istrinya Toritiombang bersama anak 4
orang, pergi ke arah Timur gunung Rumengan.
13. Keluarga WINAWATAN dengan istrinya Mangindawan dengan 5 anak pergi
ke Paniki.
14. Keluarga KUMAMBONG dengan istrinya Winawatan dan Mangilawan,
bersama anak 3 orang, pergi ke pantai Timur.
15. Keluarga RUMOYONGPORONG, dengan istrinya Paparayamporong dengan
anak 4 orang pergi ke pulau Rumoyongporong, yang kini disebut pulau
Lembeh.
16. Keluarga-keluarga TUMEWAN, RUMIMBUUK dan SIYOW KURUR pergi
bermukim ke Kema.
17. Keluarga SIYOWKURUR kemudian pindah ke Pinaras.
18. Keluarga RORINGSEPANG dengan istrinya Sundei bersama 4 anak, pergi ke
Kentur Awuan kaapa Ruwa Matuari (gunung Dua Sudara).
19. Keluarga-keluarga PANGERAPAN dan PONTOH MANDOLANG bersama
istri masing-masing Kourensina dan Rameipatolah, pergi ke daerah
Lumalengkei di ujung Pulisan tak jauh dari Tatelu.
20. Keluarga TAULUMANGKUN dengan istrinya Sindohwene bersama anak 2
orang, pergi ke daerah Kalawat.
21. Keluarga MAKARAWUNG dengan istrinya bersama 5 anak bermukim di
Elehan ni Endoh, di pantai Barat.
22. Keluarga REPIH dengan istrinya Matinongtong dan Tontombene bersama 5
anak pergi ke Rano Lahendong.
23. Keluarga PANGIMBATAN serta istrinya Tinoring dengan 5 anak, pergi ke
Walelaki dekat Rano Lahendong.
24. Keluarga MUNTUUNTU bersama MARINOYA, PANAARAN,
TUMATULAR, MIYOIYOH dan MAINALO bersama dengan istri mereka
masing-masing, yaitu Tinaatalan, Sumariei, Kalewlewan dan Kauwelan
dengan anak-anak 17 orang berpindah ke Karendoran, dekat Tuur in Tana’.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 56
Sabtu, 27 November 2010
Semua keluarga di atas adalah dari Makarua Siow dan Makatelu Pitu.
Sedangkan golongan Pasiyowan Telu telah bercampur-baur dengan mereka,
mengikuti ke mana mereka pergi serta bekerja bersama-sama.

Kegagalan pengaturan pembagian pertama.


Akibat tidak adanya penentuan tempat maka bebaslah mereka pergi
memilih tempat masing-masing. Kelompok “se makarua siouw” lebih banyak
berkumpul pada suatu daerah sedangkan didaerah yang lain sedikit dan bahkan
tidak ada sama sekali. Demikian pula dengan kelompok lainnya. Akibatnya tata
cara pemerintahan maupun dalam pengaturan keagamaan berbeda-beda.
Di daerah yang pada dengan kelompok “se marua siouw” terjadi hal-hal:
1. Saling merebut wilayah sesama kelompok “makarua siouw”
2. Muncul rasa sombong dari kelompok “se makarua siouw” sebagai yang
ditunjuk untuk berkuasa, serta menekan adik-adik mereka dari kelompok
lainnya.
3. muncullah peristiwa Mahawetik dari hulu kaum Rumengan.
Timbul pertikaian antara kelompok “se makarua siouw” dan “se pasiowan telu”.
Akibat jumlah pengikut “pasiowan telu” jauh lebih banyak terdesaklah “se
makarua siouw”. Dari Wulur Maatus, Lumimuut dan Toar menyuruh anak-anak
mereka dari kelompok “makatelu pitu” untuk menghimpun semua penghulu dari
ketiga kelompok di Watu Pinawetengan. Alasan penunjukkan kelompok “se
makatelu pitu” sebagai penengah dan juru damai dapat diterima oleh kedua
kelompok yang bertikai karena:
1. Kelompok “makatelu pitu” lebih banyak berkecimpung dalam bidang
keagamaan serta kurang berminat dalam masalah kekuasaan serta perebutan
harta (tanah pencaharian);
2. Sebagian besar dari mereka sesuai cerita tua tidak menetap di bumi tengah
tetapi memilih menetap di bumi atas.

C. Kongres Raya di Watu Pinawetengan


Penetapan pembagian di Watu Pinawetengan

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 57
Sabtu, 27 November 2010
Di bawah kaki pegunungan Tonderukan berhimpun para penghulu dari
ketiga kelompok anak cucu Lumimuut dan Toar. Oleh Lumimuut dan Toar
ditetapkan: (1) Empat lambang agama; dan (2) Empat wilayah awuhan yang
kemudian dikenal dengan tanah adat rumpun. Kemudian oleh opo Muntuuntu anak
tertua dari kelompok “makatelu pitu” yang sangat bijaksana dan berdasarkan
penelitiannya, akibat penyebaran pertama dari Wulur Maatus serta pengaruh
pendatang di tempat mereka menetap sehingga terjadi perubahan dalam bahasa,
menambahkan (3) Pengelompokan dalam empat bahasa/nuwu.
Yang menyelenggarakan penentuan pembagian diserahkan sepenuhnya
oleh Lumimuut dan Toar kepada anak-anak mereka. Maka dipilihlah opo
Muntuuntu sebagai pemimpin pembagian.
Opo Muntuuntu hingga saat sekarang dianggap sebagai opo kearifan,
bijaksana dan keadilan. Ia dianggap adil karena berasal dari bumi atas. Di
sampingnya berdiri opo Kopero dari kelompok “pasiowan telu” yang berdiri
mewakili pihak kelompok pemenang atas kelompok “makarua siouw”.
Saat itu ia adalah opo yang termuda dari semua penghulu yang hadir. Opo
Kopero diangkat kelompok Pasiowan-Telu sebagai jurubicara mereka karena ia
berani dan pandai berbicara.
Disebutkan menurut cerita orang tua-tua bahwa opo Kopero satu-satunya
yang berani menentang opo Muntu-untu. Ia yang paling banyak protes maupun
mengadakan tawar-menawar terhadap dan selama pembagian dilaksanakan oleh
Opo Muntu-untu.
Begitu kurang yang mengenal asal-usul opo Kopero yang muncul tiba-
tiba namun yang pasti ia berasal dari kelompok Pasiowan-Telu dari daerah selatan.
Banyak perkiraan yang mengatakan bahwa Opo Kopero adalah cucu dari Opo
Lumimuut dan Toar dari anak mereka Opo Makarende. Opo Kopero sangat dikenal
besama opo-opo Kalangi, Lowin, Lakyan dan Umanan dalam menghantar
sebagaian hulu kaum Toupakewa ke arah barat membentuk hulu kaum Touwasian.
Namun ia dikenal juga dengan nama Opo Makapero di kalangan Toupakewa
selatan yang bersama opo-opo Bentenan dan Watugigir membentuk hulu rumpun
Tounbentenan yang kemudian menjadi hulu kaum Pasan-Bangko dan Datahan.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 58
Sabtu, 27 November 2010
Watu Pinawetengan pada saat digali kembali tahun 1888.

Pelaksanaan pembagian di Watu Pinawetengan.


I. Maka diadakanlah perhitungan kehadiran para penghulu dari ketiga kelompok
serta sekaligus mengelompokkan mereka menjadi empat kelompok yang
berbahasa mirip. Atas jumlah pengelompokan itu dibagilah besarnya tanah
awohan. Yang banyak penghuninya mendapat tanah yang besar sebaliknya
yang kecil mendapat pula tanah yang kecil. Penghuni bahagian utara yang
kemudian dikenal dengan rumpun Touw-Tewoh/Tounsea meskipun jumlah
mereka yang terkecil namun tanah perburuan mereka tidak pernah dijamah
oleh saudra-saudara di selatan mereka. Dan oleh karena sebagian besar yang
menjadi penghulu di sana adalah dari kelompok se Makatelu-Pitu maka
keadaan utara sangat ttenang. Mereka menolak kalau tanah awohan mereka
diperkecil. Dan setelah tanah itu ditetapkan menjadi tanah Touwtewoh dan
kemudian menjadi tanah Tonsea keadaan mereka tetap utuh karena antara
walian wangko mereka yang berkedudukan di Tonsea Lama dan pimpinan
pemerintahan Kepala Walak/Tonaas yang berkedudukan di Kema selalu
terjalin hubungan yang baik dan masing-masing tidak mencampuri urusan
lainnya. Penghuni bagian tengah terpecah menjadi dua bagian.
Di daerah timur yang sangat kurang dipengaruhi oleh kelompok Makarua-
Siouw dan Pasiowan-Telu, memisahkan diri yang kemudian dikenal dengan
rumpun Touwsendangan/Touwrikeran dan kemudian Toulour.
Walaupun mereka lebih banyak dari Toutewoh tetapi tanah mereka kecil
karena mereka hanya mendapat tanah pecahan. Daerah tengah dengan
terpisahnya bagian timur, walaupun masih luas tetapi sudah berkurang
wilayahnya dan kemudian menjadi tanah awohan rumpun Touwmayesu.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 59
Sabtu, 27 November 2010
Tanah daerah selatan yang paling besar yang sebanding dengan jumlah
penghulu-penghulu mereka yang hadir dalam hal persamaan bahasa, yang
kemudian dikenal dengan tanah rumpun Toukinembut/Toukembut/
Toupakewa/Tountemboan. Namun oleh situasi perbantahan ke dalam tidak
dapat dipimpin oleh satu orang. Jadi rumpun Toutemboan mendapat satu tanah
awohan yang luas namun terbagi atas tiga kelompok.
Daerah tengah pada prinsipnya perpecahannya sama dengan daerah selatan,
namun terpecahnya mengakibatkan terbentuknya 2 rumpun. Sebaliknya di
selatan, tetap satu rumpun dan pecah menjadi 3 kelompok.
Maka pembagian tanah awohan dibahagi atas 4 bagian sesuai pembagian alam
pada bagian atas batu Pinawetengan.
I. Toutewoh,
II. Tounsendangan,
III. Tounmayesu,
IV. Tounpakewa.
II. Maka ditetapkanlah lambang foso/agama untuk keempat rumpun:
A. Pahasiwohan (Touwtewoh),
B. Paposanan (Tounsendangan),
C. Pahasiwohan (Tounmayesu),
D. Papelihian (Tounpakewa).
Adapun tanda-tanda foso mereka adalah sebagai berikut:
1. Tanda foso dari rumpun Toun-Tewoh: Daun woka muda yang pohonnya
dibuat seperti timba air dan lembaran jari daunnya dibuat tujuh. Kalau
lembaran daun lebih dari tujuh, sisanya dikeluarkan.
2. Tanda foso dari rumpun Toun-sendangan: Tiga
penggal bulu tui dipotong berbentuk kower. Dua
penggal di pinggir dipotong lurus dan satu penggal di
tengah dipotong miring.
3. Tanda foso dari rumpun Toun-Mayesu: Satu lembar
daun woka tua yang ujungnya diikat pada satu ruas
bulu tui. Ditengah daun woka tersebut dibuat lima
lobang vertikal.
4. Tanda foso dari rumpun Toun-Kinimbut: Dua
batang bulu tui. Satu batang dengan lima ruas dan
satu batang dengan tiga ruas yang diikat.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 60
Sabtu, 27 November 2010
III. Pembagian penghuni atas tanah-tanah awohan yang telah ditetapkan. Dihitung
oleh Opo Muntu-untu kehadiran dari seluruh penghulu-penghulu dari kedua
kelompok Makarua-siouw dan Makatelu-Pitu serta dari kelompok Pasiowan-
Telu yang diberi tanggung jawab khusus yaitu dari kelompok se Makarua-
Lima dan Makarua-Telu. Dicoretlah kehadiran mereka pada bagian dari
lingkaran batu.
A. Makarua Siouw (18 orang)
B. Makatelu Pitu (9 orang)
C. Makarua Lima (10 orang)
D. Makarua Telu (6 orang)
1. Dari kelompok Makarua-Siouw semuanya hadir atau diwakili, berjumlah 18
orang. Dari kelompok Makatelu-Pitu hanya 9 orang yang hadir. Yang tidak
hadir berjumlah 12 orang.
Dari kelompok Pasiowan Telu:
1. Makarua-Lima hadir semua sejumlah 10 orang atau diwakili.
1. Makarua-Telu hadir semua sejumlah 6 orang atau diwakili.
2. Sejumlah 24 penghulu Pasiowan Telu lainnya di luar Opo Kopero.

Pada hari pertama dan kedua dipersiapkan makanan dan minuman untuk
pada hari ketiga dipersembahkan di tiap-tiap rumah foso kepada Empung.
Demikianlah pada hari ketiga ditetapkanlah oleh Lumimuut dan Toar akan tanda-
tanda perbedaan agama, bahasa dan tanah pencaharian.

Maka ditetapkan pula akan batas batas dan tempat awuhan (tanah pencaharian dan
perburuan) setiap hulu rumpun sehingga terjadilah pasini rumpun.
Maka kembalilah Lumimuut dan Toar ke tempat mereka di gua Minawatu. Berikut
berpencarlah keempat hulu rumpun ke tempat masing-masing sesuai yang telah
ditentukan oleh Lumimuut dan Toar.
• Rumpun Toutewo: Rumpun ini dihantar oleh penghulu-penghulunya antara
lain: Talumangkun, Tumewan, Makarewa serta yang lainnya pergi mendirikan
taratak foso di tempat bernama Niharanan.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 61
Sabtu, 27 November 2010
• Rumpun Tourikeran/Tousendangan: Diantar oleh penghulunya: Tiwatu,
Rumawiei, Welong, Timbeler, Talainang, Mapangingi dan Tumangkar pergi
mendirikan taratak foso di tempat bernama Roong wangko.
• Rumpun Toumeiesu: Diantar oleh penghulunya: Rumengan, Kumiwel,
Manarainsang, Pinontoan pergi mendirikan taratak foso di tempat bernama
Meiesu.
• Rumpun Toukinembut: Diantar oleh penghulunya: Soputan, Makaliwe,
Makawalang, Totokai, Tingkuleindang, Kawatak pergi mendirikan taratak
foso di tempat bernama Tumaratas/Tuur in tana’ di tempat yang tinggi dekat
watu Pinawetengan.
Maka mereka membangun taratak-taratak mereka serta menempatkan
lambang/tanda foso serta peraturan persembahan sesuai dipesankan di Watu
Pinawetengan oleh Toar-Lumimuut, serta melaksanakan tata cara persembahan,
baik di Watu Pinawetengan maupun di tempat pusat tanah pencaharian (awuhan)
masing-masing.
Waktu itu belum semua daratan Minahasa dihuni, baru sampai di garis
kuala Ranoiapo, gunung Soputan, gunung Kawatak, kuala Rumbia. Pada abad XV
ketika penduduk sudah semakin banyak, terjadi perang antara keturunan Toar
Lumimuut dengan penduduk Bolaang Mongondow. Sejak itu penduduk mulai
menyebar ke seluruh Minahasa, menjadi suku: Tounsea, Toumbulu, Tountemboan,
Toulour, Tounsawang kemudian penduduk pendatang dengan nama Bantik, Pasan
dan Ponosokan. Orang-orang Bantik, Tounsea, Toulour, Toumbulu dan
Tountemboan adalah suku Minahasa asli.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 62
Sabtu, 27 November 2010
III. SEJARAH MINAHASA

A. Minahasa pada Masa Kolonial


Sistem Pemerintahan
Orang Minahasa (dahulu disebut Malesung) telah mengenal sistem
pertahanan adat dalam satu dari tiga golongan pada masa sebelum tahun 670
Masehi yaitu pada golongan Makatelu Pitu. Kepala perangnya adalah Teterusan
dengan prajurit biasa yang disebut waranei.
Pada masa dahulu kala, bangsa Minahasa masih menyebut kelompok etnis
mereka sebagai bangsa Malesung. Sistem pemerintahan di Malesung saat itu
adalah sistem pemerintahan republik desa atau republik wanua, atau disebut juga
republik walak.28 Wanua ini berupa sekumpulan rumah-rumah besar yang terdiri
dari beberapa kerabat yang saling berdekatan.
Kemudian kompleks pemukiman ini menjadi padat sehingga beberapa
keluarga mendirikan pemukiman baru yang disebut sebagai tumani. Tumani ialah
usaha pendirian sebuah kompleks pemukiman yang baru yang merupakan cikal-
bakal dari sebuah wanua.
Ada beberapa tumani yang bertumbuh dari kebiasaan tinggal di kebun
ladang. Tumani ini muncul dari sekumpulan peladang yang tinggal berhari-hari
bahkan berbulan-bulan lamanya, dikarenakan lokasi kebun ladang tersebut jauh
dari wanua. Aktivitas ini disebut mento’. Ada kalanya para peladang ini membawa
serta keluarganya untuk menetap di kebun. Kumpulan dari keluarga peladang ini
dapat meneruskan komunitasnya dengan membentuk suatu wanua baru. Timbullah
upaya tumani oleh keluarga-keluarga tersebut.
Wanua, kemudian pada masa Hindia-Belanda disebut negeri atau
kampung memiliki sistem pemerintahan republik desa tersendiri. Jabatan-jabatan
dalam sistem pemerintahan republik desa itu adalah:29
1. Walian30 Jabatan ini merupakan tempat terhormat di mata masyarakat.
Walian ada mulai di pemerintahan kampung sampai Walak.

28
Bandingkan dengan system pemerintahan Yunani kuno yang bersifat Polis atau Republik Kota.
29
Lihat Mencari Jejak Tata Hidup Masyarakat Adat Tempo-Dulu.
30
Balian, sebutan untuk Tousini/Tonsawang dan suku pendatang Bantik.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 63
Sabtu, 27 November 2010
Pengaruh Walian sangat besar sehingga tanpa tanda dan restu
Walian, masyarakat segan untuk bertindak. Walian adalah
pengatur agama yang mengatur semua bentuk peribadatan
apapun dari keluarga sampai ke kampung dan Walak. Ia
meneruskan kepentingan perorangan, masyarakat ke
Empung/Apo Kasuruan (Tuhan Maha Kuasa) dan meneruskan
jawaban dan pesan balik kepada mereka. Ia menentukan saat-saat
waktu untuk bertindak dalam segala hal, antara lain tanah hunian
baru (tumani), memotong kayu di hutan, mengerjakan kebun,
membuka hutan, pergi berperang, mengobati orang sakit,
melaksanakan tiwa ni walian untuk menentukan siapa yang
benar dan salah,31 serta tugas-tugas lainnya. Ia juga dapat
meminta dan mengusir hujan dan membaca keadaan alam.32
2. Lelean33 Disebut juga sebagai pembantu Walian yang berhubungan
dengan hal-hal gaib dan mempunyai bidang-bidang pekerjaan
khusus. Lelean umumnya mendapatkan keahlian mereka secara
turun-temurun.
Sering Lelean disebut walian dalam bidang-bidang mereka,
walau ada juga yang menyebut tonaas, seperti:
- Tonaas huma, yang memimpin pertanian.
- Tonaas untuk berburu.
- Tonaas untuk pekerjaan nelayan.
- Dan lain-lain.
3. Paendon Tu’a Adalah yang dihormati atau dituakan. Yang dimaksud dengan
Paendon-Tua adalah tua un taranak atau tua un taranak clan,
yaitu orang-orang yang terbaik dalam klan masing-masing.
Ukung/Hukum Tua, adalah Tua un taranak clan atau Paendon-
Tua terbaik. Sebutan Ukung (atau Paukum) berganti menjadi
Ukung Tua, kemudian menjadi Hukum Tua (Kuntua). Hukum
Tua diresmikan penggunaan nama ini pada tahun 1858 dengan
keluarnya Staadblaad No. 69/1858.
4. Patuasan34 Adalah lembaga atau badan dari para Paendon Tua. Berfungsi
sebagai pembantu, penasehat aktif, pengawas, pengkoreksi, dan

31
Hal ini mirip dengan kebiasaan “sumpah pocong” di Jawa.
32
Menurut keterangan, walian tidak diangkat oleh rakyat tetapi oleh tanda/petunjuk gaib, rakyat
mengangkatnya.
33
Rerean, sebutan untuk Bantik, sebuah suku pendatang.
34
Patuusan, sebutan untuk suku Pasan, Ratahan, Ponosakan dan Tousini (Tonsawang) dan patuosan
untuk Bantik.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 64
Sabtu, 27 November 2010
lain sebagainya. Anggota Patuasan hanya dapat diturunkan oleh
masyarakat kampung melalui klan keluarganya.
5. Tumaturu35 Adalah juga Paendon-Tua dan menjadi anggota badan Patuasan.
Ia adalah seorang:
- Ahli dan lincah dalam berdialog dan bisa disebut Juru
Penerangan.
- Diplomat atau utusan untuk juru-runding baik untuk
kalangannya maupun untuk antar kampung.
6. Teterusan36 Adalah juga Paendon-Tua dan menjadi anggota badan Patuasan.
Ia adalah seorang:
- Panglima perang atau yang mempunyai keahlian dalam bidang
ini.
- Pemimpin keamanan kampung.
- Mempunyai keahlian untuk menyelinap ke daerah musuh.
- Memberi pakaian kekuatan (pairetan).
- Untuk keperluan tuntutan adat, melaksanakan tugas mapamuis
(mamuis) atau mengayau kepala orang, dll
Untuk pasukan perang, di bawah Teterusan sebagai panglima perang, adalah:
- Naiwakan / Sarian Perwira Tinggi
- Rinuntuan Perwira Menengah
- Kinerutan Perwira Rendah
- Waraney Prajurit
- Sawang Pembantu Prajurit37
Untuk suku pendatang Bantik, penggolongannya adalah sebagai berikut:
- Suarang Pinantandu Perwira Tinggi
- Suarang Perwira Menengah
- Kahetai Perwira Rendah
Pada masa purba penduduk Malesung berdiam di tempat strategis,
berkenaan dengan seringnya terjadi perang antar suku. Penduduk hidup
berkelompok dan membentuk masyarakat hukum geneologis, menurut garis
keturunan ayah (patrilineal). Kelompok-kelompok sosial geneologis ini makin
lama makin maju pertumbuhannya, sehingga berkembang menjadi bentuk struktur
politik yang nyata.

35
Tepun, sebutan untuk Pasan dan Ratahan.
36
Mogandi, sebutan untuk suku pendatang Bantik.
37
Maksudnya adalah baru menjadi prajurit dan yang belum berpengalaman dalam perang.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 65
Sabtu, 27 November 2010
Dari kesatuan terbawah keluarga, terbentuk kesatuan kepala keluarga, dan
dari gabungan kesatuan kepala keluarga terbentuk sebuah negeri atau wanua,
dipimpin seorang tua adat yang dianggap memiliki kesaktian dengan gelaran
Tonaas. Tugasnya macam-macam. Seperti: mengatur negeri, perkebunan, menafsir
tanda burung, dan paham cara mengatasi hama perusak tanaman seperti tikus, babi
hutan, kera, ular dan burung.
Wanua bersama wanua lain membentuk Pakasaan, yang dikepalai
seorang Hukum Wangko atau Tonaas Wangko, yang disebut juga Kolano atau
Kalaw Witi di Kakaskasen. Tokoh-tokoh penting lain dalam struktur masyarakat
purba adalah Teterusan yang bertugas menangani seluk-beluk pertahanan dan
keamanan, dengan stafnya yang disebut Waranei atau prajurit. Kemudian yang
bertanggungjawab soal-soal keagamaan adalah Walian, yang berkewajiban
menyelenggarakan upacara-upacara adat, mahir ilmu perbintangan, dan
menentukan waktu membuka kebun, hutan atau negeri baru. Ada kalanya Walian
seorang wanita. Sebagai pembantu Walian adalah Putoosan yang ahli mengartikan
mimpi, pandai ilmu sihir, tukang obat dan pandai mengusir setan.

Pakasaan dan Walak


Pada masa dahulu Minahasa terdiri dari walak-walak Tontemboan,
Tombulu, Tonsea dan Tondano, yang merupakan rersatuan dan kesatuan keluarga
masing-masing kelompok itu. Kesatuan kelompok tersebut disebut paesaan,
kemudian berubah menjadi Pahasaan, terakhir berkembang menjadi Pakasaan..
Walak-walak Minahasa pada awal abad ke-19 tercatat: Manado, Negeri-Baharu
(Negeri-Baru/Titiwungen), Ares, Mawuring, Tondano-di-bawah (pemukiman
orang Tondano di Manado), Kalabat-bawah (Maumbi), Tomohon, Tonsarongsong
(Sarongsong), Tombariri, Kakaskasen, Tonsea, Kalabat-atas, Tondano-
Toulimambot, Tondano-Touliang, Kakas, Remboken, Tongkimbut-atas/Sonder,
Tongkimbut-bawah/Kawangkoan, Langowan, Tompaso, Rumo’ong, Tombasian,
Tonsawang, Pasan, Ratahan, Ponosakan, Bantik.
Pakasaan Tontewoh (Tonsea)
Dari Watu Pinawetengan, rombongan Tontewoh menuju ke NIARANAN
(sekarang di sekitar Tonsea Lama, Tanggari, Wulauan, Papakelan). Dari sana
mereka berpindah ke KEMBUAN. Dinamakan demikian karena pada waktu
tiba di sana, rombongan itu disambut oleh seekor Ko’oko’ ni Mamarimbing
(burung Manguni), sehingga tumani baru itu dinamai Kinembuan ni Kooko’
(=tempat ayam/burung keluar) yang dipendekkan menjadi Kembuan. Daerah
sekeliling tumani’ Oleh karena itu mereka menyebut sub-etnis mereka sebagai
Tounsea atau Tonsea.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 66
Sabtu, 27 November 2010
Penulis di tangga Niaraan, 1 km di sebelah timur desa Wulauan Tondano. Lokasi ini
menjadi tempat pemukiman pertama orang Tonsea. (Foto: 4 April 2009)

Batu Patar Niaranan terletak sekitar 1,5 km di sebelah timur Niaranan yang kaya air.
Batu ini digunakan sebagai tempat foso orang Tonsea sebelum berangkat ke Kembuan.
(Foto: 4 April 2009)

Dari wanua induk Kembu’an, Tonsea Ure, maka berpindahlah kelompok


demi kelompok keluarga ke beberapa daerah di Utara tanah Malesung, yaitu di
sekeliling gunung Tamporok, yang kemudian disebut gunung Klabat.
Kelompok-kelompok tersebut adalah:38
1. Tonaas Rurgala dan Wenas mendirikan wanua Walantakan.
2. Tonaas Roringtulus, mendirikan wanua Sinalahan.
3. Tonaas Maramis, mendirikan wanua Tiwoho.
4. Tonaas Roringwailan, mendirikan wanua Kinarepu’an.
5. Tonaas Maidangkai, mendirikan wanua Kuhun.
6. Tonaas Sigarlaki, mendirikan wanua Maadon di selatan Kema.

38
Taulu 1981:9.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 67
Sabtu, 27 November 2010
7. Tonaas Runtukahu, mendirikan wanua Kumelembuai. Kemudian berubah
menjadi Airmadidi.
8. Tonaas Dotulong dan Kapongohan, mendirikan wanua Kema. Wanua
Kema inilah yang menguasai pantai Timur dan Utara tanah Malesung.
Kema berasal dari bahasa Malesung kima yang berarti bia. Hingga tahun
1873, Kema tetap menjadi ibu-negeri (ibukota) Walak Tonsea atau Distrik
Tonsea.
Kemudian tonaas-tonaas Dotulung, Tidajoh, Koagou dan lain-lain
merampas daerah Dimembe dari tangan orang Kalawat yang masuk Pakasaan
Tombulu, yaitu tanah yang sangat luas.
Pakasaan Tonsea begitu unik, karena mereka tidak mau membagi-bagi
daerahnya menjadi beberapa walak sehingga Pakasaan Tonsea hanya memiliki
satu walak bernama Walak Tonsea. Tonsea tetap utuh di bawah para Tonaas
keluarga Dotulung, yang kemudian mengubah namanya menjadi Dotulong.
Kedudukan pemerintahan walak ini berpindah-pindah antara Kumelembuai
(Airmadidi) dan Kema.39 Onderdistrik Kauditan dengan ibu kota Kema,
diresmikan tahun 1925.
Pakasaan Tombulu
Dari Watu Pinawetengan, rombongan Tombulu menetap di Maiyesu,40
yaitu suatu daerah di sebelah barat Kinilow sekarang. Sekitar satu abad
kemudian mulailah beberapa keluarga mencari tumani baru disebabkan oleh
tumani tersebut sudah penuh sesak dan sebab lain karena tertimpa wabah
penyakit maupun letusan Gunung Lokon. Setiap kali beberapa keluarga
mendirikan tumani di daerah baru, mereka langsung mendirikan suatu walak
baru yang terpisah dari pakasaan/walak induk.
Menurut J.G.F. Riedel (1862:17-18): Penghulu Mapunpun, Belung dan
Kakemang ke Maiesuh di bawah pemerintahan Pukul mereka berdiam di
lokasi Kinilow tua. Pada masa Lumongdong (cucu dari Pukul), meletus
gunung api Lokon dan berjangkitnya wabah sampar (“peperangan melawan
jin”) berturut-turut sehingga Maiesu berangsur-angsur ditinggalkan.
Pada Februari 1845 terjadi sebuah gempa bumi hebat yang
menghancurkan rumah-rumah khas Minahasa tempo dulu yang sangat besar,
di mana rumah ini didiami oleh beberapa awu (dapur) atau rumah tangga.

39
Taulu 1981:9.
40
Letak Maiesu banyak menimbulkan perdebatan. Selain di bagian Kakaskasen I dan Kinilow, ada
menyebut itulah juga Tu’ur in Tana’ atau Kasendukan. Lalu lokasinya di Kayawu, Wailan, atau di
bagian lain kaki gunung Lokon. Malah, Nimawanua di Kakaskasen III kini atau Nimawanua di
Kinilow-Kakaskasen I kini.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 68
Sabtu, 27 November 2010
Setelah itu kampung-kampung di Tomohon dipindahkan sekitar 100-200
meter sebelah timur lokasi lama ke lokasi baru seperti sekarang, yaitu dari
Kaskasen, Wanua Wangko (Toumuhung), Tulau, Katinggolan, dan lain-lain.
1. Walak Tomohon.
Tonaas Rori Mokoagow keluar dari Kinilow mendirikan wanua Muung, di
dekat mata air Muung (di Matani sekarang), yang berpusat di kawasan
Tonsaru (Saruh). Karena perkembangan penduduk di wanua ini sangat pesat
sampai membentuk kampung besar, sehingga sering disebut Wanua Wangko’.
Cucu-cucu Mokoagow yaitu Mangangantung, Mapalendeng-timaberan,
Pondaag, Mamengko, Gosal, Sambuaga membuka tumani pemukiman
Kamasih, Kinupit, Limondok, Toumaayah, Rangihir, Tounbuntu dan
Likongkong. Akhirnya terbentuk satu walak bernama Walak Tou Muung,
yang kemudian berubah nama menjadi Walak Tomohon. (Riedel 1862:19)
2. Walak Sarongsong.
Walak ini didirikan oleh Tonaas Tumbelwoto yang keluar dari Maiyesu
mendirikan tumani Tulau, dan lain-lain, yang kemudian membentuk Walak
Sarongsong. Saudara kandung Tumbelwoto bernama Kauwan (Kaawuan) di
kemudian hari meninggalkan Tulau mendirikan tumani Katinggolan (Tou
Wariri). Walean meninggalkan Tulau dan Kaawoan/Kauwan pergi ke arah
selatan mendiami Kuhun. Cucu-cucu Walean yaitu Sumakul, rarakutan,
Tumurang dan Mandagi membuka tumani Pinangkeyan, Koror, dan lain-lain
membentuk satu walak baru bernama Toun Sarongsong. (Riedel 1862:18-19).
Distrik Sarongsong pada awal hingga pertengahan abad ke-19 sempat
terbagi atas 2 Onderdistrik (Kecamatan), yakni Onderdistrik Sarongsong yang
terdiri dari negeri: Lansot, Tumatangtang, Koror, Kapoya, Pinangkeian,
Pinaras, Sawangan dan Rambunan; dan Onderdistrik Lahendong yang terdiri
dari Lahendong dan Tondangow.
3. Walak Kakaskasen.
Setelah lokasi Maiyesu ditimpa penyakit maka rakyat pun segera pindah
ke Kinilow. Anak cucu Makiholor yaitu Sirang, Mumek, Impal, Mawoho,
Kokalih, dan lain-lain berpindah dari Kinilow ke Kalih. Setelah mereka
berperang dengan pasukan Tasikela (Spanyol) dan pasukan Bantik yang
membantu Raja Bolaang Mongondow maka Ruruh pergi ke selatan di tempat
bernama Nawalei. Kemudian Ticonuwu dan Tuera dari Mandolang
membentuk Kinilow baru dan Keskasen (Kinaskas) sehingga terbentuk walak
Toun Kakaskasen. (Riedel 1862:19-20).

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 69
Sabtu, 27 November 2010
Dari Kinilow, Tonaas-tonaas Tikonuwu’ dan Tuera berpindah dan
mendirikan wanua Kaskasen, yang kemudian menjadi Walak Kakaskasen.
Kampung/negeri Kakaskasen adalah Kakaskasen, Lota/Kali dan Tateli serta
Kalasey.
Waktu kedatangan Ds. J. Kam tahun 1817 di Kali disebutkan ada seorang
Mayoor bernama Mali yang mengunjungi Pdt. Kam di Manado. Distrik
Kakaskasen dihapuskan tahun 1908. Meskipun distriknya dihapuskan,
Onderdistrik Kakaskasen tetap bertahan hingga tahun 1927, ketika negeri-
negerinya digabung ke Onderdistrik Tomohon dalam Distrik Manado.
4. Walak Tombariri.
Setelah lokasi Maiyesu ditimpa penyakit maka rakyat pun segera pindah
ke Tulau. Dari Tulau keluarlah Tonaas Kawuan (saudara kandung
Tumbelwoto) pergi mendirikan/tumani wanua Katinggolan (di mata air yang
banyak terdapat rumput wariri) dan lain-lain hingga membentuk Walak
Tombariri. Walak ini disebut Tou Wariri karena di daerah itu banyak terdapat
rumput wariri.
5. Walak Ares.
Tonaas-tonaas Lolong dan Ruru (atau Ruru Ares) turun ke pantai utara,
lalu mendirikan wanua Aris di atas bukit Wenang (banyak terdapat pohon
wenang, Latin Macaranga hispida atau Macaranga gigantea). Kemudian
menciptakan Walak Aris dan berubah menjadi Walak Ares.
Menurut Riedel (1862:20-21): Lolong alias Ruruh-Aris dan anak-anaknya
berpindah dari Kalih ke arah barat di tempat bernama Pinopoan di pinggir
kuala Aris, pada masa kepemimpinan Wongkar, Kalangi dan lain-lain pergi ke
arah utara di dataran Wenang membentuk walak Toun Aris.
6. Walak Manado.
7. Walak Negeri Baharu/Bahu (Titiwungen).
Wanua/negeri Baharu yang kemudian menjadi negeri Bahu. Kelak Negeri
Baharu menjadi Titiwungen sekarang. Kampung yang dahulu termasuk
Walak/Distrik Baharu adalah Titiwungen, Sario, Bahu, Kleak, Wanea,
Tongkeina, Tiwoho. Tahun 1884 bergabung dengan Manado.
Pakasaan Toulour (Tondano)
Dalam pertemuan di Watu Pinawetengan, mereka bernama Pakasaan
Tumaratas. Karena daerah tempat tinggalnya berada di pinggir sebuah danau
besar atau lour, akhirnya pakasaan-pakasaan lain menyebut mereka sebagai

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 70
Sabtu, 27 November 2010
orang Toulour. Namun mereka lebih suka menyebut diri mereka sendiri
sebagai Tou Danow atau Tondano.
Dalam oral tradition, mereka pergi dari Watu Pinawetengan lalu pergi ke
Atep, diantar oleh Tonaas Singal. Di sana mereka diserbu oleh para perompak
dari Tidore dan Tobelo. Rakyat yang berusia lanjut lari ke Kakas dan
sekitarnya. Para pemuda/waranei bangkit mengejar perompak tersebut hingga
berperahu ke lautan Maluku, menggepur musuh hingga ke daerah-daerah
mereka. Setelah beberapa lama, mereka kembali dan mendarat di TANJUNG
PULISAN. Dari sana mereka pergi ke selatan, di hulu kuala Tondano bertemu
keluarga lain yang ditinggalkan lalu berdiam di atas air.
Sejumlah keluarga pimpinan Tonaas Matulandi dan lainnya pergi ke
muara danau Tondano, mendirikan perkampungan Tondano. Walak Tondano
merupakan kesatuan walak yang besar sampai tahun 1818, Tondano dibagi
menjadi dua walak, yaitu:
- Walak Tondano-Tulimambot di bagian Timur kuala Tondano,
- Walak Tondano-Touliang di bagian Barat kuala Tondano.
Daerah lainnya yang berada di bawah Walak Tondano adalah Kakas
dan Remboken. Daerah Remboken adalah percampuran dari orang Tondano
dan orang Tombulu, sedangkan daerah Kakas merupakan percampuran dari
orang Tondano dan Tountemboan. Dari Maiyesu – Tombulu, Tonaas Boyo
pergi ke pantai danau Tondano, mendirikan wanua Remboken. Mereka
bercampur-baur dengan suku Toulour dari Kakas dan Tondano.
Oleh suku lain, suku ini disebut Suku/Pakasaan Toulour, namun mereka
menyebut diri mereka Suku/Pakasaan Tondano.
Pakasaan Tongkimbut/Tompakewa (Tountemboan)
Dari Watu Pinawetengan, rombongan Tompakewa dipimpin oleh tonaas
KOPERO dan PANDEIROT membuka pemukiman di Tumaratas, dan dari
sana sebagian besar ke KAI-WASIAN (dekat wanua Tombasian Bawah
sekarang). Setelah pemukiman ini menjadi besar maka kelompok demi
kelompok mulai keluar mendirikan tumani baru. Pakasaan Tompakewa
(Tountemboan) pecah menjadi 6 walak merdeka.
1. Walak Tompaso.
Tonaas Mewengkang, Mononimbar, Lempoi dan lainnya membawa
keluarga mereka pergi tumani’ wanua Tompaso’. Kemudian terbentuklah
Walak Tompaso.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 71
Sabtu, 27 November 2010
Menurut J.G.F. Riedel (1862:24): Dari Tumaratas, rombongan
Tounkimbut pecah menjadi dua, yang lain pergi ke Toun Wasian, sisanya ke
daerah mata air panas di bawah pimpinan penghulu Watah dan Manampiring.
Pada masa Mononimbar, Lempoi, Mewengkang, Rawung, Sumondakh dan
lain-lain berdiri beberapa tempat tumani pemukiman membentuk walak
Tounpasoh.
2. Walak Kawangkoan/Tongkimbut-Bawah.
Dari Kaiwasian keluar taranak-taranak Karengis, Piai, Lalawi, Rontos dan
Tontori pergi tumani’ wanua Kayuuwi. Setelah itu dari Kayuuwi keluarlah
taranak-taranak Kariso, Lalawi dan lainnya pergi ke timur mendirikan wanua
Kawangkoan dan lain-lain. Di kemudian hari mereka mendirikan Walak
Tongkimbut, yang dalam Kontrak VOC (Kompeni) Belanda tanggal 10
Januari 1679 disebut Tongkimbut Bawah. Pemukiman Tongkimbut Atas
berubah nama menjadi Kawangkoan pada peristiwa pengiriman balak ke Fort
Amsterdam di Manado. Walak Tongkimbut Bawah kemudian berubah nama
menjadi Walak Kawangkoan.
3. Walak Sonder/Tongkimbut-Atas.
Dari Kawangkoan (Tongkimbut) keluarlah tonaas-tonaas Keintjem,
Toporundeng, Palar, Mangowal, Pesik, Karawoi dan Rumondor pergi tumani
wanua Sondek’ (Kiawa sekarang) diantar oleh Karamoi (anak Wolo, Tonaas
Wangko Tongkimbut). Wanua Sondek ini dengan wanua-wanua lainnya pada
sekitar tahun 1660 menjadi Walak Tongkimbut Atas, lalu berubah nama
menjadi Walak Sondek, terakhir berubah menjadi Walak Sonder. Sekitar
tahun 1650, Kepala Walak Kawangkoan Wolo dan anaknya Karamoy
mendirikan Songkel (Sonder). Pada tahun 1703 terjadi perselisihan dengan
Kawangkoan, maka Sonder resmi pisah dengan Kawangkoan sebagai
Tongkimbut Bawah menjadi Walak Sonder.
4. Walak Langowan.
Dari Kaiwasian keluarlah tonaas Matindas dan rombongan lalu berjalan
ke Timur, mendirikan wanua Langkowan, yang kemudian diubah menjadi
Langowan. Bersama wanua di sekelilingnya membentuk Walak Langowan.
Menurut Riedel (1862:28-29): Dari arah gunung Soputan, turunan dari Se
Pahasiyowan Telluh yaitu Matindas dan para pengikutnya pergi ke arah
sebelah timur laut di mata air Sarongsong. Di situ mereka menangkap sapi
hutan atau anoa atau langkou. Cucu-cucu Matindas bernama Karundeng,
Matulo, Tumbuan, Mira, Tendean, Ruat, Rerepah, Sampureh, Araikendi dan
lainnya bercampur dengan Tou Wasian membentuk walak Langkouan lalu

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 72
Sabtu, 27 November 2010
mendirikan sejumlah pemukiman antara lain Toka, Lowian, Saliwunut,
Palamba dan lain-lain.
5. Walak Tombasian.
Wanua Tombasian (Kaiwasian), Tumaluntung, Pondang dan wanua lain
di daerah Amurang sekarang ini, mereka mendirikan Walak Tombasian.
Menurut Riedel (1862:29): Pakasaan Tounkimbut memencar dari Watu
Pinawetengan dan mendiami kembali Tumaratas. Di sana penduduk terbagi
dua, di mana sebagian besar pergi ke hutan pada masa pemerintahan Koperoh,
Pandeirot, Kalangi, Mamusung, Lakoyan, Uwanen, Lumentak, Rosak, dan
lain-lain bermukim di tempat yang banyak terdapat kayu wasian (kayu
linggua) sehingga walak ini dinamai Toun Wasian dan berubah menjadi
Tombasian.
6. Walak Rumoong.
Dari Langkowan tonaas-tonaas Lampus, Waani, Tumbelaka dan lainnya
menuju ke Barat lalu mendirikan wanua Rumoong di pegunungan Tareran.
Kemudian mereka mendirikan Walak Rumoong.

Walak Tonsawang/Tombatu/Toundanow
Kaum Tonsawang menyebut diri mereka Toundanow, namun lebih
dikenal oleh orang Minahasa lain sebagai orang/suku Tonsawang atau
Tombatu. Asal usul mereka berasal dari dua kelompok: kelompok pertama
datang dari barat daerah Tontemboan di Teluk Amurang dan kelompok kedua
datang dari tepi utara danau Tondano. Yang berasal dari utara terbagi dua,
yaitu dari kampung Luaan yang dipimpin oleh pamatuan Dotu Mamosey dan
kedua dari kampung Betelen yang dipimpin oleh pamatuan Dotu Kamboyan.
Setelah kedua pemukiman didirikan di tepi danau Bulilin, Tonaas Mamosey
terpilih menjadi panuulan atau tuud in doong pertama kaum Tonsawang.
Nawa Oki adalah cece dari Panuulan Mamosey. Ia menjadi Kepala Walak
Tonsawang ke-4 sekitar tahun 1550-1606 atau 1660-1706. Setelah suami
pertamanya – Panglima Monde – meninggal dalam perang, ia menikahi Raja
Loloda Mokoagow. Sejak saat itu ia mendapat gelar Ratu Oki. Dari suami
pertama ia mendapat anak Kojongian, Ohudan, Pangasaran, dan Bulawan.
Dari raja Loloda Mokoagow mendapat anak Manoppo dan Mohodaser. Ratu
Urey adiknya adalah penggantinya sebagai Kepala Walak Tonsawang.
Menurut Riedel (1862:29-30): Waktu perompak Moroh (bajak laut
Mangindano) melakukan gangguan di hutan sebelah timur telaga besar,

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 73
Sabtu, 27 November 2010
sebangsa kecil Tounsini (Tousingin) di bawah Okaisubuh, Timbuleng,
Lampuhus mendirikan Kagegeran Sinuwunewahor dan Sinuwunerogit. Namun
mereka terusir ke selatan. Di sana mereka mendirikan pemukiman Awouw,
Topiwirian, Watu, dan lain-lain pada masa penghulu Sumual, Tatapun,
Momonuat, Kolantung dan Moniaga serta mendapat nama baru Toun Watu
dan berubah menjadi Tombatu. Dari daerah Wulur Mahatus, sejumlah orang di
bawah penghulu Kobayian, Mamosei dan lain-lain pergi ke dekat permukiman
Tombatu mendirikan kampung Loowuh dan awalih serta bercampur dengan
Toun Watu. Mereka mendapat nama baru Toun Sawah atau Toun Sawang.
Kampung yang termasuk dalam Walak/Distrik Tonsawang mulanya terdiri
dari Tombatu (Tombatu I/II/III, Katuakan, Kuyanga), Mundung, Kali, Silian,
Lobu, Ranoketang.

Walak Ratahan-Pasan
Kaum Pasan-Ratahan (Pasan Wangko) berasal dari daerah Pontak. Waktu
pemerintahan Raja Sanjang, mereka meninggalkan Pontak karena raja itu
menagih pajak terlalu tinggi. Kakak-beradik Watupinamalangan dan Lengsung
Aloe menjadi pimpinan dari kelompok yang mengungsi ini.
Di daerah Koka (dataran Aboeang), Watupinamalangan memisahkan diri
dari Lensung Aloe lalu membentuk Pasan. Potangkoeman dan pengikutnya
kemudian datang bergabung dengan Watupinamalangan dan membentuk
Pasan dengan Towuntu sebagai pemukiman pertama. Raja Pandei dari pulau
Taffoere (dekat Banggai) dikalahkan Spanyol lalu melarikan diri dan
meninggal di Molibagu dekat Gorontalo. Kedua anaknya Potangka dan
Lembuwi berjalan melalui Belang dan bergabung dengan orang Towuntu dan
Pololangan berperang melawan Bolaang Mongondow lalu menetap di Pasan.
Kelompok ini membentuk Walak Pasan.
Anak Lensung Aloe yakni Ralioe kemudian membentuk Ratahan dengan
Palolangan sebagai pemukiman pertamanya. Saudara Raliu yang bernama
Potangkuman dan istrinya Woki bergabung dengan Watupimalangan di Pasan.
Raliu menikahi Sapelahingking, mendapat anak Rorendeon, Deen, Kuhu,
Jahaen, dan Komaiking. Raliu kemudian membangun sebuah rumah dengan 9
anak tangga. Suatu kali ayamnya berkokok di setiap anak tangga dengan bunyi
“na-ta-han”. Arti dari bunyi ayam itu adalah “berkat, berjaga, menang”.
Dengan demikian kaumnya disebut Ratahan dan membentuk Walak Ratahan.
Beberapa waktu kemudian Londok dan pengikutnya dari Tontewoh
(Tonsea) di utara datang dari pulau Lembeh melalui jalur Pasolo, Pangu,
bergabung dengan Towohidan di Ratahan. Kemudian menjadi pemimpin

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 74
Sabtu, 27 November 2010
Ratahan. Kemudian datang Makaware dari Tombulu dengan 800 pengikutnya
melalui Lelembang dan Pololangan dan bertemu Raliu. Anak Makaware yang
bernama Batoeloemanap bergabung dengan Soputan di Ratahan. Pemimpin
Ratahan setelah Dotu Raliu berturut-turut adalah Rato, Mandolang, Timpal,
seorang perempuan bernama Towohindang, Tonaas Londok, Soputan, dan
Batulumanap.
Sesudah masa Batulumanap, Goni anak dari Tonaas Wela dari Pasan
menikah dengan anak Batulumanap yang bernama Konda. Dengan demikian
Walak Pasan dan Ratahan dipersatukan menjadi Walak Pasan-Ratahan atau
Pasan Wangko. Goni dan Konda memperoleh anak bernama Komaling. Cucu
dari Komaling bernama Maringka dibaptis menjadi Kristen dengan nama
Daniel Maringka tahun 1855.

Walak Ponosakan
Walak ini sangat unik, disebabkan walak ini menjadi satu-satunya yang
beragama Islam dari antara walak lainnya di Minahasa. Suku Ponosakan
berada di kecamatan Belang dan kecamatan Ratatotok yaitu di kampung
Belang, Basaan, Ratatotok dan Tumbak serta sebagian kampung Watuliney
dan Tababo. Suku ini merupakan satu-satunya sub-etnis di Minahasa yang
beragama Islam.
Kampung yang termasuk dalam Walak/Distrik Ponosakan mulanya terdiri
dari Belang (Kampung-Burger [Kampung Borgo], Ponosakan, Tababo
[dipercaya didirikan oleh Losung, Pelealu, Butiti], Buku, Muntoi), Tompasak,
Ratatotok. Permukiman sub-etnis Ponosakan berkembang menjadi Poniki,
Tababo, Tumbak, Basaan, Belang, Ratatotok. Tahun 1881 bergabung menjadi
Distrik Pasan-Ratahan-Ponosakan

Walak Bantik
Menurut H.M. Taulu, suku ini datang menetap di Minahasa, dari Sulawesi
Tengah (J.G.F. Riedel menyebut “suku Tomini”) melalui daerah Bolaang
Mongondow tahun 1590. Suku ini berada di daerah sekitar Manado yaitu di
barat daya Manado seperti Malalayang dan Kalasei dan sebelah utara Manado
seperti Buha, Bengkol, Talawaan Bantik, Bailang, Molas, Meras serta
Tanamon di kecamatan Sinonsayang Minsel.
Suku ini berlainan sekali bahasa, adat kebiasaan dan roman muka dari
suku-suku lain di Minahasa. Suku ini berasal dari Sulawesi Tengah, kemudian
bermukim di Bolaang Mongondow. Kemudian mereka datang di Minahasa

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 75
Sabtu, 27 November 2010
sebagai tentara bantuan Bolmong untuk memerangi suku-suku Minahasa.
Ketika tentara Bolmong dikalahkan di Maadon, Lilang (Kema) maka suku ini
menetap di sekitar teluk Manado. Sampai tahun 1850 mereka diam-diam
membayar upeti kepada raja Bolmong..

Kedatangan Bangsa Barat


Armada perdagangan Portugis secara resmi mengirim Antonio de Abreu
ke Maluku pada tahun 1512. Pada tahun itu juga tiga kapal layar ke Manado (Pulau
Manado Tua). Portugis kemudian
melakukan perjalanan ke Uwuran (sekarang
Amurang) dan disana mereka mendirikan
Benteng Amurang. Ketika mereka tiba di
Uwuran, Portugis yang saat itu membawa
lebih banyak pedagang dan pimpinan rohani
dari pada serdadu, belum berani memasuki
daerah pedalaman. Mereka hanya mampu
mendirikan benteng-benteng batu di tepi
pantai dan pulau di sekitar Minahasa, seperti
di Siau.
Pada tahun 1608 Kapiten VOC Jan Lodewijk Rossinggeyn mendirikan
loji (benteng kayu) di muara kuala Wenang
Spanyol mengakar di daerah Sulawesi Utara setelah Raja Manado Tululio
dan sejumlah raja lainnya bersahabat dengan mereka.
Kontak pertama Minahasa dan Belanda terjadi pada bulan Februari 1644,
saat 8 orang (H.M. Taulu mencatat: Kepala Walak Tomohon Lumi, Lontaan,
Umboh, Siwi, ketiga anak Lumi yaitu Posumah [ayah Sahiri Supit], Taulu dan
Kalangi, serta seorang pendayung dari Babontehu/Siau; dalam tulisan lain Taulu
menambahkan Lontaan, Timbuleng) berperahu ke Ternate bertemu Wouter
Seroyen, Gubernur VOC di Maluku (1642-1644). Tujuan mereka meminta bantuan
memerangi Spanyol yang bertindak brutal di tanah Minahasa sekaligus ingin
bersahabat dengan Kompeni Belanda. Permintaan persekutuan dan persahabatan
ini diteruskan kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Anthonie van Diemen
(1593-1645). Karena terlalu lama menunggu jawaban, para tonaas mengulangi
permintaan ini tahun 1654. Nanti tahun 1655 Belanda baru membangun Benteng
Nederlandsche Vastichheyt di muara kuala Wenang oleh Gubernur Simon Cos.
Kendudukan VOC di tanah Minahasa dimulai dengan pendirian loji tahun 1608
untuk menampung beras dari pegunungan serta pertahanan sederhana.pada
pinggiran muara kuala Tondano di daerah Wenang oleh Kapten VOC Jan

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 76
Sabtu, 27 November 2010
Lodewijkz Rossingeyn. Ia melaporkan kepada pemegang kuasa gubernur Maluku
Laksamana Paulus van Coerden bahwa pada saat itu loji Manado telah direbut oleh
Spanyol. Kemudian pada tahun 1657-1664 loji Manado didirikan kembali oleh
Kapten VOC Paulus Andriessen. Sekitar tahun 1666-1668, Sersan VOC Jan
Baptista memimpin pembangunan Benteng Amsterdam dari beton. Tahun 1668
pimpinan benteng tersebut dipegang oleh Sersan VOC Jockum Sippman. Sekitar
tahun 1682 disebutkan bahwa komandan
benteng tersebut bernama Sersan Smith.
Dalam usaha menegakkan kekuasaan
di kawasan utara Sulawesi, Kompeni Belanda
menunjuk Dr. Robertus Padtbrugge (lahir di
Parijs, 1637 – † Amersfoort, 1703), seorang
administrator dan politikus ulung menjadi
Gubernur Maluku tahun 1677-1682. Pada
kunjungannya kedua di Manado pada 25
Desember 1678, ia mendapat kabar
terganggunya perdagangan dengan orang
Minahasa akibat peperangan antara orang
Minahasa dan Raja Loloda Mokoagow.
Segeralah ia memerintahkan serdadu Belanda
di Manado membantu para ukung melawan
Loloda. Tindakan ini meninggalkan kesan baik
di kalangan bangsa Minahasa sehingga ia Naskah salinan Kontrak 10 Jan 1679.
segera memanfaatkannya dengan melakukan Koleksi www.bode-talumewo.blogspot.com
perjalanan ke pedalaman melakukan negosiasi dengan para ukung.

Hasilnya, dibuat naskah Kontrak Persahabatan (verbondt ende contract)


tanggal 10 Januari 1679, “Perjanjian dan ikatan yang diadakan oleh Gubernur Maluku,
Robertus Padtbrugge atas nama Gubernur Jenderal Rijckloff van Goens dan Raad van
Indië (Dewan Hindia) yang mewakili Kompeni Hindia Belanda Timur pemegang hak
monopoli dan Negara Belanda Serikat dengan dorphoofden (para ukung) dari Aris,
Clabat, Bantik, Clabat boven, Caskassen, Tomon, Tombaririe, Saronson, Tonkimbout
omlaegh, Tonkimbout boven, Romon, Tombassiaen, Langouban, Kakas, Ramboekang,
Tompasso, Tondano, Tonsea, Manado, Tonsaban, Passan (mewakili Datahan dan
Ponnosaccan).” Wakil Minahasa yang menandatanganinya ialah richter
(walian/mogoguta) Maondij (Mandey), capitain (teterusan/kepala walak) Pacat Soepit,
Pedro Rantij, dan tolk (penerjemah) Bastiaan Sawaij. Isinya ini antara lain bahwa
Minahasa berjanji mengakui kekuasaan VOC, membantu VOC, memasukkan beras
kepada VOC, membuat benteng Amsterdam di Manado. Sedangkan VOC berjanji
melindungi Minahasa, membebaskan Minahasa dari pajak, tidak menuntut alat-alat
kayu untuk diekspor, menyatakan kontrak ini juga berlaku untuk orang Tonsawang,
Ratahan, Ponosakan, Bantik.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 77
Sabtu, 27 November 2010
Berbeda dengan kerajaan di sekitar Minahasa, kontrak ini dilakukan dengan
seluruh kepala walak (waktu itu komunitas berupa desa besar) dengan istilah
dorpstaten, atau negara desa, tegasnya: Republik Desa. Istilah verbondt –
bondgenooten (perjanjian persahabatan/ persekutuan/aliansi) ditegaskan antara
keduanya belah pihak. Dengan demikian kontrak ini jelas-jelas merupakan sebuah
perjanjian bilateral antara dua negara (international verdrag), dua bangsa yang sama
derajat.
Beberapa waktu kemudian pegawai kompeni mulai menipu rakyat, sehingga
pada tahun 1681-1683 penduduk mulai mogok menjual beras. Keadaan ini membuat
Kompeni mengadakan revisi kontrak tanggal 10 September 1699. Kontrak
ditandatangani Residen Manado Kapiten Paulus de Brieving dan Asisten Residen
Samuel Hatting dengan ketiga Hoofdhoecum-majoor
(Kepala Hukum Majoor/Kepala Walak) Minahasa
yaitu Soepit, Lontoh, Paat. Verbond ini antara lain
berisi janji akan menjalankan dan diwajibkan
menjalankan perjanjian dan persetujuan 1679 dan
menganggapnya diperbaharui dengan kontrak ini,
memperbaharui dan mempererat ikatan yang dibuat
pada akhir September 1694 oleh Asisten Residen dan
Raja Bolmong mengenai batas daerah, serta berjanji
agar membuang dan menghentikan kebiasaan to’tok
(mencincang orang sampai halus).

Naskah Kontrak 10 September


1699 lembar awal.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 78
Sabtu, 27 November 2010
Kontrak 1699 ini ditolak seluruh anggota walak Minahasa karena melarang
beberapa kebiasaan adat serta menolak tunduk kepada Kompeni sebagai Raja Diraja.
Pemerintah Kompeni di Batavia pun menulis memo kepada Pemerintah Kerajaan
Belanda akhir tahun 1702: “Di Manado (=Minahasa) rakyat yang liar buas,
sebagaimana adat kebiasaannya bangkit
menolak kontrak 1699, karena tidak tahu
membaca dan menulis Latin, sambil
bersatu melanjutkan kehidupan yang
garang, yang oleh Pemerintah Provinsi di
Ternate dibiarkan, agar tidak membuat
mereka menjadi sakit hati.” Juga “...
kepada Gubernur Ternate, Pemerintah
Batavia memberi perintah: kepada rakyat
di Manado pada masa depan, jangan
diperintah dengan keras, diperlakukan
dengan baik, asalkan benteng
(Amsterdam) dapat diperkeras karena
telah tua, demikian maksud Kompeni, asal Naskah Kontrak 5 Agustus 1790 (lembar awal
keadaan dapat menjadi baik.” Residen .& akhir) berbahasa Minahasa dialek Tombulu.
Thomas Heijmans pada tanggal 28 April
1728 dan Gubernur Ternate Anthonij van Voorst pada tahun 1763 memberi alasan lain:
“Manado de broodkamer der Molukken” (Manado adalah gudang roti dari Maluku).
Tahun 1710 Residen Jacob Claesz menyatakan dalam Memori Serah-Terima bahwa
penduduk Minahasa adalah sekutu, bukan geen overwinnelingen (rakyat taklukkan).
Sebuah pembaruan dan penambahan dari semua kontrak, yaitu Contract van 5
Augustus 1790 disepakati Gubernur Maluku Alexander Cornabee, Kapiten H. Hartman
dan I.I. Werner Gobius serta Residen J.D. Schierstein dengan para ukung Minahasa.
Dari 14 pasal antara lain berisi sumpah setia kepada Belanda sebagai hasil rapat
minhasa (atau landraad) 28 Juli 1790, menyediakan beras dengan harga 18 ringgit
untuk tiap 3.000 pond, tetap menyediakan keperluan Benteng Amsterdam, menjamin
keamanan semua ekspedisi surat dan barang milik
Belanda, menjamin keamanan residen dan para
pegawainya, berjanji tidak akan bentrok antar walak,
menyerahkan kepada Belanda para pelaku kejahatan,
menghentikan semua kebiasaan upacara keagamaan
yang tercela di mana para budak dipancung kepalanya,
dan meneguhkan Perjanjian tahun 1699.
Ternyata pihak Kompeni Belanda masih
melakukan tindakan yang merugikan bangsa Minahasa.
Puncak dari emosi bangsa Minahasa meledak dalam
peristiwa Perang Tondano tahun 1808-1809.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 79
Sabtu, 27 November 2010
Naskah Kontrak 14 September
1810 dengan Inggris berbahasa
Melayu, lembar awal.
Pada tahun 1801, ada kapal perang yang menembaki benteng Belanda di
Manado. Setelah diselidiki ternyata kapal perang tersebut milik Inggris.
Mengetahui ada konflik antara Belanda dan Inggris maka para Walak Minahasa
meminta bantuan Inggris untuk mengusir Belanda. Dalam upaya mengusir
Belanda, Gerrit Wuisang membeli senapan, mesiu, dan meriam dari Inggris.41
Nanti pada bulan September 1810 Inggris mendarat di Minahasa serta menerima
penyerahan dari para pegawai Belanda kepada Resident Inggris Letnan Thomas
Nelson. Dibandingkan Belanda, reputasi Inggris dikenal sebagai ‘bangsa Eropa yang
agak sopan dalam menjajah’. Maka pada tanggal 14 September 1810 diadakan kontrak
dengan pihak Inggris. Walak yang waktu itu berjumlah 26 disebut dalam kontrak
sebagai departement. Kontrak ini berisi perjanjian bahwa Minahasa mengakui
kekuasaan Inggris, Minahasa memasukkan beras 56.000 gantang per tahun atau 700
koyang seharga 30 ringgit per koyang (1 koyang= 80 gantang= 1.500 kg), Inggris akan
mengimpor beberapa jenis kain, kepala pribumi berjanji meniadakan pembunuhan
dengan cara to’tok. Kekuasaan Inggris di Manado berakhir tanggal 21 April 1817 dan
diserahterimakan dari Residen Cursham kepada Residen T.P.A. Martheze asal Belanda,
berdasarkan Traktat London tahun 1814, di mana Inggris harus mengembalikan seluruh
daerah yang direbutnya dari Belanda.

B. Perang Minahasa-Bolmong
Perang Minahasa – Bolaang Mongondow (Abad ke-17)42
Timbulnya perang Minahasa–Bolaang Mongondow berawal dari kisah
Pingkan-Matindas.43 Pingkan Mogonunoy44 adalah seorang puteri dari Walak
Tombariri (dari Tombulu)45 yang tinggal di Mandolang dekat Tanawangko. Ia
kawin dengan Makaware’ Matindas asal Tonsea.46
Dalam silsilah keluarga I.W. Palit menyebutkan Pingkan Mogogunoi
adalah anak dari suami-istri Angkol dan Rensina dengan anak perempuan bernama
Mira yang kawin dengan pahlawan Tomohon bernama Tumalun. Dalam silsilah
keluarga besar Ratulangi, Pingkan disebut bernama Mogogunoilumeno yang kawin

41
TheMinahasa.com.
42
Taulu 1951:22-24.
43
H.M. Taulu, Bintang Minahasa (Pingkan Mogogunoy) (Jakarta, 1931 [dicetak ulang tahun 1993]).
Lihat juga Taulu 1951:22-23, Taulu 1981:13-14.
44
Dalam buku H. van Kol, Uit Onze Kolonien (Leiden, 1903), hlm. 49, ia bernama Pingkan
Mogogoenoi-Loemeno dengan suaminya Matindas.
45
Palit 1980:26, dalam silsilahnya mencatat bahwa Pingkan Mogogunoy anak dari Rensina dan
suaminya Angkol, keturunan ketujuh dari Toar-Lumimuut. Anak perempuannya kawin dengan tokoh
sakti Tomohon yaitu Tumalun yang dalam mitos mengalahkan Retor, Wangko’ ne Parepei, asal
Remboken, yang bertubuh setinggi pohon kelapa. Lihat juga Kojongian 2006:126-127.
46
Ibrahim W. Palit, Manusia Pertama Minahasa (Tomohon, 1980), hlm. 26 (silsilah Pasiowan Telu).

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 80
Sabtu, 27 November 2010
dengan Matindas. Pingkan (Mogogunoilumeno) adalah anak dari pasangan suami-
istri Ratunuman dan Sepianbatok sedangkan Matindas adalah anak dari pasangan
Rumambi dan Matinempung. Dalam silsilah Ratulangi ini, Pingkan-Matindas
mempunyai anak laki-laki bernama Tumewan yang kawin dengan Ambeisorot.
Peristiwa Pingkan-Matindas ini adalah sebagai berikut: Pingkan
Mogonunoy adalah seorang gadis yang tinggal di Mandolang dekat Tanawangko,
yang kemudian kawin dengan Makaware’ Matindas asal Tonsea. Matindas adalah
seorang nelayan. Agar ia tidak merasa kesepian saat melaut maka ia membuat dua
buah patung yang diukir dari kayu. Patung yang satunya menyerupai dirinya,
sedangkan lainnya menyerupai istrinya, Pingkan Mogonunoy, seorang perempuan
cantik. Patung Pingkan selalu dibawanya dalam setiap pelayaran dalam mencari
ikan di laut. Suatu ketika terjadilah badai pada saat ia sedang mencari ikan di laut.
Patung itu jatuh ke laut. Matindas sendiri terdampar di Pulau Mangindanau selama
beberapa saat lamanya sampai akhirnya ia dapat kembali lagi ke tanah Minahasa.
Akhirnya patung kayu itu jatuh ke tangan Raja Mokoagow di kerajaan
Bolaang Mongondow yang saat itu memerintah dari Amurang. Melihat akan
keelokan dari patung ini, maka ia menyuruh bawahannya mencari perempuan yang
serupa dengan patung itu. Mokoagow jatuh cinta pada Pingkan Mogogunoi yang
tinggal di Mandolang. Karena kecantikan Pingkan, membuat ia mabuk kepayan,
walau Pingkan sudah menikah dan melarikan diri bersama suaminya Matindas.
Setelah beberapa lama, akhirnya mereka menemukan Pingkan di pantai
Mandolang. Akhirnya Raja Mokoagow meminta agar Pingkan menjadi istrinya.
Pingkan dan Matindas terkejut mendengar maksud Raja Dodi Mokoagow
dari kerajaan Bolaang Mongondow47 itu, sehingga terpaksa mengambil keputusan

47
Raja-raja Bolaang-Mongondow: Punu Mokodoludut (Molantud)/Gumulung tahun 1400-1460/1303-
1373, Punu Yayubangkai tahun 1460-1480/1373-1423, Punu Ponamon tahun 1423-1443, Punu
Damopolii (Kinalang) tahun 1480-1510/1443-1493, Punu Busisi tahun 1510-1540/1493-1530, Punu
Makalalo tahun 1540-1560/1530-1570, Punu Mokodompit tahun 1560-1600/1570-1629, Punu Dodi
Mokoagow tahun 1600-1620/1629-1649, Punu Tadohe (Sadohe) 47 tahun 1620-1653/1649-1670. Setelah
pemerintahan punu di Bolaang Mongondow mulai memasuki zaman pemerintahan raja-raja dimana
Bolaang Mongondow terdapat empat Kerajaan atau empat eks Swapraja, yaitu: 1. Kerajaan Bolaang
Mongondow, 2. Swapraja Bintauna, 3. Kerajaan Kaidipang Besar, 4. Kerajaan Bolaang Uki. Raja-raja
yang memimpin kerajaan Bolaang Mongondow, sebagai berikut: Raja Loloda Mokoagow (Datu
Binangkang) tahun 1653-1693/1670-1691, Raja MANOPPO alias Jacobus Manoppo tahun 1695-
1731/1691-1730, Raja Fransiscus Manoppo tahun 1731-1736/1730-1735, Raja Salmon Makalalah
Manoppo tahun 1736-1767/1735-1764, Raja Eugenius Manoppo tahun 1767-1770/1764-1770, Raja
Christofel Manoppo tahun 1770-1773/1770-1773, Raja Marcus Manoppo (Raja gelar Sultan) tahun
1773-1778/1773-1778, Raja Manuel Manoppo tahun 1779-1819/1779-1823, Raja Corneles Manoppo
tahun 1823-1829/1823-1829, Raja Ismail Corneles Manoppo tahun 1829-1831/1829-1831, Raja Jacobus
Manuel Manoppo (gelar Sultan) tahun 1833-1856/1833-1856, Raja Adrianus Corneles Manoppo tahun
1858-1862/1858-1862, Raja Johanes Manuel Manoppo tahun 1862-1878/1862-1878, Raja Abraham P.
Sugeha (Datu Pinonigad) tahun 1878-1892/1878-1892, Raja Riedel Manuel Manoppo tahun 1893-

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 81
Sabtu, 27 November 2010
lari meninggalkan Mandolang, pindah ke Maädon, dekat Kema. Walau demikian,
Mokoagow tetap menggebu-gebu maksudnya itu. Akhirnya Pingkan dan Matindas
mencari akal. Pingkan menyuruh raja Mokoagow memanjat sirih pinang dan
menipu raja dengan mengatakan bahwa ia harus memakai baju Matindas suaminya
agar orang mengira bahwa yang naik itu adalah suaminya Matindas. Sementara
raja sedang berada di atas pohon pinang memetik sirih, Pingkan menyuruh
suaminya Matindas mengenakan pakaian raja. Matindas dengan berpakaian raja
menyuruh prajurit raja agar membunuh orang yang berpakaian Matindas. Akhirnya
raja Mokoagow mati dibunuh prajuritnya sendiri.
Hal ini diketahui oleh keluarga raja yang kemudian mengakibatkan
perang di antara Malesung dan Bolaang Mongondow.
Perang pertama antara bangsa Minahasa dan kerajaan Bolaang-
Mongondow diperkirakan terjadi antara tahun 1460-1590. Dalam peperangan
pertama, Pingkan dan Matindas meninggal demi membela kehormatan bangsanya.
Raja Mokoagow berusaha meminang Pingkan namun ditolak Pingkan
dengan cara melarikan diri ke Maadon di dekat Kema. Namun Mokoagow
mengejar mereka. Sebagai jalan terakhir, Pingkan memperdaya Mokoagow
sehingga ia dibunuh oleh pasukannya sendiri yang tidak mengira bahwa yang
mereka bunuh adalah raja mereka sendiri.
Kematian raja Mokoagow akhirnya diketahui oleh rakyat dan keluarganya
di Mongondow. Maka timbullah peperangan besar antara orang Minahasa dengan
rakyat Bolaang-Mongondow. Dalam peperangan pertama di Maadon Kema,
Pingkan dan Matindas gugur dalam mempertahankan kehormatan bangsanya. Pada
mulanya pasukan Mongondow hanya memerangi orang Tonsea, namun karena
pasukan Mongondow ini merampok dan merampas harta di seluruh tanah
Minahasa, maka bersatulah Tonsea, Tombulu, Toulour dan Tontemboan dan
menyapu bersih seluruh pasukan Bolaang-Mongondow dari tanah Malesung.
Sejumlah tonaas yang memimpin peperangan melawan Bolaang-
Mongondow adalah Worung, Wahani dan Mandagi dari Tombulu; Kalesaran dari
Tondano, Lengkong Wuaya dari Tonsea, Pelealu dan Nangka dari Tontemboan.

1901/1893-1901, Raja Datu Cornelis Manoppo tahun 1901-1927/1901-1927, Raja Laurens Cornelis
Manoppo tahun 1927-1938/1927-1938, tahun 1938-1939 tidak ada raja, lalu diangkat Gizaghebber van
Bierens. Tahun 1939-1943 juga tidak ada raja, namun Belanda menunjuk petugas zelf-bestuur
commissie (pengawal pemerintah Belanda) di Bolmong yaitu Henny Djusuf Manoppo dan Max
Mokodompit. Saat Jepang, keduanya diangkat sebagai Bolaang Mongondow-Suuco. Antara tahun 1943-
1950 diangkat Henny Joesoef Cornelis Manoppo menjadi Raja.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 82
Sabtu, 27 November 2010
Dari sengketa antara Minahasa dan Bolaang Mongondow sampai tahun
1651, ada nama para teterusan (panglima perang) orang Minahasa yang
mengobarkan perang mengusir Spanyol tanggal 10 Agustus 1644.48 Dari Tombulu:
Wongkar Sayouw, Lumi Worotikan, Kala Kalele Kinupit, Sunga Kukus,49 penulis
Dr. J.G.F. Riedel menambahkan: Mandagi dan Kalesaran. Dari Tonsea: Lengkong
Wuaya dan We’enas Dumanauw, penulis J.G.F. Riedel menambahkan:
Pangkerego, Tumengkol dan Kandouw. Dari sekeliling danau Tondano: Gerungan,
Tawaluyan, Wewengkang, Walalangi, Retor, penulis J.G.F. Riedel menambahkan:
Tambahani. Dari Tompakewa (Tountemboan): Mewengkang dan Sumondak, dari
Ratahan-Passan: Pandei, Lengsangalu, Pinatula dan Tombokan.
Kematian raja Mokoagow ini ditanggung oleh orang Tonsea, Tombulu
dan Toulour. Itulah sebabnya mengapa Foso Mahapansah yang terakhir kali
dilaksanakan pada tahun 1800-an hanya dilakukan oleh ketiga suku tersebut,
sedangkan Tontemboan hanya datang sebagai tamu pelengkap. Raja-raja
Mongondow sendiri masih keturunan dari orang Tontemboan, karena sejumlah raja
dari masa ke masa sering kawin dengan wanita dari Tompakewa (Tountemboan).50
Foso Mahapansa ini diadakan untuk membujuk arwah raja Mokoagouw
yang terbunuh tersebut, karena ingin memperistri Pingkan Mogogunoi. Pusat
upacara adat dilakukan di tiga tempat, Tondano berpusat di bukit Langkiman yang
terletak antara Kapataran dan Belang, Tombulu berpusat di desa Wa’ilan dekat
Kakaskasen, Tonsea berpusat di desa Kinasempo’an antara Laikit dan Mapanget
sekarang. Tountemboan hanya sebagai tamu pelengkap upacara karena tidak ikut
terlibat dalam peristiwa terbunuhnya raja Mokoagow tersebut. Upacara adat ini
berlangsung selama 9 hari dan pada hari terakhir dipusatkan di Ma’adon dekat
Kema-Tonsea.
Pada masa lalu juga ada seorang pangeran (atau raja) Bolaang
Mongondow bernama Damopolii pernah mengawini seorang wawu’ atau puteri
Tonaas Tiwow di Buyungon bernama wawu’ Uwe Randen (dari pakasaan
Tompakewa/ Tountemboan). Sebagai harta/mas kawin, Tiwow atas nama pakasaan
Tompakewa meminta daerah Lewet, yang terbentang antara kuala Ranoiapo dan
kuala Poigar di Minahasa Selatan. Kemudian beberapa keluarga mendirikan tumani
Pontak di daerah itu sebagai daerah kekuasaan Tountemboan. Kisah ini terjadi
sekitar tahun 1450-1480.

48
Kol 1903:155, MAESA 2004:229-230. Selengkapnya bersama dengan silsilah dan peristiwa masa
ukung-ukung/kepala walak di Pakasaaan Tombulu dalam buku Adrianus Kojongian, Tomohon Kotaku
(Tomohon, 2006).
49
Selengkapnya bersama dengan silsilah dan peristiwa masa ukung-ukung/kepala walak di Pakasaaan
Tombulu dalam buku Adrianus Kojongian, Tomohon Kotaku (Tomohon, 2006).
50
MAESA, Sejarah 80 Tahun POR MAESA 1924-2004 (PB POR MAESA, 2004), hlm. 260.
Bandingkan tulisan F.S.A. de Clerck tahun 1870 berjudul Foso Mahapansa hlm. 546.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 83
Sabtu, 27 November 2010
Di dalam melakukan peranan ini dimana perantara ‘quasi supernatural’
harus ada diantara kaum Alifuru, dan adalah memungkinkan bahwa kompeni telah
menurunkan suatu fungsi kerajaan terdahulu yang disebut raja, dan dalam situasi
politis yang berbeda hal tersebut tidak cocok untuk diterapkan.
Menurut sejumlah data, Perang Minahasa-Bolmong atau Perang
Malesung-Bolaang Mongondow terjadi tiga kali, pertama tahun 1606, dan perang
ketiga berakhir tahun 1693:51
1. Perang Malesung vs Bolaang-Mongondow Pertama (1606)
Pada saat orang Bolaang berada di bawah kepemimpinan Ramokian
(salah satu anak dari Rama Polei/Rama Polii) bersama iparnya Panulogon
menderita kekalahan pahit dalam perang di Langowan, mereka meminta
didatangkan bala bantuan dari Bolaang-Mongondow dan menyerang negeri
Kakas dan Toudano. Tetapi para teterusan (panglima perang) dan waranei
(prajurit) dari kedua walak ini, dipimpin oleh Kepala Walak merangkap
Teterusan dotu Gerungan dari Tondano dan Wengkang dari Kakas memukul
mundur musuh sampai di Mangket (dekat negeri Kapataran sekarang). Ketika
didengar oleh Walak Remboken tentang serangan atas sesama
suku/pakasaannya, maka Kepala Walak Tarumetor (anak tiri dari Kepala
Walak Tountemboan, Ka’at) bersama pemimpin-pemimpin lain, yaitu Kambil,
Pakele, Sumojop, Kawengian, Koagow, Sumarau, Kowa’as dan Sendou
berangkat menuju mangket di mana tentara Bolaang telah membangun kubu-
kubu pertahanan berupa benteng dan menyerangnya. Di depan pintu benteng
tersebut, Tarumetor menusuk mati Ramokian. Setelah mereka menyerbu
masuk benteng, mereka menemukan mayat Panulogon di antara mayat-mayat
tentara Bolaang. Pedang Ramokian hingga kini disimpan di Remboken.
2. Perang Malesung vs Bolaang-Mongondow Kedua
Ratuwinangkang (anak Panulogon dari istri Raunpo’ondou) setelah
dikukuhkan sebagai raja, maka anaknya, Ratuwangkang, ditunjuk sebagai
panglima perang. Keduanya ingin mencaplok tanah Malesung dan memerangi
bangsanya terus-menerus. Gangguan ini membuat keempat suku/pakasaan
Malesung mengikat sumpah untuk bergabung dalam satu kesatuan “Minaesa”.
Lima tempat ditentukan sebagai lokasi upacara sumpah ini, yaitu di
Touneroan, Niaranan, Pakewa, Roong-Wangko (Tourikeran) dan di kaki
Gunung Wulur-Ma’atus. Sejak saat itu seluruh suku-suku/pakasaan bersatu
kembali, maesa (bersatu) yang menimbulkan nama Minaesa (telah menjadi
satu). Tentara Bolaang-Mongondow yang datang memerangi bangsa
Malesung/Minaesa itu dibagi dalam lima bagian pasukan:
51
Silsilah Keluarga Gerungan 1500-1990 oleh B.J.D.A.G. Dotulong, Arnhem – Nederland, 2006.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 84
Sabtu, 27 November 2010
Pasukan pertama, di bawah pimpinan rajanya, Ratuwinangkang,
menyerang Manado (pakasaan Tombulu);
Pasukan kedua, di bawah pimpinan panglimanya, Ratuwangkang,
menyerang Toundano, Kakas dan Remboken (pakasaan Tondano/
Toulour);
Pasukan ketiga, di bawah pimpinan Romimpisan maju menyerang
pakasaan Tompakewa/Tountemboan;
Pasukan keempat, di bawah pimpinan Kuhiting menyerang pakasaan
Tonsea;
Pasukan kelima, menyerbu Pulau Lembeh dan Bangka.
Kelima pasukan ini berhasil ditumpas oleh bangsa Malesung karena
pasukan Bolaang-Mongondow tidak mengetahui adanya ikrar bersama antara
keempat pakasaan Malesung itu. Dimana-mana mereka dihancurkan dan
ditumpas pasukan Malesung, sisanya lari tercerai-berai di seluruh tanah
Minahasa, termasuk suku Bantik. Akibat terpencarnya sisa-sisa pasukan
Bolmong membawa efek samping karena mereka mulai mengadakan perang
gerilya dengan membentuk grup-grup kecil mereka merampok dan
membunuh.
3. Perang Malesung vs Bolaang-Mongondow Ketiga dan yang Terakhir
Dengan terjadinya gangguan yang ditimbulkan oleh pengacau grup-grup
kecil tersebut, maka Minaesa (“se Maesa”) mengambil keputusan akan
menghancurkan dan membasmi mereka untuk selama-lamanya. Utusan
dikirim ke seluruh pakasaan. Mereka memutuskan untuk tidak akan berhenti
sebelum semua musuhnya dikalahkan.
Pasukan-pasukan keempat pakasaan Malesnung/Minaesa dipimpin oleh
15 Kepala-kepala (Pemimpin):
Dari Pakasaan Tountemboan (Tounkimbut/Tompakewa): Koemeang,
Porong, Lampas, Waani;
Dari Pakasaan Tounsea (Tountewoh): Lengkong Wuaya, Ramber;
Dari Pakasaan Toundano/Toulour: dotu Gerungan dari Walak Tondano
(Tourikeran), Wengkang dari Walak Kakas (Kinaskas), dan dari Walak
Remboken (Rinembok) adalah Tarumetor, Pakele, Kambil, Kentur;
Dari Pakasaan Toumbulu (Mayesu): Pelealu, Wangka, Tekelingan.
Pasukan Malesung berhasil menghalau dan membinasakan gerombolan
Bolaang-Mongondow di tanah Malesung/Minahasa pada bulan Juni 1693 di
Tompaso dengan membakar mayat pasukan Bolmong untuk membuat mereka
ngeri (di Toraget, asal kata tou-rages/tou-racet).
Kemudian dadakanlah perjanjian pada bulan Januari 1694 antara orang
Minahasa dengan Bolmong yang disponsori Residen VOC Herman J.
Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 85
Sabtu, 27 November 2010
Steynkuyler. Bulan September 1694 perjanjian diteguhkan oleh Raja Jacobus
Manoppo dengan mendirikan sebuah batu perjanjian bernama Batu Binarisan,
dan ditentukan bahwa perbatasan Minahasa dan Bolaang Mongondow adalah
Tanjung Poigar – kuala Poigar – Pontak – kuala Buras/Buyat. Tahun 1711
Raja Jacobus Manoppo menuntu kembali tanah-tanah yang dirampas dari
ayahnya, Loloda Mokoagow, namun ditolak kompeni VOC. Bahkan pada
masa pemerintahan Raja Salmon Manoppo, pernah mencabut tiang-tiang
perbatasan Minahasa dan Bolaang Mongondow sehingga ia ditangkap dan
dibuang ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

Penulis dan batu yang diduga sebagai Watu Binarisan, tempat perjanjian Dotu Minahasa
dengan Kerajaan Bolaang Mongondow (2007).

C. Perang Minahasa dengan Bangsa Eropa


Menurut laporan seorang misionaris Blas Palomino (bertuliskan “Manado,
8 Juni 1619”) berbunyi: “Orang-orang ini (Manado dan Alfur) berani, cekatan dan
ahli perang, dan dengan kepadanya selama itu cocok dengan selera mereka, tetapi
jika tidak ia tidak memperdulikan.Selain itu mereka adalah tuan terhadap diri dan
keluarga mereka sendiri, tidak ada yang berhak atas isi rumah dan miliknya.
Seorang rey (kepala walak) tidak dapat mengambil keputusan langsung tanpa
persetujuan secara aklamasi, demikianlah segi hidup bangsa yang ganjil ini. Selain
itu mereka agak berbeda dari suku-suku lain yang pernah kami temui.
Orang/bangsa ini umumnya berkulit terang sampai keputih-putihan, dan kaum
wanitanya banyak yang cantik-cantik. Kedudukan pria-wanita sama tidak ada
diskriminasi. Kedua jenis ini mahir memainkan senjata dan umumnya baik pria
maupun wanita sama kejam dan bengis, tidak mengenal belas kasihan kepada
musuh-musuh yang ditangkap sebagai tawanan atau tingkah mereka dalam

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 86
Sabtu, 27 November 2010
peperangan antar suku yang sering terjadi. Mendengar nama mereka saja, sudah
cukup menimbulkan gentar bagi suku-suku asing sekitar.” (Tumbelaka 2006:7)

Perang Minahasa – Spanyol (Tahun 1644)


Bangsa Spanyol berhasrat menjajah Minahasa (Malesung) dengan
mengangkat seorang raja di kalangan orang Minahasa. Pada masa itu Minahasa
mempunyai 19 walak (negara desa) yang tidak mengenal kesatuan politik antar
walak. Masing-masing merdeka dan berdaulat penuh. Hal ini yang membuat
bangsa Minahasa menolak.
Orang yang hendak dijadikan raja oleh Spanyol adalah Mainalo dari
Kinilow, seorang peranakan Spanyol-Tombulu dari ibunya Lingkambene. Ketika
ditanyakan kepada Ukung/Kepala Walak Tou Muung waktu itu yaitu Lumi (yang
disebut juga Worotikan),52 ia menolak mentah-mentah maksud itu. Seorang
serdadu Spanyol (mungkin serdadu asal Filipina) naik darah dan menempeleng
Lumi hingga terjatuh. Hari itu tanggal 10 Agustus 1644, menurut tulisan Pater Juan
Yranzo.53
Pada malam itu juga Lumi mengumumkan perang dan pembunuhan total
terhadap seluruh bangsa Spanyol yang berada di Pakasaan Tombulu serta di
seluruh tanah Malesung. Ke Tonsea, Toulour dan Tompakewa (Tountemboan) pun
dikirim berita yang sama.
Seluruh peperangan menumpas orang Spanyol ditulis oleh Pater Juan
Yranzo di Manila tanggal 4 Agustus 1645 sekembalinya dari tempat
persembunyian di Manado. Ia menulis sebagai berikut:54
Setelah peristiwa tanggal 10 Agustus 1644 maka Spanyol menarik diri
dari Minahasa dan pindah ke pulau Siauw, tetapi kemudian menghasut Kerajaan
Bolaang Mongondouw untuk memerangi Minahasa. Dari sengketa Minahasa-

52
Taulu Op. Cit. 15-16. Lihat Kojongian 2006: 127, 480-481, bandingkan Palit 1980:18, 25. Lumi alias
Worotikan adalah ayah dari Posumah dan kakek dari Sahiri Supit (Kepala Walak Tombariri-Tomohon-
Tondano). Ia menjadi Ukung Wangko pakasaan Tomohon antara tahun 1624-1670. Menurut cerita
orang Tountemboan, ia tewas dalam perang melawan pasukan Bolaang Mongondow dan dikuburkan di
bukit Lokon Worotikan di dekat Tenga. Menurut orang Tomohon, ia dikuburkan di Tomohon.
53
Taulu Op. Cit. 15. Lihat terjemahan bahasa Belanda dalam buku Hendrik Huebert van Kol, Uit Onze
Kolonien: Uitvoerig Reisverhaal (Leiden, 1903), hlm. 92-95. Untuk terjemahan bahasa Indonesia lihat
POR MAESA, Sejarah 80 Tahun POR MAESA (Jakarta, 2004), hlm. 229. Lihat kisah selengkapnya
bersama dengan silsilah dan peristiwa masa ukung-ukung/kepala walak di Pakasaaan Tombulu dalam
buku Adrianus Kojongian, Tomohon Kotaku (Tomohon, 2006). Taulu menyebutkan bahwa tahun 1644
salah, yang tepat 1643, karena bulan Februari 1644 masih ada orang Spanyol yang dibunuh sebanyak 40
orang serta bulan itu 8 orang pergi ke Ternate minta bantuan Belanda.
54
MAESA 2004:229.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 87
Sabtu, 27 November 2010
Mongondow sampai tahun 1651, terlihat nama-nama orang yang mengobarkan
perang mengusir Spanyol tanggal 10 Agustus 1644. Salah satu korban dalam
perang ini adalah seorang pater bernama Lorenzo Garralda OFM. Mengapa ada
angka 10.000 orang? Padahal penduduk Minahasa waktu itu baru sekitar 21.000
jiwa. Dapat disimpulkan mengapa ada persatuan dari keempat pakasaan ini, tidak
lain karena serbuan dari Bolaang Mongondow yang bermula dalam peristiwa
Pingkan-Matindas. Persatuan dalam menghadapi serbuan Bolmong inilah yang
menyebabkan mengapa waktu Perang Minahasa-Spanyol, hampir semua orang
Minahasa ikut dalam penyerbuan terhadap orang Spanyol.
Pastoor Dr. J. van Passen menulis adanya golongan Mestizos yang
menjadi provokator mengobarkan perang mengusir Spanyol dari Minahasa di
tahun 1644 tersebut.55 Golongan Mestizos adalah orang Minahasa keturunan
Portugis-Spanyol, yang menunjukkan bahwa orang Minahasa sudah kawin-mawin
dengan orang Portugis-Spanyol sejak satu abad sebelum tahun 1644 sehingga
jumlah mereka sudah banyak waktu itu.
Dalam konflik itu diduga yang menyerang Ukung Lumi adalah serdadu
Spanyol asal Manila Filipina. Hal ini dipertegas oleh coretan dalam Watu Pinantik
di Kali Pineleng, dimana beberapa coretan mirip dengan aksara Filipina tempo
dulu.56

Salah satu Watu Pinantik di Kali Pineleng yang goreskan oleh serdadu Spanyol sebelum
dibunuh pada bulan Agustus 1644. Tampak beberapa alfabet Tagalog dan simbol-simbol
tertentu.

55
Ada dalam bukunya (DR. J. van Paasen) Lorenzo Garralda, O.F.M. tahun 1996 halaman 6.
56
Penulis sempat mengunjungi tempat itu dan mengambil foto beberapa batu bertulis tersebut pada
bulan November 2006.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 88
Sabtu, 27 November 2010
Intisari dan laporan dari kelanjutan Missi Fransiskan di Manado 1639-1645:
Laporan dari Z.E. Pater Juan Yranzo, yang membicarakan tentang kelanjutan Missi
di Manado:57

Yang sangat saya kasihi Bruder dan Frater!


Berdasarkan perintah, ........................................
.............................................................................
Sesudah itu saya bersama-sama dengan Bruder Fransisco de Alkala
berangkat ke kerajaan di daerah provinsi Manado, yang berjarak kira-kira 30
mil dari Sangir. Pada waktu di sana, lalu ada juga Tuan Martelaar dari Pater
Blas Palomino dengan orang yang diperintahkannya tinggal di sana, namun
mereka tidak mau menerimanya sebagaimana ternyata dalam surat tulisan
tangannya yang tersimpan dalam biara Ternate.
Tuan Pater Digo de Rojas adalah komisaris di provinsi itu, dia diterima
mereka di Kali. Namun demikian, tidak seorangpun mau dibaptis.
Akibatnya, sejumlah Pater yang lain yang masih berada di situ dan mereka,
para Pater Jezuit, membuat sebuah benteng pertahanan dan berdiam di situ,
namun mereka juga tidak berhasil karena orang-orang telah menjadi lebih kaku
dan lebih keras dalam penyembahan berhalanya (foso).
Juga mereka yang ganas itu mula-mula tidak menerima saya, dengan
perantaraan (dipimpin oleh) imam (walian) mereka, karena setan telah mengikat
sedemikian kerasnya mereka sehingga mereka tidak perlu dipaksa untuk
dipermandikan, sebab mereka toh tidak mau sama sekali.
Namun, saya amat anjurkan pada Kepala-kepala dari provinsi itu mengambil
keputusan membuat suatu rapat, dan sesudah 15 hari mereka sepakat menerima
kita, dengan syarat bahwa orang Spanyol jangan memaksa mereka dengan
senjata untuk menjadi Kristen, juga tidak boleh memaksa mereka menghentikan
kebiasaan-kebiasaan tua mereka, juga tari-tarian jangan dilarang, kebiasaan
korban persembahan (foso) bagi dewa-dewa (opo-opo) mereka tidak boleh
dilarang, namun bila ada orang yang sukarela menjadi Kristen akan
diperbolehkan untuk pindah agama dan mereka berkewajiban tunduk adat
istiadat dan kebiasaan orang Kristen.
Setelah semua sepakat menerima syarat ini dan bersumpah menurut adat
istiadat mereka, maka saya mengadakan perjalanan masuk ke pedalaman
(Malesung di pegunungan) dimana belum pernah ada seorangpun Pater masuk,
demikian juga orang-orang Spanyol lain belum pernah menginjakkan kakinya
di sini, saya mengunjungi segala kampung yang terbagi atas 3 provinsi yang
saling berhubungan itu.

57
*Penerjemah: Boy Warouw, 14 Desember 2007
Dikutip dari buku Uit Onze Kolonien oleh H.H. van Kol, 1903: “Uittreksel uit het verslag der
voortzetting van de Franciscaansche Missie in Manado 1639-1645: Verslag van den Z. E. Pater Juan
Yranzo, dat handelt over den voortgang der Missie in Manado.”

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 89
Sabtu, 27 November 2010
Tanah daratan di pedalaman itu begitu menyenangkan, karena tanah itu kaya
akan makanan dengan kampung-kampung yang besar serta banyak
penduduknya dengan pergaulan yang baik dan ramah.
Mereka menerima saya dengan baik dan penuh perhatian. Rakyat yang
mengikuti saya begitu banyak sehingga kami susah payah berjalan di jalanan
setiap kampung dan mereka tidak memberikan kesempatan bagi kami untuk
beristirahat dan tidur karena semua ingin melihat dan memegang baju putih
saya yang suci nan kudus juga krah baju kami berusaha mereka pegangi.
Ketiga provinsi itu dihuni oleh orang-orang kafir dan orang yang begitu
mengabdi pada para dewanya (opo-opo). Mereka tidak mempunyai raja, juga
tidak memiliki tuan/pertuanan, dan setiap orang adalah raja bagi rumahnya
sendiri dan mengikuti kemauannya sendiri. Mereka mau diperintah oleh
Kepala-kepala namun tidak mau diperintah dalam segala hal.
Saya mencari jalan masuk ke kampung-kampung terbaik dari provinsi-
provinsi itu. Saya menyuruh mereka untuk mendirikan salib-salib. Kami tinggal
di dua kampung terbesar, saya tinggal di kampung yang satu sedangkan di
kampung yang lain saya tempatkan seorang Pater. Ia, karena perkerjaan
terlampau sibuk hingga ia menderita sakit. Karena ia
stres akibat kesehatannya, hingga saya merasa
berkewajiban untuk menyuruhnya pulang. Di pos yang
ditinggalkannya itu ditempati oleh Pater Lorenzo
Garalda, seorang imam dari Navarra.
..........................................
..........................................
Pada tahun 1644 tatkala para serdadu meneruskan
kebiasaan menghina dan menggaggu rakyat. Salah satu
dari mereka melukai Kepala tertinggi di Tomohon
dimana saya tinggal, karena itu para anggota
keluarga/kerabatnya yang sangat banyak mengangkat
senjata melawan kita. Saya berhasil meredakan amarah
mereka dan bersahabat dengan mereka, tetapi telah
begitu banyak penghinaan dan penderitaan yang
dialami mereka. Sehingga pada suatu malam anak-anak Pater Lorenzo Garralda, OFM.
dari orang yang dilukai itu keluar dan mengumpulkan
tiga provinsi dan membunuh orang Spanyol. Kecuali beberapa dari teman-
teman pribumi kami setuju (akan hal ini) dengan syarat bahwa para Pater tidak
boleh dibunuh.
Musuh kita terbesar adalah iblis dan bertanggung jawab pada keadaan
tertentu yang buruk. Iblis senang karena rakyat begitu percaya pada imamnya
(walian), dan para walianlah yang memanas-manasi rakyat agar juga
membunuh para Pater. Menurut para walian, para Paterlah yang menjadi sebab-
musabab mengapa para dewa (opo) menjadi marah pada rakyat dan

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 90
Sabtu, 27 November 2010
menjatuhkan malapetaka alam karenanya karena kami orang Kristen melarang
mereka memberi kurban kepada dewa-dewa (opo-opo) mereka, juga selama
mereka tidak membunuh para Pater maka mereka tidak akan dibebaskan dari
perbudakan dan kesulitan seperti yang mereka hadapi sekarang. Mereka
akhirnya mengambil keputusan untuk membunuh para Pater.
.......................
Pada hari yang sama, 10 Agustus ada lebih dari 10.000 pribumi melawan
kami, mereka menangkap 22 orang dan membunuh 19 di antara mereka.
Pater Lorenzo mundur ke pegunungan, karena mereka telah memberitahu
padanya beberapa saat lalu bahwa mereka telah membunuh saya dan orang-
orang yang bersama denganku. Segera setelah mengetahui apa yang telah
terjadi, maka saya mengirim teman-teman dan penduduk Kristen lainnya untuk
melakukan pengintaian tetapi mereka tidak berani pergi karena musuh sudah 2
hari memblokir semua jalan untuk menangkap dan membunuh kami.
................................................
Saya sangat dihormati oleh dua orang Kepala alifuru, yang berteman
denganku dengan sejumlah kecil orang Spanyol yang tertinggal. Saya menarik
diri mundur pada sebuah benteng kecil yang kami buat dari kayu yang diambil
dari bekas biara kami dimana kami tinggal di situ selama 8 bulan. Setiap hari
kami merasakan seperti ada pedang pada leher kami dan kami hanya memakan
apa yang dibawa oleh teman-teman kami (orang pribumi). Banyak sekali hal
yang kami alami yang patut diceritakan. Namun tidak mungkin saya
menceritakan semua pengalaman kami di situ.
.............................
Ketika itu rakyat pribumi belum mengetahui keberadaan kita karena
menganggap kami telah mati, di sana saya berjumpa dengan perahu yang begitu
kecil hingga 4 orang pun bersusah payah duduk di situ sambil mengandalkan
Tuhan yang melindungi saya hingga saat itu. Saya mengambil keputusan untuk
menyeberangi 30 mil jarak dari Teluk itu, yaitu antara Ternate dan tanah itu.
Melalui kapal kecil itu kami berlayar dan Tuhan melindungiku. Setelah 3 hari
kemudian saya berada bersama-sama dengan kawanku, Don Juan Bontoean raja
Kalonga (di Sangir) yang mengetahui keberadaanku hingga mengirimkan orang
mengungsikan kami. Mereka akan dihukum mati bila tidak berjumpa denganku.
Dibuat di Manila pada 4 Agustus tahun 1645.
Anak serta hamba-Nya,
Fr. Juan Yranzo

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 91
Sabtu, 27 November 2010
Perang Tondano/Perang Minahasa di Tondano (Tahun 1808-1809)
Kebencian bangsa Minahasa terhadap Belanda diakibatkan tindakan pegawai
kompeni yang berulang kali menghina dan menipu orang Minahasa. Walau terjadi
serangkaian perjanjian tahun 1789, dan 1790 ternyata pihak Kompeni Belanda masih
melakukan tindakan yang merugikan bangsa Minahasa. Puncak dari emosi bangsa
Minahasa meledak dalam peristiwa Perang Tondano tahun 1808-1809. Awalnya
Gubernur Jenderal H.W. Daendels memutuskan memperbesar Angkatan Bersenjata
Hindia menjadi 20.000 anggota untuk menangkal potensi serbuan Inggris di Jawa
(waktu itu Belanda yang dikuasai Perancis dimusuhi Inggris). Dalam rangka
pelaksanaan keputusan itu, 2.400 orang harus direkrut dari daerah Residensi Manado,
dan dari jumlah ini Minahasa mendapat jatah memasok 2.000 orang. Berbagai
perundingan yang dilakukan Residen C.C. Prediger dengan para ukung selalu gagal
sehingga pecahlah perang ini. Hampir seluruh walak di Minahasa memberikan
tenaganya untuk melakukan perlawanan di Benteng Moraya di pemukiman Tondano di
atas air. Para pemimpin waktu itu Matulandi, Tewu dan Frederik Lumingkewas dari
Tondano, Lontoh dari Tomohon, dan Mamait dari Remboken. Akibat kalah strategi dan
kekurangan bahan makanan, benteng pertahanan ini runtuh pada malam antara tanggal
4 dan 5 Agustus 1809.
Ketika Residen Durr digantikan oleh Residen Prediger, maka orang
Tondano mulai menyiapkan diri untuk berperang melawan Belanda. Dipimpin oleh
Tewu (Touliang) dan Ma’alengen58 (Toulimambot), orang Tondano merasa yakin
bahwa pemukiman mereka d iatas air di muara tepi danau sulit diserang Belanda,
tidak seperti pemukiman walak-walak Minahasa lainnya.
Pada tahun 1806, Benteng Moraya di Minawanua mulai diperkuat dengan
pertahanan parit di darat dan pasukan dengan kekuatan 2000 orang berperahu di
tepi danau. Pemimpin Tondano mengikat perjanjian dengan walak-walak Tombulu,
Tonsea, Tontemboan, dan Pasan-Ratahan untuk mengirimkan pasukan dan bahan
makanan. Pemimpin walak Minahasa lainnya yang membantu antara lain: Andries
Lintong (Likupang), Umboh atau Ombuk dan Rondonuwu (Kalabat) Manopo dan
Sambuaga (Tomohon), Gerrit Opatia (Manado Mawuring), Poluwakan
(Tanawangko), Tuyu (Kawangkoan), Walewangko (Sonder), Keincem (Kiawa),
Talumepa (Rumoong), Manampiring (Tombasian), Kalito (Manado), Kalalo
(Kakas), Mokolengsang (Ratahan) sementara pemimpin pasukan Tondano pada
awal peperangan adalah Kilapong, Sarapung dan Korengkeng.
Pada bulan Mei 1808, Minahasa sudah melarang Belanda pergi ke
pegunungan, tapi pada tangal 6 Oktober, Belanda membawa pasukan besar yang
terdiri dari serdadu dari Gorontalo, Sangihe, Tidore, Ternate, Jawa, dan Ambon
dan mendirikan tenda-tenda di Tata´aran. Pada tanggal 23 Oktober, Belanda mulai

58
Matulandi?

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 92
Sabtu, 27 November 2010
menembaki benteng Moraya Tondano dengan meriam 6 pond. Namun, mereka
tidak menyangka bahwa akan ada perlawanan dari pihak Tondano. Bahkan, tenda-
tenda Belanda di Tata´aran mendapat kejutan setelah pasukan berani mati
pimpinan Rumapar, Walalangi, Walintukan dan Rumambi menyerang di tengah
malam. Pada bulan November, pimpinan utama Belanda Prediger terluka
kepalanya akibat terkena tembakan di Tata´aran. Dia kemudian digantikan
wakilnya Letnan J. Herder. Perang kemudian bertambah panas yang kemudian
ditandai dengan perang darat dan perahu.
Pemimpin Tondano mendatangkan perahu kora-kora dengan memotong
logistik bahan makanan dari Kakas ke Tondano. Pada tanggal 14 April 1809,
pasukan Jacob Korompis menyerang tenda-tenda Belanda di Koya. Serangan yang
dilakukan malam hari itu, Jacob berhasil merebut amunisi dan senjata milik
Belanda.
Tanggal 2 Juni Belanda melakukan perjanjian dengan kepala-kepala
walak Minahasa lainnya. Kemudian pasukan–pasukan yang bukan orang Tondano
mulai meninggalkan Benteng Moraya karena bahan makanan mulai berkurang.
Dan yang tertinggal adalah pasukan dari Tomohon dan Kalabat.
Setelah Benteng Moraya jadi sunyi, sudah tidak terdengar lagi teriakan-
teriakan perang dan bunyi–bunyi letusan senjata. Lalu pada suatu malam, Belanda
menyerang Benteng itu dan membakar rata dengan tanah. Serangan itu dilakukan
pada malam hari tanggal 4 Agustus dan pagi 5 Agustus. Dalam penyerangan
tersebut, Belanda kemudian membumi hanguskan Benteng Morya Tondano.
Pimpinan utama dari perang di Tondano adalah Tewu (Touliang), Lontoh (Kamasi-
Tomohon), Mamahit (Remboken), Matulandi (Telap) dan Theodorus
Lumingkewas (Touliang). Mereka adalah kepala-kepala walak yang disebut
“Mayoor” atau Tona’as perang.

Pendudukan Jepang (1942-1945)

D. Minahasa Pasca Indonesia Merdeka


Minahasa terbagi atas daerah-daerah otonom berupa kota dan kabupaten
yang berada di bawah administrasi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Kota dipimpin
oleh seorang Walikota (dengan seorang Wakil Walikota) dan kabupaten dipimpin
oleh seorang Bupati (dan seorang Wakil Bupati). Daerah-daerah tersebut adalah:
Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten
Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 93
Sabtu, 27 November 2010
Ada juga sejumlah daerah yang sedang memperjuangkan untuk menjadi sebuah
daerah otonom yaitu Kota Langowan dan Kabupaten Minahasa Tengah.
Pada mulanya Tanah Minahasa terdiri dari satu kabupaten dan kota (Kab.
Minahasa dan Kota Manado), kemudian berkembang dengan lepasnya Kota
Administratif Bitung tahun 1975 (menjadi Kota Madya tahun 1990), Kabupaten
Minahasa Selatan dan Kota Tomohon tahun 2003, Kabupaten Minahasa Utara
tahun 2004. Kabupaten Minahasa Tenggara pisah dari Minsel bulan Mei 2007.
Pada 25 Februari 2003 Kabupaten Minahasa dimekarkan menjadi
Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon
berdasarkan UU RI No. 10/2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa
Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara. Pada tanggal 18 Desember
2003 Kabupaten Minahasa dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Minahasa dan
Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan UU No. 33/2003.
Daerah Minahasa Selatan dibentuk berdasarkan UU RI No. 10/2003
tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi
Sulawesi Utara oleh DPR RI. Namun kedua daerah pemekaran baru ini diresmikan
pada tanggal 4 Agustus 2003 dengan pelantikan penjabat Walikota Tomohon dan
penjabat Bupati Minahasa Selatan.
Kabupaten Minahasa Tenggara kemudian lepas dari Kabupaten Minahasa
Selatan berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007.

E. Pergolakan Permesta

Samua penduduk, binatang, deng pohon, deng rumput pun samua pro Permesta!

Hanja kalau kering Danau Tondano, rata Gunung Lokon, Klabat dan Soputan, baru
Tentara Djuanda dapat mengindjakkan kakinja di Minahasa

Memberontak terhadap ketidakadilan itu sama dengan berjuang menegakkan


keadilan. Kalau untuk keadilan dan kebenaran, saya bangga jadi pemberontak!
(Brigjen. Rev. H.N. Ventje Sumual)

Di bawah panji bendera Merah Putih ini talalu banyak kawan so jadi korban. Bendera
ini, torang sama haknya deng Soekarno. Bendera ini torang punya. Itu deng Pancasila
torang nyanda mo kase lepas (Kol. Rev. A.C.J. “Abe” Mantiri)

Adakah Djakarta menjangka bahwa dalam satu djangka waktu jang pendek kami
(Permesta) akan dapat ditaklukkan? Ini tidak mungkin!

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 94
Sabtu, 27 November 2010
Adakah kami nanti ditaklukkan dalam satu djangka waktu jang pandjang? Ini djuga
pun tidak mungkin!
Indonesia sekarang ini telah hancur. Dengan berlangsungnja lebih jauh peperangan
ini, ini diartikan pasti bangkrutnja Indonesia.
(Mayjen Rev. Alex E. Kawilarang)

Jumat tengah malam tanggal 1 Maret 1957, sejumlah tokoh masyarakat di


kota Makasar di jemput untuk berkumpul di gubernuran. Mereka hendak
mengadakan rapat untuk persiapan sebuah proklamasi dari suatu hasrat luhur yang
sudah sangat lama menggejolak. Malam telah merambat dini hari. Pukul 3 rapat di
buka, oleh Overste Ventje Sumual. Ia membacakan proklamasi itu.
Inilah Proklamasi SOB (Staat van Oorlog en Beleg) PERMESTA
tersebut, yang memulai babak baru dalam sejarah Indonesia Bagian Timur:

PROKLAMASI

Demi keutuhan Republik Indonesia, serta


demi keselamatan dan kesedjahteraan Rakjat Indonesia
pada umumnja, dan Rakjat Daerah di Indonesia Bahagian
Timur pada chususnja, maka dengan ini njatakan seluruh
wilajah Territorium VII dalam keadaan darurat perang
serta berlakunja pemerintahan militer sesuai dengan
pasal 129 Undang - Undang Dasar Sementara , dan
Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1948 dari
Republik Indonesia.
Segala peralihan dan penjesuaiannja dilaku-
kan dalam waktu jang sesingkat-singkatnja dalam
arti tidak, ulangi tidak melepaskan diri dari Republik
Indonesia.
Semoga Tuhan Jang Maha Esa beserta
kita dan menurunkan berkat dan hidajatNja atas
umatNja.-
Makassar , 2 M a r e t 1957.-
Panglima Tentara & Territorium VII
ttd.
Letk : H.N.V. Sumual
Nrp : 15958

Selanjutnya Saleh Lahede membacakan Piagam Perdjuangan Semesta


Alam, yang menjadi landasan pelbagai program pembangunan yang segera
dilancarkan.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 95
Sabtu, 27 November 2010
Segera setelah proklamasi, para pencetusnya mendirikan Dewan
Pertimbangan Permesta. Modal pembangunan di semua daerah pun diusahakan
dengan pelbagai cara. Prasarana sosial dan perekonomian mulai dibangun,
mengejar ketertinggalannya dari sentra-sentra perekonomian di Jawa.
Dilancarkannya perdangangan luar negeri, demi mencapai jumlah prosentase
devisa yang dianggap lebih adil pembagiannya dengan pusat.
Sebuah universitas langsung diprakarsai pembangunannya di Manado,
sebuah hasrat yang sudah terlalu lama tertunda perwujudannya semenjak gerakan
pilitik etis pemerintah kolonial terhenti bahkan Presiden RI - Soekarno sendiri
pernah berkunjung ke situ. Tapi, tepat seminggu HUT pertama PERMESTA, 22
Februari 1958, pesawat-pesawat tentara pusat membom kota Manado. Perang
saudara, yang semenjak awal coba untuk dihindari, ternyata harus terjadi. Maka
mulailah darah tertumpah dari ratusan rakyat dan tentara melayang.59
Gempuran pusat tersebut, oleh para sejarawan suka disebut "jawaban
terhadap gertakam pemberontakan, yang tidak mereka duga". Tetapi sesungguhnya
analisis tersebut tidak tepat. Yang benar adalah bahwa, pertama, kedekatan yang
istimewa antara Presiden Soekarno dan Nasution. Sugesti dari pihak pimpinan
pusat militer jelas sangat berperan pada keputusan Soekarno, yang kendati sejak
awal berusaha berbaik dengan para panglimanya di daerah. Masa ini memang
adalah untuk pertama kalinya Soekarno merasa berada dalam dukungan ideologis
dari pimpinan tentara. Menghadapi Proklamasi Permesta, Nasutionlah yang segera
mencopot jabatan kepanglimaan Sumual dan merombak organisasi tentara di
daerah.
Sesudah terdepak akibat terlibat Peristiwa 17 Oktober 1952, Nasution
merintis sendiri manuver politik praktisnya, antara lain dengan mendirikan partai
sendiri (IPKI) yang kemudian ikut Pemilu 1955. Dengan itu ia memang lantas
berbeda dengan teman-teman seperjuangannya di 1952 lalu, seperti Simbolon dan
Alex Kawilarang. Target konsepsi politik Nasution serasi dengan Konsepsi
Presiden yang sama-sama kapok dengan sistem multipartai dan menciptakan
sebuah pemerintahan pusat yang kuat, yang kemudian hari diwujudkan sebagai
Demokrasi Terpimpin. Nah, menuju perwujudan rencana inilah (kemudian
melahirkan Dekrit Presiden 1959), segala halangan mutlak dibabat. Apalagi
gerakan kedaerahan seperti Permesta, yang secara diametral bertolak belakang
dengan konsepsi mereka. Panglima Siliwangi Kol. Alex Kawilarang yang sempat
'menahan' ideolog utama Demokrasi Terpimpin, Ruslan Abdulgani, diberi "tugas
luar" ke AS (Sumual pun sempat ditawari tugas belajar ke sana). Itu kedua.

59
Majlaah Nyiur Melambai Edisi Maret 1997.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 96
Sabtu, 27 November 2010
Dan ketiga, kendati telah digembar-gemborkan mengenai dukungan
persenjataan untuk pemberontak oleh negara asing, khususnya Amerika Serikat,
tetapi pemerintah Soekarno tidak gentar. Karena sudah mulai bergandeng tangan
dengan dua negara raksasa yang saat itu berhadapan dengan AS. Yakni Uni Soviet
dan RRC.
Percobaan pembunuhan atas diri presiden yang terkenal sebagai
"Peristiwa Cikini", segera menjadi picu pengambilan keputusan tegas : pemerintah
mutlak kuat dan berwibawa. Penggranatan di Cikini itu oleh pihak pemerintah
resmi dituduhkan pada kelompok "pendukung Negara Islam", tokoh-tokoh PRRI
dari unsur Partai Masyumi seperti Natsir dan Sjafrudin Prawiranegara dihubungkan
ke situ. Sementara PRRI yang diproklamirkan 15 Februari 1958, didahului
ultimatum 5 hari sebelumnya, sudah mengangkat pucuk pimpinan Permesta yakni
Sumual dan Lahade masing-masing sebagai KSAD dan menteri.
Terhadap perombakan organisasi dan pencabutan tongkat komando
Sumual di TT-VII Wirabuana oleh KSAD Nasution, sangat banyak kalangan
bereaksi menolak. Tetapi yang khusus hendak dicatat di sini adalah sikap keras
dari Letkol DJ. Somba, pimpinan tentara RI di Sulawesi Utara. Dalam suatu
pertemuan seluruh pimpinan daerah militer, Sombapun tak hadir, sehingga kian
menjuruskan kecurigaan Nasution.
Sementara itu, Somba sudah menggalang dukungan kekuatan besar di
daerah Minahasa. Diantaranya bekas Pasukan Pembela Keadilan di bawah
pimpinan Jan Timbuleng dan Goa Sangkaeng. Serta Kepala Pemerintahan Daerah
Minahasa Laurens Saerang, jebolan pendidikan militer Jepang, yang tak lain adalah
ipar Timbuleng. Penggalangan dimaksud adalah semula memang menjadi tugas
dan tanggung jawab teritorilanya, bersama Saerang. Dan berhasil, yakni membuat
pendekatan pada pihak PPK demi ketentraman rakyat. Anggota PPK yang ribuan
orang adalah pasukan yang sudah lama bergerilya, dan menjadi war lord di
sejumlah wilayah, sehingga cukup handal. Banyak di antaranya bekas tentara di
masa perang mempertahankan kemerdekaan (1946-49), kemudian merasa tak puas
dalam era yang baru. Sejak 1950 kelompok ini sudah mulai beraksi, dengan tokoh
utama Sam Mangindaan dan Ako Pangemanan, disusul selanjutnya seperti No'
Korompis hingga Timbuleng dan Sangkaeng tadi. Saerang adalah politisi berlatar
pengusaha, sudah sangat lama ia merasakan langsung problem-problem ekonomi
bagi daerahnya dalam hal hubungan dengan pusat. Sementara Walikota Manado
Kapten Tjo' Montolalu pun jelas-jelas menunjukkan dukungannya bagi perjuangan
daerahnya yang antara lain dipelopori karibnya sejak bergerilya di Jawa, yakni
Sumual.
Sumual sendiri sudah mukim di Minahasa, bertekad melanjutkan program
pembangunan daerah sesuai Piagam Permesta. Ia menolak pelbagai tawaran dari

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 97
Sabtu, 27 November 2010
pusat. Tak mungkin menyangkal bahwa kehadiran perwira yang sangat cerdas serta
memiliki jiwa kepemimpinan berkadar tinggi ini tidak berpengaruh pada
pengukuhan sikap para pimpinan militer dan sipil di daerahnya ini untuk "tetap
Permesta".
Program pembangunan Permesta pun terus dilaksanakan. Perwujudan
cita-cita otonomisasi dan demokratisasi dinyatakan dengan didirikannya Propinsi
Sulawesi Utara. Namun sementara itu polarisasi politik semakin membadai.
Menabrak ke mana-mana tanpa arah jelas. Upaya luhur pembangunan, berhadapan
dengan gelombang politik penuh prasangka di tengah kegagalan.
Akhirnya, Somba didaulat dari pelbagai jurusan, juga oleh para perwira
stafnya sendiri seperti Eddy Gagola, Mondong, Gerungan dan Lendy Tumbelaka.
"Kalau begitu" kata Somba, "Saya berdiri di pihak rakyat!" Maka tanggal 17
Februari 1958, Kepala Daerah Militer Sulawesi Utara inipun resmi mengumumkan
: Memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 98
Sabtu, 27 November 2010
Bab VI. Prestasi Anak Bangsa

Pahlawan Nasional Indonesia


Mereka adalah Dr. G.S.S.J. Ratulangi (Sam Ratulangi), Maria Walanda-Maramis,
Arie F. Lasut, R. Wolter Mongisidi, Pierre A. Tendean.

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Maria Josephine Chatarine Walanda-


Ratulangie (Sam Ratulangi) Maramis
(Tondano, 1890 – Jakarta, 1949) (Kema, 1872 – Maumbi, 1923)
Pahlawan Kemerdekaan Indonesia Pahlawan Pergerakan Nasional Indonesia

Arie Frederik Lasut Robert Wolter Mongisidi


(Tondano, 1918 – Yogyakart a, 1949) (Malalayang, 1925 – Makassar, 1949)
Pahlawan Pembela Kemerdekaan Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Indonesia Republik Indonesia

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 99
Sabtu, 27 November 2010
Kapten CZI Anumerta Pierre Andries
Tendean
(Batavia, 1939 – Jakarta, 1965)
Pahlawan Revolusi Republik Indonesia

Peranan Kawanua/Tou Minahasa dalam Perang


Kemerdekaan Indonesia
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob RatuLangie (Sam Ratulangi)
Pahlawan Nasional Indonesia
TTL : Tondano, 5 November 1890
TTM : Jakarta, 30 Juni 1949
Ia adalah tokoh utama Minahasa abad ke-20. Merupakan orang
Indonesia pertama yang meraih doktor dalam ilmu pasti dan alam.
Menerbitkan majalah National Comentaren serta menjadi
redakturnya tahun 1938-1942 yang terkenal, dan dengan
tulisannya mempengaruhi golongan intelektual agar cinta tanah
air. Pendiri partai Persatuan Minahasa lalu menjadi Sekretaris
Minahasaraad. Saat menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat
Hindia-Belanda) mewakili Minahasa, ia sering mengucapkan
pidato yang mengecam politik pemerintah Hindia Belanda. Karena
sikap non-koperatifnya, ia ditangkap pemerintah Hindia-Belanda pada Januari 1941. Baru
dibebaskan saat Jepang menduduki Indonesia.
Aktivitas politiknya semakin hebat menjelang dan sesudah kemerdekaan RI. Duduk sebagai
anggota PPKI kemudian pada 18 Agustus 1945, kemudian diangkat jadi Gubernur pertama
Provinsi Sulawesi di Makassar. Om Sam ditangkap Belanda dan dibuang ke Serui dan Biak
Papua pada 5 April 1946. Tapi di tempat pembuangan ia melatih para kader nasionalis
Papua. Pada Agustus 1948 ia dibebaskan dan kembali Yogya. Pada Desember 1948 ia dan
para petinggi RI ditangkap saat Agresi Militer Belanda ke-2. Ia meninggal dunia karena
sakit dengan status sebagai seorang tahanan musuh (Belanda).

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 100
Sabtu, 27 November 2010
Lambertus Nicodemus Palar (Babe Palar / Nico Palar)
TTL : Rurukan – Tomohon, 5 Juni 1900
TTM : Jakarta, 13 Februari 1981
Setelah Perang Dunia II berakhir, menjadi anggota Parlemen
Kerajaan Belanda Tweede Kamer di Fractie Social
Demokratisch Arbeiders Party. Saat pecah perang antara tentara
NICA Belanda dengan pejuang kemerdekaan RI, ia menuju
Indonesia dan mengundurkan diri dari anggota Parlemen
Belanda tahun 1947, lalu diangkat oleh Pemerintah RI menjadi
Juru Bicara RI di PBB pada 1947-1950. Nico memperjuangkan
kedaulatan Kemerdekaan Indonesia di depan Dewan Keamanan
PBB. Tahun 1950-1953 diangkat jadi Wakil Tetap RI yang
pertama sebagai Duta Besar Luar Biasa & Berkuasa Penuh (Dubes) untuk PBB. Tahun
1953-1956 diangkat menjadi Dubes RI untuk India. Tahun 1956 menjadi Dubes RI untuk
Jerman Barat dan juga Uni Sovyet. Tahun 1957-1962 diangkat menjadi Dubes RI untuk
Kanada. Tahun 1962-1964 diangkat untuk kedua kalinya sebagai Wakil Tetap Republik
Indonesia di PBB sampai RI menarik diri dari keanggotaan PBB pada tahun 1964,
kemudian tahun 1964-1967 menjadi Dubes RI untuk Amerika Serikat. Ditawari oleh
universitas swasta di Amerika Serikat sebagai Guru Besar (Profesor) dan diterimanya serta
mengajar selama beberapa tahun.

Mr. Alexander Andries Maramis (Alex)


TTL : Paniki Bawah – Manado, 20 Juni 1897
TTM : Jakarta , 31 Juli 1977
Tahun 1945 menjadi anggota BPUPKI kemudian menjadi PPKI
dalam Panitia 9 dan menandatangani Piagam Djakarta yang
kontroversial itu. Dalam Kabinet Presidensial Pertama ia jadi
Menteri Negara Kabinet RI pertama antara 19 Agustus – 25
September 1945, Menteri Keuangan kedua sejak 25 September
1945. Tahun 1947 dalam Kabinet ke-5 RI (Kabinet Amir
Sjarifuddin I) sebagai Menteri Keuangan mewakili PNI. Tahun
1947-1948 dalam Kabinet ke-6 RI (Kabinet Amir II) juga
sebagai Menteri Keuangan mewakili PNI. Tahun 1948-1949 dalam Kabinet Hatta Pertama
(Presidentil Kabinet) jadi Menteri Keuangan. Tahun 1948-1949 saat Agresi Militer
Belanda ke-2 duduk dalam Kabinet Darurat Pemerintah Darurat RI (PDRI) sebagai
Menteri Luar Negeri. Tahun 1949, jadi Dubes di Filipina, lalu jadi Dubes di Jerman Barat
1953, terakhir jadi Dubes di Moskow 1955. Pensiun tahun 1958
dan menetap di Swiss.

Mr. Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu (Arnold)


TTL : Manado, 4 Desember 1896
TTM : Jakarta, 5 September 1983
Dikenal anti-Belanda & buronan pemerintah kolonial. Jadi
aktivis Jong Minahasa 1919-1920 & Jong Celebes 1927, partai
Persatuan Minahasa 1927-1930. Pada 1947-1949 jadi Anggota
Parlemen NIT (Ketua Fraksi Progresif). Memprakarsai dan

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 101
Sabtu, 27 November 2010
memimpin Goodwill Mission Parlemen NIT ke Yogyakarta sebagai Ibukota Republik
Indonesia Serikat (menyebabkan NIT bubar dan bergabung dengan NKRI). Pada bulan
Desember 1949–1950 menjadi Menteri Penerangan Kabinet RIS (Pertama & Terakhir),
tahun 1951-1952 menjadi Menteri Penerangan Kabinet Sukiman-Suwirjo, dilanjutkan
tahun 1952-1953 sebagai Menteri Penerangan pada Kabinet Wilopo. Tahun 1953-1955
jadi Dubes RI di Beijing Cina, lalu 1956-1959 sebagai Anggota Konstituante RI. Jadi
Rektor Universitas Hasanuddin 1960-65 dengan gelar Guru Besar (Profesor) & mendirikan
beberapa fakultasnya. Jasanya yang terbesar dalam revolusi Indonesia adalah perang urat
saraf dengan pegawai tinggi Hindia Belanda.

Arie Frederick Lasut


Pahlawan Nasional Indonesia
TTL : Kapataran – Tondano, 6 Juli 1918
TTM : Pakem – Yogyakarta, 7 Mei 1949
Jadi salah satu pimpinan laskar KRIS Yogya, sebagai Komandan
Kompi Berdiri Sendiri dalam Brigade XVI/ KRU X. Pada 16 Maret
1946 dalam usianya ke-28 tahun, diserahi tugas sebagai Kepala
Jawatan Tambang dan Geologi RI di Bandung. Waktu itu pihak
Belanda ingin menguasai dokumen dan data tentang masalah
pertambangan dan geologi di Indonesia. Arie diancam agar
menyerahkan dokumen itu. Karena tidak berhasil, pihak Belanda
mengubah taktik dengan membujuk dan menjanjikan pangkat tinggi serta gaji besar.
Inipun tidak berhasil. Ia berpindah-pindah tempat, terakhir ke Yogya. Ketika Belanda
menduduki Yogya tahun 1949, ia ditangkap dan dibawa ke desa Pakem di utara Yogya.
Seregu tembak KNIL mengeksekusinya tanggal 7 Mei 1949.

Mayjen Hein Victor Worang (Kembi)


Komandan Batalyon Worang
TTL : Tountalete – Tonsea, 12 Maret 1919
TTM : Jakarta, 13 Februari 1982
Tahun 1945 Kembi Worang menjadi kepala pasukan dalam Pemuda
RI Sulawesi (PRI-SAI). Pada Oktober 1945 PRI Barisan Istimewa
dibentuk dengan pemimpin antara lain Worang. Pasukannya
bertempur di Jawa Timur melawan Inggris dan NICA Belanda. Tahun
1949 ia memimpin batalyon sendiri (berpangkat Mayor). Pada Mei
1950 membantu Batalyon 3 Mei mencegah Sulut bergabung dengan NIT & pengaruh NICA.
Bulan September 1950 pasukannya berangkat ke Ambon menumpas gerakan Republik
Maluku Selatan. Tahun 1953-1954 membersihkan gerakan pemberontak Darul Islam DI/TII
di Sulsel.

Mayor Daniel Elias Mogot (Daan Mogot)


Pendiri / Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang
TTL : Manado, 28 Desember 1928
TTM : Tangerang, 25 Januari 1946
Daan Mogot masuk PETA dengan memalsukan umurnya (14 tahun)
tahun 1942, lalu jadi pelatih anggota PETA di Bali & Jakarta. Seusai

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 102
Sabtu, 27 November 2010
Perang Dunia II, ia menjadi Komandan TKR di Jakarta berpangkat Mayor. Bulan
November 1945 jadi pendiri dan Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang (MAT)
berusia 17 tahun. Gugur di Hutan Lengkong bersama 36 orang lainnya dalam pertempuran
saat melucuti senjata tentara Jepang di tangsi mereka di hutan Lengkong – Tangerang.

Kolonel TNI Alexander Evert Kawilarang (Alex)


Panglima Divisi Siliwangi & Indonesia Timur
TTL : Meestercornelis – Batavia, 23 Feb 1920
TTM : Jakarta, 6 Juni 2000
Pada 1945 jadi opsir penghubung dengan pasukan Inggris di
Jakarta berpangkat Mayor (berusia 25 tahun). Menjadi Kepala Staf
Resimen Bogor - Divisi II Jawa Barat berpangkat Letkol. Tahun
1946 jadi Komandan Resimen Infanteri Bogor. Sejak Agustus
1946-1947 jadi Komandan Brigade II/Suryakencana di Sukabumi –
Bogor. Tahun 1948-1949 jadi Komandan Brigade I/Divisi
Siliwangi, menjadi Komandan Sub Teritorium VII/Tapanuli. Pada 1949-1950 jadi Gubernur
Militer Aceh & Sumatera Utara, lalu jadi Komandan Territorium I/Sumut berpangkat
Kolonel (usia 29 tahun). Tahun 1950 jadi Panglima Tentara & Territorium I (TT-I)/Bukit
Barisan di Medan. Sebagai Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi di Indonesia Timur sejak
15 April 1950. Tahun 1950-1951 jadi Panglima Komando TT-VII/Indonesia Timur di
Makassar. Tahun 1951-1956 menjadi Panglima Komando TT-III/Siliwangi di Bandung dan
tahun 1956-1958 menjadi Atase Militer RI di Washington, DC. AS.

Kolonel Jacob Frederik Warouw (Joop)


Panglima TT-VII/Wirabuana
TTL : Batavia, 8 September 1917
TTM : Tombatu, Oktober 1960
Tahun 1945 menjadi Wakil Pimpinan Bagian Pasukan PERISAI
(Pemuda RI Sulawesi) merangkap Kepala Barisan PERISAI, lalu
jadi salah satu Komandan Barisan Istimewa PERISAI. Tahun 1946
jadi Kepala Staf Divisi VI Tentara Laut RI (TLRI) di Lawang-
Jawa Timur berpangkat Letkol (berumur 28 tahun). Pada 1946-
1948 menjadi Wakil Komandan/Kepala Staf ALRI Pangkalan X di
Situbondo Jatim (ex Divisi VI ALRI). Tahun 1948-1950
Komandan Brigade XVI di Yogyakarta. Tahun 1950-1952 sebagai Komandan Komando
Pasukan (Kompas) B – Sulut & Maluku Utara di Manado, lalu jadi
Komandan Kompas D – Maluku Selatan di Ambon, serta Komandan
Kompas A – Sulsel di Makassar. Tahun 1952-1953 jadi Kepala Staf
TT-VII/Indonesia Timur. Tahun 1954-1956 Panglima TT-
VII/Wirabuana berpangkat Kolonel. Pada 1956-1958 sebagai Atase
Militer RI di Beijing Cina.

Letkol Herman Nicolas Ventje Sumual


Komandan KRIS Yogyakarta
TTL : Remboken – Minahasa, 11 Juni 1923

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 103
Sabtu, 27 November 2010
Tahun 1945-1948 jadi perwira penghubung KRIS di Jakarta. Setelah pindah di Yogyakarta,
jadi Pucuk Pimpinan Laskar "KRIS" di sana. Jadi perwira Staf Brigade-XII (ex Laskar
KRIS) di Yogya. Tahun 1948-1950 jadi Kepala Staf KRU-X (ex Brigade XII). Tahun 1948
jadi Kepala Staf Brigade-XVI (ex KRU-X) di Yogya. Tahun 1949 jadi Komandan SWK-
103A/WK-III di Yogya. Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, sebagai
Komandan SWK-103A/Yogyakarta Barat WK-III, memimpin serangan dari arah barat serta
berhasil menyerang markas besar tentara Belanda (T-Brigade) di tengah kota Yogya.
Menjadi perwira Komando Pasukan Sulut & Maluku di Manado, lalu menjadi Komandan
Kompas B SU-MU di Manado (RI-24). Tahun 1952-1953 menjadi Kasi-I Inspektorat
Infanteri AD di Bandung, tahun 1953-1956 menjadi Komandan Latihan & Inspektur
Pendidikan di Bandung.

Robert Wolter Mongisidi (Bote)


Pahlawan Nasional Indonesia
TTL : Malalayang – Manado, 14 Februari 1925
TTM : Makassar, 5 September 1949
Tahun 1945 jadi Sekretaris LAPRIS (Laskar Pejuang Republik
Indonesia Sulawesi) di bawah pimpinan Ranggong Daeng
Romo. Dua kali tertangkap oleh NICA, pertama bulan Februari
1947, namun berhasil melarikan diri dari penjara. Oktober 1947
tertangkap lagi. Pahlawan Sulsel asal Bantik ini ditembak mati
di hadapan regu tembak tentara NICA-KNIL dalam umur 24
tahun. Di dalam Alkitab yang dipegangnya ada kertas bertulis
“Setia hingga terachir didalam kejakinan” tertanggal 5 September 1949.

Letkol Charles Choesoy Taulu (Chalie)


Pahlawan Peristiwa Merah Putih 1946
TTL : Kawangkoan, 20 Mei 1909
TTM : Jakarta, 20 Mei 1969
Setelah Jepang kalah perang, ia melanjutkan dinasnya di dalam
KNIL pada tanggal 12 Oktober 1945 setelah Pemerintahan Sipil
Hindia Belanda (NICA) mengambil alih kekuasaan. Saat itu ia
berpangkat Furir di kesatuan KNIL di Manado. Pada 14 Februari
1946 menggerakkan anggota KNIL yang pro-RI untuk menguasai
Tangsi KNIL di Teling Manado dan mengadakan kudeta. Pagi
dan siang harinya diadakan perebutan kekuasaan di beberapa kota
di Minahasa. Kemudian diangkat menjadi Komandan Tentara Republik Indonesia
Sulawesi Utara (TRISU). Kekuasaan orang-orang Merah Putih ini hanya bertahan selama
25 hari hingga 11 Maret 1946 & NICA berkuasa kembali di Minahasa akibat
pengkhianatan serta jebakan licik Belanda.

Bernard Wilhelm Lapian


Pahlawan Peristiwa Merah Putih 1946
TTL : Kawangkoan, 30 Juni 1892
TTM : Jakarta, 5 April 1977

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 104
Sabtu, 27 November 2010
Tahun 1933 jadi pendiri KGPM, sebuah gereja berpaham nasionalis. Jadi anggota
Minahasaraad lalu Volksraad (Dewan Rakyat Hindia Belanda). Tahun 1945 jadi anggota
Panitia Badan Persiapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (BPPKI) di Tondano. Tahun
1945-1946 menjadi Kepala Distrik Manado. Dalam Peristiwa Merah Putih 14 Februari
1946 diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Sipil Sulawesi Utara (Keresidenan Manado,
meliputi Sulawesi Utara & Tengah). Tahun 1951-52 jadi Acting (pejabat) Gubernur
Sulawesi di Makassar.

Letkol Adolf Gustaaf Lembong


TTL : Ongkau – Minsel,19 Oktober 1910
TTM : Bandung, 23 Januari 1950
Tahun 1943 ia pergi ke Filipina menjadi anggota pasukan sekutu
ABDA (American, British, Dutch, Australia) berpangkat Letnan &
bergerilya di hutan. Tahun 1947 dengan pangkat Kapten tentara
sekutu menuju Jawa Timur & diserahkan kepada NICA lalu
diturunkan pangkat jadi Letnan. Bergabung dengan Laskar KRIS.
Tahun 1948 diangkat jadi Komandan Brigade XVI/Pasukan
Seberang berpangkat Letkol. Ia sempat ditawan oleh Belanda di
Ambarawa. Ia dipanggil Mabes TNI untuk menyusun rencana
organisasi militer TNI karena ia berpengalaman di Filipina sebagai
tentara sekutu untuk pendidikan setingkat kompi.Mendapat promosi untuk jadi Atase
Militer RI di Filipina karena latar belakangnya saat Perang Dunia II di sana. Sebelum itu ia
diangkat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Militer TNI-AD di Bandung. Ia tak sempat
memegang jabatan itu karena sekitar seribu tentara APRA pimpinan Westerling menyerbu
Bandung dan membantai beliau saat berada di kantornya di Markas Staf Kwartier
Siliwangi.

©Tomohon, 17-18 Agt 2006 & ©Manado, 5 Nov 2009

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 105
Sabtu, 27 November 2010
Tou Minahasa (Kawanua) yang pernah menjadi menteri dlm kabinet RI :
1. Mr. Alexander Andries (Alex) Maramis (Tonsea)
2. Ir. Herling Laoh (Sonder)
3. Frits Laoh (Sonder)
4. Mr. Arnoldus Isaac Zacharias (Arnold) Mononutu (Tonsea/Minut)
5. Frans Ferdinand (Nyong) Umbas (Kawangkoan)
6. Gustaaf Adolf (Utu’) Maengkom (Tondano)
7. Ir. Freddy Jaques (Fred) Inkiriwang (Kakas)
8. Ds. Wilhelm Johanis (Wim) Rumambi (Kakas-Tondano)
9. Drs. Jan Daniel Massie (Langowan)
10. Hans A. Pandelaki (Tomohon)
11. Drs. Theo Leo Sambuaga (Manado/Tonsea)
12. Jenderal TNI Try Soetrisno (Supit – Tompaso/Kanonang)
13. Laksamana TNI Soedomo (Rawis – Tompaso)
14. Hayono Isman (Wowor – Remboken)
15. Letjen. TNI Purn. Evert Ernest (Lape) Mangindaan, SH, SE (Amurang)

Keterangan Singkat Para Mantan Menteri:


Mr. Alexander Andries Maramis (PNI)
TTL : Paniki Bawah Manado, 20 Juni 1897
TTM : Jakarta, 31 Juli 1977
Tahun 1945 jadi anggota BPUPKI lalu jadi anggota PPKI dalam Panitia Sembilan yang
membahas UUD 1945 serta menandatangani Piagam Djakarta yang memuat tentang Syariat
Islam yang kontroversial itu. Tahun 1948 jadi anggota Delegasi Indonesia dalam KMB.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 106
Sabtu, 27 November 2010
Tahun 1950, menjadi Duta Besar di Filipina, lalu Dubes di Jerman Barat 1953, terakhir
Dubes di Uni Soviet 1955. Tahun 1958 pensiun dan berdomisili di Swiss.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Negara dlm Kabinet Presidentil (19 Agt 1945–14 Nov 1945) (sejak 25 Sept 1945
jadi Menteri Keuangan ke-2 karena Menkeu sebelumnya, berhenti tgl 26 Sept 1945)
- Menteri Luar Negeri dlm Kabinet Darurat / PDRI (19 Des 1948– Juli 1949) (di India)
- Menteri Keuangan dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947 – 11 Nov 1947)
- Menteri Keuangan dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II (sesudah reshuffling 1947–1948)
- Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta I / Presidentil Kabinet (Jan 1948 – Agt 1949)

Prof. Mr. Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu (Arnold) (PNI)


TTL : Manado, 4 Desember 1896
TTM : Jakarta, 5 September 1983
Eks tapol Digul (“Digulis”) ini adalah Ketua partai Persatuan Indonesia di Ternate. Jadi
anggota Parlemen NIT, sebagai Ketua Fraksi Progresif pada 1947-1949. Memprakarsai &
memimpin Goodwill Mission Parlemen NIT ke Yogya (waktu itu jadi ibukota Republik
Indonesia Serikat) menyebabkan NIT bubar & bergabung dgn NKRI. Jadi Dubes RI di Cina
1953-55. Jadi Rektor Universitas Hasanuddin bergelar Guru Besar (Profesor) pada 1960-65
& mendirikan beberapa fakultas baru.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Penerangan dalam Kabinet RIS (Pertama & Terakhir) (Des 1949 – Sept 1950)
- Menteri Penerangan dalam Kabinet Sukiman – Suwirjo (27 April 1951 – 3 April 1952)
- Menteri Penerangan dalam Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 30 Juli 1953)

Ir. Herling Laoh (PNI)


TTL : Tompaso (asal Sonder)
TTM :
Putra tukang emas asal Sonder kelahiran Tompaso ini meraih gelar insinyur pada tahun
1925 di ITB Bandung dan merupakan sahabat Bung Karno sejak mahasiswa. Perintis profesi
kontraktor sarana & prasarana di kalangan pribumi Indonesia. Jadi kontraktor pembangunan
Pelabuhan Samudera Bitung. Jadi tokoh POR Maesa. Waktu Pergolakan, bergabung dengan
Permesta dan diangkat jadi Menteri Negara PRRI-Permesta.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Kabinet Sjahrir II (Maret 1946 - Okt 1946) sbg Menteri Muda PU
- Kabinet Syahrir III (2 Oktober 1946–27 Juni 197): Menteri Muda Pekerjaan Umum
- Kabinet Amir Sjarifuddin I (Juli 1947 – Nov 1947) : Menteri Muda Pekerjaan Umum
(Jabatan Menmud PU ditiadakan saat Ir. H. Laoh menjadi Menteri PU)
- Kabinet Amir Sjarifuddin II (sesudah reshuffling Nov 1947 – 1948) sebagai Menteri PU
- Kabinet Hatta II / Presidentil Kabinet (4 Agustus 1949– 20 Desember 1949) sebagai
Menteri Pekerjaan Umum merangkap Menteri Perhubungan
- Kabinet RIS (Pertama & Terakhir) (1949 – 1950) : Menteri Perhubungan Tenaga/PU

Frits H. Laoh (PRN)


TTL : Tompaso, 1882
TTM : 1961

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 107
Sabtu, 27 November 2010
“Laoh ekonom” ini kakak kandung Ir. H. Laoh & menjadi tokoh (pakakaan) Pemoeda
Maesa (JVM) dan tokoh POR Maesa. Jadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat Hindia-
Belanda) tahun 1919-1927 & 1921-1931, bersama Dr. Sam Ratulangi. Tokoh Partai Rakyat
Nasional (PRN). Walau ia ahli ekonomi, namun jadi Menteri Perhubungan.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Perhubungan dalam Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955–24 Maret
1956)

Frans Ferdinand (Nyong) Umbas (Parkindo)


TTL : Kawangkoan, 25 Juli 1915
TTM : Jakarta, 1997
Ia turut memprakarsai berdirinya Pemoeda Maesa (JVM) tahun 1934. Hobi memotret
disalurkannya dengan bergabung bersama Alex & Frans Mendur serta kakaknya J.K. Umbas
mendirikan kantor berita foto IPPHOS tahun 1946. Mendirikan sendiri sebuah bank
bernama Bank Menengah pada 1964, lalu mendirikan usaha pelayaran antar-pulau PT USO.
Tokoh DPP Parkindo ini kemudian terpilih menjadi Menmud Perekonomian.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Sebagai Menteri Muda Perekonomian dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956–1957)

Gustaaf Adolf Maengkom (Utu’)


TTL : Tondano, 11 Maret 1907
TTM : Jakarta, 25 Mei 1984
Ia sempat studi di RHS (Sekolah Hukum) 1929-1933, namun tidak tamat karena banyak
ribut dengan dosen-dosen Belandanya. Turut mendirikan Pemoeda Maesa (JVM). Jadi
anggota Laskar KRIS di Yogya berpangkat Mayor TNI. Disusupkan ke Minahasa lalu
mendirikan Pemuda KRIS. Pernah dipenjarakan NICA gara-ara menerbitkan koran Gelora
Maesa. Walau bukan sarjana hukum namun jadi hakim Pengadilan Negeri di Bali &
Makassar 1950-57.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Kehakiman dlm Kabinet Karya (Kabinet Djuanda) (9 Apr1957 - 10 Juli 1959)

Ir. Freddy Jaques Inkiriwang (Fred)


TTL : Mojokerto – Jawa Timur, 2 September 1912
TTM :
Putra Kakas ini mendapat gelar insinyur elektro tahun 1937 di Delft Belanda. Pernah jadi
Ketua Pemoeda Maesa tahun 1939-1942. Jadi Kepala Jawatan Listrik & Gas RI yang
pertama tahun 1946 saat pemerintah RI berada di Yogyakarta. Sempat menjadi Menteri
Pendidikan merangkap Menteri Kesehatan dalam Kabinet Likuidasi Negara Indonesia
Timur (Kabinet NIT Terakhir).
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Perindustrian dlm Kabinet Karya (Kabinet Djuanda) (9 April 1957 - 10 Juli 1959)

Ds. Wilhelm Johanis Rumambi (Wim) (Parkindo)


TTL : Tompaso, 7 April 1916
TTM : Jakarta, 22 Januari 1984

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 108
Sabtu, 27 November 2010
Domeni/Pendeta Wim Rumambi adalah pendeta GMIM dan turut mendirikan DGI
(sekarang PGI) & Sekretaris Umum pertama, serta Sekretaris Umum Lembaga Alkitab
Indonesia. Tokoh Partai Kristen Indonesia (Parkindo) & duduk di Dewan Konstituante RI
mewakili Parkindo. Satu-satunya pendeta yg masuk dalam jajaran kabinet RI.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Kabinet Kerja (Juli 1959 – Feb 1960) sebagai Menteri Muda Penghubung MPR/DPR
- Kabinet Kerja II (Agustus 1960 – Maret 1962) sebagai Menteri Penghubung DPR & MPR
- Kabinet Kerja III (1962–1963) sebagai Menteri Penghubung DPR/MPR/DPA/Dewan
Perancang Nasional
- Kabinet Kerja IV (Nov 1963 – Agustus 1964) sebagai Menteri Penghubung
MPRS/DPR/DPA
- Kabinet Dwikora (Kabinet Seratus Menteri ) (1964–1966) sebagai Menteri Penghubung
MPR/DPR/ DPA/Front Nasional
- Kabinet Dwikora yang Disempurnakan Lagi (Maret 1966 – Juli 1966) sebagai Menteri
Penerangan

Hans A. Pandelaki
TTL : Tomohon, 1909 TTM :
Pernah jadi Kepala Jawatan Bea Cukai RI lalu jadi Deputi Menkeu RI dalam urusan bidang
moneter. Menjadi Dubes RI untuk PBB di Geneva Swiss. Pernah jadi Sekjen PSSI.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Salah satu Pemeriksa Keuangan Agung Muda/Anggota BPK (jabatan ini berkedudukan
sebagai menteri) dlm Kabinet Dwikora (Kabinet 100 Menteri) (1964–1966)
- Deputi Menteri Keuangan Urusan Anggaran (jabatan setingkat Menteri) di Kabinet
Dwikora yg Disempurnakan Lagi

Drs. Jan Daniel Massie


TTL : Langowan, 20 November 1901 TTM :
Tanggal 28 Maret 1966 menjadi Presiden Direktur Bank Dagang Negara (BDN).
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Urusan Penertiban Bank & Modal Swasta dlm Kabinet Kerja IV (1963–1964)
(sejak 1 Agustus 1964 menggantikan Dr. Suharto yang dibebaskan dari jabatan itu)
- Menteri Urusan Penertiban Bank & Usaha Modal dalam Kabinet Dwikora (Kabinet
Seratus Menteri) (27 Agustus 1964 – 28 Maret 1966)
- Asisten Waperdam bidang Ekonomi dlm Kabinet Dwikora yg Disempurnakan Lagi

Hayono Isman (Golkar)


TTL : Jakarta, 25 April 1955
Putra Remboken ini adalah anak dari Els Wowor dan Mas Isman (pendiri Kosgoro), menjadi
Menpora dalam Kabinet Orba.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Pemuda & Olah Raga dalam Kabinet Pembangunan VI (1993 – 1997).

Drs. Theo Leo Sambuaga, MA. (Golkar)


TTL : Manado, 6 Juni 1949

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 109
Sabtu, 27 November 2010
Jadi Sekjen DPP KNPI 1981, jadi anggota DPR/MPR 1987-97, 1997-98 wakili Sulut dalam
posisi sebagai Ketua Fraksi Karya Pembangunan (Golkar) sebelum jadi menteri. Jadi Ketua
Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP), salah satu Ketua Komisi Inter Parliament
Union (IPU).
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Tenaga Kerja di Kabinet Pembangunan VII (1997–98)
- Menteri Negara Perumahan & Permukiman Rakyat dalam Kabinet Reformasi
Pembangunan (1998–1999)

Letjen. TNI Purn. Evert Erenst Mangindaan, SH., SE. (Lape) (Demokrat)
TTL : Solo, 5 Januari 1943
Putra pendiri PSSI asal Pondang–Amurang ini jadi Danrem 083 Kodam V/Brw, Komandan
Seskoad 1993-95, serta Gubernur Sulut 1995-2000. Pendiri & Sekjen Partai Demokrat 2004-
05. Setelah rakyat Sulut merasa dikecewakan lantaran janji SBY agar Lape’ jadi menteri di
KIB I tak terlaksana, akhirnya tgl 23 Oktober 2009 ia dilantik sbg Meneg PAN di KIB II.
Kariernya sebagai menteri RI:
- Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi dlm Kabinet Indonesia
Bersatu II (2009–2014)

Dapat juga disebutkan di sini Jenderal TNI Try Soetrisno (anak luar dari dr. Sam
Supit asal Tompaso/Kanonang) jadi Kepala Staf TNI-AD, Panglima ABRI 1988-93, Wakil
Presiden RI 1993-97; Laksamana TNI Soedomo (anak luar om Rawis di Tompaso) jadi
Kastaf TNI-AL 1969-73, Pangkokamtib, Menkopolkam, Ketua DPA, kong maso Islam.

Sejumlah mantan menteri yang beristri orang Minahasa, seperti Menkeu-Mendag-Menperin


Prof. Dr. Soemitro Djoyohadikusumo (suami Dorah Sigar & ayah Letjen Prabowo
Subianto), Menlu Prof. Mr. R. Soenario (suami Dina Maranta Pantouw), Menkeu-Mendag-
Menkop Drs. Radius Prawiro (suami Leony Supit), Meneg LH-Meneg Kelautan Ir Sarwono
Kusumaatmaja (suami Nini Maramis), Laksamana TNI Soedomo (mantan suami Siska
Piay), Menteri Kehakiman Oetojo Oesman SH, Meneg BUMN Laksamana Sukardi (suami
Ratih Wullur). Juga Menko Kesra Agung Laksono (suami Amelia Wenas) & Menkes dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih (istri dr. M.J.M. Mamahit).
©Tomohon, 17-18 Agt 2006 & ©Manado, 5 Nov 2009

Kabinet-kabinet Negara Indonesia Timur (NIT)


Tou Minahasa (Kawanua) yang pernah menjadi menteri dalam kabinet NIT:
1. Dr. S.J. Warouw
2. E. Katoppo
3. G.R. Pantouw (Udo)
4. E.D. Dengah (Mais)
5. Mr. S.S. Pelengkahu
6. Dr. W.J. Ratulangi
7. Henk Rondonuwu
8. Ir. F.J. Inkiriwang (Fred)

Kabinet-kabinet NIT:

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 110
Sabtu, 27 November 2010
1. Kabinet pertama NIT (Kabinet Nadjamuddin Pertama) 1947 10 Januari 1947
Perdana Menteri Nadjamuddin Daeng Malewa
Menteri Pengadjaran E. Katoppo (Inspektur Sekolah Rakjat, Menado)
Menteri Kesehatan G.R. Pantouw, Makassar
Menteri Penerangan Dr. S.J. Warouw (Gouvernementsarts b/d D.V.G., Menado)
Menteri Lalu-lintas dan Perairan E.D. Dengah (Ketua Dewan Minahasa, Menado
2. Kabinet kedua NIT (Kabinet Nadjamuddin Kedua) 1947 sampai 20 Sept 1947
Perdana Menteri Nadjamuddin Daeng Malewa
Menteri Pengadjaran E. Katoppo
Menteri Kesehatan Dr. S.J. Warouw
Menteri Sosial E.D. Dengah
3. Kabinet ketiga NIT (Kabinet Warouw) 11 Oktober 1947 – 9 Desember 1947
Perdana Menteri merangkap Menteri Kesehatan Dr. S.J. Warouw
Menteri Pengajaran E. Katoppo
4. Kabinet keempat NIT (Kabinet Anak Agung Pertama) 15 Des 1947 – Des 1948
Perdana Menteri Ide Anak Agung Gde Agung
Menteri Pengajaran E. Katoppo
Menteri Kesosialan Mr. S.S. Pelengkahu
Menteri Kesehatan Dr. S.J. Warouw
5. Kabinet Kelima NIT (Kabinet Anak Agung kedua) 12 Jan 1949-26 Des 1949
Perdana Menteri Ide Anak Agung Gde Agung
6. Kabinet Keenam NIT (Kabinet Tatengkeng)60 26 Des 1949 – 13 Maret 1950
Perdana Menteri Jan Engelbert Tatengkeng
7. Kabinet Ketujuh NIT (Kabinet Kabinet Putuhena) 13 Maret – 10 Mei 1950
Perdana Menteri Ir. Putuhena
Menteri Penerangan Drh. W.J. Ratulangi
8. Kabinet Likuidasi NIT (Kabinet Likuidasi NIT)61 sejak10 Mei 1950
Perdana Menteri Ir. Putuhena
Menteri Penerangan Henk Rondonuwu
Menteri Pendidikan merangkap Menteri Kesehatan Ir. F.J. Inkiriwang

60
Prof. DR. (HC) J.M.J. Pantouw, Perintah Panglima Tertinggi: Kibarkan Panji-panji Negara Kesatuan
RI di Seluruh Pelosok Negara Indonesia Timur Kepada Mayor H.V. Worang - Komandan Batalyon
Worang [makalah seminar Batalyon Worang] (Manado: 1997), hlm. 39.
61
Ds. = Dominus (dibaca Domeni) atau pendeta.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 111
Sabtu, 27 November 2010
DAFTAR KAWANUA MINAHASA YANG MENJADI JENDERAL
TNI/POLRI (LEBIH DARI 105 JENDERAL KAWANUA MINAHASA)

A
Abraham, Brigjen TNI Treesye S. (SH) – Kepala Pusat Pemasyarakatan Militer (Ka.
Pusmasmil) Mabes TNI, Wakil Oditur Jenderal TNI-AD, Ina Kowene Mak Tuktul
Banua 2010
Aer, Irjen. Pol. (Purn) Drs. Max Donald –
Andries, Brigjen Inf. (Purn) Hubertus Johanes –Korps Infanteri, Wagub Kalteng pertama,
anggota DPR/MPR, pengurus KKK
Awuy, Laksamana Pertama Drs. Johnny E. – Dan Lantamal Jakarta, Bendahara pengurus
Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Masa Bhakti 2001 - 2006

B
Bakary, Laksma Axel (S.H.) – Kadiskum AL, Karo Kum Setjen Dephankam 1995
Besouw, Laksamana Pertama (Purn) Yanneman – Komandan Pangkalan TNI-AL (Dan
Lanal) Bitung s.d. 2001 (berpangkat Kolonel Laut (P)), Komandan Pangkalan
Utama TNI-AL (Dan Lantamal) 2001, Atase/Dubes RI?, ayah dari Christy
Besouw (Miss Indonesia 2006)

D
Dotulong, Brigjen TNI (Purn) Anthon Tololiu – Kepala Bagian Perbendaharaan ABRI?
Dotulong, Brigjen Pol. (Purn) Drs. Erald – Kapolda Sulut s.d. 2002
Dumais, Laksma Leonardo –

E
Ekel, Laksamana Muda (Purn) Berty – Aspam KSAL 1997, Asintel Kastaf Umum (Kasum)
ABRI 1998

I
Inkiriwang, Mayjen TNI (Purn) Albert – Taruna Terbaik Akmil 1972, Komandan Resimen
Korps Taruna Akmil (Danmenkorpstar) 1971-72 (berpangkat Sermatar), Pangdam
Trikora s.d.2000, Komandan Kontingen Garuda

K
Kairupan, Mayjen TNI Glenny (M.Sc.) – berpangkat Brigjen 1999, dosen Lemhanas,
pengurus paduan Suara Gema Sangkakala, pengurus GPIB, Ketua DPP Partai
Gerindra
Kairupan, Marsma TNI (Purn) W.F. – Korps Navigator/Navigator Il-28, Anggota Fraksi
ABRI DPR-RI
Kanter, Mayjen TNI (Purn) Empie Yohan (SH.) – Tokoh KRIS, Wadir Kehakiman TNI-AD
1966-69, Dan Garnisun (KMK) Manado 1950-52, anggota MPRS/MPR 1966-73,
Kaops TPK (Tim Pemeriksa Korupsi) 1967-76, Oditur Jenderal ABRI 1970-76,
Ka Tim Oditur Jaksa Pusat Kopkamtib (Todsapu) 1970-86, Ketua Opstibpus,
Ketua Badan Pembina Hukum ABRI 1976-82

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 112
Sabtu, 27 November 2010
Karamoy, Brigjen Pol. (Purn) Ventje –
Kasenda, Laksamana (Madya) (Purn) Rudolf – Panglima Armada RI 1981-85, Deputi
Logistik KSAL 1985-86, KSAL 1986-1989, Tonaas Wangko an Tasik
Katoppo, Laksamana Pertama (Purn) Paul –
Kaunang, Mayjen TNI (Purn) Drs. Frans Eddy Thanos – Sekretaris Umum SUAD TNI
Kawilarang, Brigjen TNI (lokal) (Mayjen Revolusioner Permesta) Alex Evert – Pendiri
Kopassus, Dan Res. Inf. Bogor 1946, Dan Bri. II/Suryakencana Sukabumi-Bogor
1946-47, Dan Bri. I/Divisi Siliwangi 1948-49, Dan Sub Terr. VII/Tapanuli,
Gubernur Militer Aceh & Sumatera Utara 1949-50, Dan Terr. I/Sumatera Utara
berpangkat Kolonel (usia 29 tahun), Panglima TT-I/Bukit Barisan di Medan 1950,
Panglima Komando Operasi Gabungan Pasukan Ekspedisi Indonesia Timur sejak
15 April 1950, Panglima TT-VII/Indonesia Timur 1950-51, Panglima TT-
III/Siliwangi 1952-56, Atase Militer RI di Washington DC 1956-58 berpangkat
Brigjen (lokal),
Panglima Besar Angkatan Perang Revolusioner (APREV) PRRI 1958-59, Kastaf
APREV PRRI 1959-60, Wakil Peperti (Penguasa Perang Tertinggi) Ind. Timur
RPI 1960-61, Panglima Besar Angkatan Perang Permesta, Tonaas Wangko Um
Banua, orang Minahasa pertama berpangkat jenderal TNI
Kilapong, Brigjen. Pol. Drs. Beno – Itwil II Badan Narkotika Nasional (BNN), Tonaas
Wangko um Banua 2010
Kodong, Brigjen. Pol. Drs. Robert –
Kumaat, Letjen TNI (Purn) Drs. Arie Jeffry (S.H.) – Taruna Terbaik Akmil 1966,
Danmenkorpstar 1964-65 (berpangkat Sermatar), Panglima Kodam (Pangdam)
I/Bukit Barisan, Kasum ABRI, Komandan SESKO ABRI, Direktur Badan
Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN), Tonaas Wangko Teterusan um Banua
L
Lalo, Brigjen Pol. Drs. John (M.Sc.) – Wakapolda Sulut, Kapolda Sulut
Lasut, Brigjen Inf. TNI (Purn) Willy Gayus Alexander – mantan Gubernur KDH Tkt I
Sulut 1978-1980, pjb Bupati KDH II Minahasa
Lantang, Marsda TNI-AU (Purn) Sylvester Ch. – Korps Penerbang/Penerbang Ilyushin Il-
28, mantan Gubernur Akademi Angkatan Udara ABRI
Lawendatu, Brigjen TNI (Purn) Drs. Hengky –
Lengkey, Brigjen TNI (Purn) Ferdinand Potu Dotulong – anggota MPR-RI Golkar 1992-97,
Ketua DPD Golkar Sulut, Ketua Komisi IV DPR-RI
Lonan, Laksda/Laksamana Madya TNI (Purn) Freds Salem – Kastaf Kolinlamil (Komando
Lintas Militer), Kastaf Armatim 1997, Asisten Operasi (Asop) KSAL s.d. 2000,
Wakil KSAL 2000 (Letjen TNI-AL?)
Lumintang, Letjen TNI (Purn) Johny J. (SH.) – Danmenkorpstar Akmil 1968-70
(berpangkat Sermatutar), Danrem 164/WD Kodam XI/Udayana, Dan Rindam
Jaya, Kepala Staf Kodam (Kasdam) VIII/Trikora, Pangdam VIII/Trikora 1996,
Asops Kasum ABRI 1998, Panglima KOSTRAD (Pangkostrad) selama 17 jam
tahun 1998, Komandan Sekolah Staf & Komando (Sesko) ABRI 1998, Wakil
Kepala Staf TNI-AD (Wakasad) 1999, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional
(LEMHANAS) 1999, Sekjen Departemen Pertahanan RI 2001
Lumy, Brigjen Pol. (Purn) Karel Edward – Dan Brimob Jakarta, Dan BRIMOB Polri 1976

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 113
Sabtu, 27 November 2010
M
Makadada, Mayjen Kav. TNI (Purn) Bernhard Paul – Pjs. Pangkowilhan IV Biak-Irja, Dan
Kaveleri Bandung, Asisten Teritorial KSAD (Aster Kasad), Dubes RI di Myanmar
& Nepal, Anggota DPR/MPR-RI 1983, Ketua KPMP 14 Feb 46
Malonda, Brigjen TNI (Purn) Ernst L. M. –
Mamadoa, Brigjen. Pol. Drs. Sintersin –
Mamahit, Brigjen TNI (Purn) Piet – Ika Dagaku,
Mambu, Brigjen TNI (Purn) Drs. Adolf Henry/Herman – AMN 1966-69, Kepala Dinas
Psikologi TNI-AD (Ka Psiad ), pengurus SMA Taruna Nusantara Magelang, SMU
Malesung Rondor, psikolog, Ketua Umum Ikatan Masyarakat Sulawesi Utara
(IMASU), mantan Ketua Presidium KKK 2005-2007
Mambu, Marsma TNI (Purn) G.F. – Korps Dinas Khusus TNI-AU, Ka Inkopau
Mambu, Laksma Mar. (Purn) Hendrik – Pada 1996 pamen berpangkat Kol. Mar., Kabag
Personalia Mabes TNI-AL
Mamoto, Brigjen Pol. Dr. Benny Jozua (SH, MSi.) – mantan ADC Sekjen Dewan
Hankamnas, Kabag Reserse Ekonomi Polda Jawa Barat, Wadir II Bareskrim Polri
2006, Wakil Sekretaris NCB-Interpol Indonesia 2007-09, Perwira Badan
Narkotika Nasional (BNN), Kepala Sekolah Menembak Perbakin, atlet menembak
nasional RI/Polri, Ketua Institut Seni Budaya Sulut (ISBSU), Tonaas Wangko um
Banua 2010
Mamuaya, Mayjen Pol. Drs. Benyamin L.S. – Kapolda Kaltim, Kapolda Nusatenggara-Bali
Mandagi, Brigjen Pol. (Purn) Jeanne (SH.) – wanita Indonesia pertama yang menjadi
Jenderal, pengurus MKI
Mandas, Mayjen TNI Johny Paul – Dan Yon Kav-VII Kodam Jaya, Atase Pertahanan RI di
Inggris 1991-94
Manengkey, Laksda TNI (Purn) Johny F.A. – Asisten Logistik (Aslog) Guspurlatim (Gugus
Tempur Laut Indonesia Timur), Dan Guskamla Armatim 1997, Dan Ko Linlamil
(Komandan Komando Lintas Laut Militer)
Mangindaan, Letjen TNI (Purn) Evert Ernst (Lape’) (SH., SE.) – Wakil Asisten Operasi
Kasum ABRI 1988-89, Danrem 083 Kodam V/Brawijaya 1987-88, Pangdam
Trikora s.d. 1993, Komandan SESKOAD 1993-95, Gubernur KDH I Sulut
1995-2000, Sekjen Partai Demokrat 2004-05, anggota DPR/MPR-RI 2005-2009,
Ketua Fraksi Demokrat DPR/MPR-RI & Ketua Komisi DPR, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi (Menneg PAN)
2009-2014, Tonaas Wangko um Banua
Mangindaan, Laksma TNI (Purn) Robert – Tahun 1997 Penasehat Militer Indonesia untuk
PBB berpangkat Laksma
Mantik, Letjen TNI (Purn) Gustaf Hendrik (Guus) – Pangdam IX/Mulawarman Kaltim,
Pangdam V/Jaya 1973, Gubernur KDH Tkt. I Sulut 1980-85, anggota
DPR/MPR-RI 1985-88, orang Minahasa pertama yang jadi Letjen
Mantiri, Letjen TNI (Purn) Herman Bernhard Leopold – 11 Sept 1939, lulusan AMN 1962,
Dan Yon Inf. 310 Kujang II Kodam Siliwangi, Wakil Asisten Litbang Pusat
Infanteri Bandung, Direktur Latihan Pusat Infanteri TNI-AD Bandung, Dan
Brigade XII Siliwangi (pangkat Kolonel), Paban Ops Hankam, Danrem Kalbar
bag Timur (Sintang), Danrem Kalbar, Panglima Komando Operasi Keamanan
(Pangkoopskam) Timtim merangkap Panglima Divisi I/Kostrad, Panglima Kodam

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 114
Sabtu, 27 November 2010
(Pangdam) IX/Udayana selama 7 bulan merangkap Asrena KSAD, Asops Kasum
ABRI, Kasum ABRI 1993-95 (berpangkat Letjen), Dubes RI di Singapura 1996-
99, Cagub Sulut 2000, pengurus pusat KINGMI/GSJA
Mantiri, Laksda (Purn) Frits A.C. – Dan Sat Eskorta Armatim 1994-95, Dan Lantamal III
Surabaya, Waasops Kasum ABRI, Abe Mantiri pe anak
Maramis, Brigjen Pol. (Purn) DR. Johan Bodewijn Paul – Ka Polantas Jakarta 1959
Masengi, Mayjen Inf. TNI (Purn) Christian P. – pjb. Bakorstanas, anggota MPR-RI 87-92,
pengurus KKK, pengurus GPIB
Mende, Brigjen. Pol. Drs. Jootje –
Mengko, Mayjen TNI (Purn) Abraham Johanes (Bram) – Direktur D BIA (Badan Intelejen
ABRI) 1995, Athan RI di Manila, Anggota DPR/MPR-RI
Mengko, Laksda TNI (Purn) Joost Fredrik – Aspam KSAL, Asintel Kasum ABRI, pengurus
POR Maesa, adik Bram Mengko
Mokalu, Brigjen. Pol. Drs. Benny – Reserse, Badan Koordinasi Keamanan Laut Dirjen
Kebijakan Bakorkanla
Mogot, Irjen Pol. (Purn) Drs. Alexius Gordon (M.Si.) – Wakapolda Sulut 2001-02, Kapolda
Sulut 2005-07, (sepupu Daan Mogot?)
Momongan, Brigjen CZI TNI (Purn) Ben L. –
Montolalu, Irjen Pol. Drs. Harry (MM) – Wakapolda Sulut, Kapolda Sulut, Staf Ahli Sosial
Budaya Kapolri, Tonaas Wangko um Banua 2010
Montolalu, Mayjen Pol. Jan Ferdinand Rompoliu – Kepala Intel Polda Jawa Barat 1966-72,
Deputi Investigasi Kriminal 1975-77, Ketua Delegasi Indonesia untuk ASEAN di
European Meeting of Heads of Drugs Enforcement Services di Brussel,
Amsterdam, Wiesbaden 1977, KadaPol. (Kapolda) II Sumut 1976/1980, KadaPol.
(Kapolda) Jateng/DIY di Semarang, kakak Harry Montolalu
Mundung, Marsma TNI-AU (Purn) Johannes Lambertus – Korps Penerbang/ Penerbang
MiG-17F, Komandan Skadron C Wing Sekolah Penerbang AAU, Asops Kodikau
(Komando Pendidikan TNI-AU), Dan Sekkau (Komandan Sekolah Komando
Kesatuan TNI-AU), Wapang Koopsau I (Wakil Panglima Komando Operasi TNI-
AU I), Waas Srenau (Asisten Perencanaan & Anggaran KSAU)

N
Najoan, Marsma TNI-AU (Purn) J.E. – Korps Penerbang TNI-AU/Penerbang C-130
Hercules
Ngantung, Mayjen TNI (Purn) Piet – anggota Sie. I Pucuk Pimpinan KRIS, Kapten Sie I
KOMPAS B & C, Waka Sie. I Staf Umum TT-VII/Indonesia Timur, Hakim
Perwira pada Pengadilan Tentara di Makassar-Ambon-Denpasar, Kastaf Res. Inf.
26/VII (RI-26/VII) di Denpasar, Waka RTP 26 di Bonthain Sulsel, Ka SU-IV
(Logistik) Koanda Kalimantan di Banjarmasin, Kastaf Kodam X/Lambung
Mangkurat 1962, Kasdam merangkap pjb. Pangdam X/Tanjungpura di
Banjarmasin, Direktur Direktorat Sejarah & Perpustakaan Lembaga Ketahanan
Nasional 1965, Direktur Litbang Komnas 1968, Kajur Sospol Lemhanas 1970,
Direktur Pengkajian Lemhanas 1972, Ka Team Dosen Univ. Sriwijaya (Unsri)
1974, Ka. Umum KKK

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 115
Sabtu, 27 November 2010
Opit, Laksma TNI (Purn) Harry Bastian (S.Ip.) – Danlanal Bitung 1996

P
Paat, Brigjen TNI (Purn) Drs. Johanes – Spri Menhankam/Pangab 1968
Paat, Brigjen TNI (Purn) Soetopo –
Pakasi, Brigjen Pol. (Purn) Drs. Eduard –
Pangemanan, Brigjen Bob –
Paruntu, Mayjen TNI (Purn) Albert Thomas (S.Ip.) – Athan RI/Penasehat Militer RI di PBB
New York
Paulus, Mayjen TNI Lodewijk Freidrich – Dirlat Kodiklatad, Danjen Kopassus 2009,
Tonaas Wangko an Katanaan 2010
Pitoy, Brigjen TNI. (Purn) Ruddy L. – lulusan AMN 1968, Dandim Sidoharjo, Asrema
Kodam Brawijaya
Polla, Brigjen TNI Bob G.D. – Ketua Umum PB POR Maesa 1990-93, orang Poigar
Pongoh, Laksma Dicky M. – orang Talete, Laksma 1996, Dan KRI A. Yani 1998
(berpangkat Letkol Laut (P))
Pontohkukus, Marsma (Marsekal Pertama) TNI-AU (Purn) F. – Korps Teknik/Teknik
Senjata, Sesdirjen Renumgar Dephankam, Staf dosen Seskoau, pengurus Badan
Perjuangan 14 Februari 1946

R
Rampangiley, Laksamana Pertama TNI-AL Willem – Komandan Pangkalan Utama TNI-AL
(Dan Lantamal) VIII Bitung, Ketua Pelaksana Sail Bunaken 2009/Indonesia Fleet
Review 2009, Deputi I Menkokesra 2010, Tonaas Wangko an Tasik 2010
Rantung, Mayjen CZI TNI (Purn) Cornelis John – lulusan Akmil Jurtek 1959, Waasop
Kodam XIV/Hasanuddin 1973-76, Asop Kasdam-XIV/Hn, Kepala Badan Pusat
Nuklir Biologi & Kimia TNI-AD (Dan Pusnubika Konagdiklat TNI-AD) 1983,
Direktur Pengkajian & Pengembangan Strategi Operasi Sesko ABRI (Dirjen Bang
Strat Ops Sesko ABRI/Paban-III/Sops Suad) 1984, Gubernur KDH Tkt. I Sulut
1985-95, Tonaas Wangko Um Banua
Rarumangkey, Laksamana Pertama (Purn) F. – kakak Nico R. (nahkoda KM Kambuna)
Rawung, Laksamana Pertama (Purn) Ruddy (SE., MM.) – Cabup Minsel 2005
Rompis, Mayjen Tonny A. – Pangdam Trikora hingga tewas dlm kecelakaan pesawat CASA
NC-212 di peg. Irian 8 Januari 2001 bersama Muspida Provinsi Papua
Rumbayan, Brigjen Tonny Arie (M.Sc.) – 28 April 1939
Rumengan, Jenderal Hengky (???) –
Rumopa, Brigjen TNI Johny –

S
Sakul, Brigjen TNI Jopie Winston –
Salu, Laksda Jan Hendrik – Anggota DPR-RI dari Fraksi Karya ABRI
Sanggor, Brigjen Kav. TNI (Purn) Henry Johanes – Korps Kaveleri, Anggota DPR-RI dari
Fraksi Karya ABRI, pengurus KKK, pengurus POR Maesa
Sompie, Brigjen Ronny Franky (SH, MH) – Karo Ortala Mabes Polri, Ka. Biro Pengawasan
Penyidikan (Wasdik) Mabes Polri sejak 12-12-2010

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 116
Sabtu, 27 November 2010
Sondakh, Laksamana Bernard Kent – Dan KRI Rencong-622, Dan KRI Ostwald Siahaan-
354, Dan Guskamla Armabar (Komandan Gugus Keamanan Laut Armada Barat
TNI-AL), Dan Lantamal III Armatim, Dan Kodikal (Komandan Pendidikan TNI-
AL), Asrena KASAL (Asisten Perencanaan & Anggaran KSAL), Asops KASAL
(Asisten Operasi KSAL), Inspektur Itjen TNI, Kepala Staf TNI-AL 2002-2005,
Tonaas Wangko an Tasik
Suak, Laksamana Pertama (Purn) Frits – Sekolah Pelayaran Makassar, Dan KRI Dewa Ruci,
Gubernur Akmil ALRI 1959-61, Kastaf Komstralaga 1965 (Komodor)
Sumampouw, Brigjen (Purn) Albert –
Sumampouw, Mayjen Pol. (Purn) Wim –
Sumanti, Laksamana Muda (Purn) Frits – Sekolah Pelayaran Tinggi Jepang 1943-44
Makassar, Wakil KSAL
Sumendap, Brigjen TNI Dirk – AMN 1968, Panglima Divisi I Kostrad
Sumual, Brigjen Revolusioner Permesta Herman Nicolas Ventje – Kepala Staf TT-
VII/Wirabuana, Panglima TT-VII/Wirabuana – Indonesia Timur 1956-1958,
Panglima Kowilhan Indonesia Timur,
Proklamator PERMESTA 2 Maret 1957, Pucuk Pimpinan Gerakan Permesta,
Kepala Staf Angkatan Darat Revolusioner (ADREV) PRRI/Permesta 1958-61,
Kastaf ADREV RPI 1960-61, Ka Pembina KKK, Tonaas Wangko Um Banua

T
Tangka, Laksma Johny –
Tanos, Brigjen Pol Indradi –
Tanos, Brigjen TNI (Purn) Rolly – Tondano
Tanos, Mayjen TNI (Purn) Dr. Fransiscus Xaverius (Ph.D.) – (Frans E. Tanos?), saudara
(kakak Rolly Tanos?)
Tanos, Mayjen TNI (Purn) Frans E. – Dan Men CPM 1945-46, Wadan Bn 3 CPM Bandung
949-50, Dan Men CPM Manado 1950, Karo Perundang-undangan Kementrian
Pertahanan 1954, Paban 3 Suad III/Menpangad, Ketua Komisi Pengerahan Catar
AKABRI & Ka Komisi Pengerahan Sarjana Wamil ABRI
Tewu, Brigjen. Pol. Drs. Carlo Brix – Reserse, Wakapolda Sulut, Kapolda Sulut 2010,
Tonaas Wangko um Banua 2010
Tinggogoy, Mayjen TNI (Purn) Ferry – anggota MPR-RI, Ketua Partai Kebangkitan Bangsa
Sulut, Cagub Sulut 2005, anggota DPD-RI
Tirajoh, Brigjen TNI (Purn) A.V.J. – Ketua Inkopad
Tompodung, Brigjen CZI TNI (Purn) I.E.B. – Korps Zeni
Tumbelaka, Brigjen Pol. Drs. Roy Hendrik – Kapusiknas Bareskrim Mabes Polri sejak 12-
12-2010, Tonaas Wangko um Banua 2010
Tumengkol, Laksda TNI (Purn) Broeke Eddy – Laksma, Atase Pertahanan Laut RI di
Australia 1974-78, Athan RI di Amerika Serikat 1979-83
Tuwaidan, Brigjen Jorry (S.Ip.) – Pengurus POR Maesa, Pengurus Kerukunan Keluarga
Kawanua (KKK) Jakarta

U
Umboh, Mayjen TNI (Purn) Thomas Albert (Utu’) – Dan Rindam V Brawijaya 1992-1993,
Dan Pusat Ter. TNI-AD 1995-1997

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 117
Sabtu, 27 November 2010
W
Warouw, Brigjen TNI (Purn) Rudolf Samuel – Akmil 1965, Danrem Irja 1987-89,
Pangkolaops Timtim 1989-91, Sekjen KONI Pusat, pengurus POR Maesa,
pengurus KKK
Warouw, Brigjen Pol. (Purn) Drs. Wenny – Kapolres Candi Borobudur Jateng, Kapolres
Poso Sulteng, Kapolres Batam Riau, Seskogab, Kasubdit Binjas Polri, Kepala
Badan Intelejen Negara (BIN) & Kominda Suluttenggo, Direktur 2 Bareskrim
Mabes Polri, Ketua Pakasaan Ne Minahasa, Ketua Pakasaan Toulour, Cagub
Sulut 2005
Welong, Laksma TNI Kenny – Komandan Pangkalan Utama TNI-AL (Danlantamal) VI
Bitung 2001-2002
Wenas, Brigjen (Purn) Jos Buce – Dandim Merauke, Asintel Kodam Trikora, Bupati
Jayawijaya, Wakil Gubernur KDH I Sulut Bidang Kesra
Wenas, Brigjen Pol. (Purn) Drs. Frederik (S.H.) – Dances Poso, Ka Oditur Polri, ayah SY
Wenas
Wenas, Irjen Pol. Drs. Sylvanus Y. – Kapolda Papua, Dan. Korps Brimob Polri
Wetik, Brigjen TNI Agustinus Reinhard – Korps baret hijau Kostrad, Kolonel 1994, Atase
Militer RI di Birma/Myanmar 1993
Worang, Mayjen TNI (Purn) Hein Victor (Kembi’) – Dan Bn “X-02”/KRU “X” 1948, Dan
Bn “B”/Bri XVI 1948-49, Dan Bn.”Worang” 1949-50, Dan Bn “717”/TT-VII
1950-51, Dan Bn “B”/TT-VII-Wirabuana 1951-52, Komandan Resimen Infanteri
“24” (RI-24) 1952-56, Dan RTP “24”/TT-VII Wirabuana 1954-56, Dan Res. Inf.
“6”/TT-II 1956-59, Kaspri Menteri KASAD 1959-62, Kaspri Wampa
Hankam/Kasad, Dan Sat. Wampa Hankam/Kasab, anggota DPR-GR RI/MPRS-RI
1960-66, anggota MPR-RI 1970-75, Gubernur KDH I Sulut 1967-78, Irjen
Pembangunan (Inspektur Jenderal Pembangunan Proyek-proyek Inpres) 1978-82,
orang Minahasa pertama berpangkat Mayjen TNI
Worang, Brigjen. Pol. Drs. Yorry Yance – Kapolda NTT, Tonaas Wangko um Banua 2010
Wotulo, Laksma Marinir TNI (Purn) Erick (Brigjen Marinir) – pejabat Otorita Batam
Wuwung, Laksda TNI (Purn) Frans – Kadis Pamal TNI AL, anggota DPR/MPR 2001

Y
Yakobus, Irjen. Pol. (Purn) Drs. Tommy –
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Subianto, Letjen TNI (Purn) Prabowo – anak dari Dorah Sigar dari Langowan & Prof.
Dr. Soemitro Djoyohadikusumo, Danjen Kopassus, Panglima Kostrad
(Pangkostrad) 1998
Sudomo, Laksamana (Purn) – anak dari om Rawis di Tompaso, Kastaf TNI-AL,
Panglima Komando Keamanan & Ketertiban (Pangkokamtib), Menteri
(Menkopolkam & Mennaker), Ketua DPA, maso Islam
Try Soetrisno, Jenderal TNI (Purn) (Supit) – anak dr. Sam Supit dari Tompaso/
Kanonang, Danton Zipur Palembang 1960-67, Wadan Yon Zipur 1968-70, Dan
Yon Zipur 1970-71, Ka Biro Suad 1972-74, Ajudan Presiden RI 1974-82,
Panglima Kodam (Pangdam) Jaya 1982-85, Wakasad 1985-88, Kepala Staf

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 118
Sabtu, 27 November 2010
TNI-AD (Kasad) 1986, Panglima ABRI1988-1992, Wakil Presiden RI 1993-
1998, pendiri Partai Keadilan & Persatuan (PKP) 1999
John Lie, Laksamana Pertama (Purn) Jan Yahya Lie (Yahya Daniel Dharma) –
Pahlawan Nasional RI 2009, pejabat Pangkalan/Syahbandar Cilacap, Dan KRI
The Outlaw, Dan KRI Rajawali, Cina Manado, istrinya Pdt./Ds. Margaretha
Angkuw
Syachnaki/Syahnarki, Mayjen TNI (Purn) Kiki – anak angkat G.H. Mantik, Pangdam
IX/Udayana, Wakasad

Bangsa Minahasa memiliki perempuan yang berprestasi. Ini dapat


ditelusuri pada leluhur bangsa ini yang adalah wanita. Cikal bakal Minahasa ini
bernama Lumimuut yang dipelihara oleh seorang perempuan tua bernama Karema.
Lumimuut ini mengawini Toar, anaknya sendiri karena situasi Malesung saat itu
yang tidak berpenghuni. Dari keturunan Toar-Lumimuut terbentuklah suatu bangsa
yang bernama Malesung yang sekarang dikenal dengan Minahasa. Pada mulanya
sistem kekerabatan di Malesung adalah menurut sistem matrilineal, yaitu
keturunan yang berdasarkan atas garis keturunan perempuan. Pada perjalanan
sejarahnya, sistem kekerabatan Malesung berubah menjadi sistem patrilieal, yaitu
sistem kekerabatan yang berdasarkan atas garis keturunan pria seperti penggunaaan
fam dewasa ini.

Dalam sejarah bangsa Minahasa, kaum perempuannya memiliki prestasi


yang tidak bisa diabaikan. Beberapa kali wanita-wanitanya menjadi tonggak suatu
sejarah. Pada masa legenda dahulu ada sejumlah wanitanya yang menjadi
pahlawan seperti Lumimuut dan Karema sendiri, Pingkan Tiwow dari Buyungon,
Pingkan Mogogunoi dari Tanawangko, Ratu Oki dari Tombatu, Woki Konda dari
Pasan-Ratahan, dan lain sebagainya.

Pada era sekarang ini dapat kita catat prestasi sejumlah wanita Minahasa
tersebut. Mereka adalah Wilhelmina Warokka (Mien) – seorang guru wanita
pertama di Meisjesschool Tomohon, Ny. Maria Josephine Catharina Walanda-
Maramis (1872-1924) – seorang pemerhati status sosial kaum wanita Minahasa,
Etty Catherina Waworoentoe (1898-1986) – pioneer dalam penddikan wanita,
Wulankajes Rachel Wilhelmina Ratulangi (kakak Dr. Sam Ratulangi dan istri
Mayoor A.H.D. Supit) – wanita Indonesia pertama yang merebut ijasah pegawai
K.E. (Kleinambtenaar) tahun 1898, Wulan Ratulangi (kakak kedua Dr. Sam
Ratulangi) – wanita Indonesia pertama yang berhasil memperoleh ijasah Hulpacte
tahun 1912, Nona Marie Doodoh – orang Indonesia pertama yang lulus
Europeesche Hoofdacte, Stientje Adam – pemakalah dalam Kongres Pemuda

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 119
Sabtu, 27 November 2010
Indonesia tahun 1926 dan 1928, Johana Masdani-Tumbuan (1910-2006) –
pembaca teks Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda tahun 1928, Ny. S.K.
Pandean (1911-1997) – singa betina dari Minahasa, Dr. Marie Thomas (1896-
1966) – dokter wanita pertama Indonesia lulusan STOVIA tahun 1922, Dr. Anna
Warouw (1898-1979) – dokter wanita ketiga Indonesia lulusan STOVIA tahun
1924, Dr. Dee M.A. Weydemuller – dokter wanita kedua Indonesia lulusan NIAS
Surabaya 1924, Prof. Dr. Mr. Annie Abbas-Manopo (1909-...) – sarjana hukum
wanita pertama Indonesia lulusan HKS Batavia tahun 1934 juga guru besar wanita
pertama Indonesia, Ny. A. M. Tine Waworoentoe (1899-1987) (anak Mayoor
Bintang A.L. Waworuntu) – walikota wanita pertama Indonesia tahun 1950,
Antonetee Waroh (1901-1991) – anggota parelemen wanita pertama di Indonesia
Timur, Dr. Agustina/Zus Ratulangi (anak Dr. Sam Ratulangi) – anggota
parlemen wanita & termuda di Indonesia, Pdt. Tine Lumentut (1937-2002) –
dianggap sebagai wanita pertama di dunia yang memgang jabatan setingkat Uskup
Agung dalam kapasitasnya sebagai Ketua Sinode GKST (setingkat Uskup Agung).
Selain itu kita mengenal Marianne Katoppo, STh (...-2007) – sastrawan wanita
Indonesia, Vonny Anneke Panambunan – wanita yang menjadi Bupati Minahasa
Utara sejak tahun 2005, Linneke Sjenny Watoelangkow – wanita yang menjadi
Wakil Walikota Tomohon sejak tahun 2005.

Ny. Mathilda Towoliu-Hermanses menjadi Ketua Dewan Kota


Makassar masa permulaan Pergolakan Permesta tahun 1957. Ny. Theodora
Walndouw, Asisten ketua Wanita Kristen Indonesia tahun 1948, Sekretaris dan
Bendahara Kongres Wanita Indonesia 1948-1958, wakil rakyat di DPR-GR 1964.

A.L. Waworuntu dalam tulisannya tahun 1917: Laporan terakhir dari pendidikan
pribumi dapat dibaca di halaman 40: “Prosentasi murid-murid perempuan (di
seluruh Hindia Belanda), dimana sekolah-sekolah Keresidenan Manado adalah
36,4 %.

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 120
Sabtu, 27 November 2010
Ingatlah bagimu, Pudjikan termasa, Hhormat nama djadimu ...
Tanah Minahasa.
(Ingatlah selalu dan hormatilah namamu, Tanah Minahasa)
(Dr. J.G.F. Riedel, 1862)

Saya harap nama Minahasa akan tetap berpengaruh besar dan perkasa bagi
anak cucu kita. Keuntungan yang diperoleh lewat persatuan jelas kelihatan.
Kita semua orang Minahasa, baik pemerintah maupun rakyat, telah bersatu
dalam suatu usaha yang indah. Bersatu dalam arti dapat menikmati jalan-
jalan yang baik, rumah dan bisnis bagi keuntungan kita serta kesenangan
bagi seluruh orang Minahasa. Maksud persatuan di atas itu termasuk hak
memperoleh pengetahuan untuk membimbing kita bagi kehidupan sekarang
dan di masa mendatang. (F. Makalew, dalam ‘Tjahaja Sijang’, 6 Sept 1895).

“Minahasa, bangsaku! Janganlah engkau kecewa oleh karena keletihan,


kemalangan, maupun penindasan. Lihatlah apa yang berlangsung di Eropa
dimana tiap orang mencintai bangsanya sehingga bila ia mati di medan
pertempuran ia seakan-akan ingin mengatakan: Ambillah tubuh saya yang
fana ini, saya berjuang sampai mati untuk tanahku dan bangsaku.
Kemajuan Minahasa yang sedang kita alami sekarang akan merupakan suatu
kenangan yang indah untuk turun-temurun orang Minahasa dan akan
merupakan suatu kebesaran yang abadi untuk tanah Minahasa dan bangsa
Minahasa.”
(J.U. Mangowal 15 Desember 1915, dalam Nafiri Minahasa 1916)

“Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami


Minahasa disukai atau tidak. Karena itu adalah permasalahan teoretis. Bagi
saya dan bangsa saya, jelas bahwa kami memiliki hak untuk eksis.
Jadi tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi Bangsa
Minahasa sambil sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami akan
berusaha merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-
kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-
usaha kami dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang
mendasarinya, yaitu posisi Minahasa selama ini terhadap Negara-Negara
sekitarnya”
(Dr. Sam Ratulangi, dikutip dari Het Minahasisch Ideaal [Cita-cita Minahasa),
dalam Voordrachten en Mededelingen Indische Verenigimg 28 Maart 1914,
‘sGravenhage-Holland)

Sekolah Mawale Pengenalan Dasar Minahasa dan Sejarah Minahasa Bodewyn G. Talumewo 121
Sabtu, 27 November 2010

Anda mungkin juga menyukai